LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI KE BANDARA SOEKARNO-HATTA, PROVINSI BANTEN DALAM RANGKA PENINJAUAN TERBAKARNYA TERMINAL 2E

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI KE BADAN SAR NASIONAL (BASARNAS) TERKAIT KECELAKAAN PESAWAT AIR ASIA QZ 8501 TANGGAL 5 JANUARI 2015

Analisis Isi Media Judul: MIP No. 151 Kebakaran Terminal 2E Bandara Soetta Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 06/07/2015

LAPORAN TANGGAL MEI 2016

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT

C. Tim Komisi V DPR RI: Pimpinan dan Anggota Komisi V DPR RI yang ikut serta dalam Kunjungan Kerja Spesifik ini adalah:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR JALAN DI KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT TGL.

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR KE KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT TANGGAL FEBRUARI 2017

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA KESIAPAN INFRASTRUKTUR DAN ANGKUTAN LEBARAN 2016 KE PROVINSI JAWA TIMUR JUNI 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA TERMINAL PENUMPANG 1A BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. urutan ke-12 di dunia pada tahun 2014 menurut Airport Council International

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Fasilitas Pelayanan Elektronika Pengamanan terdiri dari X-Ray, Walk

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 18 TAHUN 2018 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS SELAMA MASA PEMBANGUNAN

KANTOR OTORITAS BANDARA WILAYAH IV BALI, AGUSTUS 2017 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung

1. Rapat dibuka pukul WIB setelah kuorum terpenuhi dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum.

KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA WILAYAH I DITJEN PERHUBUNGAN UDARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RAKOR FASILITASI (FAL) UDARA

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PENINGKATAN KAPASITAS TERMINAL BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO HATTA DENGAN VARIASI SISTEM PEMROSESAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 319 TAHUN 2017 TENTANG TIM PENGAWASAN PENANGANAN BAGASI PENUMPANG DI BANDAR UDARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kapasitas Terminal Penumpang Di Bandar Udara SMB II Palembang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas terbaik dari beberapa alternatif yang ada (Yang et al., 2009 dikutip dari Al-

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terjangkau, hal yang terpenting adalah keselamatan, keamanan dan

Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang

Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Penataan

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KINERJA TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA SENTANI JAYAPURA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

BAB 2 STUDI PUSTAKA. Sastranegara Bandung, data fasilitas sisi darat (landside) berupa detail gedung

SASARAN DAN OBYEK KUNJUNGAN KERJA

PERENCANAAN SISTEM PENANGANAN BAGASI PADA TERMINAL 1B DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport

PENGEMBANGAN TERMINAL 3 SOEKARNO-HATTA INTERNATIONAL AIRPORT (SHIA)

Plan Asuransi Penerbangan

ANALISIS KELAYAKAN TERMINAL PENUMPANG 1A BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO HATTA

BAB I PENDAHULUAN. Hairul Azhar, 2014 kajian kapasitas terminal penumpang dan apron bandar udara h.as. hanandjoeddintanjungpandan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sekaligus sebagai pendorong pertumbuhan pariwisata. Untuk

Dagelan Kabayan di Bandara. Penghapusan Loket Tiket

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang sangat pesat telah mengubah laju

Terminal penumpang bandar udara

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA WILAYAH II KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA YOGYAKARTA, 21 S.D 22 APRIL 2016

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengacu pada regulasi penerbangan yang terdiri atas Annex dan Dokumen

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara kepulauan yang sangat besar dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT

LINKING CORRIDOR TERMINAL DAN TRANSIT HOTEL BANDARA SOEKARNO - HATTA

1. Susunlah agenda Direktur HRD seefektif mungkin sesuai dengan permintaan Direktur HRD! Gunakan Google Calender untuk menginput agenda.

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun KA Bandara Internasional Soekarno-Hatta Penekanan Desain High Tech Architecture

Udara yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal;

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

KESIMPULAN/KEPUTUSAN RAPAT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.

TESIS ANALISIS TEKNIS PELAYANAN FASILITAS SISI DARAT BANDAR UDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi INTISARI...

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dan perbuatan untuk menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya terberdaya sehingga revitalisasi berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

Evaluasi Kinerja Gate Assignment pada Terminal 1 Keberangkatan Domestik Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANGKUTAN PEMADU MODA TRAYEK BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU BANGKINANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada zaman modern seperti sekarang, teknologi dan ilmu

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian dan penjelasan pada bab-bab sebelumnya maka. penelitian tentang Persepsi Publik Terhadap Kualitas Layanan Informasi,

S K R I P S I ANALISIS WAKTU PELAYANAN GROUND HANDLING PT. LAHAND AIR SERVICE DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG

PENANGANAN PENUMPANG WCHR (WHEEL CHAIR) DI PT. GAPURA ANGKASA BANDARA SOEKARNO-HATTA CENGKARENG JAKARTA. Vidyana Mandrawaty STTKD Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN PERTUMBUHAN INDUSTRI PENERBANGAN DI INDONESIA. Soekarno-Hatta yakni 17,49 juta orang. Berdasarkan data dari Kementerian

2015, No Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestar

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pesawat Polonia

Gambar 4.15 Layar Preview

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI JAWA BARAT

Transkripsi:

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI KE BANDARA SOEKARNO-HATTA, PROVINSI BANTEN DALAM RANGKA PENINJAUAN TERBAKARNYA TERMINAL 2E TANGGAL 6 JULI 2015 KOMISI V DPR-RI JAKARTA, 2015

DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN 3 A. Dasar Hukum 3 B. Maksud dan Tujuan 3 C. Lokasi dan Waktu 4 D. Agenda Kunjungan 4 E. Tim Komisi V DPR RI 4 F. Mitra Pendamping 4 II. KRONOLOGI KEJADIAN 5 III. HASIL KUNJUNGAN KERJA 6 A. Beberapa Temuan dan Permasalahan di Lapangan 6 B. Rekomendasi 7 IV. PENUTUP 9 Laporan Kunjungan Kerja Spesifik ke Bandara Soetta, Provinsi Banten 2015 Hal ii

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI KE BANDARA SOEKARNO- HATTA, PROVINSI BANTEN DALAM RANGKA PENINJAUAN TERMINAL 2E MASA PERSIDANGAN IV 2014-2015 TANGGAL 6 JULI 2015 I. PENDAHULUAN A. Dasar Hukum 1. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945; pada perubahan Pertama Pasal 20, Perubahan Kedua Pasal 20 A, perubahan Ketiga Pasal 23; 2. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 3. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. B. Maksud dan Tujuan 1. Untuk meninjau secara langsung keadaan Bandar Udara Soekarno-Hatta setelah terbakarnya Terminal 2E pada hari Minggu, 5 Juli 2015; 2. Melihat secara langsung dampak kebakaran Terminal 2 khususnya terhadap sistem checkin online, jadwal keberangkatan dan kedatangan pesawat, serta penumpukan penumpang; 3. Mengetahui upaya-upaya perbaikan dan antisipasi yang telah dilakukan akibat musibah kebakaran ini terutama dalam kaitan menyongsong mudik Lebaran 1436 H/2015; dan 4. Menginventarisir permasalahan-permasalahan yang mungkin masih terjadi terkait dengan terbakarnya Terminal 2E di Bandar Udara Soekarno-Hatta, sehingga ke depannya masalah-masalah ini semakin dapat diminimalisir/dihilangkan. Laporan Kunjungan Kerja Spesifik ke Bandara Soetta, Provinsi Banten 2015 Hal 3

C. Lokasi dan Waktu 1. Pelaksanaan Kunjungan diadakan pada tanggal 6 Juli 2015. 2. Lokasi kunjungan adalah Badar Udara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Provinsi Banten D. Agenda Kunjungan 1. Peninjauan lokasi terjadinya kebakaran di Terminal 2E; 2. Peninjauan lokasi check-in di Terminal 2 khususnya yang terkena dampak kebakaran; E. Tim Komisi V DPR RI Pimpinan dan Anggota Komisi V DPR RI yang ikut serta dalam Kunjungan Kerja Spesifik ini adalah: NO. NO.ANGG N A M A FRAKSI JABATAN 1. A-381 Ir. FARY DJEMY FRANCIS, MMA F-PGERINDRA KETUA KOMISI/ KETUA TIM 2. A-101 IR. H. YUDI WIDIANA ADIA, MSI F-PKS WAKIL KETUA KOMISI V 3. A-162 DRS. YOSEPH UMARHADI, M.Si, MA F-PDIP ANGGOTA 4. A-225 IR. RENDY M. AFFANDY LAMADJIDO, MM, MBA F-PDIP ANGGOTA 5. A-201 HJ. SADARESTUWATI, SP, M.MA F-PDIP ANGGOTA 6. A-417 H. ANTON SUKARTONO SURATTO, M.Si F-PD ANGGOTA 7. A-548 FAUZIH H. AMRO, M.Si F-HANURA ANGGOTA F. Mitra Pendamping Mitra pendamping dari Kementerian Perhubungan dan PT. Angkasa Pura II yang turut serta mendampingi dalam Kunjungan kerja Spesifik ini adalah sebagai berikut: Laporan Kunjungan Kerja Spesifik ke Bandara Soetta, Provinsi Banten 2015 Hal 4

No. Nama Jabatan 1. BINTANG HIDAYAT KEPALA OTORITAS BANDARA SOEKARNO- HATTA, DITJEN PERHUBUNGAN UDARA, KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 2. BUDI KARYA SUMADI DIREKTUR UTAMA PT. ANGKASA PURA II 3. ARIF WIBOWO DIREKTUR UTAMA PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK 4. DJOKO MURJATMODJO DIREKTUR OPERASI DAN TEKNIK, PT. ANGKASA PURA II II. KRONOLOGI KEJADIAN Kebakaran JW Sky Lounge di Terminal 2 E Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada hari Minggu (5/7/2015) bermula sekitar pukul 05.50 WIB. Api tiba tiba membesar dan merambat ke satu areal check in di terminal 2E yang mengakibatkan beberapa counter check-in disana tidak dapat digunakan sehingga terjadi penumpukan penumpang di areal check-in lainnya. Petugas prevention baru tiba di lokasi pada pukul 05.55, kemudian memasuki area kebakaran dikarenakan api sudah membesar dan meminta bantuan kendaraan operasional. Operasi pemadaman dimulai dan berhasil mengevakuasi 2 orang cleaning service yang terjebak dilokasi kebakaran. Api yang membakar JW Sky Lounge di Terminal 2 E Bandara Soekarno-Hatta telah berhasil dipadamkan 80% sekitar pukul 07.30 dan dilanjutkan proses pendinginan di lokasi kejadian di khawatirkan adanya flash back. Sekitar jam 07.45, api baru bisa dipadamkan seluruhnya. Sampai saat ini masih menunggu laporan hasil penyelidikan dari pihak kepolisian terkait penyebab mendasar kebakaran tersebut. Kebakaran ini tidak sampai membuat lalu-lintas di sekitar Bandara dialihkan. Kendaraan yang hilir mudik di bagian luar tetap beraktivitas seperti biasa. Lalu lintas tidak ditutup. Laporan Kunjungan Kerja Spesifik ke Bandara Soetta, Provinsi Banten 2015 Hal 5

III. HASIL KUNJUNGAN KERJA A. Beberapa Temuan dan Permasalahan di Lapangan Beberapa temuan dari hasil peninjauan lapangan di Bandara Soekarno-Hatta antara lain sebagai berikut: 1. System check in, boarding, load control system, dan conveyor belt, tidak dapat beroperasi dan mati total setelah kebakaran yang menyebabkan: a. Prosedur check in pax and baggage (check-in penumpang dan bagasi) harus dilakukan secara manual alias dengan ditulis. Hal ini memakan waktu yang sangat lama, karena harus melayani 179 penerbangan di Soetta Airport dengan penumpang yang di-handle sekitar 30.000 penumpang dari total sekitar 55.000 penumpang di seluruh domestik dan international. Akibatnya, Terminal 2 dipenuhi gelombang antrean calon penumpang yang sangat besar. Ada tiga gelombang besar antrean yaitu mulai dari antrean di jalan sampai ke check in, gelombang antrean di check in counter, dan backlog antrean di boarding lounge;dan b. Matinya sistem pengeras suara (portable speaker /TOA) untuk menyampaikan pengumuman kepada penumpang. 2. Terjadi penundaan (delay) 49 penerbangan domestik pada hari Minggu (5/7/2015) yang dilakukan oleh pihak Garuda dari total 179 penerbangan, dengan tujuan agar Cockpit and Cabin Crew pada Senin (6/7/2015) tersedia untuk mengangkut penumpang yang tidak terangkut pada penerbangan hari Minggu. Selain penerbangan domestik, penerbangan internasional ada 3 yang mengalami delay yakni : a. China Southern 388 : 09.05 WIB menjadi 12.00 WIB; b. Xiamens Air 870 : 08.10 WIB menjadi 12.00 WIB; dan c. Malaysia Airlines 712: 09.45 WIB menjadi 11.30 WIB. 3. Terkait masalah delay pesawat, sekitar 200 orang petugas diterjunkan pihak Otoritas Bandara dan manajemen Garuda untuk mempermudah penyampaian pengumuman kepada calon penumpang, sekaligus berupaya menawarkan opsi refund tiket, penjadwalan ulang penerbangan, dan penginapan kepada 3.994 calon penumpang yang pesawatnya mengalami delay. Dari 3.994 calon penumpang tersebut, 262 calon Laporan Kunjungan Kerja Spesifik ke Bandara Soetta, Provinsi Banten 2015 Hal 6

penumpang memilih refund tiket, 628 orang memilih menginap di hotel disekitar bandara, dan sisanya 3054 orang tetap bersikukuh untuk menginap di boarding gate bandara. 4. Jaringan sistem check in yang terhubung dengan pihak imigrasi untuk penerbangan internasional baru bisa di normalkan sekitar pukul 10.00 pagi akibat padamnya seluruh jaringan listrik di bandar udara. Sehingga mengakibatkan penumpang yang menggunakan penerbangan internasional harus menunggu sekitar 120 menit dari normalnya penerbangan domestik. 5. Pada saat terjadinya kebakaran, respon time tim rescue bandara adalah 10-15 menit, masih jauh dari standar pengoperasian dari tim Respon time yang seharusnya 3 menit. Selain itu, waktu memadamkan api cukup lama, yaitu hampir 2 jam sehingga api sempat membakar ruang-ruang lainnya disekitar lounge yang terbakar. 6. Pihak manajemen PT. Angkasa Pura II memprediksi bahwa proses perbaikan conveyor belt akan dilakukan dalam 3 hari sementara struktur bangunan dan service lainnya di areal kebakaran akan selesai diperbaiki dalam 10 hari. Namun demikian, harus diperhatikan bahwa mengingat struktur bangunan pernah terjadi kebakaran dan mengalami pengeroposan, sedangkan waktu pengerjaan 10 hari terasa sangat singkat, upaya perbaikan harus benar-benar difokuskan untuk menghasilkan struktur bangunan kuat dan kokoh yang sesuai standar keamanan dan keselamatan. 7. Instalasi kabel listrik yang dipergunakan sudah berumur 30 tahun dan telah melebihi batas usia teknis, sehingga sudah seharusnya diganti B. Rekomendasi Beberapa rekomendasi Komisi V DPR RI terkait temuan pada kegiatan Kunjungan Kerja Spesifik Ke Bandara Soekarno-Hatta antara lain: 1. Komisi V DPR RI menyayangkan terjadinya Kebakaran yang terjadi di JW Lounge Terminal 2E Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada Minggu pagi (5/7/2015), menyebabkan kerugian yang tak kecil bagi masyarakat pengguna jasa transportasi udara. Akibat kebakaran itu, puluhan penerbangan harus ditunda keberangkatannya berjam-jam, mengingat banyaknya penumpang yang menggunakan jasa penerbangan pada Masa Operasi Angkutan Lebaran 2015/1436 H. Laporan Kunjungan Kerja Spesifik ke Bandara Soetta, Provinsi Banten 2015 Hal 7

2. Komisi V DPR RI mendesak pihak Otoritas Bandar Udara Soekarno Hatta dan PT. Angkasa Pura II selaku operator untuk mengevaluasi kejadian ini dan meningkatkan service, safety, security dan compliance (pelayanan, keselamatan, keamanan, dan pemenuhan standar) terlebih pada Masa Operasi Angkutan Lebaran 2015/1436 H, termasuk mengevaluasi tata letak ruang komersil di bandara. 3. Komisi V DPR RI meminta Otoritas Bandar Udara Soekarno Hatta untuk segera menyelesaikan permasalahan berulangnya kejadian kebakaran di gerai makanan bandara. Diperlukan evaluasi SOP manajemen bandara khususnya terhadap pemadaman api di gerai makanan serta rendahnya respon time pihak terkait dalam memadamkan api. 4. Komisi V DPR RI mendesak Kepada Otoritas Bandara Soekarno-Hatta dan PT. Angkasa Pura II untuk: a. Memeriksa secara menyeluruh gerai makanan yang beroperasi di wilayah Bandara Soetta terkait dengan keamanan tempat, peralatan dan para pekerjanya serta instalasi listrik agar bisa dipastikan kemanananya terjamin; dan b. Melakukan audit instalasi terkait dengan diduganya penyebab terjadinya kebakaran yakni kosleting kabel listrik, mengingat sudah beberapa kali terjadi kebakaran. Selanjutnya, Komisi V DPR RI mendesak Otoritas Bandara Soekarno-Hatta dan PT. Angkasa Pura II bila ditemukan pelanggaran oleh gerai agar diberi sanksi tidak boleh lagi memperpanjang kontrak sewa. 5. Komisi V DPR RI mendesak kepada Otorita Bandara Soekarno-Hatta untuk sesegra mungkin melakukan sosialisasi Airport Security Planning kepada seluruh masyarakat guna meningkatkan pelayanan, keselamatan, keamanan, dan pemenuhan standar. 6. Komisi V DPR RI mendesak kepada PT. Angkasa Pura II agar dalam melakukan upaya perbaikan konstruksi akibat kebakaran tidak hanya mengejar tenggat waktu yang singkat, tetapi juga secara seksama memperbaiki semua kerusakan sehingga upaya perbaikan menghasilkan struktur konstruksi yang sesuai degan standar keamanan dan keselamatan. Laporan Kunjungan Kerja Spesifik ke Bandara Soetta, Provinsi Banten 2015 Hal 8

IV. PENUTUP Demikian Laporan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V DPR-RI ke Bandara Soekarno-Hatta, Provinsi Banten terkait dengan musibah kebakaran di Terminal 2E yang dilaksanakan pada tanggal 6 Juli 2015 di Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2014 2015. Laporan ini menjadi masukan bagi Komisi V DPR-RI dan semoga dapat ditindaklanjuti Pemerintah untuk melakukan perbaikan dan pembangunan sarana dan prasarana khususnya di bidang transportasi udara demi kesejahteraaan rakyat Indonesia pada umumnya. Jakarta, Juli 2015 KETUA TIM KUNKER SPESIFIK KOMISI V DPR-RI KE BANDARA SOEKARNO-HATTA Ir. FARY DJEMY FRANCIS, MMA Laporan Kunjungan Kerja Spesifik ke Bandara Soetta, Provinsi Banten 2015 Hal 9