berbahaya yang terkandung di dalam rokok, yaitu :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asapnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotinia. nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang Menyebabkan Merokok dan Kondisi Adiksi Perokok

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

PENYULUHAN KESEHATAN BAHAYA DAMPAK ROKOK BAGI KESEHATAN ANAK-ANAK TANJUNG DALAM KECAMATAN LEMBAH MASURAI KABUPATEN MERANGIN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

KUISIONER PENELITIAN GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN SOSIAL BUDAYA KELUARGA DALAM HAL PERILAKU MEROKOK SISWA SMK SATRIA NUSANTARA BINJAI PADA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan

BAB II LANDASAN TEORI. Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Rokok mengandung banyak bahan yang mengandung zat berbahaya. salah satu bahan

4. Dampaknya dan cara penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

KARAKTERISTIK KEBIASAAN MEROKOK PADA PASIEN LAKI-LAKI PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

Yang Terhormat (orang tua / pengasuh)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

SATUAN ACARA PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMP NEGERI 3 MAJENANG CILACAP TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109 TAHUN 2012 TENTANG PENGAMANAN BAHAN YANG MENGANDUNG ZAT ADIKTIF

BAB I PENDAHULUAN. hidup bila tidak mampu bergerak, memelihara gerak dalam. mempertahankan hidup, meningkatkan kemampuan gerak adalah

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

2/22/2012 METODE PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. berskala menengah dan kecil (home industry) dan memproduksi rokok kretek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jurusan kesehatan juga tidak terlepas dari perilaku rokok, sebanyak 66,6%

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan rokok akan membunuh 1 miliar orang sepanjang abad ke-21

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB II LANDASAN TEORI

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok merupakan kebiasaan yang biasa ditemukan di masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 81 TAHUN 1999 (81/1999) TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

A. Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Rokok a. Pengertian Rokok Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus daun nipah atau kertas (KBBI, 2016). Rokok adalah tembakau yang cara penggunaannya dengan dibakar dan dihisap asapnya atau dihirup asapnya yang mengandung berbagai macam zat berbahaya (PP. RI. No. 109, 2012). b. Kandungan Rokok Rokok termasuk zat adiktif, yaitu zat yang dapat menyebabkan seseorang menjadi ketergantungan dan membahayakan kesehatan dengan ditandai adanya perubahan perilaku, kognitif, dan fenomena fisiologis, berkeinginan kuat untuk mengkonsumsi zat tersebut, meningkatnya toleransi, dan dapat menyebabkan gejala putus obat (PP. RI. No. 109, 2012). Rokok mengandung beberapa bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan dan bersifat karsinogenik. Beberapa contoh zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok, yaitu :

1. Nikotin Nikotin merupakan senyawa pyrrolidine yang terdapat dalam nicotina tabacum, nicotina rustica dan spesies lainnya yang dapat menyebabkan seseorang menjadi ketergantungan pada rokok (PP. RI. No. 109, 2012). Nikotin yang masuk kedalam tubuh memberikan efek ketenangan dan membuat perokok akan menambah durasi merokok untuk mempertahankan efek tenang dan rileks (Sudiono, 2008). 2. Karbon monoksida (CO) Karbon monoksida adalah gas tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak mengiritasi, namun sangat berbahaya (beracun). Gas ini merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna dari kendaran bermotor, alat pemanas, peralatan yang menggunakan bahan api. Gas CO akan sangat berbahaya jika terhirup, karena gas CO akan menggantikan posisi oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin dalam darah (Infopom, 2015). 3. Tar Tar adalah kondensat asap yang merupakan total residu yang dihasilkan saat rokok dibakar setelah dikurangi nikotin dan air, yang memiliki sifat karsinogenik (PP. RI. No. 109, 2012). Tar akan menempel

pada sepanjang saluran nafas perokok dan mengurangi efektivitas alveolus (kantung udara dalam paru-paru). Sehingga menyebabkan penurunan jumlah udara yang masuk ke dalam paru-paru dan sedikit oksigen yang terserap ke dalam peredaran darah (Infopom, 2014). c. Dampak Rokok WHO (2011) mengungkapka terdapat dampak rokok bagi kesehatan antara lain : 1. Rambut rontok, rokok dapat memperlemah sistem kekebalan, yang mengakibatkan tubuh lebih rentan terhadap penyakit seperti lupus erythematosus yang mengakibatkan rambut mudah rontok. 2. Katarak, merokok dapat memperburuk kondisi mata karena darah yang mengalir kedalam mata tercampur dengan bahan kimia rokok dan menghambat aliran darah ke mata salah satu penyakit mata adalah katarak. Katarak adalah memutihnya lensa mata yang diakibatkan terhambatnya aliran darah ke mata dan dapat menghalangi masuknya cahaya dan menyebabkan kebutaan, 40% terjadi pada perokok. 3. Kulit keriput, merokok dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit karena rusaknya protein yang berguna untuk menjaga elastisitas kulit, berkurangnya vitamin A dan terhambatnya aliran darah.

4. Hilangnya pendengaran, karena tembakau menyebabkan timbulnya endapan pada dinding pembuluh darah sehingga menghambat laju aliran darah kedalam telingan bagian dalam. 5. Penyakit jantung, satu diantara 3 kematian di dunia diakibatkan penyakit jantung. Pemakaian tembakau adalah salah satu faktor risiko terbesar penyakit jantung. Rokok menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat, menaikan risiko hipertensi dan penyumbatan arteri yang akhirnya menyebabkan serangan jantung dan stroke. d. Kategori perokok 1. Perokok pasif Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak merokok (pasive smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitar. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok yang terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Suheri, 2007). 2. Perokok aktif Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap asap rokok. Perokok aktif menghirup asap rokok yang berasal dari isapan

perokok atau asap utama pada rokok yang di hisap (mainstream). Perokok aktfi juga menghembuskan asap rokok ke udara sekitar sehingga dapat membahayakan kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar (Bustan, 1997). e. Faktor Perilaku Merokok Liem (2014), Menjelaskan berbagai faktor dalam perilaku merokok antara lain : 1. Teman Teman merupakan salah satu faktor dalam perilaku merokok remaja. Teman merupakan orang yang paling dekat dengan remaja karena teman lebih mengerti apa yang dialami oleh remaja. 2. Media massa Media massa dapat memberi dampak kurang baik dalam perilaku remaja merokok karena menayangkan berbagai macam iklan rokok. Iklan yang ditanyangkan media massa membuat remaja terpengaruh untuk merokok 3. Keluarga Keluarga salah satu pencetus remaja merokok dikarenakan anak akan mecontoh perilaku orang tua atau keluarganya. Anak dengan orang tua perokok lebih berpotensi mengikuti kedua orang tuanya.

4. Pengetahuan Pengetahuan tentang bahaya merokok dapat meminimalisir perilaku remaja merokok. Orang yang berpendidikan tinggi akan cenderuung menghindari perilaku merokok disebabkan telah mengetahui dampak rokok bagi kesehatan. 5. Sikap Sikap dalam memahami jika rokok berbahaya dapat mengurang perilaku remaja merokok. Sikap seseorang yang mengetahui bahaya merokok akan bersikap menghindar ketika terdapat orang yang merokok di dekatnya. 2. Pengetahuan a. Pengertian pengetahuan Pengetahuan adalah suatu yang diketahui dalam proses belajar. Pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui inderan penglihatan dan indera pendengaran (Kamus besar bahasa indonesia, 2005). b. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) tingkat pengetahuan dibagi enam tinggkatan yaitu :

1. Tahu (know) Tahu (know) adalah kemampuan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu hal spesifik dari semua bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang sudah diterima. 2. Memahami (comprehension) Memahami (comprehension) dapat diartikan sebagai suatu untuk menjelaskan secara tepat tentang objek yang diketahui dan mampu menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (application) Aplikasi (application) merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. 4. Analisa (analysis) Analisa (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau objek kedalam komponen-komponen tetapi masih berada dalam suatu struktur organisasi tersebut dan ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthetis) Sintesis (syntetis) menunjukan suatu kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meringkas dan menyesuaikan terhadap rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian tersebut didasarkan pada kriteria yang dilakukan sendiri atau kriteria yang sudah ada. c. Faktor-faktor pengetahuan 1. Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi dan semakin banyak pengetahuan yang didapat. 2. Pekerjaan Pekerjaan membuat seseorang banyak memperoleh pengalaman dan pengetahuan. Seseorang yang bekerja dengan runititas yang padat akan melupakan hal-hal yang kurang bermanfaat seperti merokok.

3. Umur Dengan bertambahanya umur seseorang akan membuat aspek fisik dan psikologi semakin matang. Membuat mengetahui bahaya rokok terhadap kesehatan. 4. Kebudayaan Kebudayaan dapat mempengaruhi dalam pembentukan sikap dan pengetahuan. Kebudayaan merupakan kebiasaan yang dilakukan turuntemurun oleh karena itu akan sulit untuk dirubah (Notoatmodjo, 2010). 3. Sikap a. Pengertian Sikap Sikap adalah respon dari diri dalam menghadapi stimulus atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2010). Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Widayatun, 1999). b. Tingkat Sikap Notoatmodjo (2010) mengungkapkan sikap terdiri dari empat tingkatan yaitu,

a. Menerima (receiving) merupakan sikap menerima rangsangan atau stimulus yang diberikan. b. Merespon (responding) memberi jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. c. Menghargai (valuing) memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi orang lain untuk merespon. d. Bertanggung jawab (responsible) bertanggung jawab apa yang diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya. c. Faktor sikap Azwar (2011) menjelaskan faktor yang mempengaruhi sikap yaitu : 1. Pengaruh kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah yang dihadapi. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah dapat memberi corak pengalaman individu di masyarakat.

2. Lembaga pendidikan Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan sangat menentukan sisem kepercayaan, sehingga tidaklah mengherankan jika konsep ini mempengaruhi sikap. Lembaga yang bagus akan mempengaruhi sikap seseorang 3. Emosi Emosi merupakan bentuk sikap yang menjelaskan situasi yang di rasakan oleh seseorang. Situasi yang tenang akan membuat emosi lebih terkendali. 4. Remaja a. Pengertian remaja Remaja berasal dari kata latin adolescare (kata bendanya, adolescentia yaitu remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Bobak, 2004). Dewasa atau adolescence artinya tumbuh untuk mencapai kematangan. Kematangan memiliki arti yang luas, yakni mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Mohammad, 2010). Potter & Perry (2005), menjelaskan remaja merupakan bagian dari masa kanak-kanak akhir. Pada masa kanak-kanak akhir ini, periode usia

anak dibagi menjadi praremaja (10-13 tahun), remaja (13-18 tahun) dan remaja akhir (18-20 tahun). b. Batasan usia remaja Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah seseorang dengan rentang usia 10-18 tahun. Penggolongan remaja menurut Sarwono (2006) terbagi 3 tahap yaitu: 1. Remaja awal usia 10-12 tahun Seorang remaja pada usia 10-12 tahun masih merasa bingung dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri. Mereka cepat dalam mengetahui hal-hal yang baru. 2. Remaja tengah usia 13-15 tahun Remaja usia pertengahan sangat membutuhkan banyak teman, karena remaja akan merasa senang kalau banyak teman yang menyukai dirinya. Remaja usia pertengahan biasanya melakukan hal-hal yang disukainya tanpa mengetahui hal tersebut positif atau megatif.

3. Remaja akhir usia 16-19 tahun Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian tiga hal dibawah ini : a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek, b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru, c. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. c. Karakteristik Remaja Teori Psikososial Erickson dalam Potter & Perry (2005), menyatakan bahwa masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri dan kemudian disebut dengan identitas ego (ego identity), terjadi karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Dari segi fisiknya, mereka sudah bukan anakanak lagi melainkan sudah seperti orang dewasa, tetapi jika mereka diperlakukan seperti orang dewasa, ternyata belum dapat menunjukkan sikap yang sering ditunjukkan seperrti orang dewasa. Ada sejumlah sikap

yang sering ditunjukkan oleh remaja seperti kegelisahan, pertentangan, menghayal, aktivitas berkelompok dan keinginan mencoba segala sesuatu. Berdasarkan sikap-sikap tersebut, remaja sering kali menghayalkan hal-hal yang berhubungan dengan seks bahkan mencoba melakukan hubungan seks. Remaja menganggap bahwa hal baru merupakan hal yang menantang dan menyenangkan (Potter & Perry, 2005). 5. Media Audiovisual (Video) a. Pengertian Media Audiovisual Media Audio Visual adalah media pengajaran dan media pendidikan yang mengaktifkan mata dan telinga peserta didik dalam waktu proses belajar mengajar berlangsung. Media Audio Visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama adalah mata dan yang kedua adalah telinga (Arsyad, 2005). Media audio visual mempunyai tingkat efektifitas yang cukup tinggi, menurut riset, rata-rata diatas 60% sampai 80%. Pengajaran melalui audio visual jelas bercirikan

pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, televisi, tape recorder dan proyektor visual yang lebar (Arsyad, 2005). Media Audio Visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua (Sanjaya, 2011). b. Jenis Media Audiovisual Proses belajar mengajar akan lebih menarik jika ditambahkan metode audiovisual. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang akan disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara (Djamarah, dkk, 2002). Media pembelajaran inilah yang akan membantu memudahkan siswa dalam mencerna informasi pengetahuan yang disampaikan. Media pembelajaran menurut karakteristik pembangkit rangsangan indera dapat berbentuk audio (suara), visual (gambar), maupun audio visual.

c. Kelebihan Media Audiovisual a. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. b. Mengajar akan lebih bervariasi, tidak sematamata komunikasi verbal melalui penuturan katakata oleh guru. Sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran. c. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tapi juga aktifitas mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. d. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar (Harjanto, 2000). d. Kelemahan audio visual a. Media audio yang lebih banyak menggunakan suara dan bahasa verbal, hanya mungkin dapat dipahami oleh pendengar yang mempunyai tingkat penguasaan kata dan bahasa yang baik.

b. Penyajian materi melalui media audio dapat menimbulkan verbalisme bagi pendengar. c. Kurang mampu menampilkan detail dari objek yang disajikan secara sempurna (Sanjaya, 2008).

B. Kerangka Teori Remaja Pengetahuan Sikap Faktor Merokok Teman Keluarga Media Gambar I. kerangka teori (Azwar (2011); Djamarah (2002); Liem (2014); Notoatmodjo (2010); dkk)

C. Kerangka Konsep 1. Media 2. Teman 3. Keluarga Pendidikan kesehatan dengan Audiovisual 1. Pengetahuan tentang bahaya rokok 2. Sikap terhadap rokok Gambar II Kerangka Konsep Keterangan : : Diteliti : Tidak Diteliti

D. Hipotesis penelitian Ha : Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode audiovisual terhadap bahaya merokok dengan pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya merokok di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Ho : Tidak Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode audiovisual terhadap bahaya merokok dengan pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya merokok di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta.