BAB I PENDAHULUAN. dan dirinya sendiri. Orang tua tidak memiliki waktu yang cukup dan tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional). Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih mengalami

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

LAMPIRAN 1 : PISA 2009 Ranking by Mean Score for Reading, Mathematics and Science

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. penyempurnaan yang terjadi pada setiap aspek pendidikan. Penyempurnaan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang telah diajarkan

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN II DAN JANUARI JUNI TAHUN 2016

7 Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estat, Usaha Persewaan, dan

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Efektivitas sebuah sekolah untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas

DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat mengedepankan

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perolehan Skor Rata-Rata Siswa Indonesia Untuk Sains

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

Majalah METODIKA, terbit di Jakarta, Edisi IV Oktober 2006

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

DAFTAR ISI... PERSETUJUAN PEMBIMBING... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua menginginkan pendidikan mengedepakan pendidikan sesuai

BAB I PENDAHULUAN tentang guru, yang menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

2015, No c. bahwa dengan beralihnya status Bandar Udara Polonia ke Bandar Udara Internasional Kualanamu dan Bandar Udara Selaparang ke Bandar Ud

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan formal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Medan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: (1) komunikasi, (2) sumber daya,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN

KAPAL KAPAL KERETA BUS UDARA LAUT API

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN III DAN JANUARI SEPTEMBER TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakan seluruh kegiatan dan menentukan keberhasilan kegiatan

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Bebas Visa K

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal ini berkaitan dengan ha kikat pendidikan yaitu sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

GUBERNUR ACEH. Sambutan Pada Upacara Peringatan Hari Pendidikan (Hardikda) Aceh ke-57 Tahun 2016 Jumat, 2 September 2016 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sesuai tanggung jawabnya bahwa guru adalah tenaga pendidik

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran penting bagi perkembangan dan. kemampuan siswa. Melalui Pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

SERTIFIKASI GURU MELALUI PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2015

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 21.1 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Gaya mengajar adalah cara atau metode yang dipakai oleh guru ketika sedang

Potret Mutu Pendidikan Indonesia Ditinjau dari Hasil-hasil Studi Internasional

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Suharyanto NIM S

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Guna meningkatkan mutu pembelajaran dan pendidikan di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. pasal 5 ayat (1) mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak. memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menyelenggarakan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dijamin dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 50 Ayat 3

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Guru sebagai pendidik bertanggung jawab mewariskan nilai-nilai dan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

HAK GURU. Uraian tentang hak-hak guru selanjutnya dituangkan dalam tabel di bawah ini.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah suatu lembaga profesional yang bertujuan membentuk anak didik menjadi manusia dewasa yang berkepribadian matang dan tangguh, yang dapat dipertanggungjawabkan dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan dirinya sendiri. Orang tua tidak memiliki waktu yang cukup dan tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mendidik anak mereka menjadi seperti yang mereka harapkan, sehingga mereka mempercayakan anak-anaknya untuk dididik di sekolah. Tanggung jawab ini diberikan kepada para guru dan tenaga kependidikan yang lainnya. Itulah sebabnya guru harus dididik dalam profesi kependidikan agar memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien. Hal ini mungkin dilakukan jika guru tersebut adalah seorang yang profesional (Hamalik, 2009:6). Seorang guru yang profesional adalah guru yang mengedepankan mutu dalam kualitas layanan dan produknya. Layanan guru harus memenuhi standarisasi kebutuhan masyarakat, bangsa, dan pengguna serta memaksimalkan kemampuan peserta didik berdasarkan potensi dan kecakapan yang dimiliki masing-masing individu. Individu-individu tersebut diharapkan mampu bersaing dalam dunia akademisi dan dunia kerja yang tidak lain berfokus pada mutu setelah lulus dari sekolah (Yamin, 2010:28).

2 Seorang guru yang profesional juga ditandai dengan adanya sertifikat pendidik yang didapat melalui program sertifikasi guru. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa seorang guru yang profesional adalah guru yang memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma IV (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Mulyasa dalam bukunya Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru menyebutkan bahwa sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru layak untuk diberikan izin dan kewenangan mengajar serta prosedur yang digunakan untuk memberikan jaminan tertulis bahwa seseorang telah memenuhi persyaratan kompetensi sebagai guru (2008:34) Pada bulan Februari tahun 2012 lalu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengadakan pelaksanaan Uji Kompetensi Awal (UKA) bagi guru yang akan mengikuti sertifikasi. Materi yang diujikan adalah materi yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik dan profesional guru. Namun hasil yang didapatkan belum memuaskan, hal ini ditandai dengan nilai rata-rata nasional UKA yang hanya 42.25 dengan standar deviasi 12.72. Angka ini menandakan bahwa rata-rata kompetensi guru di Indonesia hanya 42.25 %. Nilai rata-rata tertinggi diperoleh Provinsi DIY dengan nilai rata-rata 50.1 dan nilai rata-rata terendah diperoleh Provinsi Maluku dengan nilai rata-rata 34.5. Tabel

3 1.1. memperlihatkan data 10 provinsi dengan nilai UKA tertinggi dan 5 provinsi dengan nilai UKA terendah. Tabel 1.1. 10 Provinsi dengan Nilai UKA Tertinggi dan 5 Provinsi dengan Nilai UKA Terendah No Provinsi Nilai Rata-rata 10 Provinsi dengan Nilai UKA Tertinggi 1 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 50.1 2 DKI Jakarta 49.2 3 Bali 48.9 4 Jawa Timur 47.1 5 Jawa Tengah 45.2 6 Jawa Barat 44.0 7 Kepulauan Riau 43.8 8 Sumatera Barat 42.7 9 Papua 41.1 10 Banten 41.1 5 Provinsi dengan Nilai UKA Terendah 1 Maluku 34.5 2 Maluku Utara 34.8 3 Kalimantan Barat 35.4 4 Kalimantan Tengah 35.5 5 Jambi 35.7 Sumber Data: Jawa Pos Group Online 2012 Pada Tabel 1.1. tersebut terlihat bahwa Provinsi Jawa Barat masuk peringkat 10 besar di urutan ke-6 provinsi dengan nilai UKA tertinggi dengan nilai rata-rata 44.0. dan berada di atas nilai rata-rata nasional (42.25). Data ini menunjukkan bahwa rata-rata kompetens guru di Provinsi Jawa Barat hanya 44 %, dan ini juga bukan hasil yang bagus.

4 Seorang guru juga dikatakan mampu mengemban tugasnya sebagai seorang yang profesional jika memiliki kinerja yang bagus. Yamin (2010:87) mengatakan bahwa kinerja seorang pengajar adalah perilaku atau respons yang memberi hasil yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika menghadapi suatu tugas. Kinerja tenaga pengajar pada dasarnya lebih terfokus pada perilaku tenaga pengajar di dalam pekerjaannya, demikian pula perihal efektivitas tenaga pengajar adalah sejauh mana kinerja tersebut dapat memberi pengaruh kepada peserta didik. Seorang guru yang memiliki kinerja yang bagus akan terlihat dari potensi dan kecakapan yang dimiliki orang peserta didik. Namun kenyataannya, masih banyak tenaga pengajar yang berasal dari orang-orang di luar kependidikan, akibatnya terkadang tidak dapat memberikan pelayanan yang maksimal terhadap siswa dan masyarakat. Sebagai contoh, pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan diri atau alam lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Depdiknas, 2007). Tetapi kesan yang timbul di sebagian peserta didik ternyata berbeda, pelajaran IPA dianggap membingungkan. Jika peserta didik di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) ditanyakan tentang pelajaran apa yang dianggap paling sulit dipahami, barangkali jawaban mereka adalah pelajaran IPA terutama untuk mata pelajaran fisika dan kimia, karena di dalamnya terdapat

5 banyak hal abstrak yang sukar dipahami dan banyak rumus yang harus dihapal. Kenyataan ini dapat dilihat dari hasil studi Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang dikoordinasikan oleh International Educational Achievement (IEA) yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda. TIMSS adalah sebuah studi internasional tentang prestasi belajar siswa SMP untuk mata pelajaran matematika dan sains yang menunjukkan kemampuan IPA peserta didik SMP dan dilakukan setiap 4 tahun. Manfaat yang diperoleh bagi Indonesia dengan adanya studi ini antara lain adalah untuk mengetahui posisi peserta didik Indonesia dibanding peserta didik negara lain, sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan mutu pendidikan. Berikut adalah tabel peringkat prestasi sains siswa-siswa SMP antar negara peserta pada tahun 1999, 2003, dan 2007. Tabel 1.2. Skor Rata-rata Prestasi Sains Siswa SMP antar negera peserta TIMSS TIMSS 1999 TIMSS 2003 TIMSS 2007 No. Negara Skor No. Negara Skor No. Negara Skor 1 Taiwan 569 1 Singapura 578 1 Singapura 567 2 Singapura 568 2 Taiwan 571 2 Taiwan 561 3 Hungaria 552 3 Korea Selatan 558 3 Jepang 554 4 Jepang 550 4 Hongkong 556 4 Korea Selatan 553 5 Korea Selatan 549 5 Estonia 552 5 Inggris 542 6 Belanda 545 6 Jepang 552 6 Hungaria 539 7 Australia 540 7 Inggris 544 7 Ceko 539 8 Ceko 539 8 Hungaria 543 8 Slovenia 538 9 Inggris 538 9 Belanda 536 9 Hongkong 530 10 Finlandia 535 10 Amerika Serikat 527 10 Rusia 530 11 Slowakia 535 11 Australia 527 11 Amerika Serikat 520 12 Belgia 535 12 Swedia 524 12 Lituania 519 13 Slovenia 533 13 Slovenia 520 13 Australia 515 14 Kanada 533 14 Selandia Baru 520 14 Swedia 511 15 Hongkong 530 15 Lituania 519 Internasional 500

6 Lanjutan Tabel 1.2. 16 Rusia 529 16 Slowakia 517 15 Skotlandia 496 17 Bulgaria 518 17 Belgia 516 16 Italia 495 18 Amerika Serikat 515 18 Rusia 514 17 Armenia 488 19 Selandia Baru 510 19 Latvia 512 18 Norwegia 487 20 Latvia 503 20 Skotlandia 512 19 Ukraina 485 21 Italia 493 21 Malaysia 510 20 Yordania 482 22 Malaysia 492 22 Norwegia 494 21 Malaysia 471 23 Lituania 488 23 Italia 491 22 Thailand 471 Internasional 488 24 Israel 488 23 Serbia 470 24 Thailand 482 25 Bulgaria 479 24 Bulgaria 470 25 Rumania 472 26 Yordania 475 25 Israel 468 26 Israel 468 Internasional 474 26 Bahrain 467 27 Siprus 460 27 Maldova 472 27 Bosnia Herzegovina 466 28 Maldova 459 28 Rumania 470 28 Rumania 462 29 Masedonia 458 29 Serbia 468 29 Iran 459 30 Yordania 450 30 Armenia 461 30 Malta 457 31 Iran 448 31 Iran 453 31 Turki 454 32 INDONESIA 435 32 Masedonia 449 32 Siria 452 33 Turki 433 33 Siprus 441 33 Siprus 452 34 Tunisia 430 34 Bahrain 438 34 Tunisia 445 35 Cili 420 35 Palestina 435 35 INDONESIA 427 36 Filipina 345 36 Mesir 421 36 Oman 423 37 Maroko 323 37 INDONESIA 420 37 Georgia 421 38 Afrika Selatan 243 38 Cili 413 38 Kuwait 418 39 Tunisia 404 39 Kolombia 417 40 Saudi Arabia 398 40 Libanon 414 41 Maroko 396 41 Mesir 408 42 Libanon 393 42 Algeria 408 43 Filipina 377 43 Palestina 404 44 Botswana 365 44 Saudi Arabia 403 45 Gana 255 45 Maroko 402 46 Afrika Selatan 244 46 Elsavador 387 47 Botswana 355 48 Qatar 319 49 Ghana 303 Sumber: http://timssandpirls.bc.edu/timss2007/pdf/t07_s_ir_chapter1.pdf.

7 Tabel 1.2 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai sains siswa SMP negara kita selalu berada di bawah rata-rata internasional dari tiga kali studi TIMSS. Pada tahun 1999 siswa Indonesia berada di peringkat ke-32, pada tahun 2003 berada di peringkat ke-37, dan pada tahun 2007 berada di peringkat ke-35. Prestasi siswa kita masih sangat memprihatinkan apalagi jika kita bandingkan dengan prestasi siswa negara tetangga kita Singapura yang pada tahun 2003 dan 2007 berada di peringkat pertama. Berdasarkan kenyataan ini, pemerintah maupun instansi yang terkait di dunia pendidikan telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya dengan melakukan pergantian kurikulum. Pada Tahun 2004 diberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menggantikan kurikulum 1994. Namun masalah besar muncul lagi dengan pergantian kurikulum ini. Pada kurikulum sebelumnya untuk pelajaran IPA SMP hanya terdapat mata pelajaran fisika dan biologi dengan guru yang berbeda, Pada KBK, selain ditambahkan mata pelajaran kimia, hal lain yang menjadi kendala besar bagi guru IPASMP adalah mereka harus mengajarkan IPA secara terpadu, artinya seorang guru harus mampu mengajarkan mata pelajaran fisika, biologi dan kimia sekaligus, sedangkan kebanyakan dari mereka berkualifikasi fisika dan biologi. Keadaan ini diperparah lagi dengan kenyataan bahwa buku pelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah lebih banyak berfokus pada bagaimana agar anak memiliki kemampuan mengerjakan tes untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan pengertian belajar yang baik,

8 dimana siswa mengalami dan dapat mempergunakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi ini menuntut agar guru IPA terus berupaya untuk meningkatkan kompetensinya dalam meningkatkan kemampuannya menguasai materi pembelajaran dan juga dalam menguasai model dan metode-metode pembelajaran. Upaya-upaya ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan disusunnya UU no. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yaitu (1) meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran (2) meningkatkan tanggung jawab profesi guru sebagai pengajar, pendidik, pelatih, pembimbing dan manajer pembelajaran (3) memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan keprofesionalannya secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat (4) memberikan jaminan perlindungan hukum bagi guru dalam menjalankan profesi keprofesionalannya, dan (5) meningkatkan mutu pelayanan dan hasil pendidikan. Tujuan tersebut dapat dicapai khususnya tentang Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) dengan cara sebagai berikut (1) pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan pengembangan profesi dan karir untuk kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional (2) pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru di tingkat satuan pendidikan diselenggarakan oleh pemerintah, pemda atau masyarakat sesuai dengan kebijakan strategis yang ditetapkan menteri (3) pengembangan kualifikasi dan kompetensi

9 guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemda atau masyarakat merupakan tanggung jawab pemerintah dan pemda (4) satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib membina dan mengembangkan guru, dan (5) pemerintah dan pemda wajib menyediakan anggaran untuk meningkatkan profesionalisme dan pengabdian guru (6) beban kerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sekurang-kurangnya 24 jam dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam satu minggu. Selain untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya, PKB juga diakui sebagai salah satu unsur utama yang diberikan angka kredit untuk pengembangan karir guru khususnya dalam kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru selain kegiatan pembelajaran/pembimbingan dan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, bahwa setiap guru untuk dapat naik jenjang jabatan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi harus memenuhi persyaratan kenaikan pangkat. Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kredit mengamanatkan bahwa guru wajib mengikuti PKB setiap tahun. Harapannya melalui kegiatan PKB akan terwujud guru yang profesional yang bukan hanya sekedar memiliki ilmu pengetahuan yang kuat, tuntas dan tidak setengah-setengah, tetapi tidak kalah pentingnya juga memiliki kepribadian yang matang, kuat dan seimbang.

10 Banyak cara yang dapat ditempuh guru untuk meningkatkan profesionalismenya antara lain dengan mengikuti kegiatan pelatihan, seminar, workshop atau pemagangan baik yang diselenggarakan oleh lembaga pemerintah, perguruan tinggi atau lembaga non pemerintah. Jumlah guru yang banyak tidak memungkinkan mereka bisa mengikuti kegiatan keprofesionalan seperti di atas karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh pemerintah. Pemerintah berupaya mengatasi permasalahan tersebut, salah satu caranya adalah dengan menyediakan satu wadah profesi untuk guru yaitu Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Menurut Pedoman Penyelenggaraan MGMP (1995), MGMP adalah forum/wadah kegiatan profesional guru mata pelajaran sejenis di sanggar yang terdiri dari dua unsur yaitu Musyawarah dan Guru Mata Pelajaran. Musyawarah mencerminkan kegiatan dari, oleh, dan untuk guru, sedangkan Guru Mata Pelajaran adalah guru SMP dan SMA Negeri maupun Swasta yang mengasuh dan bertanggung jawab mengelola mata pelajaran yang ditetapkan di dalam kurikulum. Melalui wadah MGMP ini diharapkan guru dapat tetap mempertahankan kualitas profesionalismenya sesuai tuntutan jaman dan kebutuhan sekolah. Selain itu, MGMP juga dituntut untuk berperan sebagai: (1) reformator, dalam classroom reform, terutama dalam reorientasi pembelajaran efektif, (2) mediator dalam pengembangan dan peningkatan sistem pengujian, (3) supporting agency, dalam inovasi manajemen kelas dan manajemen sekolah, (4) collaborator, terhadap unit terkait dan organisasi profesi yang relevan, (5) evaluator dan

11 developer school reform dalam konteks MPMBS, dan (6) clinical dan academic supervisor, dengan pendekatan penilaian appraisal (Hunaenah, 2008:13). Tujuan MGMP yang tercantum di dalam buku Pedoman Penyelenggaraan MGMP seluruh Indonesia adalah: 1. Menumbuhkan semangat guru untuk meningkatkan kemampuan dan keahliannya dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program kegiatan pembelajaran 2. Memeratakan kemampuan dan keahlian guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk menunjang usaha peningkatan pemerataan mutu pendidikan 3. Menampung segala permasalahan yang dihadapi guru dan memberikan solusi penyelesaiannya sesuai dengan karakteristik guru, mata pelajaran, sekolah, dan lingkungan 4. Membantu guru untuk memperoleh informasi tentang dunia pendidikan yang berkaitan dengan kegiatan, kebijakan pengembangan kurikulum dan mata pelajaran yang diampunya 5. Membantu guru dalam upaya menyediakan kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar 6. Memberi kesempatan kepada guru untuk saling tukar informasi dan saling tukar pengalaman mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta pengembangan metode teknik mengajar

12 Berdasarkan tujuan dibentuknya forum MGMP ini, terlihat jelas bahwa idealnya seorang guru dituntut aktif dalam mengikuti kegiatan MGMP dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan kompetensi profesionalismenya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian tentang seberapa besar pengaruh model PKB guru melalui kegiatan MGMP terhadap peningkatan kompetensi pedagogik dan profesional serta dampaknya terhadap kinerja guru. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Permasalahan yang menyangkut kompetensi guru merupakan suatu permasalahan yang sangat kompleks. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru menyebutkan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, guru wajib memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model PKB melalui kegiatan MGMP memberikan dampak terhadap kompetensi pedagogik dan profesional serta terhadap kinerja guru. Penulis membatasi hanya mengkaji kedua kompetensi ini karena dinilai memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerjanya yang nantinya akan berdampak langsung terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Scales (2011:54) dalam bukunya Continuing Professional Development in the Lifelong Learning Sector, bahwa ada dua bagian penting yang berkaitan dengan professional guru dan guru harus secara berkesinambungan meningkatkan

13 kemampuannya yaitu terkait kemampuannya dalam mengajarkan bidang studi yang diampu (kompetensi professional) dan kemampuannya mengelola pembelajaran di kelas (kompetensi pedagogik). Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini dirumuskan lagi ke dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah gambaran model PKB melalui kegiatan MGMP IPA SMP Kota Bandung? 2. Bagaimanakah gambaran kompetensi pedagogik guru IPA SMP Kota Bandung? 3. Bagaimanakah gambaran kompetensi professional guru IPA SMP Kota Bandung? 4. Bagaimanakah gambaran kinerja guru IPA SMP Kota Bandung? 5. Seberapa besar pengaruh model PKB melalui kegiatan MGMP terhadap kompetensi pedagogik guru? 6. Seberapa besar pengaruh model PKB melalui kegiatan MGMP terhadap kompetensi professional guru? 7. Seberapa besar pengaruh model PKB melalui kegiatan MGMP, kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional terhadap kinerja guru? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

14 Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui model PKB guru melalui kegiatan MGMP terhadap kompetensi pedagogik dan profesional serta terhadap kinerja guru. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengetahui gambaran model PKB melalui kegiatan MGMP IPA SMP di Kota Bandung b. Mengetahui gambaran kompetensi pedagogik guru IPA SMP Kota Bandung c. Mengetahui gambaran kompetensi profesional guru IPA SMP Kota Bandung d. Mengetahui gambaran kinerja guru IPA SMP Kota Bandung e. Mengetahui pengaruh antara model PKB melalui kegiatan MGMP terhadap kompetensi pedagogik guru IPA SMP Kota Bandung f. Mengetahui pengaruh antara model PKB melalui kegiatan MGMP terhadap kompetensi profesional guru IPA SMP Kota Bandung g. Mengetahui pengaruh antara model PKB melalui kegiatan MGMP, kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional terhadap kinerja guru 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini dianggap penting dilaksanakan karena hasilnya akan bermanfaat bagi sekolah dan pihak-pihak yang terkait. a. Manfaat Teoritis 1) Menjadi sumbangan ilmu bagi perkembangan program PKB

15 2) Menjadi sumbangan ilmu manajemen khususnya manajemen tentang pemberdayaan kelompok-kelompok kerja 3) Menjadi referensi/rujukan bagi penelitian selanjutnya dalam bidang kajian yang sama b. Manfaat Praktis 1) Menjadi salah satu referensi pembuatan kebijakan dalam penyelenggaraan kegiatan MGMP di Kota Bandung bagi instansi terkait seperti Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/kota 2) Feedback untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dan efisiensi model PKB melalui kegiatan MGMP bagi pengurus MGMP IPA SMP Kota Bandung D. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pemahaman dan pemecahan masalah secara struktur dan sistimatis, maka penulis menyusun suatu bentuk penulisan sebagai berikut : Bab. I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, asumsi penelitian, hipotesis, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab. II Kerangka Teoritis

16 Bab ini menguraikan beberapa konsep dasar tentang mutu pendidikan, Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM), Continuing Professional Development (CPD), Musyawarah Guru Mata Pelalajaran (MGMP), kompetensi, dan kinerja Bab.III Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, rancangan penelitian, variabel penelitian dan desain operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data Bab.IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini menguraikan tentang pembahasan atau analisis hasil penelitian atau hasil pengolahan data mengenai model PKB melalui MGMP dan pengaruhnya terhadap kompetensi pedagogik dan profesional serta dampaknya terhadap kinerja guru Bab.V Kesimpulan dan Rekomendasi Bab terakhir menguraikan tentang kesimpulan sebagai pemaknaan peneliti secara terpadu terhadap semua hasil penelitian yang diperolehnya. Selanjutnya penulis mengemukakan rekomendasi yang ditujukan dalam rangka perbaikan dan peningkatan dari hasil penelitian ini.