BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA DATA. Setelah penyebab-penyebab dominan diketahui, maka rencana. perbaikan dilakukan dengan mengimplementasikan sistem Milk-run untuk

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan bisnis yang terjadi di kalangan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA HASIL. No Palet #1 #2 #3 #4 #5 Tipe Part Master Box Master Box Master Box Cushion Cushion 2nd Layer O O O O O 1st Layer X X X X X

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengiriman barang dari pabrik ke agen atau pelanggan, yang tersebar di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. konsumen adalah kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PERENCANAAN SISTEM TRANSPORTASI DAN PENYEDIAAN KOMPONEN LOKAL DENGAN METODE SAVING MATRIX UNTUK WILAYAH CIKARANG DI PT.

BAB 1 PENDAHULUAN. tempat tujuan berikutnya dari sebuah kendaraan pengangkut baik pengiriman melalui

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada proses bisnis, transportasi dan distribusi merupakan dua komponen yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hingga ke luar pulau Jawa. Outlet-outlet inilah yang menjadi channel distribusi

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI VCD PEMBELAJARAN KE GUDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, maka pelaku bisnis perlu menerapkan suatu strategi yang tepat agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. usaha produksi dan pendistribusian air minum isi ulang dalam kemasan (AMDK)

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MEMECAHKAN PERMASALAHAN VEHICHLE ROUTING PROBLEM WITH TIME WINDOW MELALUI METODE INSERTION HEURISTIC (STUDI KASUS : PT X WILAYAH BANDUNG)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MINIMASI BIAYA DALAM PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI PRODUK MINUMAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX

Gambar 1.1 Provinsi Dengan Kepadatan Penduduk Tertinggi Tahun 2014 (Badan Pusat Statistik, 2015)

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 10 & 11: MANAJEMEN TRANSPORTASI & DISTRIBUSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ekspedisi. Permasalahan distribusi tersebut mencakup kemudahan untuk

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI ABSTRAK...

Optimasi Penyusunan Paket Suku Cadang Pada PT. XYZ Menggunakan Metode Algoritma Genetik

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan melakukan proses produksi untuk menghasilkan

SKRIPSI PERENCANAAN RUTE TRANSPORTASI TERPENDEK PADA PT. MITRA INTERTRANS FORWARDING (MIF) DENGAN MODEL VRPTW

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Penentuan Rute dan Penjadwalan Kendaraan untuk Pengiriman Spon di CV. Prima Maju Jaya

BAB 2 LANDASAN TEORI

Tugas Akhir. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENYUSUNAN RUTE DISTRIBUSI JUS DALAM KEMASAN MENGGUNAKAN CLARK AND WRIGHT SAVING HEURISTIC

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN POLA DISTRIBUSI OPTIMAL MENGGUNAKAN METODE SAVING MATRIX

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban. dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. transportasi yang harus dikeluarkan dalam proses pendistribusian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SISTEM DITRIBUSI HASIL PRODUKSI BUKU PADA PT. BINA PUTRA MANDIRI

BAB V Hasil dan Pembahasan

PENYELESAIAN VEHICLE ROUTING PROBLEM UNTUK MINIMASI TOTAL BIAYA TRANSPORTASI PADA PT XYZ DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA

PENYELESAIAN VEHICLE ROUTING PROBLEM UNTUK MINIMASI TOTAL BIAYA TRANSPORTASI PADA PT XYZ DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA

BAB I PENDAHULUAN. Alat transportasi merupakan salah satu faktor yang mendukung berjalannya

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.1 No. 2, Agustus 2012 ISSN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cabang distributor dari perusahaan manufaktur yang. memproduksi sandal bermerek Zandilac. Dalam menjalankan usahanya

Manajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq

BAB 4 ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengiriman produk kepada pelanggan harus memiliki penentuan rute secara tepat,

Penentuan Rute Kendaraan Distribusi Produk Roti Menggunakan Metode Nearest Neighbor dan Metode Sequential Insertion *

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Peningkatan produksi unit sepeda motor oleh PT. Astra Honda Motor di tahun

PERANCANGAN SISTEM PENJADWALAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN METODE VEHICLE ROUTING PROBLEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

OPTIMASI PENGATURAN RUTE KENDARAAN DENGAN MUATAN KONTAINER PENUH MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI LAGRANGIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi

BAB I PENDAHULUAN. aplikasinya di berbagai area telah meningkat pesat. Hal ini ditandai dengan

2 pemakaian. Istilah 'warehouse' digunakan jika fungsi utamanya adalah sebagai buffer dan penyimpanan. Jika tambahan distribusi adalah fungsi utmanya,

PENJADWALAN PERJALANAN ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENDISTRIBUSIAN DAN LOADING BARANG DI WILAYAH RUTE SUMATERA UTARA PADA PT.BINA TAMA SENTRA FAJAR MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV Sistem Pengadaan Barang yang Sedang Berjalan di Logistic Section pada PT RCTI

BAB I PENDAHULUAN. Dinas lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta adalah dinas

LAPORAN RESMI MODUL II DYNAMIC PROGRAMMING

Transkripsi:

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pada tahap ini akan dijelaskan secara lebih detail mengenai data-data bahan penelitian berupa data masing-masing pemasok yang akan diimplementasikan Milk-run delivery untuk wilayah kawasan industri MM2100, jarak antar lokasi pemasok yang akan digunakan sebagai pertimbangan penentuan rute perjalanan logistic partner dalam melakukan pengambilan part dari satu pemasok ke pemasok lainnya, dan data-data lainnya. 4.1.1 Daerah Penelitian Lokasi pemasok yang akan dijadikan objek penelitian adalah pemasok yang berlokasi di wilayah kawasan industri MM2100, hal ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan yaitu : a) Didalam 1 (satu) kawasan industri dengan PT. XYZ sehingga diharapkan tingkat keterlambatan akibat kemacetan jalan dapat diminimalisasikan b) Trafic pengiriman barang tinggi, sehingga memungkinkan untuk dilakukan optimalisasi delivery. Untuk lebih memperjelas lokasi dari masing-masing pemasok di wilayah kawasan Industri MM2100, berikut gambaran peta lokasi MM2100 seperti pada gambar 4.1 dibawah ini Sumber : Peta wilayah JABOTABEK skala 1 : 330.000 Gambar 4. 1 Lokasi pemasok PT. XYZ

31 Sumber : MM2100 Gambar 4.2 Peta lokasi kawasan industri MM2100 tahun 2007

32 4.1.2 Data Pemasok Pada tabel berikut ini akan dijelaskan mengenai data pemasok yang berlokasi di dalam kawasan industri MM2100. Data berikut meliputi nama pemasok dan produk utama dari masing-masing pemasok untuk menunjang produksi unit di PT. XYZ. Secara lengkap akan dijelaskan pada tabel 4.1 berikut : Tabel 4. 1 Data Pemasok di Kawasan Industri MM2100 No Nama Pemasok Produk 1 PT. Honda Lock Indonesia Key Set 2 PT. Jaya Victori Indonesia Switch Assy Side Stand 3 PT. Shindengen Indonesia CDI, Regulator Assy 4 PT. Toyo Denso Indonesia Coil Ign 5 PT. Shinto Kogyo Indonesia Part Plastic 6 PT. NOK Indonesia Seal 7 PT. Federal Nittan Indonesia Valve Sumber : Internal Warehouse Plant 3 Cikarang 4.1.3 Model Pengadaan Part Local di PT. XYZ Pemasok yang melakukan pengiriman ke PT. XYZ Plant 3 saat ini menggunakan metode direct delivery dimana masing-masing pemasok mengirimkan barang langsung ke PT. XYZ sehingga tingkat kedatangan kendaraan tinggi pada area receiving dan jarak perjalanan menjadi lebih panjang. Berikut ini alur pengiriman yang dilakukan oleh pemasok di kawasan industri MM2100 pada gambar 4.3 dibawah ini : Sumber : Internal Warehouse Plant 3 Cikarang Gambar 4. 3 Model Supply Chain Sepeda Motor saat ini di PT. XYZ pada lokasi kawasan Industri MM2100

33 4.1.4 Cycle Issue dan Frekwensi Pengiriman Frekwensi pengiriman yang dilakukan oleh pemasok disesuaikan dengan cycle issue yang sudah ditentukan oleh PT. XYZ, pola cycle issue ini menyesuaikan dengan pola rencana produksi unit dan level stock yang sudah ditentukan oleh PT. XYZ. Berikut ini data frekwensi pengiriman pemasok di kawasan industri MM2100 : Tabel 4.2 Frekwensi Pengiriman Pemasok kawasan MM2100 No Nama Pemasok cycle issue 1 PT. Honda Lock Indonesia 1:2:4 2 PT. Jaya Victory Indonesia 1:1:2 3 PT. Shindengen Indonesia 1:1:2 4 PT. Toyo Denso Indonesia 1:2:4 5 PT. Shinto Kogyo Indonesia 1:1:2 6 PT. NOK Indonesia 1:1:2 7 PT. Federal Nittan Indonesia 1:1:2 Sumber : Internal Warehouse PT. XYZ Plant 3 4.1.5 Kubikasi Truk Pemasok Kubikasi untuk masing-masing pemasok didapatkan dari dimensi packaging yang digunakan dalam proses pengiriman ke PT. XYZ, sehingga dengan diketahuinya kubikasi kebutuhan per pemasok untuk kebutuhan sehari produksi PT. XYZ maka jumlah trip yang diperlukan dapat ditentukan. Berikut ini adalah volumetix masing-masing pemasok yang berlokasi di kawasan industri MM2100 pada tabel 4.3 dibawah ini : 4.1.6 Biaya Pengiriman Tabel 4.3 Tabel Kubikasi Pemasok No Nama Pemasok Muatan 1 PT. Honda Lock Indonesia 22 pallet 2 PT. Jaya Victory Indonesia 5 pallet 3 PT. Shindengen Indonesia 8 pallet 4 PT. Toyo Denso Indonesia 29 pallet 5 PT. Shinto Kogyo Indonesia 14 pallet 6 PT. NOK Indonesia 3 pallet 7 PT. Federal Nittan Indonesia 4 pallet Sumber : Internal Warehouse PT. XYZ Plant 3 Metode Direct Delivery atau pengiriman langsung yang digunakan pemasok dalam melakukan pengiriman barang ke PT. XYZ bembuat biaya pengiriman dibebankan ke masing-masing pemasok dan hal tersebut dibebankan kedalam harga per barang yang dikirimkan. Total biaya pengiriman per hari yang

34 dikeluarkan oleh pemasok yang berlokasi di kawasan industri MM2100 sebesar Rp 3.550.000, dengan detail pada tabel 4.4 dibawah ini : Tabel 4.4 Biaya pengiriman per hari masing-masing pemasok No Nama Pemasok Muatan 1 PT. Honda Lock Indonesia Rp 800.000 2 PT. Jaya Victory Indonesia Rp 500.000 3 PT. Shindengen Indonesia Rp 400.000 4 PT. Toyo Denso Indonesia Rp 300.000 5 PT. Shinto Kogyo Indonesia Rp 450.000 6 PT. NOK Indonesia Rp 300.000 7 PT. Federal Nittan Indonesia Rp 800.000 Sumber : Internal Warehouse PT. XYZ Plant 3 4.1.7 Armada Milk run Data ukuran truk logistic partner dalam hal ini menggunakan Jasa Ekspedisi PT. Serasi Logistik, berikut dimensi armada yang digunakan : Sumber : Internal Warehouse PT. XYZ Plant 3 Gambar 4. 4 Dimensi Truk Milk-run Berikut ini adalah dimensi dari truk yang digunakan dalam Milk run delivery, 4.2 Pengolahan Data Tabel 4.5 Dimensi truk Milk-run Nama Pemasok Panjang Lebar Tinggi Total dimensi armada 9.9 5.0 5.0 Total dimensi muatan 7.5 2.35 2.45 Sumber : Internal warehouse PT. XYZ Plant 3 4.2.1 Travelling Salesman Problem Data jarak antar pemasok diambil bertujuan untuk dapat menentukan jarak terdekat dari satu pemasok ke pemasok lainnya sehingga didapatkan rute paling efektif yang digunakan oleh logistic partner dalam melakukan pengambilan dan pengiriman barang dari pemasok yang berada di kawasan industri MM2100 ke PT. XYZ. Berikut ini hasil pengolahan data dalam bentuk matrix yang

35 menunjukan hubungan jarak antara satu pemasok dengan pemasok lainnya pada tabel 4.6 dibawah ini : Tabel 4.6 Hubungan Jarak antar Pemasok (dalam Km) AHM FNI HLI JVIC NOK SDT SKI TDI AHM FNI 5 HLI 7 1.5 JVIC 5.5 2 1.5 NOK 6.5 2.5 1 2 SDT 3 0.5 3 2 3 SKI 4 1 2 1 2.5 1 TDI 7 2 1 2 0.5 3 3 Sumber : Hasil pengolahan data Dari tabel 4.6 kemudian diolah kembali untuk mendapatkan urutan pemasok yang memiliki jarak terkecil yang akan dijadikan dasar dalam penentuan rute yang akan digunakan oleh logistic partner, selain faktor jarak nilai kubikasi juga harus masuk kedalam perhitungan, dikarenaka adanya keterbatasan dari kapasitas truk yang dipergunakan hanya 32 m 3, dari hasil perhitungan diperoleh urutan seperti pada tabel 4.7 dibawah ini : Tabel 4.7 Rute Pengiriman Milk-run dengan metode TSP No Nama Pemasok Muatan Akumulasi muatan 1 PT. Shindengen Indonesia 8 pallet 2 PT. Shinto Kogyo Indonesia 14 pallet 3 PT. Jaya Victory Indonesia 5 pallet 4 PT. Federal Nittan Indonesia 4 pallet 31 pallet 5 PT. Toyo Denso Indonesia 27 pallet 30 pallet 6 PT. NOK Indonesia 3 pallet 7 PT. Honda Lock Indonesia 22 pallet 22 pallet Sumber : Hasil pengolahan data Dari data pada tabel 4.7 didapat informasi bahwa jumlah kebutuhan trip dengan menggunakan metode TSP untuk kebutuhan 1 hari produksi normal adalah sebanyak 3 trip dengan jarak tempuh yang harus dilalui 39 km.

36 4.2.2 Vehicle Routing Problem Dengan menggunakan vehicle routing problem dapat ditentukan nilai penghematan (saving) terbesar melalui persamaan berikut ini : s(i, j) = d (D,i) + d (D, Dimana : D i j = Lokasi PT. XYZ j) - d (i, j) = Lokasi supplier tujuan (i) = Lokasi supplier tujuan (j) setelah dilakukan pengolahan data diperoleh nilai penghematan seperti pada tabel 4.8 dibawah ini : Tabel 4.8 Nilai penghematan (dalam Km) AHM FNI HLI JVIC NOK SDT SKI TDI AHM FNI 5 10.5 9 9 7.5 8 10 HLI 7 1.5 11 12.5 7 9 13 JVIC 5.5 2 1.5 10 6.5 8.5 10.5 NOK 6.5 2.5 1 2 6.5 8 13 SDT 3 0.5 3 2 3 6 7 SKI 4 1 2 1 2.5 1 8 TDI 7 2 1 2 0.5 3 3 Sumber : Hasil pengolahan data Setelah dilakukan perhitungan diperoleh nilai saving dengan ranking pada tabel 4.9 dibawah ini : Tabel 4.9 Daftar ranking nilai saving jarak No Lokasi awal dan tujuan Nilai saving (km) 1 (TDI,NOK) 13 2 (HLI, TDI) 13 3 (HLI, NOK) 12.5 4 (HLI, JVIC) 11 5 (JVIC, TDI) 10.5 6 (FNI, HLI) 10.5 7 (JVIC, NOK) 10 8 (FNI, JVIC) 9 9 (FNI, NOK) 9 10 (HLI, SKI) 9 11 (JVIC, SKI) 8.5 12 (FNI, SKI) 8 13 (NOK, SKI) 8 14 (SKI, TDI) 8 15 (FNI, SDT) 7.5 16 (HLI, SDT) 7

37 No Lokasi awal dan tujuan Nilai saving (km) 17 (SDT, TDI) 7 18 (JVIC, SDT) 6.5 19 (NOK, SDT) 6.5 20 (SDT, SKI) 6 Sumber : Pengolahan data Setelah diperoleh daftar ranking nilai saving jarak, langkah selanjutnya adalah menentukan rute yang akan digunakan berdasarkan nilai urutan dan masing-masing kapasitas pemasok. Langkah-langkah menentukan rute : 1. Saving terbesar yang menjadi rute awal yaitu jarak antara PT. TDI dan PT. NOK dari PT. XYZ dengan nilai 13 km, dari PT. XYZ menuju PT. TDI kemudian PT. NOK dengan kapasitas total 32 pallet. 2. Dikarenakan pertimbangan kapasitas dari armada yang digunakan hanya sebesar 32 pallet maka untuk rute ini sudah maksimal. Jadi rute pertama yang harus dilalui logistic partner adalah dari PT. XYZ menuju PT. TDI lalu PT. NOK dan kembali ke PT. XYZ 3. Dengan mengulangi metode diatas diperoleh rute selanjutnya adalah sebagai berikut - Rute II : dari PT. XYZ menuju PT. HLI lalu menuju PT. JVIC lalu PT. FNI dan kembali ke PT. XYZ dengan mautan 31 pallet - Rute III : dari PT. XYZ menuju PT. SDT lalu PT. SKI dan kembali ke PT. XYZ dengan muatan 22 pallet. Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan metode VRP (vehicle routing problem) diperoleh informasi bahwa untuk melakukan pemenuhan kebutuhan produksi 1 hari diperlukan 3 trip pengiriman dengan total jarak tempuh sebesar 36 km. 4.3 Analisis Hasil Pengolahan Data 4.3.1 Jumlah Kedatangan Truk Pemasok Setelah dilakukan implementasi Milk-run terjadi penurunan tingkat kepadatan area receiving dikarenakan terjadi penurunan jumlah kendaraan, dari yang awalnya 9 truk menjadi hanya 3 truk. Seperti yang terlihat pada gambar 4.5 dibawah ini.

38 10 9 5 3 Jumlah armada 0 Direct delivery Milk-run delivery Sumber : Pengolahan Data Gambar 4. 5 Grafik jumlah kedatangan truk sebelum dan setalah Milk-run delivery 4.3.2 Penurunan Emisi dan Jarak Tempuh Kendaraan Dengan dilakukannya perbaikan pada proses pengiriman barang dari yang sebelumnya menggunakan metode direct delivery (104 km) menjadi Milk-run delivery dengan menggunakan rute yang ditentukan dengan menggunakan pendekatan VRP (vehicle routing problem) dapat dilakukan saving (penghematan) jarak tempuh sejauh 68 km. hal ini membuat jarak tempuh menjadi lebih pendek sehingga hal ini berdampak baik pada lingkungan, dikarenakan semakin sedikit gas buang (emision) yang dikeluarkan oleh kendaraan. Detail perhitungan unsur senyawa yang mencemari lingkungan dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini : Tabel 4.10 Perhitungan kadar emisi gas buang kendaraan per tahun Model distribusi Jarak Total Perhitungan (ton/tahun) Dari dan menuju ke part tempuh (km) CO 2 CH 4 N 2 O FNI-XYZ-FNI 2 x 5 10 HLI-XYZ-HLI 2 x 7 x 2 28 JVIC-XYZ-JVIC 2 x 5,5 11 Direct delivery NOK-XYZ-NOK 2 x 6,5 13 11.17 0.01 0.54 SDT-XYZ-SDT 2 x 3 6 SKI-XYZ-SKI 2 x 4 8 TDI-XYZ-TDI 2 x 7 x 2 28 Total 104 11.17 0.01 0.54 TSP XYZ-SDT-SKI-JVIC- FNI-XYZ 11 XYZ-TDI-NOK-XYZ 11 4.19 0.01 0.20 XYZ-HLI-XYZ 14 Milk-run Total 39 4,19 0,01 0,20 delivery XYZ-NOK-TDI-XYZ 14 VRP XYZ-HLI-JVIC-FNI- XYZ 14 3.87 0.01 0.19 XYZ-SDT-SKI-XYZ 8 Total 36 3.87 0.01 0.19 Sumber : Pengolahan data

39 Dari tabel 4.10 dapat dilihat mengenai perbandingan jumlah emisi yang mencemari udara disekitar kawasan industri MM2100 antara sebelum dan setelah perbaikan, untuk sebelum dilakukannya perbaikan jarak tempuh yang harus dilalui oleh pemasok sejauh 104 km dengan total emisi (CO 2e ) sebesar 11.72 ton/tahun dan setalah dilakukanya perbaikan dengan pola Milk-run delivery dengan pendekatan VRP ( vehicle routing problem) jarak tempuh yang dilalui menjadi 36 km dan total kadar (CO 2e ) yang dihasilkan dapat ditekan menjadi 4.06 ton/tahun. 4.3.3 Penghematan Biaya Transportasi Dengan menggunakan Milk-run delivery dapat menghemat biaya transportasi sebesar Rp 2.230.000 per hari dari 7 pemasok dikawasan MM2100, dari biaya transportasi sebelumnya sebesar Rp. 3.550.000 menjadi Rp 1.320.000, nilai penghematan masing-masing pemasok dapat dilihat pada tabel 4.11 dibawah ini : Tabel 4.11 Nilai Penghematan No Nama Pemasok Direct Delivery Milk-run delivery 1 PT. Jaya Victory Indonesia Rp. 500.000 2 PT. Shindengen Indonesia Rp. 300.000 Rp. 440.000 3 PT. Shinto Kogyo Indonesia Rp. 400.000 4 PT. Federal Nittan Indonesia Rp. 800.000 5 PT. Toyo Denso Indonesia Rp. 300.000 Rp. 440.000 6 PT. NOK Indonesia Rp. 450.000 7 PT. Honda Lock Indonesia Rp. 800.000 Rp. 440.000 Sumber : Pengolahan Data