BAB I PENDAHULUAN. daya yang ada, karena jika tuntutan kebutuhan masyarakat tidak seimbang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

I. PENDAHULUAN. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik merupakan badan Pemerintahan yang

I. PENDAHULUAN. kepedulian terhadap potensi dan keanekaragaman daerah. daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan rakyat sebagai subjek bukan objek pembangunan, sehingga

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

I. PENDAHULUAN. kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat. Pada pasal 1 ayat 2 Undang-

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat adalah tujuan utama suatu negara, tingkat

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pusat atau disebut pemerintah dan sistem pemerintahan daerah. Dalam praktik

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang selanjutnya disebut

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. politik yang sama sekali tidak demokratis. Di dalam masa transisi menuju

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan satu aspek yang penting dalam kehidupan. negara serta wujud dari upaya negara dalam memenuhi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, maupun kemasyarakatan maupun tugas-tugas pembantuan yang

I. PENDAHULUAN. dalam bentuk barang publik maupun jasa publik pada prinsipnya menjadi

BAB I PEDAHULUAN. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. daerah yang dibagi atas perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota. Perangkat

BAB V PENUTUP. 1. Latar belakang KPU Kabupaten Sleman melaksanakan pendidikan politik. UU No. 15 tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilu.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 62/PUU-X/2012 Tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Riau

I. PENDAHULUAN. hingga kini masih menjadi isu sentral di belahan bumi mana pun. Selain bersifat

BAB I PENDAHULUAN. tanah air dan kepada daerah diberi hak otonomi untuk mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

I. PENDAHULUAN. merupakan permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 28D ayat (4) disebutkan bahwa salah satu

BAB. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kesatuan dengan sistem Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan di suatu daerah merupakan tanggung jawab pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah Provinsi,

METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

SKRIPSI. Pemekaran Nagari Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pemerintahan Nagari

BAB I PENDAHULUAN memandang pentingnya otonomi daerah terkait dengan tuntutan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PESAWARAN DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan bentuk realisasi dari Pasal 18 Undang

PERKEMBANGAN DAN HUBUNGAN DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN BELANJA PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk dapat mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah. Karena otonomi daerah itu sendiri adalah hak, wewenang, dan

IV. GAMBARAN UMUM. A. Profil Wali Kota Bandar Lampung. Drs. H. Herman HN, MM dilahirkan dari keluarga sederhana pada tanggal 17

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Hasil amandemen Undang-undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

I. PENDAHULUAN. Administrasi publik yang dipandang oleh Chandler dan Plano dalam Pasolong

I. PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sumber dana dari dalam negeri antara lain

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemilihan kepala daerah sebelumnya yang dipilih oleh anggota Dewan

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

KEWENANGAN GUBERNUR DALAM URUSAN AGAMA DI DAERAH SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

I. PENDAHULUAN. secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

I. PENDAHULUAN. Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional yang turut. maupun tidak langsung. Tujuan pembangunan nasional khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan (Sumarno, 2005:131). pelaksanaan pemilihan kepala daerah ( pilkada ).

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait adalah pengisian jabatan kepala daerah. Dalam Pasal 18 ayat (4) UUD

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

RINGKASAN. vii. Ringkasan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

BAB I PENDAHULUAN. penentuan strategi komunikasi, jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek

KONSEPSI KAJIAN PKN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

PERAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT 1 (Studi di Kabupaten Bolaang Monggondow Utara)

I. PENDAHULUAN. yang adil, makmur dan sejahtera. Salah satu strateginya adalah melalui

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PESAWARAN DI PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan gerak yang tidak dapat dibendung akibat sistem penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial, politik, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (pemilu) merupakan instrumen yang digunakan rakyat untuk

Sekapur Sirih. Bandar Lampung, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Drs. Mohamad Razif, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ruang adanya otonomi oleh masing-masing daerah untuk. adanya pemerintahan daerah yang menjalankan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 32,26 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 15,00 RIBU TON, DAN BAWANG MERAH SEBESAR 943 TON

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kehidupan masyarakat semakin hari semakin bertambah sejalan dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Perkembangan kebutuhan ini tentunya harus diselaraskan dengan sumber daya yang ada, karena jika tuntutan kebutuhan masyarakat tidak seimbang maka akan terjadi permasalahan di tengah masyarakat dan persoalan ini akan mengkristal serta berkembang menjadi masalah negara. Persoalan masyarakat yang cukup krusial di lapangan menjadi ulasan penting bagi kajian Administrasi Negara yang fokusnya adalah masalah publik. Administrasi Publik sebagai salah satu ilmu yang dianalogikan sebagai ilmu terapan dalam ilmu sosial atau disebut juga dengan social engineering, merupakan cabang ilmu sosial dan politik di Indonesia. 1 Administrasi Publik melihat bagaimana menjalankan Negara dengan prinsip-prinsip yang ada. Menjalankan pemerintahan dengan keprofesionalitasan, namun dalam 1 Yogi Suprayogi Sugandi, Administrasi Publik Konsep dan Perkembangan Ilmu di Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011, hlm: 1.

2 perjalanannya administrasi publik tidak dapat lepas dari politik sebagai bagian dari dinamika publik. 2 Indonesia sebagai Negara kesatuan (unitary state) dan terdiri dari banyak pulau, pada perkembangan sistem pemerintahannya memilih melaksanakan sistem desentralisasi. Hal ini disebabkan karena sistem desentralisasi dinilai efektif untuk dilaksanakan di Indonesia yang memiliki banyak daerah dan sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu pemerintahan daerah, mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, hal ini diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan telah memilih sistem desentralisasi dalam menjalankan sistem pemerintahannya. 3 Hal ini juga diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengarahkan daerah pada usaha untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri. I Gde Panjta Astawa (2008) mengatakan bahwa, otonomi daerah terkait erat dengan demokrasi. Konsekuensinya, harus ada tata cara dan mekanisme pengisian jabatan-jabatan secara demokratis, terutama jabatan-jabatan 2 Ibid, hlm: 1. 3 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

3 politik. 4 Hasil amandemen Undang-undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu terkait dengan pengisian jabatan Kepala Daerah. Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 menyatakan bahwa Gubernur, Bupati dan Walikota masingmasing sebagai kepala pemerintahan provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis. Perspektif desentralisasi dan demokrasi prosedural, sistem Pemilukada merupakan sebuah inovasi yang bermakna dalam proses konsolidasi di aras lokal. Setidaknya sistem Pemilukada memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan sistem rekruitmen politik yang ditawarkan oleh model sentralistik ala Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 atau model demokrasi perwakilan yang diretas oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. 5 Asas desentralisasi yang didalamnya memuat unsur demokrasi menjadikan partisipasi masyarakat sebagai kunci sukses terlaksananya demokrasi pada proses pemilihan pemimpin negara. Sistem demokrasi dengan filosofi dari oleh dan untuk rakyat dinilai dapat benar-benar menampung aspirasi serta mengutarakan hak masyarakat dalam memilih pemimpinnya sendiri. Tindak lanjut dari pemberlakuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 diselenggarkan Pemilukada langsung. Pemilukada langsung, pertama kali dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2005 di Kutai Kartanegara. Pada tahun 2005 telah berlangsung Pemilukada di 207 kabupaten/ kota dan tujuh provinsi. 4 Suharizal, S.H., M.H, Pemilukada Regulasi, Dinamika, dan Konsep Mendatang, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm: 6. 5 Ibid, hlm: 7.

4 Tahun 2006 terlaksana Pemilukada di 70 kabupaten/ kota dan enam provinsi. Tahun 2008 dilaksanakan 160 Pemilukada di 13 Provinsi, dan 147 kabupaten/ kota. Patrick Merloe seorang anggota senior dalam proses pemilihan Lembaga Demokratik Nasional Untuk Urusan Internasional (NDI) dalam satu pamplet yang ditulisnya untuk konferensi tentang Pemilu di Zimbabwe (15-18 Nopember 1994) menilai bahwa Pemilu sebagai tonggak yang sangat penting dalam peralihan kekuasaan non demokratik ke demokrasi. Ia mengatakan bahwa: Pemilu merupakan suatu kesempatan untuk menguji bagaimana seperangkat lembaga berfungsi dan apakah hak asasi manusia yang fundamental dilindungi dan dipupuk. Ukuran dari hal yang dinyatakan tersebut adalah apakah warga negara menyatakan pendapat politik, berserikat, berkumpul dan bergerak sebagai bagian dari suatu proses pemilihan. 6 Kota Bandar Lampung sendiri mulai melakukan Pemilihan Kepala Daerah pada tahun 2008 yaitu untuk memilih Gubernur beserta Wakil Gubernur dan tahun 2010 memilih Walikota beserta Wakil Walikota. Hingga akhir tahun 2012, Kota Bandar Lampung telah dua kali memilih pemimpin daerahnya secara langsung dalam pesta rakyat daerah terbesar yang disebut Pemilukada. 6 Gregorius, Sahdan, Jalan Transisi Demokrasi Pasca Soeharto, Bantul, YAPPIKA, 2004, hlm: 14.

5 Tabel 1.1 Partisipasi Pemilih pada Pemilukada di Bandar Lampung No Pemilihan/ tahun prosentase 1 Pemilihan 58% Mengalami Gubernur/ 2008 penurunan 2 Pemilihan 57% Walikota/ 2010 1% sumber: www.kpu-lampungprov.go.id, diakses pada 20 Februari 2012, 14.10 (data terlampir) Tabel 1.2 Hasil Pemilu Tahun 2010 di Provinsi Lampung No Kab/ Kota Pemilukada Tahun 2010 1 Bandar Lampung 57% 2 Metro 71% 3 Tanggamus - 4 Way Kanan 76% 5 Lampung Timur 71% 6 Lampung Barat - 7 Lampung Tengah 68% 8 Lampung Selatan 73% 9 Pesawaran 72% 10 Tulang Bawang - 11 Lampung Utara - 12 Pringsewu - 13 Tulang Bawang Barat - 14 Mesuji - Jumlah 69,7% Sumber: data pemilukada KPU Provinsi Lampung, diolah 2013 Data yang disajikan diatas memperlihatkan rendahnya animo masyarakat kota Bandar Lampung akan proses Pemilukada dan lebih memilih untuk masuk dalam golongan yang disebut dengan golongan putih (golput). Persentase terendah di wilayah Bandar Lampung terdapat di Kelurahan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung, berikut data hasil Pemilukada di Bandar Lampung pada tahun 2010:

6 Tabel 1.3 Rekapitulasi Tingkat Partisipasi Pemilih Pemilukada 2010 Per-Kecamatan di Bandar Lampung No Kecamatan DPT Yang Yang tidak Persentase menggunakan hak Pilih menggunakan hak pilih tingkat partisipasi 1 Kedaton 70.950 35.877 35.082 51% 2 Raja Basa 30.175 15.852 14.323 53% 3 Tanjung Seneng 27.629 16.776 10.853 61% 4 Sukarame 51.564 28.757 22.807 56% 5 Tanjung Karang 61.546 30.714 30.832 50% Timur 6 Sukabumi 42.795 24.177 18.618 56% 7 Panjang 44.042 26.886 17.156 61% 8 Teluk Betung 67.302 40.556 26.746 60% Selatan 9 Teluk Betung Barat 40.026 26.308 13.718 66% 10 Teluk Betung Utara 47.961 28.566 19.395 60% 11 Tanjung Karang 44.207 26.806 17.401 61% Barat 12 Tanjung Karang 54.531 26.430 28.101 48% Pusat 13 Kemiling 45.217 29.003 16.214 64% Sumber: Data KPU Rekapitulasi Tingkat Partisipasi Pemilih Pemilu Pemilukada 2010 Per-Kecamatan di Provinsi Lampung Data yang disajikan diatas terlihat bahwa Kecamatan Tanjung Karang Pusat memiliki tingkat partisipasi paling rendah dari 13 Kecamatan yang ada di Kota Bandar Lampung. Kenyataan rendahnya partisipasi masyarakat Kecamatan Tanjung Karang Pusat menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian di daerah tersebut. Rendahnya partisipasi masyarakat tentunya akan merugikan Indonesia khususnya Kota Bandar Lampung, karena seperti yang diketahui bersama bahwa satu suara pemilih sangat berharga untuk menentukan pemimpin bangsa ke depan. Kenyataan ini menggambarkan demokrasi di Indonesia masih belum dapat berdiri dan menemukan jati dirinya sendiri.

7 Terdapat cukup banyak faktor yang memengaruhi tingkat partisipasi masyarakat. Faktor yang diperkirakan memengaruhi tinggi-rendahnya partisipasi politik adalah: 1. Kesadaran politik Ialah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal ini menyangkut pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik, dan menyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat ia hidup. 2. Kepercayaan kepada pemerintah Penilaian seseorang terhadap pemerintah; apakah ia menilai pemerintah bisa dipercaya atau tidak. Kedua faktor di atas bukan faktor-faktor yang berdiri sendiri. Artinya, tinggirendah kedua faktor itu dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti status sosial (keturunan, pendidikan dan pekerjaan) dan status ekonomi, afiliasi politik orangtua dan pengalaman berorganisasi. Seseorang yang memiliki status sosial dan status ekonomi yang cukup tinggi diperkirakan tidak hanya mampu memiliki pengetahuan politik tetapi juga memiliki minat dan perhatian pada politik serta sikap dan kepercayaan kepada pemerintah. 7 Pendidikan dan politik adalah dua elemen penting dalam sistem sosial di setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Keduanya sering dilihat sebagai bagian yang terpisah, yang satu sama lain tidak 7 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1999, hlm.144.

8 memiliki hubungan apa-apa. Padahal, keduanya bahu membahu dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di suatu negara. Lebih dari itu, keduanya satu sama lain saling menunjang dan saling mengisi. 8 Apa yang dicapai dibidang pendidikan nampaknya mempunyai pengaruh demografis terpenting terhadap sikap politik. Orang yang tidak terdidik atau orang yang mendapatkan pendidikan terbatas adalah aktor politik yang berbeda dengan orang yang telah mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ada sejumlah sebab untuk ini. Satu diantaranya, sudah barang tentu, adalah perbedaan pendidikan berkaitan erat dengan perbedaan karakteristik sosial lainnya. Individu yang telah mencapai pendidikan yang lebih tinggi, dibandingkan dengan mereka yang tidak mencapai pendidikan seperti itu, lebih mungkin mendapat penghasilan yang lebih tinggi, bermartabat dan seterusnya dan semua karakteristik ini cenderung mempunyai arah yang sama. 9 Orang yang belajar di sekolah cenderung mempelajari mata pelajaran khusus dan juga keterampilan yang berguna bagi partisipasi politik, dan mereka mempelajari pula norma-norma partisipasi politik. Banyak dari pelajaran ini diperoleh melalui pengajaran langsung; beberapa diantaranya mungkin lebih langsung. Bukan saja pendidikan mempengaruhi perspektif politik, tetapi juga menempatkan individu dalam situasi sosial dimana ia bertemu dengan orang- 8 M. Sirozi, Politik Pendidikan Dinamika HUbungan Antara Kepentingan Kekuasaan dan Praktik Penyelenggaraan Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm: 1. 9 Gabriel A. Almond, Budaya Politik Tingkah Laku Politik dan Demokrasi di Lima Negara, Bina Aksara, Jakarta, 1984, hlm: 382.

9 orang lain dengan tingkat pendidikan yang sama, dan ini cenderung memperkuat pengaruh pendidikannnya sendiri. 10 Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tertentu memiliki kunci menuju partisipasi politik dan keterlibatan dalam politik lebih besar, sementara mereka dengan status pendidikan yang rendah kurang diperlengkapi dengan baik. Setiap negara kelas terdidik lebih mungkin sadar akan pengaruh pemerintah, menerima informasi tentang pemerintahan, mengikuti politik lewat berbagai media, mempunyai pendapat politik tentang sejumlah besar subyek dan terlibat dalam pembahasan politik. Orang dengan pendidikan lebih tinggi pun mungkin memandang dirinya berkompeten mempengaruhi pemerintah dan bebas terlibat dalam diskusi politik. Uraian diatas menunjukkan terdapat hubungan antara pendidikan dengan partisipasi politik seseorang. Tingginya tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan wawasannya tentang politik akan semakin tinggi sehingga partisipasi politiknya juga akan semakin tinggi. Pendidikan bukan saja meningkatkan partisipasi politik, tetapi juga dapat menempatkan individu dalam suatu organisasi yang selanjutnya akan mempertinggi kadar partisipasinya. Kenyataan akan rendahnya partisipasi masyarakat di Bandar Lampung menarik perhatian peneliti untuk membahas mengenai ada atau tidaknya hubungan tingkat pendidikan terhadap Pemilukada yang terjadi di Bandar Lampung pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota tahun 2010. 10 Ibid, hlm: 382-383.

10 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang akan diteliti adalah: 1. Adakah hubungan tingkat pendidikan terhadap partisipasi pemilih dalam Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota tahun 2010 di Bandar Lampung? 2. Seberapa besar hubungan tingkat pendidikan terhadap partisipasi pemilih pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota di Bandar Lampung? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini digunakan untuk: 1. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan terhadap partisipasi pemilih dalam Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota tahun 2010 di Bandar Lampung. 2. Mengetahui besarnya hubungan tingkat pendidikan terhadap partisipasi pemilih pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota di Bandar Lampung. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini ditujukan untuk: a. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa pemikiran serta perkembangan Ilmu Administrasi Negara kajian Pemerintahan

11 Daerah dalam proses pemilihan umum kepala daerah yang terjadi di Bandar Lampung. b. Secara Praktis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan serta wawasan dalam melakukan penelitian terutama di dalam mengkaji masalahmasalah politik yang mengacu pada teori dan pengetahuan yang didapat selama kuliah mengenai pemilihan kepala daerah dan kenyataan di lapangan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai hubungan tingkat pendidikan terhadap partisipasi pemilih dalam Pemikada di Bandar Lampung, serta memberikan masukan dalam pemilihan Kepala Daerah selanjutnya. 3. Sebagai rujukan bagi mahasiswa yang berminat dalam penelitian yang berkaitan dengan judul terkait.