PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENENTUAN KUALITAS SOAL PILIHAN BERGANDA BERDASARKAN UJI RELIABILITAS KUDER-RICHARDSON, ANALISIS BUTIR DAN SISTEM INFERENSI FUZZY

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa

DENIA FADILA RUSMAN

NURAIDA, IRYANTO, DJAKARIA SEBAYANG

STUDY TENTANG APLIKASI FUZZY LOGIC MAMDANI DALAM PENENTUAN PRESTASI BELAJAR SISWA (STUDY KASUS: SMP PEMBANGUNAN NASIONAL PAGAR MERBAU)

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE FUZZY MAMDANI

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

PENENTUAN TINGKAT PELUNASAN PEMBAYARAN KREDIT PEMILIKAN MOBIL DI PT AUTO 2000 MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy

LOGIKA FUZZY (Lanjutan)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SIMULASI MENENTUKAN WAKTU MEMASAK BUAH KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI

Jurnal String Vol. 1 No. 1 Tahun 2016 ISSN: MODEL EVALUASI KINERJA KARYAWAN DENGAN METODE FUZZY SUGENO PADA RESTO ABTL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Model keseimbangan air pada waduk (Sumber : Noor jannah,2004)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI TELEVISI MERK X MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI

MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN FUZZY INFERENCE SYSTEM UNTUK PROMOSI KARYAWAN

PENGGUNAAN SISTEM INFERENSI FUZZY UNTUK PENENTUAN JURUSAN DI SMA NEGERI 1 BIREUEN

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System

BAB II MAKALAH Makalah 1 :

FUZZY MAMDANI DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEBERHASILAN DOSEN MENGAJAR

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY

BAB III METODE PENELITIAN

adalahkelompok profesi terbesar dan berperan vital dalam sistem tersebut yang menyebabkan ABSTRAK

Penentuan Jumlah Produksi Kue Bolu pada Nella Cake Padang dengan Sistem Inferensi Fuzzy Metode Sugeno

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI DENGAN APLIKASI METODE FUZZY MAMDANI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sistem Inferensi Fuzzy

Penerapan FuzzyTsukamotodalam Menentukan Jumlah Produksi

FUZZY LINEAR PROGRAMMING DENGAN FUNGSI KEANGGOTAAN KURVA-S UNTUK PENILAIAN KINERJA KARYAWAN

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

Proses Defuzzifikasi pada Metode Mamdani dalam Memprediksi Jumlah Produksi Menggunakan Metode Mean Of Maximum

Penerapan Fuzzy Logic Sebagai Pendukung Keputusan Dalam Upaya Optimasi Penjualan Barang

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic

ANALISIS & DESAIN SISTEM FUZZY. Menggunakan TOOLBOX MATLAB

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA

Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI

Penerapan Logika Fuzzy

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima

Jurnal Informatika SIMANTIK Vol. 2 No. 2 September 2017 ISSN:

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE FUZZY MAMDANI DALAM MEMPREDIKSI TINGGINYA PEMAKAIAN LISTRIK ( STUDI KASUS KELURAHAN ABC )

IMPLEMENTASI FUZZY MAMDANI DALAM SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN KESESUAIAN BIDANG PEMINATAN MAHASISWA (STUDI KASUS : UNIVERSITAS POTENSI UTAMA)

Metode Mamdani Untuk Klasifikasi Dalam Prediksi Indeks Pembangunan Manusia Di Kota Banda Aceh

Penilaian Hasil Belajar Matematika pada Kurikulum 2013 dengan Menggunakan Logika Fuzzy Metode Mamdani

PERBANDINGAN PENERAPAN METODE FUZZY MAMDANI DAN SUGENO DALAM MEMPREDIKSI TINGGINYA PEMAKAIAN LISTRIK ( STUDI KASUS KELURAHAN XYZ)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMU DENGAN LOGIKA FUZZY

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Himpunan Tegas (Crisp)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY. Abstraksi

BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibandingkan antara aplikasi teori graf fuzzy dan

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH BIOLOGI UMUM DI UNIVERSITAS PAPUA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN GURU TELADAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY MAMDANI ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tahap Sistem Pakar Berbasis Fuzzy

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

PREDIKSI NILAI TUKAR RUPIAH MENGGUNAKAN METODE MAMDANI

BAB III METODE PENELITIAN

Rumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah

Penggunaan Mamdani Fuzzy Expert System untuk Mengevaluasi Kinerja Dosen

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN (STUDI KASUS DI TOKO KENCANA KEDIRI)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya

BAB III METODE PENELITIAN. berupa deskriptif dari gejala yang diamati, berupa angka-angka atau koefisien

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DENGAN PERMINTAAN DAN PASOKAN TIDAK PASTI (Studi Kasus pada PT.XYZ) AYU TRI SEPTADIANTI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

EVALUASI KINERJA GURU DENGAN MENGGUNAKAN FUZZY INFERENCE SYSTEM (FIS) MAMDANI

KUALITAS TES UJIAN NASIONAL MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMP PADA SUB RAYON II KOTA KENDARI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Muhammad Idris 1), Arvyaty 2)

BAB IV PEMBAHASAN. A. Aplikasi Fuzzy Logic untuk Menilai Kolektibilitas Anggota Sebagai. Pertimbangan Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit

I. PENDAHULUAN Sebagai perusahaan yang memproduksi trafo, PT Bambang Djaja harus merencanakan dengan baik

Mengukur Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kinerja Dosen Menggunakan Metode Fuzzy Mamdani

PENERAPAN LOGIKA FUZZY DALAM OPTIMASI PRODUKSI BARANG MENGGUNAKAN METODE MAMDANI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tingkat kesehatan bank dapat diketahui dengan melihat peringkat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. IPA semester ganjil yaitu pada bulan September - Oktober Tahun Ajaran

PERBANDINGAN METODE TSUKAMOTO, METODE MAMDANI DAN METODE SUGENO UNTUK MENENTUKAN PRODUKSI DUPA (Studi Kasus : CV. Dewi Bulan)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang diambil yaitu ex post facto, dimana penelitian ini hanya

Regresi Linier Berganda untuk Penentuan Nilai Konstanta pada Fungsi Konsekuen di Logika Fuzzy Takagi-Sugeno

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 2. LANDASAN TEORI

Transkripsi:

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam pelaksanaan pembelajaran selalu ditemui evaluasi-evaluasi untuk menguji tingkat pemahaman terhadap suatu bahan yang dipelajari. Evaluasi-evaluasi ini tidak boleh hanya sembarang saja dibentuk karena evaluasi ini selalu menjadi penentu tingkat pemahaman seseorang. Evaluasi terdiri dari evaluasi berbentuk essay atau pilihan ganda yang masing-masing memiliki cara penilaian yang berbeda-beda. Evaluasi berbentuk essay biasanya menggunakan sistem penilaian poin bertingkat yang jelas berbeda dengan sistem penilaian pada evaluasi berbentuk pilihan ganda yang hanya memberi poin 1 pada jawaban benar dan poin 0 pada jawaban salah. Evaluasi berbentuk pilihan ganda memiliki beberapa pilihan jawaban yang terdiri dari jawaban sebenarnya dan beberapa pilihan jawaban pengecoh. Sebuah evaluasi haruslah memiliki kualitas yang baik. Kualitas sebuah evaluasi dapat dianalisis dengan teknik analisis butir. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat kualitas salah satu evaluasi yang dilaksanakan oleh sebuah lembaga pendidikan dengan melakukan analisis butir terhadap jawaban peserta evaluasi. Untuk menentukan kategori kualitas evaluasi digunakan sistem inferensi fuzzy yaitu metode Mamdani dan Sugeno. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan hasil pengkategorian kualitas yang didapatkan berdasarkan analisis butir. B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana menentukan kualitas sebuah evaluasi dengan uji reliabilitas Kuder- Richardson teknik Analisis Butir dan Sistem Inferensi Fuzzy? C. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah : Menentukan kualitas sebuah evaluasi dengan uji reliabilitas Kuder-Richardson, teknik Analisis Butir dan Sistem Inferensi Fuzzy metode Mamdani dan Sugeno. xi

Hasil penelitian ini dituangkan dalam dua makalah sebagai berikut : 1. Penilaian Soal-Soal Pilihan Berganda dengan Menggunakan Analisis Butir dan Metode Fuzzy Mamdani. Dipublikasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Universitas PGRI Ronggalawe, Tuban, pada tanggal 24 Mei tahun 2014. 2. Penentuan Kualitas Soal Pilihan Berganda Berdasarkan Uji Reliabilitas Kuder- Richardson, Analisis Butir dan Metode Fuzzy Sugeno. Dipublikasikan dalam Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains IX Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, pada tanggal 21 Juni 2014. xii

MAKALAH 1

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN: Tuban, 24 Mei 2014 PENILAIAN SOAL-SOAL PILIHAN BERGANDA MENGGUNAKAN ANALISIS BUTIR DAN METODE FUZZY MAMDANI Christina R. N. Yedidya 1), Bambang Susanto 2) dan Lilik Linawati 2) 1) Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW 2) Dosen Pembimbing Program Studi Matematika yedidyachristina@yahoo.com 1) bsusanto5@gmail.com 2) lina.utomo@yahoo.com 2) Abstrak Soal-soal evaluasi yang berbentuk pilihan berganda haruslah memenuhi beberapa kriteria agar dapat dikatakan sebagai alat evaluasi yang baik. Satu set soal pilihan berganda terdiri dari 35 soal, yang masing-masing soal memiliki 4 opsi jawaban untuk mata pelajaran Matematika kelas VII telah diujikan pada siswa kelas VII di SMP Kristen Bentara Wacana Muntilan. Pada jawaban siswa yang diperoleh dilakukan analisis butir hingga didapatkan koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda untuk menentukan tingkat kualitas soal. Selanjutnya untuk menentukan kualitas soal digunakan pendekatan logika fuzzy yaitu Sistem Inferensi Fuzzy yang merupakan kerangka komputasi berdasar teori himpunan fuzzy, aturan fuzzy berbentuk IF-THEN dan penalaran fuzzy. Adapun metode inferensi yang digunakan dalam makalah ini adalah metode Mamdani. Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh 15 soal dengan kualitas baik, 15 soal perlu diperbaiki dan 5 soal disarankan untuk tidak dipakai. Kata kunci: Analisis Butir, Evaluasi, Logika Fuzzy, Metode Mamdani. I. PENDAHULUAN Dalam menentukan tingkat pemahaman seseorang perlu diadakan suatu pengukuran dan penilaian terlebih dahulu. Kegiatan mengukur dan menilai ini biasa kita sebut dengan istilah evaluasi. Menurut Arikunto (1984) evaluasi adalah suatu kegiatan penilaian yang didahului dengan kegiatan pengukuran. Salah satu alat evaluasi adalah soal-soal berbentuk pilihan berganda yang merupakan bentuk soal dengan beberapa kemungkinan jawaban (opsi) yang telah disediakan. Seperangkat soal sebagai salah satu alat evaluasi haruslah memenuhi beberapa kriteria agar dapat dikatakan berkualitas baik. Penilaian kualitas soal dapat dilakukan dengan analisis butir. Analisis butir adalah suatu prosedur sistematis yang memberikan informasi-informasi khusus terhadap butir soal (Arikunto,1984:157). Teknik analisis butir dapat menghasilkan koefisien validitas, derajat kesukaran, daya beda soal dan efektifitas opsi, sehingga setiap butir soal akan dapat ditentukan statusnya. Status soal inilah yang menunjukan kualitas dari setiap butir soal. Untuk menentukan status soal, maka koefisien valiiditas, derajat kesukaran dan daya beda dinyatakan dalam beberapa kategori. Kombinasi kategori dari besaranbesaran tersebut akan menentukan suatu soal dikatakan baik/diterima, perlu diperbaiki atau ditolak. Misalkan sebuah soal mempunyai koefisien validitas 0,5, derajat kesukaran 0,3 dan daya beda 0,4, maka soal tersebut disimpulkan sebagai soal yang baik/diterima. Soal lain dengan koefisien validitas sama yaitu 0,5, derajat kesukaran0,65 dan daya beda 0,6 juga disimpulkan sebagai soal yang baik/diterima. Jika dicermati nilai derajat kesukaran soal adalah 0,3 dan soal yang lain adalah 0,65, pada analisis butir kedua nilai derajat kesukaran ini sama-sama dikategorikan dalam derajat kesukaran sedang Tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014 padahal perbedaan kedua nilai ini cukup signifikan dalam rentang derajat kesukaran antara 0 sampai dengan 1. Hal ini menyebabkan terjadinya keambiguan dalam penentuan status soal. Untuk mengatasi keambiguan ini dapat digunakan logika fuzzy yang memperhatikan derajat keanggotaan sebuah nilai dalam suatu himpunan fuzzy tertentu. Koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda merupakan suatu variabel linguistik dengan nilai-nilai linguistik yang terkandung didalamnya. Nilai-nilai linguistik ini digunakan dalam pembentukan himpunan-himpunan fuzzy yang selanjutnya akan dikelola dengan Sistem Inferensi Fuzzy Mamdani untuk mendapatkan status soal yang lebih teliti. II. KAJIAN TEORI Analisis Butir Teknik analisis butir dapat membantu mengidentifikasi kualitas butir-butir soal. Proses pengidentifikasian ini dilakukan dengan menganalisis koefisien validitas, derajat kesukaran, daya beda dan efektifitas opsinya terlebih dahulu. Koefisien Validitas Validitas suatu soal sebagai alat evaluasi adalah ketepatan mengukur yang dimiliki setiap soal dalam mengukur apa yang seharusnya diukur oleh soal tersebut. Suatu soal dapat dikatakan memiliki koefisien validitas yang tinggi atau dapat dinyatakan valid, jika ada korelasi positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalnya. Karena data yang digunakan berupa data diskret murni dan data kontinyu, maka teknik korelasi yang tepat untuk digunakan adalah teknik korelasi point biserial. Dimana angka indeks korelasi ( ) yang dalam hal ini digunakan sebagai angka koefisien validitas dapat diperoleh dengan menggunakan rumus (Hidayat dkk, 2011) : dengan : rata-rata skor pada siswa yang menjawab benar soal. : rata-rata skor seluruh siswa. : standard deviasi skor seluruh siswa : proporsi jumlah jawaban benar terhadap jumlah semua jawaban siswa Dalam pemberian interpretasi terhadap tingkat validitas, Arikunto menentukan kategori koefisien validitas yang diperoleh untuk dapat memberikan interpretasi terhadap kevalidan suatu soal seperti tersaji pada Tabel 1. Tabel 1 Interpretasi Tingkat Validitas Nilai Koefisien Korelasi Kategori Kurang dari 0 Tidak Valid 0-0,2 Validitas Sangat Rendah 0,2-0,4 Validitas Rendah 0,4-0,6 Validitas Cukup 0,6-0,8 Validitas Tinggi 0,8-1 Validitas Sangat Tinggi Derajat Kesukaran Untuk menentukan apakah soal yang digunakan sebagai alat evaluasi memiliki derajat kesukaran yang memadai atau tidak dapat dilakukan dengan menentukan angka indeks kesukarannya. Soal yang baik memiliki derajat kesukaran sedang. Mencari (1) Tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 3 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014 nilai indeks kesukaran item dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan Du Bois seperti pada rumus (2) (Sudijono,2007). (2) di mana : P = angka indeks kesukaran item (Proporsi) N p = banyak peserta yang dapat menjawab dengan betul. N = jumlah peserta yang mengikuti evaluasi. Derajat kesukaran soal berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin rendah nilai derajat kesukaran berarti semakin sukar soalnya. Interpretasi yang banyak digunakan sebagai pegangan adalah dari Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen (Sudijono, 2007) dengan kriteria seperti pada Tabel 2. Tabel 2 Interpretasi Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran (P) Kategori Kurang dari 0,30 Sukar 0,30 0,70 Cukup (sedang) Lebih dari 0,70 Mudah Daya Beda Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan peserta evaluasi yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah, yang mana hal ini dilihat berdasarkan jumlah jawaban betul yang dihasilkan oleh masing-masing peserta evaluasi. Analisis ini ditujukan untuk melihat apakah suatu soal sudah berfungsi sebagai pembeda yang baik atau belum. Suatu soal dikatakan berdaya beda baik jika peserta evaluasi yang dianggap berkemampuan tinggi memiliki jawaban betul dan yang dianggap berkemampuan rendah memiliki jawaban salah. Untuk mengetahui daya beda soal bentuk pilihan ganda dapat dipergunakan rumus korelasi biserial (rbis) seperti berikut (Hidayat dkk, 2011) : (3) dengan : rata-rata skor pada siswa yang menjawab benar soal. : rata-rata seluruh siswa. : standard deviasi seluruh siswa : ordinat kurva normal : proporsi jumlah jawaban benar terhadap jumlah semua jawaban siswa Nilai daya beda dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 3 (Arikunto,1984:171). Tabel 3 Interpretasi Daya Beda Daya beda Kategori Kurang dari 0,20 Jelek 0,20 0,40 Cukup 0,40 0,70 Baik 0,70-1 Baik Sekali Efektifitas Opsi Pada soal pilihan berganda setiap butir soal selalu memiliki beberapa alternatif jawaban yang terdiri dari satu buah jawaban sesungguhnya (opsi kunci) dan beberapa Tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 4 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014 jawaban salah yang biasa disebut opsi pengecoh atau distraktor. Sebuah pengecoh dibuat dengan tujuan agar peserta evaluasi akan menghadapi keragu-raguan dalam memilih jawaban sesungguhnya. Sebuah opsi pengecoh dapat dikatakan telah menjalankan fungsinya dengan baik jika sekurang-kurangnya sudah dipilih oleh 5% dari keseluruhan peserta yang mengikuti evaluasi tersebut. Analisis ini tidak digunakan dalam penentuan status soal karena cenderung bisa langsung dilakukan perbaikan terhadap opsi yang kurang efektif. Status Soal Penilaian kualitas soal dengan analisis butir dilakukan dengan mempertimbangkan koefisien validitas yang terkandung dalam suatu soal terlebih dahulu. Jika suatu soal tidak valid maka soal jelas tidak dapat dikatakan baik, namun jika nilai validitas sudah cukup maka kualitas soal dapat dipertimbangakan dengan melihat nilai derajat kesukaran dan daya bedanya. Jika dua atau lebih nilai diantara ketiga nilai ini sudah memenuhi kriteria maka soal dapat dikatakan baik. Jika hanya salah satu diantara ketiga nilai ini memenuhi maka soal dapat diteliti dan diperbaiki sebelum digunakan kembali. Tetapi jika ketiga nilai tidak memenuhi maka soal sebaiknya tidak digunakan lagi. Sistem Inferensi Fuzzy Derajat kesukaran dikategorikan sedang jika nilai derajat kesukaran berada antara 0,3 sampai dengan 0,7, maka soal dengan derajat kesukaran 0,3 akan dimasukan dalam kategori yang sama dengan soal yang memiliki derajat kesukaran 0,65. Hal ini menunjukan bahwa batas untuk kategori sedang tersebut tidak bisa ditentukan secara tegas. Untuk mengatasi hal ini, digunakan fungsi keanggotaan. Nilai dari fungsi keanggotaan ini disebut derajat keanggotaan suatu unsur dalam suatu himpunan fuzzy. Derajat keanggotaan dinyatakan dalam rentang nilai 0 sampai dengan 1. Dengan kata lain, fungsi keanggotaan dari suatu himpunan fuzzy A dalam semesta X adalah pemetaan µ A dari X ke selang [0,1], yaitu µ A : X [0,1]. Nilai fungsi µ A (x) menyatakan derajat keanggotaan unsur x X dalam himpunan fuzzy A (Susilo,2003:48)/ Beberapa fungsi yang bisa digunakan untuk menyatakan nilai keanggotaan fuzzy adalah representasi segitiga dan kurva trapesium yang pada dasarnya merupakan gabungan antara dua garis linear seperti terlihat pada Gambar 1a dan 1b. Gambar 1a Representasi Kurva Segitiga Gambar 1b Representasi Kurva Trapesium Fungsi keanggotaannya tersaji pada persamaan (4a) untuk kurva segigiga dan persamaan (4b) untuk kurva trapesium. (4a) Tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 5 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014 (4b) dengan : = nilai domain = nilai input yang akan diubah ke dalam bilangan fuzzy Dari hasil analisis butir dapat dilakukan pendekatan logika fuzzy yaitu Sistem Inferensi Fuzzy. Dalam membangun sebuah sistem inferensi fuzzy salah satu metode panalaran yang sering digunakan adalah metode Mamdani. Tahap-tahap yang diperlukan untuk menghasilkan output dengan metode ini adalah sebagai berikut (Kusumadewi,2004) : 1. Pembentukan himpunan fuzzy Tahapan pertama pada metode Mamdani adalah menentukan variabel fuzzy dan membentuk himpunan-himpunan fuzzy untuk semua variabel, baik variabel input maupun variabel output. Kemudian ditentukan pula fungsi keanggotaan untuk setiap himpunan yang telah dibentuk. 2. Aplikasi fungsi implikasi Implikasi pada metode Mamdani didasarkan pada asumsi bahwa implikasi fuzzy pada dasarnya bersifat lokal, dalam arti bahwa implikasi Jika x adalah A, maka y adalah B hanya berbicara mengenai keadaan dimana x adalah A dan y adalah B saja, dan tidak mengenal keadaan lain diluar itu (Susilo,2003:146). Fungsi implikasi yang digunakan pada metode Mamdani adalah fungsi Min yang dapat dinyatakan sebagai berikut : (5) dengan = fungsi keanggotaan = derajat keanggotaan dari himpunan fuzzy. = derajat keanggotaan dari himpunan fuzzy. 3. Komposisi Aturan Tidak seperti pada penalaran monoton, apabila sistem terdiri dari beberapa aturan maka inferensi diperoleh dari kumpulan dan korelasi antar aturan. Ada 3 metode yang digunakan untuk melakukan inferensi sistem fuzzy, yaitu : Max, Additive dan Probabilistik OR. Pada metode Max, solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara mengambil nilai maksimum aturan, kemudian menggunakannya untuk memodifikasi daerah fuzzy, dan mengaplikasikannya ke output dengan menggunakan operator OR (union). Jika semua proporsi telah dievaluasi, maka output akan berisi suatu himpunan fuzzy yang merefleksikan kontribusi dari tiaptiap proporsi. Secara umum dapat dituliskan : (6) dengan = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-. = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-. 4. Penegasan (defuzzifikasi) Tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 6 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014 Input dari proses defuzzifikasi adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari suatu komposisi aturan-aturan fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan merupakan suatu bilangan pada himpunan fuzzy tersebut. Sehingga diberikan suatu himpunan fuzzy dalam range tertentu, maka harus dapat diambil suatu nilai tegas tertentu sebagai output. Salah satu metode defuzzifikasi adalah dengan metode Centroid, untuk semesta diskrit digunakan persamaan : (7) dengan = nilai hasil penegasan (defuzzifikasi) = nilai keluaran pada aturan ke-. = derajat keanggotaan nilai keluaran pada aturan ke-. II. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan terhadap hasil jawaban 58 siswa di SMP Kristen Bentara Wacana Muntilan untuk 35 butir soal pilihan ganda yang dilaksanakan pada Semester Ganjil tahun ajaran 2013-2014. Dalam penelitian ini akan ditentukan kualitas soal berdasarkan analisis butir dan metode Mamdani pada Sistem Inferensi Fuzzy. Untuk itu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut : 1. Mempersiapkan data hasil jawaban siswa dengan memberi nilai 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah pada setiap butir soal ke dalam tabel. 2. Menganalisis data yang telah dipersiapkan dengan teknik analisis butir yaitu menghitung koefisien validitas dengan menggunakan rumus (1), menghitung derajat kesukaran dengan menggunakan rumus (2) dan menghitung daya beda soal dengan menggunakan rumus (3). 3. Menentukan kualitas soal menggunakan Sistem Inferensi Fuzzy metode Mamdani dengan langkah-langkah : Langkah 1 : Pembentukan himpunan fuzzy. Tabel 4 Himpunan Fuzzy untuk Koefisien Validitas, Derajat Kesukaran dan Daya Beda Fungsi Variabel Himpunan Domain Parameter Koefisien Validitas Derajat Kesukaran Daya Beda Status Soal Keanggotaan Tidak Valid [-0,2:0] trapesium [-0.2;-0.2;0;1]] Validitas Sangat Rendah [0:0,2] Segitiga [0 ; 0,125 ; 0,25] Validitas Rendah [0,2:0,4] Segitiga [0,15 ; 0,3 ; 0,45] Validitas Cukup [0,4:0,6] Segitiga [0,35 ; 0,5 ; 0,65] Validitas Tinggi [0,6:0,8] Segitiga [0,55 ; 0,7 ; 0,85] Validitas Sangat Tinggi [0,8:1] trapesium [0,75 ; 1 ; 1,25 ; 1,25] Sulit [0:0,3] Segitiga [-0,4 ; 0 ; 0,4] Sedang [0,3:0,7] Segitiga [0,2 ; 0,5 ; 0,8] Mudah [0,7:1] Segitiga [0,6 ; 1 ; 1,4] Jelek [0:0,2] Segitiga [-0,3 ; 0 ; 0,3] Cukup [0,2:0,4] Segitiga [0,1 ; 0,3 ; 0,5] Baik [0,4:0,7] Segitiga [0,3 ; 0,55 ; 0,8] Baik Sekali [0,7:1] Segitiga [0,6 ;1 ; 1,4] Tidak Dipakai [-1:1] Trapesium [-1 ; -1 ; 0 ; 1] Teliti Ulang / Perbaiki [1:2] Segitiga [0,5 ; 1,5 ; 2,5] Terima [2:3] Trapesium [2 ; 3 ; 4 ; 4] Tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 7 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014 Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda. Sedangkan variabel outputnya adalah variabel status soal. Dari variabel yang telah dimunculkan dapat disusun domain himpunan fuzzy. Berdasarkan domain tersebut, selanjutnya ditentukan fungsi keanggotaan dari masing-masing variabel seperti tertera pada Tabel 4. Himpunan fuzzy dari variabel input koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda serta variabel output status soal direpresentasikan pada Gambar 1, 2, 3 dan 4. Gambar 1 Koefisien Validitas Gambar 2 Derajat Kesukaran Gambar 3 Daya Beda Gambar 4 Status Soal Langkah 2 : Aplikasi fungsi Implikasi. Setelah himpunan fuzzy terbentuk, maka dilakukan pembentukan aturan fuzzy. Aturan-aturan ini digunakan untuk menyatakan relasi antara variabel-variabel input terhadap variabel outputnya. Tiap aturan merupakan suatu implikasi dengan operator yang menghubungkan input satu dengan input lainnya adalah operator AND dan operator yang memetakan antara input-output adalah operator IF-THEN. Berdasar kategori dalam status soal, maka dapat dibentuk aturan-aturan pada Tabel 5. Tabel 5 Aturan-aturan Fuzzy Aturan Koefisien Derajat ke Validitas Kesukaran Daya Beda Status Soal 1 IF AND AND Jelek THEN Tidak dipakai 2 IF AND Sulit AND Cukup THEN Tidak dipakai 3 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 4 IF AND AND Baik sekali THEN Tidak dipakai 5 IF AND AND Jelek THEN Tidak dipakai 6 IF Tidak Valid AND AND Cukup THEN Tidak dipakai Sedang 7 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 8 IF AND AND Baik sekali THEN Tidak dipakai 9 IF AND AND Jelek THEN Tidak dipakai 10 IF AND AND Cukup THEN Tidak dipakai Mudah 11 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 12 IF AND AND Baik sekali THEN Tidak dipakai Tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 8 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014 Aturan Koefisien Derajat ke Validitas Kesukaran Daya Beda Status Soal 13 IF AND AND Jelek THEN Tidak dipakai 14 IF AND AND Cukup THEN Tidak dipakai Sulit 15 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 16 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 17 IF AND validitas 18 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki sangat Sedang 19 IF AND AND Baik THEN Perbaiki rendah 20 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 21 IF AND AND Jelek THEN Tidak dipakai 22 IF AND AND Cukup THEN Tidak dipakai Mudah 23 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 24 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 25 IF AND AND Jelek THEN Tidak dipakai 26 IF AND Sulit AND Cukup THEN Perbaiki 27 IF AND AND Baik THEN Perbaiki 28 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 29 IF AND 30 IF Validitas AND AND Cukup THEN Perbaiki rendah Sedang 31 IF AND AND Baik THEN Terima 32 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 33 IF AND AND Jelek THEN Tidak dipakai 34 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki Mudah 35 IF AND AND Baik THEN Perbaiki 36 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 37 IF AND 38 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki Sulit 39 IF AND AND Baik THEN Terima 40 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 41 IF AND 42 IF Validitas AND AND Cukup THEN Terima Sedang 43 IF cukup AND AND Baik THEN Terima 44 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 45 IF AND 46 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki Mudah 47 IF AND AND Baik THEN Terima 48 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 49 IF AND 50 IF AND AND Cukup THEN Terima Sulit 51 IF AND AND Baik THEN Terima 52 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 53 IF AND AND Jelek THEN Terima 54 IF Validitas AND AND Cukup THEN Terima Sedang 55 IF tinggi AND AND Baik THEN Terima 56 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 57 IF AND 58 IF AND AND Cukup THEN Terima Mudah 59 IF AND AND Baik THEN Terima 60 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 61 IF AND 62 IF AND AND Cukup THEN Terima Sulit 63 IF AND AND Baik THEN Terima 64 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 65 IF AND AND Jelek THEN Terima Validitas 66 IF AND AND Cukup THEN Terima sangat Sedang 67 IF AND AND Baik THEN Terima tinggi 68 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 69 IF AND 70 IF AND Mudah AND Cukup THEN Terima 71 IF AND AND Baik THEN Terima 72 IF AND AND Baik sekali THEN Terima Setelah aturan-aturan dibentuk, maka dilakukan aplikasi fungsi implikasi. Pada metode Mamdani ini fungsi implikasi yang digunakan adalah MIN, yang berarti tingkat keanggotaan yang didapat sebagai konsekuensi dari proses ini adalah nilai minimum dari variabel derajat kesukaran, daya beda dan koefisien validitas. Tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 9 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014 Sehingga selanjutnya akan didapat daerah fuzzy pada variabel status soal untuk masing-masing aturan. Input aturan-aturan fuzzy tersebut pada rule editor MATLAB adalah sebagai berikut : Gambar 6 Rule Editor MATLAB Langkah 3 : Komposisi aturan. Pada metode Mamdani, komposisi antar fungsi implikasi menggunakan fungsi MAX yaitu dengan cara mengambil nilai maksimum dari output aturan kemudian menggabungkan daerah fuzzy dari masing-masing aturan dengan operator OR seperti tertera pada rumus 6. Dengan MATLAB komposisi aturan dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Rule Viewer pada program Matlab Langkah 4 : Penegasan (Defuzzifikasi). Input dari proses defuzzifikasi adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari komposisi aturan fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan merupakan suatu bilangan tegas pada domain himpunan fuzzy tersebut. Sehingga jika diberikan suatu Tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 10 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014 himpunan fuzzy dalam range tertentu, maka harus dapat diambil suatu nilai tegas tertentu sebagai output. Pada metode ini, solusi tegas diperoleh dengan cara mengambil titik pusat daerah fuzzy seperti dirumuskan pada rumus (7). Dengan menggunakan Toolbox Fuzzy pada MATLAB hal ini dilakukan dengan mengubah nilai input pada Rule Viewer yang tampak pada Gambar 7. 4. Pembahasan. III. PEMBAHASAN Analisis butir berdasarkan data yang dimiliki menghasilkan nilai koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda seperti tertera pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Analisis Butir no Koefisien Validitas Tingkat Kesukaran Daya Beda nilai kategori nilai kategori nilai kategori 1 0,410 cukup 0,810 Mudah 0,414 Baik 2 0,411 cukup 0,397 Sedang 0,415 Baik 3 0,000 sangat rendah 0,983 Mudah 0,000 Jelek 4 0,330 rendah 0,862 Mudah 0,333 Cukup 5 0,384 rendah 0,759 Mudah 0,388 Cukup 6 0,321 rendah 0,914 Mudah 0,323 Cukup 7 0,638 tinggi 0,845 Mudah 0,643 Baik 8 0,452 cukup 0,879 Mudah 0,456 Baik 9 0,168 sangat rendah 0,931 Mudah 0,169 Jelek 10 0,545 cukup 0,828 Mudah 0,550 Baik 11 0,465 cukup 0,931 Mudah 0,469 Baik 12 0,561 cukup 0,828 Mudah 0,566 Baik 13 0,250 rendah 0,379 Sedang 0,252 Cukup 14 0,633 tinggi 0,724 Mudah 0,638 Baik 15 0,470 cukup 0,810 Mudah 0,474 Baik 16 0,589 cukup 0,638 Sedang 0,594 Baik 17 0,571 cukup 0,517 Sedang 0,576 Baik 18 0,408 cukup 0,879 Mudah 0,412 Baik 19 0,544 cukup 0,621 Sedang 0,549 Baik 20 0,531 cukup 0,741 Mudah 0,535 Baik 21 0,552 cukup 0,586 Sedang 0,557 Baik 22 0,309 rendah 0,362 Sedang 0,312 Cukup 23 0,263 rendah 0,448 Sedang 0,266 Cukup 24 0,303 rendah 0,345 Sedang 0,306 Cukup 25 0,032 sangat rendah 0,759 Mudah 0,033 Jelek 26 0,158 sangat rendah 0,190 Sulit 0,160 Jelek 27 0,399 rendah 0,586 Sedang 0,403 Baik 28 0,368 rendah 0,448 Sedang 0,372 Cukup 29 0,503 cukup 0,724 Mudah 0,507 Baik 30 0,458 cukup 0,741 Mudah 0,462 Baik 31 0,125 sangat rendah 0,379 Sedang 0,126 Jelek 32 0,534 cukup 0,845 Mudah 0,538 Baik 33 0,160 sangat rendah 0,310 Sedang 0,161 Jelek 34 0,635 tinggi 0,690 Sedang 0,641 Baik 35 0,395 rendah 0,707 Mudah 0,398 Cukup Tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 11 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014 Koefisien validitas yang didapat pada Tabel 6 menunjukan bahwa soal-soal nomor 3, 9, 25, 26, 31 dan 32 masih memiliki validitas yang sangat rendah karena memiliki nilai koefisien korelasi dibawah 0,2. Untuk soal-soal nomor 7, 14 dan 31 memiliki validitas yang tinggi, sedangkan untuk 10 soal yang lain memiliki tingkat validitas rendah dan 16 soal memiliki tingkat validitas yang cukup. Pada hasil ini tidak terdapat tingkat validitas yang sangat tinggi, ini menunjukan bahwa dari keseluruhan soal yang digunakan dalam evaluasi tersebut belum ada yang benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur pada evaluasi tersebut. Pada kolom Derajat Kesukaran dapat kita lihat bahwa 14 soal sudah masuk dalam kategori sedang dan hanya 1 soal yang masuk kategori sulit yaitu soal nomor 26, sedangkan 20 soal yang lain masuk dalam kategori mudah. Untuk kolom daya beda dapat kita lihat bahwa soal nomor 3, 9, 25, 26, 31 dan 33 memiliki daya beda yang jelek. Ini berarti bahwa soal-soal tersebut belum bisa membedakan kemampuan peserta evaluasi. Selain itu 9 soal memiliki daya beda cukup dan 20 soal memiliki daya beda yang baik. Dari hasil daya beda ini dapat kita lihat pula bahwa belum ada soal yang memiliki daya beda sangat baik. hal ini menunjukan bahwa dalam evaluasi ini belum ada soal yang benar-benar bisa membedakan kemampuan pesertanya. Selanjutnya dengan mengubah nilai input sesuai nilai-nilai koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda yang digunakan terdapat pada Tabel 6 didapat nilai tegas dan status soal dengan metode Mamdani sebagaimana tertera pada Tabel 7. Tabel 7 Status soal menggunakan metode Mamdani dengan bantuan MATLAB Metode Mamdani No Solusi Tegas Status Soal 1 1,850 diperbaiki 2 1,940 diperbaiki 3 1,000 ditolak 4 1,500 diperbaiki 5 1,720 diperbaiki 6 1,500 diperbaiki 7 2,640 diterima 8 2,090 diterima 9 0,353 ditolak 10 2,630 diterima 11 2,210 diterima 12 2,630 diterima Metode Mamdani No Solusi Tegas Status Soal 13 1,350 diperbaiki 14 2,580 diterima 15 2,190 diterima 16 2,600 diterima 17 2,630 diterima 18 1,850 diperbaiki 19 2,640 diterima 20 2,590 diterima 21 2,650 diterima 22 1,540 diperbaiki 23 1,500 diperbaiki 24 1,520 diperbaiki Metode Mamdani No Solusi Tegas Status Soal 25 0,530 ditolak 26 0,174 ditolak 27 1,840 diperbaiki 28 1,730 diperbaiki 29 2,580 diterima 30 1,980 diperbaiki 31 1,350 diperbaiki 32 2,640 diterima 33 0,910 ditolak 34 2,600 diterima 35 1,830 diperbaiki Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa pada penerapan metode Mamdani soal-soal nomor 3, 9, 25, 26 dan 33 dinyatakan ditolak. Jika dilihat lebih rinci soal-soal tersebut tidaklah memenuhi kriteria-kriteria pada analisis butir. Dari hasil tersebut 15 soal yang harus diperiksa dan diperbaiki agar dapat digunakan sebagai alat evaluasi yang baik. Kemudian untuk 15 soal yang lain dinyatakan sebagai soal yang dapat diterima untuk alat evaluasi yang baik karena sudah memenuhi kriteria analisis butir yaitu nilai koefisien validitas yang cukup tinggi, sudah memiliki derajat kesukaran yang sedang dan sudah memiliki daya beda yang baik. Selanjutnya hasil penentuan status soal dengan metode Mamdani ini kita bandingkan dengan hasil penentuan status soal secara manual sesuai penentuan dengan analisis butir seperti tersaji pada Tabel 8. Tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 12 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014 Tabel 8 Status soal menggunakan metode Mamdani dan Analisis Butir No Metode Mamdani Analisis Butir 1 diperbaiki diterima 2 diperbaiki diterima 3 ditolak ditolak 4 diperbaiki diperbaiki 5 diperbaiki diperbaiki 6 diperbaiki diperbaiki 7 diterima diterima 8 diterima diterima 9 ditolak ditolak 10 diterima diterima 11 diterima diterima 12 diterima diterima No Metode Mamdani Analisis Butir 13 diperbaiki diterima 14 diterima diterima 15 diterima diterima 16 diterima diterima 17 diterima diterima 18 diperbaiki diterima 19 diterima Diterima 20 diterima diterima 21 diterima diterima 22 diperbaiki diterima 23 diperbaiki diterima 24 diperbaiki diterima No Metode Mamdani Analisis Butir 25 Ditolak ditolak 26 Ditolak ditolak 27 Diperbaiki diterima 28 Diperbaiki diterima 29 Diterima diterima 30 Diperbaiki diterima 31 Diperbaiki diperbaiki 32 Diterima diterima 33 Ditolak diperbaiki 34 Diterima diterima 35 Diperbaiki diperbaiki Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa terdapat 11 soal yang memiliki perbedaan status saat ditentukan dengan metode Mamdani dan ditentukan secara manual. Jika diperhatikan soal yang memiliki status berbeda tersebut dinyatakan lebih rendah oleh metode Mamdani. Hal ini dikarenakan pada metode Mamdani nilai-nilai input yang mendekati batas-batas kategori lebih diberi toleransi, sedangkan pada penentuan secara manual batas-batas kategori tidak memiliki toleransi. IV. KESIMPULAN Dengan menggunakan analisis butir pada makalah ini didapat nilai koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda untuk 35 butir soal yang ada. Selanjutnya dengan metode Mamdani nilai koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda tersebut diolah sehingga didapat status soal yang sesuai untuk masing-masing butir soal yang ada. Saat hasil status soal yang didapat dengan metode Mamdani ini dibandingkan dengan status soal yang ditentukan secara manual dapat dilihat bahwa penentuan dengan metode Mamdani jauh lebih teliti karena setiap variabel benar-benar diperhitungkan derajat keanggotaannya. Setelah mengetahui status soal diharapkapkan dapat dilakukan perbaikan terhadap evaluasi-evaluasi selanjutnya. Sehingga diharapkan dalam evaluasi-evaluasi yang akan datang butir-butir soal yang terkandung didalamnya sudah memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai suatu alat evaluasi yang baik. V. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1984. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Bina Aksara. Guilford, J.P. & Benjamin Fruchter. 1978. Fundamental Statistic in Psycology and Education. Tokyo: McGraw-Hill. Hidayat, Fadjar Noer & Sutrisno, Ashari. 2011. Pemanfaatan Program Pengolahan Angka untuk Analisis Butir Soal dan Pengolahan Hasil Penilaian di SD/SMP. Jakarta: PPPPTK Matematika. Kusumadewi, Sri. 2002. Analisis & Desain Sistem Fuzzy Menggunakan TOOLBOX MATLAB. Yogyakarta: Graha Ilmu. Tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 13 ISBN: Tuban, 24 Mei 2014 Kusumadewi, Sri & Purnomo, Hari. 2004. Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rohmat, Nur. 2013. Rancangan Bangun Aplikasi untuk Menentukan Guru Teladan dengan Metode Fuzzy Mamdani. (http://fuzzymamdani.blogspot.com/, diakses tanggal 22 April 2014). Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Susilo, Frans. 2003. Pengantar Himpunan dan Logika Kabur serta Aplikasinya. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Wulandari, Yogawati. 2011. Aplikasi Metode Mamdani dalam Penentuan Status Gizi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) Menggunakan Logika Fuzzy. Program Sarjana. Universitas Negeri Yogyakarta. Tema Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Meningkatkan Kualitas Bangsa yang Berdaya Saing Global

MAKALAH 2

PENENTUAN KUALITAS SOAL PILIHAN BERGANDA BERDASARKAN UJI RELIABILITAS KUDER-RICHARDSON, ANALISIS BUTIR DAN METODE FUZZY SUGENO Christina R. N. Yedidya 1), Bambang Susanto 2) dan Lilik Linawati 2) 1)Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW 2)Dosen Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52 60 Salatiga 50711 yedidyachristina@yahoo.com 1) bsusanto5@gmail.com 2) lina.utomo@yahoo.com 2) Abstrak Penilaian terhadap kualitas satu set soal pilihan berganda sebagai alat evaluasi perlu memperhatikan beberapa syarat dan metode analisis yang digunakan. Pada makalah ini akan dipaparkan analisis terhadap satu set soal pilihan berganda untuk siswa kelas VII yang telah diujikan pada 3 kelompok siswa kelas VII di sebuah Sekolah Menengah Pertama. Berdasarkan jawaban siswauntuk masing-masing kelas diuji reliabilitas butir-butir soalnya menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20) dan didapat koefisien reliabilitas 0,74, 0,87 dan 0,88 untuk masing-masing kelas dengan tingkat kecermatam yang hampir setara yaitu sebesar 2,19, 2,2 dan 2,3. Selanjutnya dilakukan penentuan status soal dengan analisis butir dan pendekatan logika fuzzy yaitu Sistem Inferensi Fuzzy metode Sugeno. Berdasarkan analisis yang dilakukan hasil penentuan status soal yang diperoleh dengan analisis butir dan metode Sugeno dibandingkan dan didapatkan hasil kualitas soal yang tidak semuanya sama. Hasil-hasil ini juga akan dicermati lebih dalam dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas soal. Katakunci :Analisis Butir, Evaluasi, Reliabilitas, Rumus Kuder-Richardson, Logika Fuzzy, Metode Sugeno. PENDAHULUAN Suatu alat evaluasi untuk mengukur kemampuan seseorang haruslah berkualitas baik. Kualitas sebuah evaluasi dapat dilihat dengan menganalisis butir-butir yang terkandung didalamnya. Selain itu sebuah evaluasi yang berkualitas baik haruslah dapat dipercaya. Untuk mengetahui tingkat kepercayaan sebuah alat evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji reliabilitas. Kualitas sebuah alat evaluasi ditentukan oleh koefisien valiiditas, derajat kesukaran dan daya beda yang telah didapat dengan menggunakan analisis butir dinyatakan dalam beberapa kategori. Kombinasi kategori dari besaran-besaran tersebut akan menentukan suatu soal dikatakan baik/diterima, perlu diperbaiki atau ditolak. Misalkan sebuah soal mempunyai derajat kesukaran 0,3 dan soal yang lain adalah 0,65, pada analisis butir kedua nilai derajat kesukaran ini sama-sama dikategorikan dalam derajat kesukaran sedang padahal perbedaan kedua nilai ini cukup signifikan dalam rentang derajat kesukaran antara 0 sampai dengan 1. Hal ini menyebabkan terjadinya keambiguan dalam penentuan kualitas soal. Untuk mengatasi keambiguan ini dapat digunakan logika fuzzy yang memperhatikan derajat keanggotaan sebuah nilai dalam suatu himpunan fuzzy tertentu. Koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda merupakan suatu variabel linguistik dengan nilai-nilai linguistik yang terkandung didalamnya. Nilai-nilai linguistik ini digunakan dalam pembentukan himpunan-himpunan fuzzy yang selanjutnya akan dikelola dengan Sistem Inferensi Fuzzy Sugeno untuk mendapatkan status soal yang lebih teliti. BAHAN Analisis Butir Teknik analisis butir dapat membantu mengidentifikasi kualitas butir-butir soal. Proses pengidentifikasian ini dilakukan dengan menganalisis koefisien validitas, derajat kesukaran, daya beda dan efektifitas opsinya terlebih dahulu. Koefisien Validitas Validitas suatu soal sebagai alat evaluasi adalah ketepatan mengukur yang dimiliki setiap soal dalam mengukur apa yang seharusnya diukur oleh soal tersebut. Suatu soal dapat dikatakan memiliki koefisien validitas yang tinggi atau dapat dinyatakan valid, jika ada korelasi positif yang 1

signifikan antara skor item dengan skor totalnya. Karena data yang digunakan berupa data diskret murni dan data kontinyu, maka teknik korelasi yang tepat untuk digunakan adalah teknik korelasi point biserial. Dimana angka indeks korelasi ( ) yang dalam hal ini digunakan sebagai angka koefisien validitas dapat diperoleh dengan menggunakan rumus (1) [3]. (1) dengan : rata-rata skor pada siswa yang menjawab benar soal. : rata-rata skor seluruh siswa. : standard deviasi skor seluruh siswa : proporsi jumlah jawaban benar terhadap jumlah semua jawaban siswa Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi menjadi kategori kevalidan suatu soal seperti tersaji pada Tabel 1 [1]. Tabel 1 Interpretasi Tingkat Validitas Nilai Koefisien Kategori Korelasi Kurang dari 0 Tidak Valid 0-0,2 Validitas Sangat Rendah 0,2-0,4 Validitas Rendah 0,4-0,6 Validitas Cukup 0,6-0,8 Validitas Tinggi 0,8-1 Validitas Sangat Tinggi Derajat Kesukaran Untuk menentukan apakah soal yang digunakan sebagai alat evaluasi memiliki derajat kesukaran yang memadai atau tidak dapat dilakukan dengan menentukan angka indeks kesukarannya. Soal yang baik memiliki derajat kesukaran sedang. Mencari nilai indeks kesukaran item dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan Du Bois seperti pada rumus (2) [6]. (2) di mana : P = angka indeks kesukaran item (Proporsi) N p = banyak peserta yang menjawab betul. N = jumlah peserta yang mengikuti evaluasi. Derajat kesukaran soal berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin rendah nilai derajat kesukaran berarti semakin sukar soalnya. Interpretasi yang banyak digunakan sebagai acuan adalah dari Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen dengan kriteria seperti pada Tabel 2 [6]. Tabel 2 Interpretasi Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran (P) Kategori Kurang dari 0,30 Sukar 0,30 0,70 Cukup (sedang) Lebih dari 0,70 Mudah Daya Beda Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan peserta evaluasi yang berkemampuan tinggi dan yang berkemampuan rendah, yang mana hal ini dilihat berdasarkan jumlah jawaban betul yang dihasilkan oleh masing-masing peserta evaluasi. Analisis ini ditujukan untuk melihat apakah suatu soal sudah berfungsi sebagai pembeda yang baik atau belum. Suatu soal dikatakan berdaya beda baik jika peserta evaluasi yang dianggap berkemampuan tinggi memiliki jawaban betul dan yang dianggap berkemampuan rendah memiliki jawaban salah. Untuk mengetahui daya beda soal bentuk pilihan ganda dapat digunakan rumus korelasi biserial ( ) seperti rumus (3) [3]. (3) dengan : rata-rata skor siswa yang menjawab benar. : rata-rata seluruh siswa. : standard deviasi seluruh siswa : ordinat kurva normal : proporsi jumlah jawaban benar terhadap jumlah semua jawaban siswa Nilai daya beda dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 3 [1]. Tabel 3 Interpretasi Daya Beda Daya beda Kategori Kurang dari 0,20 Jelek 0,20 0,40 Cukup 0,40 0,70 Baik 0,70-1 Baik Sekali 2

Efektifitas Opsi Pada soal pilihan berganda setiap butir soal selalu memiliki beberapa alternatif jawaban yang terdiri dari satu buah jawaban sesungguhnya (opsi kunci) dan beberapa jawaban salah yang biasa disebut opsi pengecoh atau distraktor. Sebuah pengecoh dibuat dengan tujuan agar peserta evaluasi akan menghadapi keragu-raguan dalam memilih jawaban sesungguhnya. Sebuah opsi pengecoh dapat dikatakan telah menjalankan fungsinya dengan baik jika sekurang-kurangnya sudah dipilih oleh 5% dari keseluruhan peserta yang mengikuti evaluasi tersebut. Analisis ini tidak digunakan dalam penentuan status soal karena cenderung bisa langsung dilakukan perbaikan terhadap opsi yang kurang efektif [1]. Status Soal Penilaian kualitas soal dengan analisis butir dilakukan dengan mempertimbangkan koefisien validitas yang terkandung dalam suatu soal terlebih dahulu. Jika suatu soal tidak valid maka soal jelas tidak dapat dikatakan baik, namun jika nilai validitas sudah cukup maka kualitas soal dapat dipertimbangakan dengan melihat nilai derajat kesukaran dan daya bedanya. Jika dua atau lebih nilai diantara ketiga nilai ini sudah memenuhi kriteria maka soal dapat dikatakan baik. Jika hanya salah satu diantara ketiga nilai ini memenuhi maka soal dapat diteliti dan diperbaiki sebelum digunakan kembali. Tetapi jika ketiga nilai tidak memenuhi maka soal sebaiknya tidak digunakan lagi [6]. Uji Reliabilitas Kuder-Richardson Hasil suatu evaluasi yang baik juga haruslah dapat dipercaya, nilai kepercayaan ini biasa disebut dengan reliabilitas. Thompson mengatakan bahwa hal yang penting untuk difahami adalah bahwa estimasi terhadap reliabilitas merupakan fungsi dari skor yang diperoleh melalui tes, bukanlah fungsi dari tes itu sendiri [2]. Bila suatu tes berisi butir-butir yang diberi skor dikotomi sedangkan jumlah butirnya tidak memungkinkan untuk dibagi maka salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengestimasi reliabilitasnya adalah dengan rumus Kuder-Richardson. Konsep dasar pada rumus ini adalah dengan membagi hasil suatu tes sebanyak jumlah butirnya, sehingga setiap bagian hanya berisi satu butir saja. Adapun rumus Kuder- Richardson adalah : (4) dengan, = varians skor tes = banyak butir dalam tes = proporsi jumlah jawaban benar terhadap jumlah semua jawaban siswa. Proses pengestimasian reliabilitas tidak hanya berhenti dengan nilai koefisien reliabilitas yang didapat. Eror standar dalam pengukuran juga akan memberikan interpretasi secara relatif terhadap makna koefisien reliabilitas. Dua koefisien reliabilitas yang sama besar tidaklah selalu memberi makna kecermatan yang sama karena penafsiran terhadap tingginya koefisien reliabilitas tidak dapat dilepaskan dari besarnya varians skor tes. Begitu pula dua koefisien reliabilitas yang berbeda dapat saja memiliki kecermatan pengukuran yang setara. Adapun eror standar dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : (5) dengan, = varians skor tes = koefisien reliabilitas skor tes. Sistem Inferensi Fuzzy Dalam penentuan status soal sering terjadi keambiguan karena nilai-nilai yang berbeda tetapi masih berada dalam batas tertentu akan dianggap sama atau mempunyai kategori yang sama. Untuk mengatasi hal ini, digunakan fungsi keanggotaan. Nilai dari fungsi keanggotaan ini disebut derajat keanggotaan suatu unsur dalam suatu himpunan fuzzy. Derajat keanggotaan dinyatakan dalam rentang nilai 0 sampai dengan 1. Dengan kata lain, fungsi keanggotaan dari suatu himpunan fuzzy A dalam semesta X adalah pemetaan µ A dari X ke selang [0,1], yaitu µ A : X [0,1]. Nilai fungsi µ A (x) menyatakan derajat keanggotaan unsur x X dalam himpunan fuzzy A [7]. Beberapa fungsi yang bisa digunakan untuk menyatakan nilai keanggotaan fuzzy adalah representasi segitiga dan kurva trapesium seperti terlihat pada Gambar 1 dan 2. 3

Gambar 1 Representasi Kurva Segitiga Gambar 2 Representasi Kurva Trapesium Fungsi keanggotaannya tersaji pada persamaan (6a) untuk kurva segigiga dan persamaan (6b) untuk kurva trapesium. (6a) (6b) dengan : = nilai-nilai pada domain = nilai input yang akan diubah ke dalam bilangan fuzzy Dari hasil analisis butir dapat dilakukan pendekatan logika fuzzy yaitu Sistem Inferensi Fuzzy. Dalam membangun sebuah sistem inferensi fuzzy salah satu metode penalaran yang sering digunakan adalah metode Sugeno. Tahap-tahap yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran dengan metode ini adalah sebagai berikut [5]. 5. Pembentukan Himpunan Fuzzy 6. Aplikasi Operator Fuzzy Aturan-aturan dasar dibentuk dengan model fuzzy Sugeno yaitu : IF (x 1 is A 1 ) AND (x 2 is A 2 ) AND... AND (x n is A n ) THEN z = k dengan A i adalah himpunan fuzzy ke-i sebagai anteseden dan k adalah suatu konstanta (tegas) sebagai konsekuen [4]. 7. Penegasan (defuzzifikasi) Penegasan yang digunakan dalam metode Sugeno adalah dengan mencari nilai ratarata terbobot. Jika sebuah himpunan kabur dalam semesta R merupakan gabungan dari buah himpunan fuzzy, yaitu, maka diubah menjadi bilangan tegas yang merupakan rerata terbobot dari pusat-pusat buah himpunan fuzzy tersebut, dengan tinggi masing-masing himpunan fuzzy itu sebagai bobotnya. Jadi (7) di mana adalah pusat dari himpunan fuzzy dan adalah tinggi dari. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan terhadap hasil jawaban 58 siswa di SMP Kristen Bentara Wacana Muntilan untuk 35 butir soal pilihan ganda yang dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013-2014. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis kualitas soal menggunakan analisis butir, uji reliabilitas dengan rumus Kuder-Richardson dan metode Sugeno pada Sistem Inferensi Fuzzy. Untuk itu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut : 5. Mempersiapkan data hasil jawaban siswa dengan memberi nilai 1 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah pada setiap butir soal ke dalam tabel. 6. Menganalisis data yang telah dipersiapkan dengan teknik analisis butir yaitu menghitung koefisien validitas dengan menggunakan rumus (1), menghitung derajat kesukaran dengan menggunakan rumus (2) dan menghitung daya beda soal dengan menggunakan rumus (3). 7. Menentukan nilai koefisien reliabilitas dengan menggunakan rumus Kuder- Richardson dan mencari nilai eror standarnya. 8. Menentukan kualitas soal menggunakan Sistem Inferensi Fuzzy metode Sugeno dengan langkah-langkah : Langkah 1: Pembentukan himpunan fuzzy 4

Tabel 4 Himpunan Fuzzy untuk Koefisien Validitas, Derajat Kesukaran dan Daya Beda Variabel Himpunan Domain Fungsi Keanggotaan Parameter Tidak Valid [-0,2:0] Trapesium [-0.2;-0.2;0;1]] Validitas Sangat Rendah [0:0,2] Segitiga [0 ; 0,125 ; 0,25] Koefisien Validitas Rendah [0,2:0,4] Segitiga [0,15 ; 0,3 ; 0,45] Validitas Validitas Cukup [0,4:0,6] Segitiga [0,35 ; 0,5 ; 0,65] Validitas Tinggi [0,6:0,8] Segitiga [0,55 ; 0,7 ; 0,85] Validitas Sangat Tinggi [0,8:1] Trapesium [0,75 ; 1 ; 1,25 ; 1,25] Derajat Kesukaran Sulit [0:0,3] Segitiga [-0,4 ; 0 ; 0,4] Sedang [0,3:0,7] Segitiga [0,2 ; 0,5 ; 0,8] Mudah [0,7:1] Segitiga [0,6 ; 1 ; 1,4] Jelek [0:0,2] Segitiga [-0,3 ; 0 ; 0,3] Cukup [0,2:0,4] Segitiga [0,1 ; 0,3 ; 0,5] Daya Beda Baik [0,4:0,7] Segitiga [0,3 ; 0,55 ; 0,8] Baik Sekali [0,7:1] Segitiga [0,6 ;1 ; 1,4] Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda. Sedangkan outputnya adalah konstanta bernilai 0 untuk soal yang harus dibuang (ditolak), 0,5 untuk soal yang harus diteliti ulang (diperbaiki) dan 1 untuk soal yang dinyatakan baik (diterima). Dari variabel tersebut dapat disusun domain himpunan fuzzy dan fungsi keanggotaan dari masingmasing variabel seperti tertera pada Tabel Gambar 4 Derajat Kesukaran 4. Himpunan fuzzy tersebut dapat direpresentasikan seperti pada Gambar 3, 4 dan 5. Gambar 3 Koefisien Validitas Gambar 5 Daya Beda Langkah 2 : Aplikasi Operator Fuzzy Setelah himpunan fuzzy terbentuk, maka dilakukan pembentukan aturan fuzzy. Tiap aturan merupakan suatu implikasi dengan operator yang menghubungkan input satu dengan input lainnya adalah operator AND dan operator yang memetakan antara input-output adalah operator IF-THEN. Berdasar kategori dalam status soal, maka dapat dibentuk aturan-aturan pada Tabel 5. Tabel 5 Aturan-aturan Fuzzy Aturan ke Koefisien Validitas Derajat Kesukaran Daya Beda Status Soal 1 IF AND AND Jelek THEN Tidak dipakai 2 IF AND Sulit AND Cukup THEN Tidak dipakai 3 IF Tidak Valid AND AND Baik THEN Tidak dipakai 4 IF AND AND Baik sekali THEN Tidak dipakai 5 IF AND AND Jelek THEN Tidak dipakai Sedang 6 IF AND AND Cukup THEN Tidak dipakai 7 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 8 IF AND AND Baik sekali THEN Tidak dipakai 9 IF AND AND Jelek THEN Tidak dipakai 10 IF AND Mudah AND Cukup THEN Tidak dipakai 11 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 5

12 IF AND AND Baik sekali THEN Tidak dipakai 13 IF AND AND Jelek THEN Tidak dipakai 14 IF AND AND Cukup THEN Tidak dipakai Sulit 15 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 16 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 17 IF AND 18 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki validitas sangat rendah Sedang 19 IF AND AND Baik THEN Perbaiki 20 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 21 IF AND AND Jelek THEN Tidak dipakai 22 IF AND AND Cukup THEN Tidak dipakai Mudah 23 IF AND AND Baik THEN Tidak dipakai 24 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 25 IF AND AND Jelek THEN Tidak dipakai 26 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki Sulit 27 IF AND AND Baik THEN Perbaiki 28 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 29 IF AND 30 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki Validitas rendah Sedang 31 IF AND AND Baik THEN Terima 32 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 33 IF AND AND Jelek THEN Tidak dipakai 34 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki Mudah 35 IF AND AND Baik THEN Perbaiki 36 IF AND AND Baik sekali THEN Perbaiki 37 IF AND 38 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki Sulit 39 IF AND AND Baik THEN Terima 40 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 41 IF AND 42 IF AND AND Cukup THEN Terima Validitas cukup Sedang 43 IF AND AND Baik THEN Terima 44 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 45 IF AND 46 IF AND AND Cukup THEN Perbaiki Mudah 47 IF AND AND Baik THEN Terima 48 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 49 IF AND 50 IF AND AND Cukup THEN Terima Sulit 51 IF AND AND Baik THEN Terima 52 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 53 IF AND AND Jelek THEN Terima 54 IF AND AND Cukup THEN Terima Validitas tinggi Sedang 55 IF AND AND Baik THEN Terima 56 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 57 IF AND 58 IF AND AND Cukup THEN Terima Mudah 59 IF AND AND Baik THEN Terima 60 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 61 IF AND 62 IF AND AND Cukup THEN Terima Sulit 63 IF AND AND Baik THEN Terima 64 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 65 IF AND AND Jelek THEN Terima 66 IF AND AND Cukup THEN Terima Validitas sangat tinggi Sedang 67 IF AND AND Baik THEN Terima 68 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 69 IF AND 70 IF AND AND Cukup THEN Terima Mudah 71 IF AND AND Baik THEN Terima 72 IF AND AND Baik sekali THEN Terima 6

Input aturan-aturan fuzzy tersebut pada rule editor MATLAB adalah sebagai berikut : Gambar 6 Rule Editor MATLAB Langkah 3 : Penegasan (Defuzzyfikasi) Input dari proses defuzzifikasi adalah suatu himpunan fuzzy yang diperoleh dari komposisi aturan fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan merupakan suatu bilangan tegas. Sehingga jika diberikan suatu himpunan fuzzy dalam range tertentu, maka harus dapat diambil suatu nilai tegas tertentu sebagai output. Pada metode ini, solusi tegas diperoleh dengan cara mengambil nilai rata-rata terbobot seperti dirumuskan pada rumus (7). Dengan menggunakan Toolbox Fuzzy pada MATLAB hal ini dilakukan dengan mengubah nilai input pada Rule Viewer yang tampak pada Gambar 7. 9. Pembahasan. PEMBAHASAN Dari data hasil jawaban untuk 3 kelas berbeda A, B dan C dapat dilakukan analisis reliabilitas dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson yang menghasilkan koefisien reliabilitas 0,741 untuk kelas A, 0,872 untuk kelas B dan 0,884 untuk kelas C. Dari hasil koefisien reliabilitas ini dapat dilihat bahwa dari hasil Gambar 7 Rule Viewer pada program Matlab skor pada seluruh kelas menunjukkan bahwa tes sudah cukup reliabel karena dalam dunia pendidikan suatu tes sudah dapat dikatakan reliabel jika paling tidak memiliki koefisien reliabilitas 0,7 atau lebih [2]. Selanjutnya dilakukan pengestimasian eror standar untuk melihat tingkat kecermatan pengukuran pada tes tersebut. Hasil eror standar yang didapat adalah sebesar 2,19 untuk kelas A, 2,20 untuk kelas B dan 2,31 untuk kelas C. Dari hasil eror standar ini dapat disimpulkan bahwa saat tes dilakukan pada kelas A, B dan C tingkat kecermatan pada hasil pengukuran hampir bahkan bisa dianggap sama, karena perbedaan nilai eror standar tidak terlalu signifikan. Dari keseluruhan data dilakukan analisis butir dan menghasilkan nilai koefisien validitas, derajat kesukaran dan daya beda yang selanjutnya dapat digunakan sebagai input untuk menentukan kualitas soal dengan metode Sugeno. Hasil status soal yang didapat dengan metode ini tersaji pada Tabel 6. 7