2. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem klasifikasi bagi karang lunak Sinularia dura adalah sebagai berikut

dokumen-dokumen yang mirip
2. TINJAUAN PUSTAKA. biota-biota penyusunnya, dengan keanekaragaman jenis yang tinggi. Salah satu

Klasifikasi Sarcophyton dalam sistem taksonomi adalah sebagai berikut. Sub-kelas : Octocorallia (Alcyonaria) Ordo : Alcyonaceae

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

Suciadi Catur Nugroho C

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kondisi kualitas perairan dalam system resirkulasi untuk pertumbuhan dan

Filum Cnidaria dan Ctenophora

KLASIFIKASI CNIDARIA. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

COELENTERATA Coilos = rongga Enteron = usus. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang Cara Makan dan Sistem Reproduksi

KAITAN KONDISI OSEANOGRAFI DENGAN KEPADATAN DAN KEANEKARAGAMAN KARANG LUNAK DI PULAU LAELAE, PULAU BONEBATANG DAN PULAU BADI SKRIPSI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Apakah terumbu karang?

CIRI-CIRI COELENTERATA :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekosistem Terumbu Karang

PERTUMBUHAN KARANG LUNAK Lobophytum strictum HASIL TRANSPLANTASI PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN KONDISI CAHAYA BERBEDA

MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR)

II. TINJAUAN PUSTAKA. tercemar adalah plankton. Plankton adalah organisme. mikroskopik yang hidup mengapung atau melayang di dalam air dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN GAMET KARANG LUNAK Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

EKOSISTEM TERUMBU KARANG PERANAN, KONDISI DAN KONSERVASINYA

2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemon laut merupakan hewan invertebrata atau hewan yang tidak

BEBERAPA ASPEK EKOLOGI OKTOKORAL. Oleh. Anna E.W. Manuputty 1)

B. Ekosistem Hutan Mangrove

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekosistem Terumbu Karang Biologi karang

REHABILITASI TERUMBU KARANG TELUK AMBON SEBAGAI UPAYA UNTUK MEREDUKSI EMISI CARBON CO

POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

JAKARTA (22/5/2015)

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

macroborer seperti polychae~a, sponge dan bivalva yang mengakibatkan bioerosi PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

II. Tinjuan Pustaka. A. Bulu Babi Tripneustes gratilla. 1. Klasifikasi dan ciri-ciri

PENDAHULUAN POLA REPRODUKSI KARANG

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V EKOSISTEM, BIOSFER & BIOMA

3. METODE PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Aziz, 1981). Tubuhnya berbentuk segilima, mempunyai lima pasang garis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

oleh Anna E. W. Manuputty 1) ABSTRACT

TINJAUAN PUSTAKA. Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah sumberdaya hayati, sumberdaya nonhayati;

Lampiran 1. Panduan Kuisioner untuk Internal dan Eksternal Kelembagaan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. kalsium karbonat (CaCO3) yang dapat dihasilkan oleh hewan karang bekerjasama

PENGENALAN BEBERAPA KARANG LUNAK (OCTOCORALLIA, ALCYONACEA), DI LAPANGAN. oleh : Anna E.W. Manuputty 1} ABSTRACT

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

LAJU PERTUMBUHAN KARANG Porites Sp. PADA SUBSTRAT YANG BERBEDA DI PULAU GILI RAJEH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN PERKEMBANGAN OOSIT KARANG LUNAK Lobophytum strictum NON FRAGMENTASI DAN FRAGMENTASI BUATAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

BIOKONSENTRASI LOGAM BERAT Pb PADA KARANG LUNAK Sinularia polydactyla DI PERAIRAN PULAU LAELAE, PULAU BONEBATANG DAN PULAU BADI SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dawson (1946) dalam Soegiarto, dkk,(1978), secara umum

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI TERUMBU KARANG DI PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN SARMI, PROVINSI PAPUA. Laporan Penelitian Kerjasama UNIPA & Pemerintah Kabupaten Sarmi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang tinggi dan memiliki ekosistem terumbu karang beserta hewan-hewan laut

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

Gambar 11. Pemilihan dan pemotongan bibit karang lunak (Alcyonacea).

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

PERKEMBANGAN GAMET KARANG LUNAK Sinularia dura HASIL TRANSPLANTASI DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

REPRODUKSI DAN PROPAGASI PADA OCTOCORALLIA

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

YUDI MIFTAHUL ROHMANI

I. PENDAHULUAN. internasional. Menurut Aslan (1991), ciri-ciri umum genus Eucheuma yaitu : bentuk

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

Transkripsi:

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karang Lunak Sinularia dura Sistem klasifikasi bagi karang lunak Sinularia dura adalah sebagai berikut : (Hyman, 1940; Bayer 1956 in Ellis and Sharron, 2005): Filum : Cnidaria Kelas : Anthozoa Sub Kelas : Octocorallia (Alcyonaria) Ordo : Alcyonacea Sub ordo : Alcyoniina Famili : Alcyoniidae Genus : Sinularia Spesies : Sinularia dura Sumber : CRRF dalam (Fabricus and Alderslade, 2001) Gambar 1. a. S. Brassica dan b. S. lamellate Istilah Anthozoa berasal dari bahasayunani yang berarti binatang berbunga (flower animal). Anthozoa termasuk bagian dari Cnidaria, di mana bagian tubuh

tersusun oleh polip. Tidak memiliki medusa. Sebagai bagian dari Cnidaria, Anthozoa terdiri dari berbagai macam kelas, yang keragamannya tercermin dalam variasi bentuk polip yang beraneka macam (Colin and Arneson, 1995). Anggota dari marga Sinularia memiliki bentuk koloni yang lebih bervariasi dibandingkan dengan anggota karang lunak lainnya. Bentuk pertumbuhannya bervariasi dari bentuk mengerak (encrusting) dengan lobus yang berbentuk tonjolan-tonjolan kecil atau seperti pematang, sampai ke bentuk seperti semak yang rindang (Fabricius and Alderslade 2001; Fabricius and De ath 2000). Polip atau binatang karang pada anggota Sinularia bersifat monomorfik atau bentuknya seragam, mempunyai delapan tentakel yang tersusun pada keping mulut yang melingkari lobang kecil yang berfungsi sebagai mulut. Koloni Sinularia berwarna coklat, krem, kuning atau hijau kecoklatan, warna polip, juga mengikuti warna koloni. Warna-warna tersebut berasal dari zooxanthellae yang hidup bersimbiosis di dalam jaringan endodermal karang lunak. 2.2 Perbedaan Antara Karang Batu dan Karang Lunak Perbedaan antara karang lunak dan karang batu adalah pada jumlah tentakel, kekenyalan tubuh, dan kerangka penyusunya. Tentakel karang lunak berjumlah delapan buah dan dilengkapi dengan duri-duri (pinnula), sedangkan karang batu memiliki tentakel berjumlah enam atau kelipatan enam dan tidak berduri (Manuputty, 1986). Karang lunak mudah dikenali karena tekstur tubuhnya yang lunak dan tertanam dalam massa gelatin. Kerangka tubuh bersifat endoskeleton dan tidak menghasilkan kapur yang radial. Karang batu menghasilkan kerangka kapur yang radial dalam bentuk Kristal aragonit dan bersifat eksoskeleton (Manuputty, 1986).

Tabel 1. Perbedaan karang lunak dan karang keras Tentakel Bentuk dan susunan tubuh Kerangka Tubuh Sekret (getah) Karang Batu Berjumlah enam atau kelipatan dan tidak berduri Soliter atau membentuk Seperti tabung.terlindungi dalam kerangka kapur yang radial. Menghasilkan kerangka kapur yang radial dalam bentuk kristal aragonit.bersifat eksoskeleton Tidak menghasilkan senyawa terpen Sumber : Ryan, (1985) dalam manuputty (2002) Karang Lunak Berjumlah delapan dan berduri (pinnula) Seperti tabung, lunak dan tertanam dalam gelatin. Membentuk koloni Tidak menghasilkan kerangka kapur yang radial tetapi spikula yang terpisahpisah dan berkapur. Bersifat endoskeleton Menghasilkan senyawa terpen yang sewaktu-waktu dikeluarkan kedalam air laut, untuk mempertahankan diri Perbedaan antara karang lunak dan karang batu dalam hal bentuk dan susunan tubuhnya dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Perbedaan morfologi karang lunak dan karang batu (Ryan, 1985).

2.3. Transplantasi Soft coral Transplantasi karang berarti penanaman dan penumbuhan koloni karang baru dengan metode fragmentasi, namun sebenarnya karang ini dapat memperbanyak diri dengan fragmentasi, khususnya untuk jenis-jenis karang yang mempunyai percabangan (Soedharma dan Arafat, 2007). Melalui transplantasi ini, umumnya karang akan bereproduksi masal secara aseksual dengan campur tangan manusia.manfaat transplantasi karang adalah mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak, rehabilitasi lahan-lahan kosong atau yang rusak, menciptakan komunitas baru dengan memasukkan spesies baru ke dalam ekosistem terumbu karang di daerah tertentu, konservasi plasma nutfah, dan keperluan perdagangan (Soedharma dan Arafat,2007). 2.4. Reproduksi Soft coral Pada umumnya karang memiliki kemampuan reproduksi secara aseksual dan seksual. Proses ini dapat ditempuh melalui runner formation, fragmentasi, maupun pembentukan tunas.reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan peleburan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Pada reproduksi ini, polip/koloni karang membentuk polip/koloni baru melalui pemisahan potongan-potongan tubuh atau rangka. Ada pertumbuhan koloni dan ada pembentukan koloni baru (Fabricius and Alderslade, 2001). Reproduksi seksual adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma dan ovum (fertilisasi). Sifat reproduksi ini lebih kompleks karena selain terjadi fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva, penempelan baru kemudian pertumbuhan dan pematangan) (Manuputty, 1986). Larva yang

terbentuk memiliki silia atau bulu getar, kemudian berenang bebas atau melayang sebagai plankton untuk kurun waktu beberapa hari sampai beberapa minggu, hingga mendapat tempat perlekatan di substrat dasar yang keras untuk selanjutnya berubah bentuk (metamorfosis) tumbuh menjadi polip muda kemudian membentuk koloni baru (Manuputty, 2005). Semua organisme hidup mengalami tumbuh dan berkembang. Tumbuh mempunyai arti yang berlainan bagi organisme yang berbeda. Menurut Buddemeir 1978 in Suharsono pertumbuhan bagi karang dapat diartikan sebagai perubahan massa per satuan waktu, perubahan volume per satuan waktu, perubahan area permukaan per satuan waktu. Semua perubahan bersifat irreversible yaitu tidak kembali atau tidak menyusut. Kecepatan tumbuh karang bervariasi tergantung dari jenisnya, tempat tumbuh dan faktor lain yang berpengaruh. Pada karang yang bercabang kecepatan kalsifikasi cenderung berkurang secara sistematis dari titik paling ujung ke arah pangkal. Dibagian tengah relative lambat dan pertumbuhan terendah terdapat dibagian pangkal. Kecepatan tumbuh karang sejalan dengan bertambahnya ukuran diameter koloni. 2.5. Cara atau Kebiasaan makan Karang Lunak Pada umumnya Octocorallia khususnya karang lunak, memiliki cara makan yang bersifat Holosoik, yaitu menangkap organisme planktonik dalam jumlah besar. Salah satu cara yang digunakan adalah menangkap mangsa dengan menggunakan nematosit. Tentakel akan bergerak ketika berhasil mendeteksi keberadaan makanan dan akan menginjeksi mangsa sampai mati dengan racun yang terkandung dalam nematosit. Setelah mangsa tidak berdaya maka mangsa tersebut dibawa masuk kedalam perut dan dicerna.

Jenis-jenis yang mengandung banyak zooxanthella dalam jaringan tubuhnya biasanya hanya mengandung sedikit nematosis, bahkan pada beberapa karang lainya tidak ditemukan sama sekali. Melimpahnya nematosis dan jaringan pencernaan yang berkembangbiak biasanya berhubungan dengan zooxanthella. Sisa-sisa makanan akan dikeluarkan melalui mulut dengan bantuan flagella septa (Bayer, 1956 in Manuputty 1986). 2.6. Faktor Lingkungan Ekosistem terumbu karang dapat berkembang dengan baik apabila kondisi lingkungan perairan mendukung pertumbuhan karang. Pertumbuhan ekosistem terumbu karang tergantung dari beberapa parameter, yaitu : 2.6.1 Salinitas Salinitas suatu perairan mempengaruhi pertumbuhan karang lunak. Salinitas optimum bagi pertumbuhan karang adalah sekitar 32-35. Pada perairan bersalinitas rendah seperti di muara sungai jarang ditemukan terumbu karang dan pada daerah bercurah hujan tinggi akan menyebabkan terumbu karang mengalami gangguan, begitu juga pada perairan yang kadar garamnya sangat tinggi (Nybakken, 1982). 2.6.2 Suhu Suhu merupakan faktor penting bagi kehidupan karang lunak. Pertumbuhan karang lunak sangat dipengaruhi oleh suatu perairan sekitarnya. Biasanya karang dapat tumbuh pada suhu 18-36 oc dan pertumbuhan optimum terjadi diperairan dengan suhu rata-rata 26-28 oc (Birkeland, 1997 dalam Nugroho 2008)

2.6.3. Nutrien Nutrien (zat hara) yang berbentuk partikel atau terlarut di perairan terbuka (oceanic) berasal dari berbagai sumber. Di perairan terbuka di daerah tropis nutrient diperoleh dari proses pertumbuhan plankton dan organisme pengurai lainnya terutama di perairan yang biru dan jernih. Pada daerah pesisir, konsentrasi zat makanan yang terlarut dalam air lebih tinggi daripada di perairan terbuka, hal ini disebabkan karena adanya aliran sungai-sungai yang membawa nutrient (Manuputty, 2008). 2.6.4 Kecerahan Cahaya matahari merupakan salah satu parameter utama yang berpengaruh dalam pembentukan terumbu karang. Penetrasi cahaya matahari merangsang terjadinya fotosintesis oleh zooxanthellae simbiotik dalam jaringan karang. Kebanyakan terumbu karang dapat berkembang dengan baik pada kedalaman 25 meter atau kurang. 2.6.5 Sirkulasi Arus Arus diperlukan dalam proses pertumbuhan karang dalam hal menyuplai makanan berupa mikroplankton. Arus juga berperan dalam hal pembersihan dari endapan-endapan material dan menyuplai oksigen yang berasal dari laut lepas. Oleh karena itu, sirkulasi arus sangat berperan penting dalam proses transfer energi dari alam terhadap hewan karang. 2.7 CoralWatch Klasifikasi karang pada tingkat spesies sangat sulit, sehingga kelompok yang mudah diidentifikasi, sering digunakan saat merekam data tentang penutupan karang atau kesehatan karang secara umum. Untuk tujuan ini, jenis

karang yang dijelaskan hanya dengan dasar pertumbuhan bentuk atau bentuk koloni karang. (Siebeck, Logan, Marshall, 2008) Kartu kesehatan karang menggunakan empat jenis karang untuk mengklasifikasikan karang,klasifikasi jenis karang tersebut dapat kita lihat sebagai berikut (Siebeck, Logan, Marshall, 2008) : Bercabang contoh spesies Acropora Boulder contoh spesies Porites Gambar 3 Gambar 5 Plate contoh spesies Acropora tabular Lembut contoh spesies Xenia Gambar 4 Gambar 5 CoralWatch Karang,Bagan Kesehatan, suatu standar referensi kartu warna, adalah alat yang murah dan fleksibel, siapapun dapat menggunakan untuk penilaian cepat, area luas perubahan kondisi karang. (Siebeck, Logan, Marshall, 2008)

Gambar 7.Coral Colour Reference (Siebeck, Logan, Marshall, 2008) 2.7.1 Cara Pemakaian Coral Watch Dalam pemakaian Coral Watch atau diagram warna ada dua cara umum yang biasa digunakan untuk melihat dan melakukan pengambilan data tentang kondisi kesehatan karang, dimana metodologi ini dapat kita gunakan pada kondisi terumbu karang dari waktu ke waktu, metode ini adalah 'fingerprinting' dan pemantauan jangka panjang dari koloni yang dipilih (Siebeck, Logan, Marshall, 2008) Pemakaian Coral Watch dengan menggunakan 'fingerprinting' merupakan metode yang paling mudah digunakan untuk melihat kondisi kesehatan karang yang akan kita amati daripada metode pemantauan jangka panjang dari koloni yang dipilih, dalam 'fingerprinting' hanya menggunakan Bagan Kesehatan Karang yang diikuti petunjuk pada grafik untuk mengidentifikasi karang, dimana pemakai tinggal melihat atau mendekatkan diagram kesehatan karang tersebut ke jenis karang yang akan di amati, hanya mencatat baik ringan dan daerah tergelap termasuk ujung percabangan karang. Pilih warna karang yang sesuai dengan diagram kesehatan karang milik kita. (Siebeck, Logan, Marshall, 2008)

Sedangkan untuk Pemantauan jangka panjang (Long-term monitoring) pertama kita memilih koloni karang secara acak, kemudian tandai daerah yang akan jadikan sebagai tempat pengambilan data kesehatan karang, dalam kegiatan ini harus memisahkan jumlah koloni karang yang berada pada rentangan warna <2 pada diagram kesehatan karang dan memisahkan jumlah koloni karang yang berada pada rentang >3 pada diagram kesehatan karang. Setelah itu lakukan pengambilan data dengan rentang waktu setiap dua minggu sekali selama satu tahun. (Siebeck, Logan, Marshall, 2008).