BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga gigi dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolismenya dari saluran akar (Stock dkk., 2004). Tujuan perawatan saluran

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Mikroorganisme dan produknya erat hubungannya dengan penyebab penyakit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi dengan pulpa terbuka adalah obligat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeleminasi bakteri yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai salah satu penyebab kegagalan perawatan sistem saluran akar.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Setiap

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi. Perawatan saluran akar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nekrosis pulpa adalah kematian sel-sel di dalam saluran akar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. layer. 4 Smear layer menutupi seluruh permukaan saluran akar yang telah dipreparasi

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman alami sebagai bahan dasar pembuatan obat. (Adiguzel et al.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. setelah instrumentasi pada saluran yang tidak diirigasi lebih banyak daripada saluran

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama yaitu preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. daripada kemampuan pendengaran telinga manusia yaitu diatas Hz. Gelombang

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar menjadi sumber berbagai macam iritan.iritan-iritan yang masuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlu dicabut. Proses perawatan saluran akar meliputi preparasi biomekanis,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membentuk saluran akar gigi untuk mencegah infeksi berulang. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Beer dkk., 2006; Walton dan Torabinejad, 2008). gejalanya, pulpitis dibedakan menjadi reversible pulpitis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulpitis adalah penyebab utama di antara seluruh jenis nyeri yang dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. suatu infeksi ulang (Namrata dkk., 2011). Invasi mikroorganisme terjadi melalui

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil

Rumusan masalah Apakah ada efek antibakteri Aloe vera terhadap Enterococcus faecalis sebagai bahan medikamen saluran akar?

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan etiologi, pencegahan, diagnosis dan terapi terhadap penyakit-penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun bangsa (Taringan, 2006). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. merupakan salah satu tujuan kesehatan gigi, khususnya di bidang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembuangan jaringan yang tidak sehat secara mekanik dan kimiawi merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. terus-menerus, yaitu mencabutkan atau mempertahankan gigi tersebut. Dewasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. orang di seluruh dunia, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Luka adalah kasus yang paling sering dialami oleh manusia, angka kejadian luka

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Enterococcus faecalis sebagai Salah Satu Bakteri yang Berperan

48 PENGARUH LAMA APLIKASI DAN JENIS BAHAN PENCAMPUR SERBUK KALSIUM HIDROKSIDA TERHADAP KEKERASAN MIKRO DENTIN SALURAN AKAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertujuan untuk mempertahankan gigi vital atau gigi nekrosis, agar gigi tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. laesa. 5 Pada kasus perawatan pulpa vital yang memerlukan medikamen intrakanal,

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG. manusia sering ditemukan di rongga mulut disamping di dalam saluran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mungkin di dalam mulut dengan cara pengambilan semua jaringan pulpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. massa koloni bakteri kompleks yang terorganisasi dalam matriks intermikrobial

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kesejahteraan hidup, sehingga diperlukan metode perawatan kebersihan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar selama atau sesudah perawatan endodontik. Infeksi sekunder biasanya

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. infeksi dan menutup sistem saluran akar dengan rapat. Perawatan saluran akar

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih cukup tinggi (Pintauli dan Taizo, 2008). Penyakit periodontal dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dentin kemudian ke pulpa (Tarigan, 2013). Penyakit karies dapat

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 HASIL PENELITIAN

LAMPIRAN 1 ALUR PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

Kata kunci : Perawatan saluran akar, Sirih merah, Enterococcus faecalis, metode dilusi

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan periapikal. Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga gigi dapat dipertahankan selama mungkin didalam mulut. Hal ini berarti gigi tersebut tidak menimbulkan keluhan dan dapat berfungsi baik. Perawatan endodontik terdiri dari perawatan non bedah yaitu perawatan kaping pulpa, pulpotomi, mumifikasi, perawatan saluran akar dan perawatan endodontik bedah. Perawatan saluran akar adalah perawatan yang paling banyak dilakukan dalam kasus perawatan endodontik. Perawatan saluran akar dapat dibagi atas tiga tahap utama yaitu : 1. preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan pembentukan (cleaning dan shaping), 2. disinfeksi saluran akar dan 3. obturasi saluran akar. Obturasi saluran akar yang hermetis merupakan syarat utama keberhasilan perawatan saluran akar, hal ini tidak mungkin dicapai bila saluran akar tidak dipreparasi dan dipersiapkan untuk menerima bahan pengisi (Anusavine KJ.,1996).

Tujuan perawatan endodontik adalah mereduksi atau mengeliminasi mikroorganisme dan produknya dari saluran akar sehingga gigi dapat dipertahankan selama mungkin di dalam mulut. Walaupun instrumentasi dan teknik irigasi dilakukan, namun mikroorganisme kemungkinan masih tertinggal di saluran akar terutama di dalam tubuli dentin. Peneliti menyebutkan bahwa cleaning, shaping dan irigasi saluran akar secara signifikan menurunkan atau mengeliminasi mikroorganisme dari saluran akar akan tetapi, eliminasi mikroorganisme secara komplit tidak selalu dapat dicapai secara klinis, oleh karena kompleksnya anatomi saluran akar dan keterbatasan instrumentasi dan irigasi (Anusavine KJ.,1996). Masuknya bakteri ke dalam pulpa sering disebabkan oleh proses kelanjutan dari karies. Infeksi yang berlangsung terlalu lama memungkinkan bakteri mengadakan penetrasi ke kamar pulpa dan saluran akar melalui tubulus dentin yang terbuka karena proses karies tersebut. Interaksi dan produksi toksin oleh bakteri akan menimbulkan inflamasi berlanjut dan menyebabkan keluhan selama perawatan dilakukan. Bakteri yang biasa dapat bertahan dalam saluran akar adalah golongan bakteri anaerob. Salah satunya yaitu Enterococcus faecalis merupakan bakteri yang paling banyak ditemukan dalam saluran akar yang menyebabkan kegagalan perawatan endodontik. Keberadaan bakteri ini dapat diketahui dari hasil kultur dan metode polymerase chain reaction (PCR). Sundqvist menemukan sejumlah bakteri anaerob seperti Entercoccus Faecalis, Streptococcus anginosus, Bacteroides gracilis dan Fusobacterium nucleatum pada saluran akar yang gagal (Fisher K, Philip C.,2009).

Penelitian menunjukkan bahwa dari 100 pengisian akar yang gagal disertai periodontitis apikalis, terdapat bakteri fakultatif sebanyak 69% dan 50% diantaranya merupakan Enterococci. Walaupun Enterococcus biasanya ditemukan pada saluran akar yang tidak dirawat dalam jumlah sedikit, bakteri ini sering ditemukan pada saluran akar yang gagal dan dapat menyebabkan infeksi saluran akar yang persistensi. Enterococcus faecalis bertanggung jawab terhadap 80-90% infeksi saluran akar oleh Enterococci dan biasanya merupakan satu-satunya spesies Enterococcus yang diisolasi dari saluran akar yang telah diisi. Sea Cucumber (Stichopus variegatus) merupakan salah satu hewan laut yang sudah banyak digunakan sebagai obat tradisional dan makanan yang berkhasiat. Dalam bidang kedokteran bahan ini telah banyak digunakan dalam mengobati beberapa penyakit. Sea Cucumber (Stichopus variegatus) mengandung protein, kolagen, mineral, mukopolisakarida, glucasaninoglycans (GAGs), antiseptik alamiah, chondroitin, omega-3, 6, dan 9, asam amino. Sea Cucumber (Stichopus variegatus) ini juga sudah terkenal sebagai obat anti kanker selain itu sudah banyak dijual dipasaran Sea Cucumber (Stichopus variegatus) atau yang sering dikenal dengan nama gamat dalam bentuk gel yang berkhasiat sebagai multivitamin. Sampai saat ini belum didapat tentang khasiat Sea Cucumber (Stichopus variegatus) dibidang kedokteran gigi, khususnya dipakai sebagai bahan medikamen pada saluran akar. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai Sea Cucumber (Stichopus variegatus) dalam bidang kedokteran gigi khususnya sebagai bahan medikamen saluran akar.

Bahan medikamen yang paling umum digunakan saat ini ialah kalsium hidroksida (Ca(OH) 2 ) dan masih menjadi gold standard. Bahan ini digunakan sebagai medikamen selama kunjungan terapi endodontik dan memiliki sifat antibakterial yang baik. Sifat antibakteri kalsium hidroksida ini disebabkan oleh penguraian ion-ion Ca 2+ dan OH - (Athanassiadis B, 2007). Mekanisme antimikroba kalsium hidroksida terjadi dengan pemisahan ion calcium dan hydroxyl ke dalam reaksi enzimatik pada bakteri dan jaringan, menginhibisi replikasi DNA serta dapat bertindak sebagai barrier untuk mencegah masuknya bakteri ke dalam sistem saluran akar. Ion hydroxide akan mempengaruhi kelangsungan hidup bakteri anaerob pada periodontitis,seperti Enterococcus faecalis. (Beer R, dkk.,2000 dan Berkitten, dkk.,2000). Secara klinis, kalsium hidroksida merupakan bahan medikamen yang memiliki kemampuan menginaktifasi endotoksin bakteri serta dapat diterima baik sebagai bahan medikamen saluran akar. Akan tetapi, penelitian terdahulu menyatakan bahwa kalsium hidroksida dapat bekerja aktif, terbatas pada beberapa hari. Kalsium hidroksida telah digunakan sebagai bahan dressing karena memiliki sifat antimikrobial yang sangat baik, mengeliminasi mikroorganisme setelah cleaning dan shaping, menetralkan sisa - sisa toxin ( Ferreira FB, Vale Ms, Granjeirob JM.,2003). Namun, memiliki aktivitas terbatas pada beberapa mikroorganisme seperti Enterococcus faecalis dan Candida albicans (Estrela C.,2008). Pengaruh ph pada pertumbuhan, metabolisme dan pembelahan sel ini penting untuk menjelaskan mekanisme dari antimikroba. Eliminasi bakteri oleh kalsium

hidroksida tergantung dari pelepasan ion hidroksil yang menyebabkan peningkatan ph. Ion hidroksil dari kalsium hidroksida mengembangkan mekanismenya pada membran sitoplasma, yang memegang peranan penting pada pertahanan sel seperti permeabilitas dan transpot elektron serta oksidasi fosforilasi pada spesies anaerob. Selain itu metabolisme seluler sangat bergantung pada aktivasi enzim. Enzim memiliki aktivitas dan stabilitas yang optimal pada rentang ph tertentu yang mengarah pada suasana netral. Suasana yang sangat basa yang disebabkan oleh kalsium hidroksida merusak ikatan ion yang menyebabkan kerusakan protein (denaturasi protein) pada bakteri. Kerusakan yang disebabkan oleh kalsium hidroksida bukan hanya tingkat sel, namun juga berdampak pada DNA bakteri. Ion hidroksil bereaksi dengan DNA bakteri dan memutuskan rantai DNA tersebut, sehingga replikasi DNA terhambat dan terjadi kerusakan aktivitas seluler. Pengaruh ph kalsium hidroksida dilihat dari sebagian besar endodontik patogen tidak dapat bertahan hidup pada suasana basa kuat yang disediakan kalsium hidroksida. Secara umum, jamur menunjukkan rentang ph untuk pertumbuhannya sekitar 5-9. Candida albicans dapat tumbuh pada variasi ph yang luas, tetapi pertumbuhan akan lebih baik pada ph antara 4,5-6,5 (Chaffin WL dkk.,1998). Menurut Fava dan Saunders., 2000, pelarut memegang peranan yang penting terhadap aksi biologi kalsium hidroksida yang ditentukan dari kecepatan disosiasi ion OH - dan Ca 2+. Jenis pelarut yang digunakan antara lain: aquaeous (air, salin, larutan anastesi, dan larutan ringer), viscous (gliserin, polyethyleneglycol, dan propyleneglycol), dan oily (olive oil, silicone oil, camphor, dan metacresyl acetate).

Pelarut aquaeous cepat berdisosiasi sehingga meningkatkan kelarutan ketika berkontak dengan cairan dan lebih mudah di resorbsi makrofag. Pelarut viscous memiliki kemampuan disosiasi ion yang lebih lambat daripada pelarut aquaeous, oleh karena itu dapat bertahan dalam saluran akar untuk periode yang lama. Sedangkan, larutan oily kemampuan disosiasi ion dan daya larutnya sangat rendah (Cwikla S dkk.,2000). Penelitian Leswari.,2007 sebelumnya melaporkan bahwa dentin dapat menginaktifkan aktifitas antibakteri kalsium hidroksida dan menunjukkan jumlah saluran akar yang positif mengandung bakteri meningkat setelah perawatan saluran akar dengan kalsium hidroksida (Cogulu D, Atac U.,2007). Oleh karena itu, sangat diharapkan berkembangnya aplikasi bahan medikamen saluran akar yang berasal dari alam dan lebih kompatibel terhadap jaringan, namun tetap memiliki kemampuan antibakteri yang sama dengan bahan non-biologi. Kecenderungan masyarakat kembali memakai bahan alami dikenal sebagai New Green Wave, dimana gerakan ini berupaya menggunakan kembali obat-obatan tradisional yang berasal dari bahan alami yang didapat dari alam (biofarmaka). Sumber bahan baku obat (medicine) hingga saat ini sebagian besar masih berasal dari alam, baik nabati maupun asal hewan (Agustina N, 2011). Salah satunya adalah Sea Cucumber (Stichopus variegatus). Sea Cucumber (Stichopus variegatus) adalah invertebrata, biasa ditemukan dilaut. Sea Cucumber (Stichopus variegatus), secara informal disebut sebagai bêche-de-mer atau gamat, telah lama digunakan sebagai makanan dan obat rakyat di komunitas Asia dantimur Tengah.

Sea Cucumber (Stichopus variegatus) memiliki nutrisi berharga seperti vitamin A, vitamin B1 (tiamin), Vitamin B2 (riboflavin), vitamin B3 (niasin), dan mineral, terutama kalsium, magnesium, zat besi dan seng. Sejumlah aktivitas biologis dan farmakologis dari jenis Sea Cucumber (Stichopus variegatus) yang lain terdiri dari anti angigenetik, anti kanker, anti koagulan, anti hipertensi, anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, anti trombotik, anti tumor dan penyembuhan luka. Sea Cucumber (Stichopus variegatus) ini juga memiliki sifat terapeutik dan manfaat yang dapat dihubungkan dengan keberadaan berbagai bioaktif terutama glikosida triterpen (saponin), chondroitin sulfat, glikosa minoglikan (GAG), polisakarida sulfat, sterol (glikosida dan sulfat), fenolat, cerberosides, lektin, peptida, glikoprotein, glycosphingolipis dan asam lemak essensial. Dari uraian di atas, terlihat adanya aktivitas Sea Cucumber (Stichopus variegatus) sebagai antimikroba dan kandungan bioaktif yang diharapkan Sea Cucumber (Stichopus variegatus) dapat dijadikan bahan antibakteri dalam saluran akar sampai saat ini. Belum ada penelitian efek antibakteri Sea Cucumber (Stichopus variegatus) terhadap Enterococcus faecalis pada bidang kedokteran gigi sebagai bakteri yang sulit dieleminasi dari saluran akar dan resisten terhadap antimikrobial yang umum digunakan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian efek antibakteri Sea Cucumber (Stichopus variegatus) pada konsentrasi yang tepat terhadap Enterococcus faecalis.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka timbul permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah Sea Cucumber (Stichopus variegatus) memiliki efek antibakteri terhadap bakteri Enterococcus faecalis? 2. Pada konsentrasi berapa (optimun) Sea Cucumber (Stichopus variegatus) yang dapat mengeliminasi Enterococcus faecalis? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui efek antibakteri Sea Cucumber (Stichopus variegatus) terhadap Enterococcus faecalis jika dipakai sebagai alternatif bahan medikamen saluran akar. 2. Untuk mengetahui konsentrasi yang tepat dari Sea Cucumber (Stichopus variegatus) dalam menghambat dan membunuh Enterococcus faecalis.

1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut apakah Sea Cucumber (Stichopus variegatus) dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan medikamen saluran akar dalam bidang endodontik.