Pengasuhan Orangtua dan Motif Afiliasi Siswa SMP Negeri Kota Banda Aceh

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KEBONAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. serta ketat untuk menghasilkan penerus-penerus yang bermoral baik, berwawasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

ARTIKEL ILMIAH KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN SISWA DI SMP NEGERI 21 KOTA JAMBI OLEH : HASPINAWATI NIM : ERAID08042

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB II LANDASAN TEORI

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

KORELASI KEDISIPLINAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD NEGERI 19 BANDA ACEH. Abstrak

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. kemudikan oleh orangtua. Kartini Kartono menyebutkan bahwa keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Melati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebagaimana adanya secara sistematis, akurat, aktual dan kemudian ditentukan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi (Lestari,

BAB 1 PENDAHULUAN. berguna kelak di kemudian hari.sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN A.

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMPN 4 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang sudah berkembang ini seseorang yang mengamati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun), dan fase remaja akhir (usia 18 tahun sampai 21 tahun) (Monks,

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali nilai-nilai dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Suatu keluarga itu dapat berbeda dari keluarga yang

PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa dewasa awal adalah suatu masa dimana individu telah

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan tanpa tanggung jawab untuk keselamatan atau kebahagiaan dirinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

Transkripsi:

Pengasuhan Orangtua dan Motif Afiliasi Siswa SMP Negeri Kota Banda Aceh M. Husen, Abu Bakar, Dila Taslia Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Unsyiah Banda Aceh m.husen.fkip.unsyiah@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengasuhan orangtua dan motif afiliasi pada siswa SMP Negeri Kota Banda Aceh. Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif korelasional. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 6 Banda Aceh yang berjumlah 221 orang, dengan sampel 142 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, sementara teknik analisis data penelitian yaitu analisis deskriptif kuantitatif dan korelasi spearman rho. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 66,2% siswa Banda Aceh didapati pengasuhan orangtua dalam kategori sedang dan motif afiliasinya 95,8% tinggi. Selanjutnya, penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengasuhan orangtua dengan motif afiliasi pada siswa SMP Negeri Banda Aceh dengan r hitungsebesar 0,497 pada taraf signifikan 0,05. Hubungan aspek melindungi secara berlebihan dengan motif afiliasi r hitungsebesar -0,066, hubungan permisivitas dengan motif afiliasi r hitungsebesar 0,281, hubungan memanjakan dan tunduk pada anak dengan motif afiliasi r hitung-0,025, hubungan penolakan dengan motif afiliasi r hitungsebesar -0,200, hubungan penerimaan dengan motif afiliasi r hitungsebesar 0,348 dan hubungan dominasi dan ambisi orangtua dengan motif afiliasi r hitungsebesar -0,061. Kata kunci: Pengasuhan Orangtua, Motif Afiliasi PENDAHULUAN Siswa adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewuasa yang ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial. Erikson (Hurlock, 1990:207) mengemukakan bahwa: Masa remaja adalah masa kritis identitas atau masalah identitas-ego remaja. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat, serta usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan baru para remaja harus memperjuangkan kembali dan seseorang akan siap menempatkan idola dan ideal seseorang sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir. Dunia remaja adalah dunia yang penuh tantangan dan cobaan. Dalam perjalanan hidupnya, remaja selalu berusaha mencari yang terbaik bagi dirinya, atau paling tidak mereka akan mendapatkan sesuatu yang dianggap baik dan bermanfaaat bagi dirinya. Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya yaitu dari masa kanakkanak ke masa dewasa, ketika anak tidak mau lagi diperlaku sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa. Periode ini remaja mengalami perubahan baik emosi, fisik, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalahmasalah. Masa remaja disebut pula sebagai masa belajar, masa belajar bagi remaja adalah untuk mengenal dirinya, lingkungan dan mengenal masayarakat sekitarnya. Masa belajar ini disertai dengan tugas-tugas yang dalam istilah psikologi dikenal dengan istilah tugas perkembangan. tugas perkembangan ini harus diselesaikan oleh remaja dengan baik dan tepat waktu agar dapat menyelesaikan tugas perkembangan selanjutnya. Perkembangan siswa pada masa ini ditandai dengan adanya perubahan perilaku. perubahan perilaku cenderung dipengaruhi oleh pengasuhan yang diterapkan orang tua dalam lingkungan keluarga. Keluarga merupakan suatu kelompok terkecil dalam masyarakat, 49

SULOH Volume 1 Nomor 1 Juli-Desember 2016 dimana anak pertama kalinya mendapatkan latihan-latihan yang diperlukan dalam hidupnya kelak di masyarakat. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan kepada anak. Menurut Gerungan (Suteja, 2012:32) yang menyebutkan bahwa keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, dimana individu belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk di dalam interaksi dengan kelompoknya, maka orangtua sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan remaja, termasuk pengasuhan orangtua mereka yang diterapkan pada anaknya. Setiap orang tua yang bertanggung jawab juga memikirkan dan mengusahakan agar senantiasa tercipta dan terpelihara hubungan yang baik antara orang tua dengan anak, yang efektif dan menambahkan keharmonisan hidup di dalam keluarga. Keluarga yang berbahagia ternyata bukan saja diwarnai oleh terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer dan sekunder dalam kehidupan tapi juga komunikasi yang baik. Dalam memperlakukan anak tentunya, orang tua tidak bersikap sembarangan, mereka punya cara tersendiri dengan harapan anak mereka berkembang seperti yang di harapkan. Dalam mengasuh anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Di samping itu orang tua merupakan orang yang pertama kali berinteraksi dengan anaknya, dan berkewajiban untuk membimbing mereka. Hubungan remaja dengan orangtua, dan perjuangannya secara bertahap untuk membebaskan diri dari dominasi mereka agar sampai pada tingkatan orang dewasa, menjadi masalah yang paling serius sepanjang kehidupannya dan membuatnya sulit beradaptasi. Keinginan untuk bebas pada diri remaja ini tidak dibarengi oleh kemampuan beradaptasi yang baik, sehingga orang tua sering kali mengintervensi dunianya. Anak buah hati merupakan anggota penting dalam keluarga, kehadiran anak di tengah-tengah keluarga sangat di nantinantikan. Ketika anak hadir di tengah tengah keluarga orang tua pasti menginginkan anaknya dapat berkembang secara normal, sehingga orang tua mempunyai cara tersendiri dalam memperlakukan anak. Ada orang tua yang bersikap memberikan kebebasan kepada anak dengan alasan supaya anak bisa mengembangkan potensi dirinya. Ada pula orang tua yang memberi kebebasan kepada anak tapi tetap memberikan kontrol, dan ada pula orang tua yang bersikap melindungi anak secara berlebihan dengan memberikan perlindungan terhadap gangguan dan bahaya fisik maupun psikologis, sampai anak tidak mencapai kebebasan atau selalu tergantung pada orang tua, perilaku orang tua tersebut disebut dengan over protective, dengan alasan agar anak tidak mengalami celaka dan karena anak belum bisa berfikir secara logis maka perlu ada perlindungan yang ekstra. Dalam memperlakukan anak tentunya orang tua tidak bersikap sembarangan, mereka punya cara tersendiri dengan harapan anak mereka berkembang seperti apa yang diharapkan. Perilaku orang tua kepada anak memegang peranan yang besar dalam perkembangan anak pada masa mendatang. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai makhluk sosial manusia selalu melakukan tindakan atau tingkah laku yang disebut interaksi sosial. Dalam interaksi sosial seseorang mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain. Kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain disebut dengan motif afiliasi. Untuk memenuhi kebutuhan berafiliasi individu mengarahkan tingkah lakunya dalam upaya mencapai tujuan tertentu. Motif afiliasi dapat dimengerti sebagai dorongan pembentukan, pertahanan atau pemulihan hubungan yang positif dengan individu lain atau dengan maksud untuk disukai atau diterima sebagai anggota dalam lingkungannya. Adanya motif berafiliasi membuat seseorang ingin selalu berinteraksi atau berhubungan dengan orang lain sehingga tercapai tujuan yang memuaskan. Bila motif afiliasi seseorang rendah akan mengakibatkan perkembangan kepribadiannya kurang cepat, kurang pergaulan, tidak bisa mengikuti arus informasi/ perkembangan jaman, terisolir serta kurang dapat diterima di masyarakat dengan baik. Manusia sejak usia dini sudah 50

membawa sifat afiliasi dalam bentuk timbulnya kasih sayang dalam interaksi antara ibu dan anak dan kemungkinan besar kemampuan untuk melakukan kedekatan emosional yang muncul pada masa kanak-kanak yang berlanjut ke masa remaja. Pada masa remaja sikap dan tingkah laku sebagai ciri khas yang menandai perkembangan sosial remaja yaitu adanya dua macam gerak, yaitu ingin memisahkan diri dengan orangtua dan dilain pihak menuju ke arah teman sebaya. Sehubungan proses afiliasi remaja, teman sebaya memegang peranan penting. Pentingnya hubungan dengan teman sebaya selama masa remaja, dikarenakan remaja mempunyai kesempatan untuk saling membagi masalah dan mempengaruhi remaja dalam berbicara, bertingkah laku berpikir tentang apa yang lebih baik dan apa yang buruk. Peran kelompok teman sebaya ini menjadi kuat karena adanya dorongan dalam diri remaja yang kuat untuk diakui dan diterima oleh teman sebaya. Kerap kali reamaja rela merubah kebiasaan, aturan dan pendapat yang diajarkan oleh orangtua demi mendapatkan tanggapan, pengakuan teman sebayanya. Berdasarkan fenomena yang terjadi di kalangan siswa SMP Kota Banda Aceh dan orangtua selama ini cenderung diantaranya didapati siswa yang menunjukkan kurang berinteraksi dengan lingkungannya. Siswa tersebut takut untuk berinteraksi dengan lingkungannya karena adanya larangan dari orangtuanya. Orangtuanya merasa khawatir jika siswanya dalam berinteraksi dengan lingkungannya karena takut terpengaruh dengan lingkungan yang menjurus negatif dalam pergaulan siswa. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hubungan pengasuhan orangtua; (melindungi secara berlebihan, permisivitas, memanjakan, penolakan, penerimaan, dominasi, tunduk pada anak, favoritisme, ambisi orang tua) dengan motif afiliasi; (keinginan untuk bekerja sama dengan orang lain, empati, dan membangun persahabatan dengan orang lain) siswa SMP Negeri Kota Banda Aceh. Metode Penelitian Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dimana data-data dalam penelitian ini dikomparasikan berupa angka-angka (skor, nilai) atau pernyataanpernyataan yang di angkakan dan dianalisis dengan analisis statistik serta dianggap sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Selanjutnya metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional, yaitu suatu pendekatan yang membahas tentang suatu hubungan antara dua komponen atau variabel untuk mencapai tujuan tertentu yang di ungkapkan melalui angka-angka. Variabel yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu variabel pengasuhan orangtua sebagai variabel independen dan variabel motif afiliasi sebagai variabel dependen. Populasi penelitian, sebesar 221 orang, sedangkan sampel sebanyak 142 siswa (Soekardi, 2003; Sugiyono, 2010). Selanjutnya teknik pengumpulan dan analisis data adalah angket berskala (Notoatmojo, 2005), sedangkan analisis data yaitu deskriptif kuantitatif (Creswell dalam Alsa, 2003 dan Azwar, 2012). Tabel Norma Kategorisasi Subjek Penelitian Rumus Norma Kategori Kategori X < µ-1σ Rendah µ-1 σ < X µ+ 1 σ Sedang µ + 1 σ < X Tinggi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan pengasuhan orangtua pada siswa SMP Negeri Kota Banda Aceh tergolong dalam kategori sedang, dan tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil 142 orang siswa, sebanyak 94 orang (66,2%) siswa yang pengasuhan orangtua sedang, sedangkan pada kategori tinggi 48 (33,8%) siswa. Dari hasil tersebut mampu menunjukkan bahwa pengasuhan orang tua terhadap anak ada pada kategori sedang sampai dengan baik. Karena semua orangtua menginginkan anaknya menjadi orang-orang yang berhasil kedepannya. Pengasuhan merupakan proses interaksi yang terus menerus antara orangtua dengan anak yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak 51

SULOH Volume 1 Nomor 1 Juli-Desember 2016 secara optimal, baik secara fisik, mental maupun sosial. Pengasuhan orang tua terhadap anak merupakan bentuk interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplikan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat. Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga, mengajar, mendidik serta memberi contoh bimbingan kepada anak-anak untuk mengetahui, mengenal, mengerti dan akhirnya dapat menerapkan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai dan normanorma yang ada dalam masyarakat. Pola asuh yang ditanamkan keluarga berbeda dengan dengan keluarga lainnya. Hal ini tergantung dari pandangan pada diri tiap orang tua (Gunarsa, 2002: 86). Orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah yang salah satu diantaranya mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh anak, orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Disamping itu, orang tua diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing dan mengarahkan putra-putrinya. Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anak yang berbeda, karena orang tua mempunyai pola pengasuhan tertentu. Tipe pola asuh terdiri dari dua dimensi perilaku yaitu directive behavior dan supportive behavior. Directive behavior melibatkan komunikasi searah dimana orang tua menguraikan peran anak dan memberitahu anak apa yang harus mereka lakukan, dimana, kapan, dan bagaimana melakukan suatu tugas. Sedangkan Supportive behavior melibatkan komunikasi dua arah dimana orang tua mendengarkan anak, memberikan dorongan, memberikan teguran positif dan membantu mengarahkan perilaku anak Schophib (Sulastri, 2009: 55). Ada beberapa sub variabel yang menjadi bagian dalam pengasuhan orangtua yaitu overprotective, permisivitas, memanjakan, penolakan, penerimaan, dominasi, tunduk pada anak, favoritisme dan ambisi orangtua. Dalam sub variabel overprotective diperoleh bahwa berada pada kategori sedang sebesar 52,1% dengan jumlah siswa sebanyak 74 siswa. Hal tersebut berarti siswa ketergantungan pada semua orang, kurang rasa percaya diri. Sedangkan pada sub variabel permisivitas sebesar 94,4% siswa berada pada kategori sedang dengan jumlah siswa sebanyak 134 siswa. Hal tersebut berarti orangtua membiarkan anak berbuat sesuka hati dan memberikan kebebasan. Pada sub variabel memanjakan sebesar 58,5% siswa berada pada kategori rendah dengan jumlah siswa sebanyak 83 siswa.hal tersebut berarti memanjakan anak membuat anak egois,dan menuntut. Sub variabel penolakan sebesar 66,3% siswa berada pada kategori sedang dengan jumlah siswa sebanyak 114 siswa. penolakan dapat dinyatakan dengan mengabaikan kesejahteraan anak, menumbuhkan rasa dendam dan sikap bermusuhan yang terbuka. Pada sub variabel penerimaan sebesar 94,4% siswa berada pada kategori sedang dengan jumlah siswa sebanyak 134 siswa. penerimaan orangtua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang pada anak yang menerima, memperhatikan perkembangan kemampuan anak. Pada sub variabel dominasi persentase terbesar yaitu pada kategori sedang sebesar 94,4% dengan jumlah siswa sebanyak 108 siswa. Hal ini menunjukan bahwa anak yang dominasi oleh satu atau kedua orangtua bersifat jujur, sopan dan berhati-hati tetapi cenderung malu, patuh dan mudah dipengaruhi oleh orang lain. Pada sub variabel tunduk pada anak sebesar 67,6% siswa berada pada kategori cukup dengan jumlah siswa sebanyak 96 siswa. orangtua membiarkan anak mendominasi mereka di rumah dan anak belajar untuk menetang semua yang berwewenang dan mencoba mendominasikan orang diluar lingkungan rumah. Pada sub variabel favoritisme sebesar 61,3% siswa berada pada kategori sedang dengan jumlah siswa sebanyak 87 siswa. Hal ini menunjukkan orangtua lebih menuruti dan mencintai anak favoritnya dari pada anak lain dalam keluarga. 52

Pada sub variabel ambisi orangtua, lebih dari sebagian siswa berada dalam kategori sedang untuk indikator ambisi orangtua, yaitu sebesar 74,4% atau sebanyak 128 siswa. Hal ini menunjukan bahwa pengasuhan orangtua yang ambisi orangtua berada dalam kategori baik, bila anak tidak dapat memenuhi ambisi orangtua, anak cenderung bermusuhan, tidak bertanggung jawab dan prestasi dibawah kemampuan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa dalam penelitian ini Pengasuhan orangtua yang baik serta mampu menunjukkan bahwa pengasuhan orang tua terhadap anaknya baik. Karena semua orangtua menginginkan anaknya menjadi orang yang berhasil kedepannya, namun gaya dan cara mengasuhnya yang berbeda-beda sesuai pengetahuan dan wawasannya, serta karakteristik kepribadiannya. Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga, mengajar, mendidik serta memberi contoh bimbingan kepada anakanak untuk mengetahui, mengenal, mengerti dan akhirnya dapat menerapkan tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam lingkungan sekolah. Pola asuh yang ditanamkan keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Motif afiliasi siswa, terdapat tiga aspek sebagai berikut, yaitu keinginan untuk bekerja sama, empati dan yang terakhir membangun persahabatan dengan orang lain. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan Kota Banda Aceh, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki motif afiliasi yang tinggi dalam kategori baik yaitu sebesar 95,8%. Motif afiliasi siswa yang tergolong dalam kategori baik, hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki keinginan untuk berhubungan dengan orang lain dan menjaga hubungan tersebut. Dimana motif afiliasi adalah tingkatan sejauh mana individu merasa terpenuhi kebutuhan berafiliasinya dengan cara menjalin persahabatan yang baik, bekerja sama dalam melakukan suatu pekerjaan dengan orang lain, suka memaafkan dan berempati, mendapatkan afeksi atau diterima dan disukai oleh orang lain. Individu tidak akan dapat menjalin kehidupannya tanpa kehadiran orang lain, karena pada hakikatnya individu mempunyai kebutuhan untuk hidup bersama dengan orang lain yang tentu saja kebutuhan tersebut tidaklah sama antara individu yang satu dengan individu yang lain. Motif afiliasi terdapat tiga aspek yaitu yaitu keinginan untuk bekerja sama, empati dan yang terakhir membangun persahabatan dengan orang lain. Aspek keinginan untuk bekerja sama, empati dan membangun persahabatan dengan orang lain termasuk ke dalam kategori sangat baik, dimana tiap-tiap variabel memperoleh hasil sebesar 56,3%, 49,3% dan 60,6%. Dari ketiga aspek tersebut menunjukkan bahwa siswa mampu bekerja sama dan berempati sama-sama berada pada kategori sedang, sedangkan untuk membangun persahabatan ada pada kategori tinggi. Melindungi secara berlebihan, memanjakan dan tunduk pada anak, penolakan dan dominasi dan ambisi orangtua memiliki hubungan negatif yang rendah dengan motif afiliasi pada siswa. Hal ini dapat dilihat dari besarnya hasil koefisien korelasi dari setiap sub variabel yaitu sebesar -0,066 melindungi secara berlebihan, -0,025 memanjakan dan tunduk pada anak, -0.200 penolakan sedangkan - 0.061 untuk dominasi dan ambisi orangtua. Besarnya hasil koefesien korelasi ini berada di antara korelasi (-0.01 0.09). artinya, setiap sub variabel memiliki hubungan negatif yang rendah terhadap motif afiliasi siswa SMP Negeri Kota Banda Aceh. Permisivitas ada hubungan positif yang tidak berarti dengan motif afiliasi pada siswa. Hal ini dapat dilihat dari besarnya hasil koefisien korelasi dari setiap sub variabel yaitu sebesar 0.281 untuk permisivitas. Penerimaan dan memiliki hubungan yang erat dengan motif afiliasi pada remaja. Hal ini dapat dilihat dari besarnya hasil koefisien korelasi dari setiap sub variabel yaitu sebesar 0.348 penerimaan. besarnya hasil koefisien korelasi ini berada diantara klasifikasi koefesien korelasi (+0.30 0.49). artinya, setiap sub variabel memiliki hubungan positif yang sedang terhadap motif afiliasi. 53

SULOH Volume 1 Nomor 1 Juli-Desember 2016 Penelitian terhadap pengasuhan orangtua dengan motif afiliasi pada siswa SMP Negeri Kota Banda Aceh, yaitu sebesar 0,497 >0.166 dengan taraf signifikan 0.000 <0.05 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang postif dan signifikan antara pengasuhan orangtua dengan motif afiliasi pada siswa SMP Negeri Banda Aceh. Artinya semakin baik pengasuhan orangtua maka semakin menunjukkan tinggi pula motif afiliasi pada siswa. Hasil tersebut memberikan pengertian bahwa hubungan pengasuhan orang tua dengan motif afiliasi berada pada kategori baik. Menurut secara beturut Kartono; Hetherington dan Spitz; Musen; dan Hurlock (Setiyoningrum: 1998) menyatakan bahwa dalam keluarga umumnya terdapat kebutuhan interaksi yang intim atau baik. Segala sesuatu yang dapat diperbuat remaja akan mempengaruhi keluarga, sebaliknya keluarga memberi dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan afiliasi kepada remaja. Pengalaman interaksi di dalam keluarga akan menentukan pola tingkah laku remaja. Tingkah laku berafiliasi yang terjadi dalam keluarga menjadi lebih intim secara emosional, sosial, fisik dan moral melalui proses yang disebut internalisasi dari kecil sampai dewasa, sehingga akan menentukan motif afiliasi remaja di masyarakat. Kurangnya afiliasi remaja disebabkan karena ketidakseimbangan antara jumlah pengasuh dengan anak asuh dan adanya penanaman disiplin yang harus di patuhi. Ketidakseimbangan antara jumlah pengasuh dan anak asuh menyebabkan remaja kurang memperoleh kesempatan untuk mengadakan interaksi yang baik, kebutuhan akan kasih sayang, perhatian, penerimaan dan rasa aman sulit didapat. Selanjutnya bahwa interaksi yang kurang antara anak asuh dengan pengasuh dapat berakibat buruk pada remaja. Kurangnya interaksi secara individu antara anak asuh dengan pengasuh akan berpengaruh terhadap kemampuan remaja dalam mengadakan kontak dengan teman sebaya, akibatnya remaja menjadi kurang mampu menyesuaikan diri, pemalu, rendah diri, kurang percaya diri dan menarik diri. Anak membutukan orangtua yang tahu bagaimana menyatakan kasih sayangnya, sehingga akan terpenuhi kebutuhan psikologis anak. Seperti : perasaan diterima, rasa aman, perlindungan, kebebasan, penghargaan, bimbingan dan pengarahan tanpa adanya tekanan. Pendidikan dalam keluarga mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembentukan kepribadian anak. Lingkungan keluarga yang wajar bagi psikis anak ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain faktor kasih sayang dan perhatian dari pihak orangtua. Orangtua sebagai pengasuh dan pendidik anak sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak dalam hidup dan kehidupannya. Seorang anak memperoleh pendidikan dan pengalaman dalam berhubungan dengan individu lain yang pertama kali didalam keluarga. Orangtua sebagai pengasuhan dan pendidik tidak dapat dipisahkan dengan pertumbuhan dan perkembangan sosial anak. Bila pengasuhan dan pendidikan yang diterima anak dalam keluarga kurang memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan segala potensi yang berkaitan dengan motif afiliasi maka akan terpengaruh terhadap kemampuan anak dalam melakukan hubungan sosial secar wajar dengan lingkungan di luar keluarga. Masing-masing keluarga terdapat kondisi spesifik yang berbeda-beda dibandingkan dengan keluarga yang lain. Faktor faktor yang didambakan anak dari orangtua antara lain : kasih sayang, perhatian, sikap saling menghargai antara sesama anggota keluarga. Interaksi antara individu yang satu dengan yang lain dalam keluarga mempunyai arti yang penting didalam mengembangkan kepribadian seseorang yang juga berkaitan dengan motif afiliasi. Seorang anak akan mempelajari dan mengembangkan motif afiliasi melalui proses belajar antara individu yang satu dengan yang lain. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga mempunyai arti yang penting dalam perkembangan sosial siswa. Siswa belajar mempelajari dan mengembangkan motif berafiliasi antara individu satu dengan lainnya bila berada di luar lingkungan keluarga. Orangtua sebagai pengasuh dan pendidik anak sangat 54

menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak dalam hidup dan kehidupannya. Seorang anak memperoleh pendidikan dan pengalaman dalam berhubungan dengan individu lain yang pertama kali didalam keluarga. Orangtua sebagai pengasuhan dan pendidik tidak dapat dipisahkan dengan pertumbuhan dan perkembangan sosial anak. Bila pengasuhan dan pendidikan yang diterima anak dalam keluarga kurang memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan segala potensi yang berkaitan dengan motif afiliasi maka akan terpengaruh terhadap kemampuan anak dalam melakukan hubungan sosial secara wajar dengan lingkungan di luar keluarga. SIMPULAN Gambaran pengasuhan orangtua pada siswa SMP Negeri Kota Banda Aceh berada pada kategori sedang dengan persentase 66,2%. Dimana pengasuhan orangtua terhadap siswanya baik, karena semua orangtua menginginkan remajanya menjadi orangorang yang berhasil kedepannya. Motif Afiliasi siswa SMP Negeri Kota Banda Aceh berada pada kategori tinggi. hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki keinginan yang besar untuk berhubungan dengan orang lain dan menjaga hubungan tersebut dalam lingkungan sekolah yang didukung oleh keluarga. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengasuhan orangtua dengan motif afiliasi pada siswa SMP Negeri Banda Aceh, dengan hasil sebesar nilai r hitung > r tabel yaitu : 0,497 > 0,166 yang berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan, semakin baik pengasuhan yang dilakukan orangtua terhadap anak, maka menunjukkan hasil tingkat afiliasi siswa semakin tinggi. DAFTAR PUSTAKA Alsa, Asmadi. 2003. Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta : PT Pustaka Pelajar. Azwar. 2012. Penyusunan skala psikologis. Yogyakarta: Pustaka Belajar Gunarsa. S.2002. Psikologi Remaja. Jakarta : Gunung Mulia. Hurlock, E.B. 1990. Psikologi perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga. Notoatmojo, S. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Setiyoningrum, Endang. 1998, Perbedaan Motif Berafiliasi dengan teman sebaya pada remaja antara yang tinggal di lingkungan keluarga dengan yang tinggal di lingkungan panti asuhan. Skripsi tidak diterbitkan,universitas Katolik Soegijapranata, Semarang. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alvabeta. Sukardi, 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo. Sulastri, 2009. Hubungan Pola Pengasuhan Orangtua Terhadap Penyimpangan Perilaku Pada Remaja. Skripsi Tidak Diterbitkan Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh. Suteja, Amar. 2012 Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Otoriter terhadap Prestasi Belajar. Proposal tidak diterbitkan. 55