EVALUASI KINERJA PENGOPERASIAN ANGKUTAN PENGUMPAN (FEEDER) TRANS SARBAGITA TP 02 KOTA DENPASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

BAB III. Landasan Teori Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB III LANDASAN TEORI. memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat

BAB II. Lintas dan Angkutan Kota (1998) dapat dijabarkan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

Bus Sekolah Sebagai Moda Alternatif untuk Mengurangi Volume Lalulintas Harian di Kota Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang

EVALUASI KINERJA BUS EKONOMI ANGKUTAN KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) TRAYEK PADANG BUKITTINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan mempergunakan satu sistem

BAB III LANDASAN TEORI. Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja dari sistem operasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS KINERJA DAN PENETAPAN TARIF BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (Study Kasus Bus Po. Aneka Jaya Jurusan Pacitan-Surakarta)

1. Pendahuluan MODEL PENENTUAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN KOTA YANG OPTIMAL DI KOTA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. dan diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam kurun waktu tertentu. (Hazian,2008) Transportasi dapat diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN PENGUMPAN TRANS SARBAGITA DI KOTA DENPASAR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB III METODOLOGI MULAI. Studi Pustaka. Perumusan Masalah dan Tujuan. Persiapan dan Pengumpulan Data

ANALISA KINERJA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (STUDI KASUS RUTE : LAWANG ARJOSARI MALANG) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain.

EVALUASI PERMINTAAN DAN PENYEDIAAN (DEMAND AND SUPPLY) ARMADA ANGKUTAN UMUM DI KOTA MALANG (STUDI KASUS : ANGKUTAN UMUM JALUR AG ARJOSARI-GADANG)

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Rute MPU CN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. trayek Solo-Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu sektor kegiatan yang sangat penting di

ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUM PERDESAAAN KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus Trayek Sidoarjo - Krian)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Tingkat aksesibilitas dapat dikategorikan sebagai aksesibilitas tinggi, karena dari hasil pengolahan data diperoleh :

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi Operasional Angkutan Umum Kota Pariaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

EVALUASI KINERJA OPERASI BUS KOBUTRI JURUSAN KPAD-ANTAPANI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan ini merupakan pergerakan yang umum terjadi pada suatu kota. memberikan suatu transportasi yang aman, cepat, dan mudah.

BAB III LANDASAN TEORI

perusahaan atau organisasi sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang ditetapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

EVALUASI KINERJA BUS PATAS ANTAR KOTA DALAM PROPINSI PO. RUKUN JAYA ( STUDI KASUS TRAYEK SURABAYA - BLITAR )

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sejak Februari 2008

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN Langkah-Langkah Penelitian Identifikasi Masalah Tinjaun Pustaka...

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan mengunakan kendaraan (Munawar, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan manusia dan barang. Pergerakan penduduk dalam memenuhi kebutuhannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas tersebut memerlukan berbagai sarana transportasi. Pelayanan transportasi

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

EVALUASI KINERJA TRAYEK LYN BM SURABAYA JURUSAN BRATANG MENANGGAL DISUSUN OLEH : BIMA PUTRA

Pelayanan dan Tarif Speedboat Nusa Sebayang - Ruslan Effendie

Anggri Apriyawan NIM : D NIRM :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi yang semakin cepat

KAJIAN JUMLAH ARMADA DAN JAM OPERASI ARMADA ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN DAMRI -STUDI KASUS PADA JURUSAN KORPRI TANJUNG KARANG, BADAR LAMPUNG.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. transportasi sehingga bertambah pula intensitas pergerakan lalu lintas kota.

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN PEDESAAN KABUPATEN SLEMAN. ( Studi Kasus Jalur D6 )

BAB III LANDASAN TEORI. instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. misalnya jalan kaki, angkutan darat, sungai, laut, udara.

yang sebenarnya dalam setiap harinya. Faktor muat (loadfactor) sangat dipengaruhi

PERHITUNGAN DAYA TAMPUNG KAWASAN PARKIR BANK SUMSEL BABEL JAKABARING DI KOTA PALEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN KOTA MEDAN JENIS MOBIL PENUMPANG UMUM ( MPU ) (STUDI KASUS : RAHAYU MEDAN CERIA 43 )

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYESUAIAN JARINGAN TRAYEK DALAM WILAYAH KOTA KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. tahun perkembangan jumlah penduduk kota Yogyakarta semakin meningkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi sudah lama ada dalam perkembangan kehidupan manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

EVALUASI KINERJA HALTE BUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN BUS TRANS SARBAGITA, BALI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Indicator Pelayanan Angkutan Umum 18 B. Waktu Antara {Headway) 18 C. Faktor Muat (Loadfactor) 19

Transkripsi:

1 EVALUASI KINERJA PENGOPERASIAN ANGKUTAN PENGUMPAN (FEEDER) TRANS SARBAGITA TP 02 KOTA DENPASAR Dewa Ayu Nyoman Sriastuti 1), Ni Komang Armaeni 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa ABSTRAK Denpasar sebagai ibukota Propinsi Bali menjadi pusat segala sektor kehidupan yang mengundang minat masyarakat luar kota untuk turut menikmati segala fasilitas dan kemudahan yang ada baik untuk tujuan mencari pengidupan maupun untuk tujuan lain seperti melanjutkan pendidikan, rekreasi dan sebagainya. Untuk mengatasi permasalahan terpusatnya peningkatan jumlah kependudukan di kota Denpasar, Pemerintah Provinsi Bali telah menyediakan transportasi publik Trans Sarbagita yang merupakan program penataan angkutan umum di wilayah penyangga kota Denpasar yaitu Badung, Gianyar dan Tabanan. Transportasi publik Trans Sarbagita Sarbagita direncanakan beroperasi secara bertahap, dimana salah satu trayek yang sudah beroperasi sejak tahun 2012 adalah Koridor I trayek GOR Ngurah Rai GWK dengan beberapa trayek cabang/pengumpan (feeder) di masingmasing kabupaten dan kota. Trayek cabang/pengumpan (feeder) merupakan trayek pendukung trayek utama yang dilayanan oleh angkutan pengumpan (feeder). Angkutan pengumpan (feeder) adalah angkutan yang bertugas mengumpulkan penumpang untuk disalurkan khusus ke angkutan trayek tertentu. Di kota Denpasar terdapat empat trayek cabang/pengumpan (feeder) yang melayani beberapa rute di kota Denpasar, diantaranya adalah angkutan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA TP 02 Kota Denpasar..Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kinerja pengoperasia angkutan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA TP 02 Kota Denpasar berdasarkan Standar Departemen Perhubungan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pengumpulan data pada instansi terkait dan survai langsung dilapangan. Berdasarkan hasil analisis evaluasi kinerja pengoperasian angkutan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA TP 02 Kota Denpasar yang meliputi indikator waktu tempuh, kecepatan, waktu antara dan faktor muat diperoleh indikator waktu tempuh dan kecepatan memenuhi syarat standar kualitas pelayanan angkutan umum sedangkan indikator waktu antara dan faktor muat tidak memenuhi syarat standar kualitas pelayanan angkutan umum. Kata kunci: Trans SARBAGITA, Kinerja, Evaluasi.

2 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi merupakan salah satu permasalahan krusial yang perlu mendapat suatu solusi yang tepat khususnya di wilayah perkotaan. Permasalahan dibidang transportasi ini akan berpengaruh terhadap berbagai sektor lain baik menyangkut prasarana maupun sarana pendukungnya. Bagian dari permasalahan tranportasi saat ini adalah pengaturan angkutan penumpang yang semakin tahun semakin meningkat. Peningkatn angkutan penumpang tidak terlepas dari peningkatan berbagai sektor kehidupan masyarakat terutama tingkat pendapatan masyarakat yang secara langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan aktifitas seperti bisnis, sekolah, belanja, rekreasi dan sebagainya. Berbagai aktifitas tersebut tentunya menggunakan moda transportasi yang sesuai dengan tingkat kehidupan masyarakat.dewasa ini masyarakat perkotaan cenderung menggunakan angkutan pribadi sebagai moda transportasi dibandingkan dengan moda angkutan umum. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena angkutan umum belum mampu memberikan pelayanan seperti apa yang dirasakan masyarakat jika menggunakan angkuatan pribadi. Salah satu faktor penyebab kurangnya kualitas pelayanan angkutan umum adalah belum optimalnya manajemen pengelolaan penoperasian angkuatan umum terutama keseimbangan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat sebagai pengguna jasa maupun operator sebagai pengelola baik secara ekonomi maupun secara finansial. Denpasar sebagai ibukota Propinsi Bali menjadi pusat segala sektor kehidupan yang mengundang minat masyarakat luar kota untuk turut menikmati segala fasilitas dan kemudahan yang ada baik untuk tujuan mencari pengidupan maupun untuk tujuan lain seperti melanjutkan pendidikan, rekreasi dan sebagainya. Untuk mengatasi permasalahan terpusatnya peningkatan jumlah kependudukan di kota Denpasar, Pemerintah Provinsi Bali telah menyediakan transportasi publik Trans Sarbagita yang merupakan program penataan angkutan umum di wilayah penyangga kota Denpasar yaitu Badung, Gianyar dan Tabanan. Transportasi publik Trans Sarbagita Sarbagita direncanakan beroperasi secara bertahap, dimana salah satu trayek yang sudah beroperasi sejak tahun 2012 adalah Koridor I trayek GOR Ngurah Rai GWK dengan beberapa trayek cabang/pengumpan (feeder) di masing-masing kabupaten kota. Trayek cabang/pengumpan/feeder merupakan trayek pendukung trayek utama yang dilayanan oleh angkutan pengumpan (feeder). Angkutan pengumpan (feeder) adalah angkutan yang bertugas mengumpulkan penumpang untuk disalurkan khusus ke angkutan trayek tertentu. Di kota Denpasar terdapat empat trayek cabang/pengumpan (feeder) yang melayani beberapa rute di kota Denpasar, diantaranya adalah angkutan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA TP 02 Kota Denpasar. Berdasarkan survai pendahuluan yang dilakukan bahwa umumnya angkutan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA sering kosong dan kursi hanya terisi beberapa saja setiap harinya, waktu kedatangan bus berikutnya cukup lama, waktu tunggu penmpang cukup lama dan kecepatan perjalanan juga rendah. Hal ini menunjukkna operasional kinerja angkuatan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA masih kurang sehingga perlu kiranya dilakukan penelitian untuk mengevaluasi kinerja operasional angkutan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA TP 02 Kota Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini adalah Bagaimanakah kinerja pengoperasia angkutan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA TP 02 Kota Denpasar?

3 1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja pengoperasia angkutan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA TP 02 Kota Denpasar. 1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi UPT SARBAGITA selaku pengelola angkutan umum Trans SARBAGITA. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman oleh peneliti lain yang berminat melakukan penelitian yang sejenis. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Mengingat keterbatasan waktu, dana dan tenaga, maka terdapat beberapa hal yang dibatasi dalam penelitian ini antara lain: 1. Wilayah Studi dilakukan pada rute angkutan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA TP 02 Kota Denpasar. 2. Evaluasi mengacu pada peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat SK.687/AJ.206/DRJD/2002 Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan dalam Trayek Tetap dan Teratur Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, meliputi Faktor muat (load factor), waktu antara (Headway), kecepatan dan waktu tempuh (Travel Time). 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Transportasi Transportasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses pergerakan atau perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan suatu sistem tertentu untuk tujuan tertentu. Kegiatan manusia yang berbagai macam menyebabkan mereka saling berhubungan. Untuk itu diperlukan alat penghubung. Salah satu diantaranya dan yang paling tua adalah angkutan. Angkutan penumpang umum adalah setiap kendaraan yang dioperasikan untuk melayani penumpang dalam melakukan perjalanan.jenis angkutan pada umumnya merupakan jenis angkutan yang pelayanannya mengikuti lintas tetap. Perencanaan angkutan yang kurang baik dapat menghasilkan kesemrawutan lalu lintas. Perencanaan angkutan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai proses yang tujuannya mengembangkan sistem angkutan yang memungkinkan manusia dan barang dapat bergerak cepat, aman, murah dan nyaman. Sistem (Tamin, 1997). 2.2 Standar Kualitas Pelayanan Angkutan umum Parameter yang menentukan kualitas pelayanan angkut umum mengacu pada pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur, Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan tahun 2002 seperti yang terlihat pada Tabel 1. Kualitas pelayanan angkutan umum ditunjukkan oleh kinerja angkutan umum itu sendiri, untuk perlu adanya indikator yang mengatur kinerja angkutan umum.(analisis kinerja operasional Direktur Jenderal Perhubungan Darat 2002) antara lain: 1. Waktu tempuh (Travel Time) Waktu yang digunakan oleh kendaraan untuk melewati suatu rute tertentu atau lama perjalanan ke dan dari tempat tujuan setiap harinya, termaksud waktu berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dan perlambatan karena hambatan di jalan. Besar waktu tempuh yang ideal adalah antara 1-1,5 jam.biasanya waktu operasi diperoleh berdasarkan dari hasil survai di lapangan.

4 Tabel 1. Parameter Kualitas Pelayanan Angkut ASPEK PARAMETER STANDART Waktu Jumlah waktu tunggu Tunggu penumpang menunggu angkutan di pemberhentian (Menit) - Rata rata 5 10 - Maksimum 10-20 Jarak Perjalanan Menuju Rute Angkutan Kota Pergantian Rute dan moda perjalanan Jarak perjalanan menuju rute angkutan kota (meter) - Rata rata - Maksimum Frekwensi penumpang yang berganti moda dalam perjalanan dari/ke tempat tujuan (kali) - Rata rata - Maksimum Waktu Jumlah waktu yang Perjalanan / diperlukan dalam Waktu perjalanan setiap hari ke tempuh dan dari tempat tujuan (jam) - Rata rata - Maksimum Waktu antara Waktu antara kendaraan (Headway ) (menit) - headway ideal - headway Maksimum Kecepatan Berdasarkan kelas jalan (km/jam) - Kelas I - Kelas II - Kelas III A - Kelas III B - Kelas III C Berdasarkan jenis trayek (km/jam) - Utama - Cabang - Ranting - Langsung Faktor Muat Perbandingan antara kapasitas terjual dan kapasitas tersedia untuk satu perjalanan (%) 300 500 500 1000 0 1 2 1,0 1,5 2 3 5 10 2 5 30 30 20 40 20 10 20 30 20 10 30 70% Sumber: Departemen Perhubungan No. 687/AJ.206/DRDJ/2002 2. Waktu antara (Headway) Waktu antara (headway) adalah jarak waktu antar kendaraan pada jalur suatu jalan yang sama. Semakin kecil nilai headway menunjukkan frekwensi kendaraan semakin tinggi sehingga akan menyebabkan waktu tunggu yang rendah, ini merupakan kondisi yang menguntungkan bagi penumpang, namun disisi lain akan mengakibatkan gangguan lalu lintas. Berikut rumus yang dapa digunakan untuk menghitung headway: H=... (1) Keterangan : H = Headway P = Jumlah penumpang per jam pada seksi terpadat C = Kapasitas kendaraan LF = Faktor muat, diambil 70% (pada kondisi dinamis) Adapun dalam menentukan headway optimum dari suatu sistem angkutan pada suatu koridor perlu dipertimbangkan beberapa hal berikut: a. Ketersediaan armada yang dapat disuplai untuk memenuhi demand penumpang. b. Waktu perjalanan. c. Waktu tunggu yang dapat diterima penumpang. d. Tingkat keuntungan yang akan diperoleh. 3. Kecepatan Kecepatan perjalanan adalah kecepatan rata-rata melakukan perjalanan yang ditempuh oleh angkutan penumpang umum (km/jam).kecepatan dibedakan menurut kondisi lalu lintas.kecepatan perjalanan untuk daerah yang lenggang.kecepatan perjalanan pada daerah padat lebih rendah dari daerah yang lenggang. Kecepatan ratarata kendaraan dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut: a. Jarak pemberhentian, b. Jumlah penumpang per trip (perjalanan), c. Waktu naik dan turun rata-rata penumpang, d. Keadaan jalan, e. Prilaku pengemudi, f. Banyaknya tanjakan, g. Kemacetan lalu lintas. Adapun besarnya kecepatan dapat dihitung dengan formula:

5 V=... (2) Dimana: V J = Kecepatan (km/jam) = Jarak rute angkutan umum (km) T = Waktu tempuh angkutan umum (jam) Sedangkan menurut Hobbs (1995) yang dikutip dari Skripsi UNS, Muhamad Nur Aziz (2011) Kecepatan adalah laju perjalanan yang biasanya dinyatkan dalam km/jam. Klasifikasi kecepatan antara lain: a. Kecepatan setempat (Spot Speed) adalah kecepatan kendaraan pada suatu saat diukur dari suatu tempat yang ditentukan. b. Kecepatan bergerak (Running Speed) adalah kecepatan kendaraan rata-rata pada suatu jalur pada saat kendaraan bergerak (tidak termaksud waktu berhenti) yang didapat dengan membagi panjang jalur yang ditempuh dengan waktu kendaraan bergerak menepuh jalur tertentu. c. Kecepatan perjalanan (Jeouney Speed) adalah kecepatan efektf kendaraan yang sedang dalam perjalanan antara dua tempat. Yang merupakan jarak antara dua tempat dibagi dengan lama waktu bagi kendaraan untuk menyelesaikan perjalanan antara dua temat tersebut. 4. Faktor Muat (Load factor) Kemampuan operasional kendaraan pada suatu rute dikaitkan dengan kesesuaian antara penyediaan (supply) dan permintaan (demand), dinyatakan sebagai faktor muat (load factor). Nilai faktor muat adalah 70% (0,7) dan terdapat cadangan 30% untuk mengakomodasi kemungkinan lonjakan penumpang, serta pada tingkat ini kesesakan penumpang di dalam kendaraan masih dapat diterima. Pada jam-jam sibuk nilai faktor muat bisa melebihi batas-batas yang diinginkan sehingga tingkat pelayanan harus ditingkatkan agar tidak terjadi perpindahan moda yang dikarenakan adanya kesan buruk. Adapun faktor beban ini dapat dihitung dengan untuk mengetahui besaran nilai faktor muat dapat digunakan rumus sebagai berikut : LF = X 100%... (3) Dengan: LF : Faktor muatan dinamis (Load factor). JP : Jumlah penumpang per kendaraan umum. C : Kapasitas penumpang per kendaraan. 2.3 Kapasitas Kapasitas kendaraan menurut Direktorat Jendral Perhubungan Darat (2002), Kapasitas kendaraan adalah daya muat penumpang pada setiap kendaraan angkutan umum, baik yang duduk maupun yang berdiri.daya muat tiap jenis angkutan umum dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Daya Muat Tiap Jenis Angkutan Jenis Angkutan Kapasitas Total Mobil Penumpang Umum 8 Bis Kecil 14 Bis Sedang 30 Bis besar lantai tunggal 79 Bis besar lantai ganda 120 Sumber: Departemen Perhubungan No. 687/AJ.206/DRDJ/2002

6 2.4 Trayek/Rute Trayek/rute angkutan umum didefinisikan sebagai tempat-tempat dimana angkutan umum secara tetap melayani penumpang yaitu dengan menaikkan dan menurunkannya (Departemen Perhubungan, 1996). Suatu trayek/rute biasanya merupakan satu lintasan tetap dari angkutan umum yang melewati beberapa daerah, dimana angkutan umum secara rutin melayani calon penumpang dan dilain pihak calon penumpang menggunakan angkutan pada rute-rute tersebut. Trayek/rute angkutan umum biasanya ditempatkan pada lokasi yang diperkirakan ada calon penumpang Dalam penyusunan jaringan trayek atau rute, klasifikasi trayek yang terdapat dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 35 Tahun 2003, Bab III, Bagian Kelima, Pasal 20, tentang angkutan kota yaitu : 1. Trayek Utama a. Mempunyai jadwal tetap, sebagaimana tercantum dalam jam perjalanan pada kartu pengawasan kendaraan yang dioperasikan. b. Melayani antar kawasan utama, antara kawasan utama dan pendukung dengan ciri melakukan perjalanan ulang alik secara tetap. c. Pelayanan angkutan umum secara terus menerus serta berhenti pada tempat-tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang telah ditetapkan untuk angkutan kota. 2. Trayek Cabang a. Berfungsi sebagai trayek penunjang terhadap trayek utama. b. Mempunyai jadwal tetap sebagaimana tercantum dalam jam perjalanan pada kartu pengawasan kendaraan yang dioperasikan. c. Melayani angkutan pada kawasan pendukung, antar kawasan pendukung dan pemukiman. d. Pelayanan angkutan umum secara terus menerus serta berhenti pada tempat-tempat untuk menaikkun dan menurunkan penumpang yang telah ditetapkan untuk angkutan kota. 3. Trayek Ranting a. Tidak mempunyai jadwal tetap. b. Pelayanan angkutan umum secara terus menerus, berhenti pada tempat-tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang telah ditetapkan untuk angkutan kota. c. Melayani angkutan dalam kawasan pemukiman. 4. Trayek Langsung a. Mempunyai jadwal tetap, sebagaimana tercantum dalam jam perjalanan pada kartu pengawasan kendaraan yang dioperasikan. b. Pelayanan angkutan umum secara terus menerus, berhenti pada tempat-tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang telah ditetapkan untuk angkutan kota. c. Melayani antar kawasan utama dengan kawasan pendukung dan kawasan pemukiman. 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini lakukan pada rute angkutan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA TP 02 Kota Denpasar, rute Matahari Terbit-Bypass Ngurah Rai - D. Buyan - Tk.Bilok - Tk.Balian - Tk.Yeh Aya, Waturenggong - P.Nias - P.Bali - P.Lombok- Komodo Tarakan - SP-6 - P.Kawe - Satelit- Nusa Penida - P.Lombok - P.Bali - P.Nias Diponegoro - Serma Made Oka - Serma

7 Made Pil - Serma Mendra Sudirma Waturenggong - Tk. Yeh Aya - Tk.Balian- Tk.Bilok - D. Buyan - Bypass Ngurah Rai- Matahari Terbit. 3.3 Alur Pikir Penelitian Alur piker penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini: 3.2 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada hari Senin, Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu di bulan Desember 2015. Start Identifikasi Masalah Studi Pustaka Survai Pendahuluan Pelaksanaan Survai & Pengumpulan Data Data Primer Waktu Antara Armada(Headway) Waktu Tempuh Perjalanan (Travel Time) Faktor Muat Kecepatan Perjalanan Data Skunder Peta Trayek Rute (Jaringan Perjalanan bus) Kapasitas Kendaraan Faktor maut, waktu antara kendaraan, waktu tempuh, kecepatan tahun 2011-2015 Analisis Kinerja TidTidak Metode Dep. Perhubungan Tidak Waktu Tempuh(Trave l Time) Maksimum 3 jam Waktu Antara Kendaraan ``` (headway) Maksimum 5 menit Kecepatan Trayek Utama dengan Bus sedang 20 Km/jam Faktor Muat (Load Factor) = 70% Ya Ya Ya Ya Kesimpulan & Saran Selesai Gambar 1. Alur Pikir Penelitian

8 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Waktu Tempuh (Travel Time) Data waktu tempuh diperoleh dari data operasional angkutan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA TP 02 Kota Denpasar bulan Desember tahun 2015, seperti pada tabel berikut: Tabel 3. Waktu Tempuh Waktu Tempuh (menit) Tahun 2015 Senin Rabu Kamis Jumat Sabtu 62 61 65 60 60 62 58 69 60 59 64 60 61 59 60 65 63 63 59 61 61,16 55,67 63,42 60,17 60,50 Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas maka waktu tempuh rata-rata adalah 60,18 menit. 4.2 Kecepatan Perjalanan Data Kecepatan Perjalanan diperoleh dari data operasional angkutan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA TP 02 Kota Denpasar bulan Desember tahun 2015, seperti pada tabel berikut: Tabel 4. Kecepatan Perjalanan Kecepatan (km/jam) Senin Rabu Kamis Jumat Sabtu 36.13 37.23 36.67 36.69 37.66 36.15 37.18 36.67 37.43 37.23 37.23 36.23 37.13 37.28 37.63 36.61 37.61 37.13 37.19 38.13 36.53 36,81 36.96 37.59 34,28 Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas maka Kecepatan perjalanan rata-rata adalah 36,44 km/jam. 4.3 Waktu Antara (Headway) Data Waktu Antara diperoleh dari data operasional angkutan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA TP 02 Kota Denpasar bulan Desember tahun 2015, seperti pada tabel berikut: Tabel 5. Waktu Antara Waktu Antara (Menit) Senin Rabu Kamis Jumat Sabtu 15 15 15 18 16 15 16 16 16 15 16 16 15 18 16 15 15 15 16 15 16 16 16 16 16 Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas Waktu antara rata-rata adalah 16 menit. 4.4 Faktor Muat Data Faktor Muat diperoleh dari data operasional angkutan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA TP 02 Kota Denpasar bulan Desember tahun 2015, seperti pada tabel berikut: Tabel 6. Faktor Muat Faktor Muat (%) Senin Rabu Kamis Jumat Sabtu 30 35 35 38 35 35 34 29 32 33 30 35 37 38 34 36 34 36 35 42 31 33 34 34 37 Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas maka Faktor muat rata-rata adalah 34%.

9 4.5 Kinerja Pengoperasian Angkutan Pengumpan/Feeder Kinerja pengoperasian angkutan pengumpan/feeder bus Trans SARBAGITA TP 02 Kota Denpasar seperti yang disajikan pada tabel dibawah ini: Indikator Waktu Tempuh (Travel Time) Kecepatan Perjalanan Waktu antara (Headway) Faktor Muat (Load Factor) Tabel 7. Kinerja Pengoperasian Hasil Analisis 60,18 menit 36,44 km/jam 16 menit Standar Departemen Perhubungan Maksimum3 jam 20 km/jam Maksimum 5 menit 34 % 70 % 5 SIMPULAN DAN SARAN Ket. Memenuhi syarat Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis evaluasi kinerja pengoperasian angkutan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA TP 02 Kota Denpasar yang meliputi indikator waktu tempuh, kecepatan, waktu antara dan faktor muat diperoleh indikator waktu tempuh dan kecepatan memenuhi syarat standar kualitas pelayanan angkutan umum sedangkan indikator waktu antara dan faktor muat tidak memenuhi syarat standar kualitas pelayanan angkutan umum. 5.2 Saran 1. Berdasarkan Waktu antara (headway) maka dapat disarankan hendaknya rute yang dilalui trayek angkutan pengumpan (feeder) Trans SARBAGITA TP 02 Kota Denpasar di tinjau kembali sehingga waktu tempuh bisa lebih kecil dari yang ada saat ini. 2. Berdasarkan Nilai faktor muat, maka perlu kiranya dilakukan langkah langkah peningkatan pelayanan, seperti mengatur jadwal keberangkatan, mengatur rute yang dilalui berdasarkan jumlah permintaan. 3. Perlu adanya regulasi dari Pemerintah untuk mendorong penggunaan angkutan umum daripada angkuatan pribadi. 6 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsono. 2006. Metodologi Peneltian. Jakarta: Bina Aksara. Damarjati, Departemen Perhubungan. 1996. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan dalam Trayek Tetap dan Teratur, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat SK.687/AJ.206/DRJD/2002.Pedom an Teknis Penyelenggaraan Angkutan Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap Dan Teratur, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta. Departemen Perhubungan. 2003. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum, Departemen Perhubungan Republik Indonesia, Jakarta. Tamin, OZ. 2000. Perencanaan dan Permodelan Transportasi. ITB. Bandung