BAB I PENDAHULUAN. memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2004). Jumlah populasi

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ASUPAN NATRIUM DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS PADA LANSIA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI Prof. Dr. R. SOEHARSO SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik kasus menopause..., Herdiana Christanty Sihombing, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tahap akhir perkembangan dari daur kehidupan manusia. (Maryam, 2008). Semua orang akan mengalami proses menjadi tua.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan serius di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia (lanjut usia)

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006)

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan mulai dari penetapan peraturan pemberian makan di rumah sakit,

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh


BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha

Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat,

Aida Minropa* ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah penyakit pengeroposan tulang yang banyak diderita

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang sering diminati dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoporosis merupakan masalah kesehatan nomor dua di dunia seperti yang dinyatakan oleh WHO (World Health

BAB II KEROPOS TULANG (OSTEOPOROSIS)

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang,

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

KOMPOSISI TUBUH LANSIA I. PENDAHULUAN II.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB V PEMBAHASAN. seseorang saat ini. Menurut Depkes untuk memudahkan penyelenggaraan terapi diet

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.6

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut (lansia) merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2004). Jumlah populasi lansia di Indonesia meningkat amat pesat dari 4,48% pada tahun 1971 menjadi 9,77% pada tahun 2010 dan diprediksi akan sebesar 11,34% pada tahun 2020 (Fatmah, 2010). Masa lansia menyebabkan penurunan fisik yang lebih besar dibanding masa sebelumnya. Proses penuaan akan mengakibatkan kemunduran kemampuan fisik dan mental seseorang (Masfufah, 2015). Salah satu kemunduran fisik yang terjadi adalah gangguan masalah sistem tulang yaitu osteoporosis. Osteoporosis merupakan suatu kondisi dimana kepadatan tulang menurun, akibatnya tulang menjadi rapuh dan berlubang seperti spons sehingga akan meningkatkan resiko patah tulang. Semakin bertambahnya usia maka akan terjadi pengeroposan tulang karena kehilangan mineral tulang, sehingga pada lansia rawan terjadi osteoporosis (Lukman dan Neti, 2009). Osteoporosis menghilangkan kekuatan mineral tulang tanpa disadari, sehingga tulang menjadi lemah, rapuh dan mudah patah jika terkena sedikit benturan. Penurunan kekuatan tulang ini tanpa disadari, oleh sebab itu penyakit ini dikenal juga sebagai silent epidemic (Gomez, 2006). Osteoporosis kini telah 1

menjadi salah satu penyebab penderitaan dan cacat bagi lansia. Osteoporosis dapat mengakibatkan patah tulang, cacat tubuh, bahkan timbul komplikasi hingga terjadi kematian. Resiko patah tulang akan meningkat seiring bertambahnya usia (Tandra, 2009). Menurut profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2012, penderita osteoporosis di Jawa Tengah berjumlah 5.303 pasien. Hasil analisa data yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi Depkes tahun 2009 pada 14 provinsi menunjukkan bahwa masalah osteoporosis di Indonesia telah mencapai pada tingkat yang diwaspadai yaitu 19,7%. Kejadian osteoporosis dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, struktur tulang dan berat badan, menurunnya hormon seks, obat-obatan atau penyakit tertentu, gaya hidup, dan keturunan (Misnadiarly, 2013). Faktor resiko yang disebabkan olah gaya hidup adalah aktifitas fisik, merokok, konsumsi kafein dan alkohol yang berlebihan (Rapuri,et all,2003). Selain itu kelebihan konsumsi protein, fosfor, dan natrium juga mempengaruhi kejadian osteoporosis (Kim, 2008). Kalsium merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian osteoporosis karena kalsium merupakan salah satu mineral utama yang sangat berkontribusi terhadap pembentukan tulang (Almatsier, 2004). Penyerapan dan keseimbangan kalsium dapat dipengaruhi oleh natrium. Natrium meningkatkan kehilangan kalsium dalam urin yang selanjutnya menyebabkan berkurangnya retensi kalsium dalam tubuh (Soekatri dan Djoko, 2004). Tingginya asupan natrium akan mempengaruhi metabolisme kalsium. Kalsium akan diekskresikan bersama dengan natrium di urin sehingga ketika 2

asupan natrium berlebih, terjadi peningkatan tekanan arterial dan dapat menyebabkan penurunan reabsorpsi natrium di bagian proksimal sehingga akan terjadi penurunan reabsorbsi kalsium dan akibatnya ekskresi kalsium dalam urine meningkat. Terjadinya peningkatan ekskresi kalsium dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang (Murad, et all, 2012). Peningkatan 100 mmol natrium di urin dapat memprediksi adanya peningkatan 1,04 mmol ekskresi kalsium di urin (Blackwood, et all, 2001). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa asupan natrium meningkat dan berefek negatif terhadap kepadatan tulang (Laura, et all, 2005). Penelitian ini dilakukan di RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta karena pada bulan November sampai Desember 2015 terdapat pasien osteoporosis sebanyak 37. Ditinjau dari latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui hubungan asupan protein dan natrium terhadap kejadian osteoporosis pada lansia di RSO Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara asupan natrium dengan kejadian osteoporosis pada lansia pasien rawat jalan di RSO. Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta? 3

C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan asupan natrium dengan kejadian osteoporosis pada lansia pasien rawat jalan di RSO. Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan asupan natrium pada lansia pasien rawat jalan di RSO. Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. b. Mendeskripsikan kejadian osteoporosis pada lansia pasien rawat jalan di RSO. Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. c. Menganalisis hubungan asupan natrium dengan kejadian osteoporosis pada lansia pasien rawat jalan di RSO. Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. d. Menginternalisasi nilai-nilai islam tentang makanan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instalasi Gizi RSO. Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Memberikan masukan terhadap ahli gizi Rumah Sakit untuk mengurangi asupan natrium pasien osteoporosis melalui makanan yang rendah natrium dan memberikan edukasi kepada pasien osteoporosis untuk mengonsumsi makanan yang rendah natrium. 2. Bagi Lansia Menambah wawasan mengenai hubungan asupan natrium terhadap kejadian osteoporosis pada lansia dan mengonsumsi makanan yang rendah natrium. 4

E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai hubungan antara asupan natrium pada lansia dengan kejadian osteoporosis. 5