BAB I PENDAHULUAN. dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk. perpajakan, Indonesia menganut system self assessment yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui. Berbeda dengan pajak yang mempunyai umur tidak terbatas, dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dari penerimaan dalam negeri maupun penerimaan luar negeri.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penerimaan Dalam Negeri, (dalam miliar rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pembangunan negara. Meskipun pendapatan negara dari

BAB I PENDAHULUAN. negara. Dengan kemampuan kapasitas fiskal tinggi suatu negara akan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hal ini juga diiringi dengan meningkatnya APBN dari lima tahun

BAB I PENDAHULUAN. terpengaruh dengan perubahan-perubahan kondisi dari dampak globalisasi. Sektor

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1, Pajak adalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan. 2. Fungsi mengatur Fungsi stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB V PENUTUP. sudah selayaknya ditarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Pengertian pajak adalah iuran kepada kas negara

BAB I PENDAHULUAN. Self assessment system ini baru akan berhasil dengan baik apabila syaratsyarat diatas dapat dipenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan pembangunan nasional yang memerlukan biaya besar yang berasal

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan Nasional, di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan sangatlah penting. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara bukan pajak (PNBP), penerimaan pajak, dan hibah. daerahnya dengan memungut pajak. Jumlah penduduk di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu instrumen suatu negara termasuk Indonesia dalam. memperoleh pendapatan untuk melaksanakan kegiatan pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas sunset..., Ehrmons Fisca Purwa Winastyo, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. ekstensifikasi (peningkatan jumlah wajib pajak) dan intensifikasi (peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam pembangunan, tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

2015 PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN ORISINALITAS... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAK... vii. DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar. Berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berbeda dengan pajak, sumber penerimaan ini mempuyai umur tidak

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. negeri misalnya pinjaman luar negeri dan hibah (garant), sedangkan sumber dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peneriman di negara Indonesia yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dan pertumbuhan perekonomian perlu melakukan

TINDAK LANJUT AMNESTI PAJAK

I. PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dibayarkan memiliki fungsi tertentu yaitu fungsi Budgetair (sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. langkah strategi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak melalui upaya-upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengamatan perpajakan Center Taxation analysis (CITA)

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya Indonesia mampu mewujudkan kemandirian bangsa dan Negara dalam. negeri yang cukup besar. Salahsatunya adalah Pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 98/KMK.01/2006 Account. mengimplementasikan Organisasi Modern.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan kewajiban warga negara untuk membayar iuran atas penghasilan yang didapat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar. Kurang lebih 2/3 penerimaan negara saat ini dihasilkan dari pajak. Pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar ketika sumber daya alam, khususnya minyak bumi tidak bias diharapkan lagi. Penerimaan dari sumber daya alam memiliki umur yang terbatas, suatu saat akan habis dan tidak bisa diperbaharui. Berbeda dengan pajak yang mempunyai umur tidak terbatas, dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk. Widayati dan Nurlis (2010) dalam penelitiannya memaparkan pemungutan pajak bukan pekerjaan mudah, selain peran serta aktif dari petugas perpajakan, juga dituntut kemauan dari para Wajib Pajak itu sendiri. Menurut undangundang perpajakan, Indonesia menganut system self assessment yang memberikan wewenang kepada Wajib Pajak baik menghitung, menyetor dan melapor sendiri pajaknya, mengakibatkan kebenaran pembayaran pajak tergantung pada kejujuran Wajib Pajak dalam pelaporan kewajiban perpajakan. Fenomena kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang mempunyai usaha sendiri maupun bekerja di lingkungan perusahaan swasta menarik untuk diteliti. Menurut Direktorat Jendral Pajak (2014), tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Indonesia masih relative rendah. Menteri Keuangan 1

2 Bambang P.S Brodjonegoro (2014) mengungkapkan bahwa rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak disebabkan kurangnya pemahaman akan kepatuhan pajak oleh Wajib Pajak Orang Pribadi di Indonesia, kurangnya AR (Fiskus) dan kurangnya penegakan hukum dibidang perpajakan. Permasalahan yang sering terjadib berkaitan dengan pengutan pajak ini yakni banyaknya penduduk Indonesia yang menolak memenuhi kewajiban pajaknya, atau masih banyak harta yang dimiliki Wajib Pajak yang belum dilaporkan ke Negara. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang pribadi untuk menunaikan kewajiban pembayarannya pajaknya di Indonesia masih relative rendah. Berikut Fenomena-fenomena yang terjadi dalam perpajakan terkait fasilitas pajak itu sendiri, yaitu: Tabel 1.1 Kasus Sunset Policy, Tax Amnesty, Sosialisasi Perpajakan serta Kepatuhan Wajib Pajak 2015-2017 No Kasus Sumber 1 Kebijakan penghapusan sanksi administratif tidak optimal untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak akibat buruknya administrasi. Dari target Rp 60 triliun, Ditjen Pajak hanya memperoleh dana tambahan Rp 8 triliun. 2 Tingkat kepatuhan wajib pajak ternyata tidak menunjukan peningkatan yang secara signifikan paska Sunset Policy 3 Belum adanya payung hukum yang mengatur terkait atas tax amnesty akan meningkatkan potensi kecurangan 4 Rendahnya pembelajaran mengenai sosialisasi perpajakan sejak dini www.katadata.co.id 23 Maret 2015 www.liputan6.com 23 April 2015 www.antikorupsi.org 9 Juli 2016 www.merdeka.com 15 November 2016

3 Tabel 1.1 (lanjutan) Kasus Sunset Policy, Tax Amnesty, Sosialisasi Perpajakan serta Kepatuhan Wajib Pajak 2015-2017 No Kasus Sumber 5 Tingkat partisipasi Wajib Pajak (WP) yang memanfaatkan amnesti pajak masih rendah. Total jumlah WP yang ikut mencapai 891.577 WP, di mana jumlah itu jauh lebih sedikit dibandingkan dengan WP wajib lapor Surat Pemberitahuan (SPT) yang mencapai 20,1 juta. Apalagi jumlah WP yang memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) mencapai 32,7 juta. 6 Nilai repatriasi aset WP di luar negeri yang menjadi sasaran utama program tax amnesty hanya memperoleh hasil Rp 146 triliun. 7 Pemerintah akan menjerat wajib pajak yang tidak ikut amnesti pajak setelah program tersebut berakhir Sumber. Diolah dari berbagai sumber www.tempo.co 16 Desember 2016 www.tempo.co 21 Januari 2017 www.metrotv.com 12 Mei 2017 Peranan pajak terhadap pendapatan pendapatan Negara sangat dominan pada masa sekarang ini, hal ini terjadi karena pajak adalah sumber yang pasti dalam memberikan kontribusi dana kepada Negara dan merupakan cerminan dari kegotongroyongan masyarakat dalam pembiayaan Negara yang diatur oleh perundang-undangan. Dari data laporan Direktorat Jendral Pajak Selama tahun 2009 sampai dengan 2014, kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi cenderung menurun, berikut data perbandingan antara Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar dengan Wajib Pajak Orang Pribadi yang melaporkan SPT Tahunannya.

4 Tabel 1.2 Data Wajib Pajak Orang Pribadi di Indonesia Yang Terdaftar dan Yang Melaporkan SPT Tahunannya 2009-2014 No SPT WP Yang WP Terdaftar Tahun Menyampaikan SPT % Kepatuhan 1 2009 11.623.250 10.116.987 87,04% 2 2010 16.880.649 14.101.933 83,54% 3 2011 19.924.312 8.512.401 42,72% 4 2012 22.131.323 17.659.278 79,79% 5 2013 24.923.754 16.589.939 66,56% 6 2014 27.688.202 10.258.948 37,05% Sumber : Laporan Direktorat Jendral Pajak (DJP) Tahun 2009 s/d 2014 Sementara penerimaan perpajakan Indonesia cenderung meningkat dari Rp 619.922,2 miliar atau 11% pada tahun 2009 menjadi Rp 1.246.107 miliar atau 12,4% pada tahun 2014. Peningkatan cukup signifikan, yakni 153,8%. Meskipun demikian, selama tahun yang sama, rasio pajak terhadap PDB Indonesia cenderung stagnan. Padah tahun 2009, rasio pajak terhadap PDB Indonesia 11%, naik menjadi 11,3% pada tahun 2010, naik menjadi 11,8% pada tahun 2011, lalu pada tahun 2012 dan 2013 adalah 11,9%. Pada tahun 2014, rasio pajak terhadap PDB Indonesia adalah 12,4%, hal ini dapat di lihat pada Tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.3 Penerimaan Pajak dan Rasio Pajak Terhadap PDB Indonesia 2009-2014 Tahun Penerimaan Pajak Rasio Pajak Terhadap PDB 2009 619.922,2 11,0% 2010 723.306,7 11,3% 2011 873.873,9 11,8% 2012 980.518,1 11,9% 2013 1.077.306,7 11,9% 2014 1.246.107,0 12,4% Sumber : Nota keuangan dan APBN 2013, Nota keuangan dan RAPBN 2015

5 Perkembangan peranan pajak dalam APBN sangat fenomenal, APBN yang sejak tahun 2009 sampai dengan 2014 bertumpu pada penerimaan pajak, selama tahun 2009 sampai tahun 2014, proposi terbesar pendapatan Negara Indonesia berasal dari penerimaan pajak. Pada tahun 2014, proporsi penerimaan Negara bukan pajak adalah 23,66%. Selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2014, proporsi PNBP cenderung menurun dari 26,77% pada tahun 2009 menjadi 23,66% pada tahun 2014 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini : Thn Tabel 1.4 Penerimaan dari Pajak dan Bukan Pajak Tahun 2009-2014 Penerimaan Perpajakan Penerimaan Negara Bukan Pajak Penerimaan Hibah Total Pendapatan Negara dan Hibah Miliar Rupiah % Miliar Rupiah % Miliar Rupiah % Miliar Rupiah % 2009 619.922,2 73,04 227.174,4 26,77 1.666,6 0,20 848.763,2 100 2010 723.306,7 72,67 268.941,9 27,02 3.023,0 0,30 995.271,5 100 2011 873.873,9 72,19 331.471,8 27,38 5.253,9 0,43 1.210.599,7 100 2012 980.518,1 73,28 351.804,7 26,29 5.786,7 0,43 1.338.109,6 100 2013 1.077.306,7 74,87 354.751,9 24,65 6.832,5 0,47 1.438.891,1 100 2014 1.246.107 76,20 386.946,4 23,66 2.351,1 0,14 1.635.378,5 100 Sumber : Nota keuangan dan APBN 2013, Nota keuangan dan RAPBN 2015 Kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan tercermin dalam situasi dimana Wajib Pajak Orang Pribadi memenuhi semua kewajiban perpajakannya dan melaksanakan hak perpajakannya. Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan tercermin dalam situasi dimana Wajib Pajak paham atau berusaha memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan menghitung jumlah pajak yang terutang sebenarnya, membayar pajak yang terutang, mengisi formulir pajak dengan lengkap dan melaporkannya tepat waktu sesuai dengan peraturan

6 yang berlaku. Kepatuhan Wajib Pajak menjadi aspek penting mengingat sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem self assessment dimana dalam prosesnya secara mutlak memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkannya kewajibannya. Berdasarkan data nota keuangan dan APBN 2013 dan nota keuangan dan RAPBN 2015 tax ratio Indonesia baru mencapai 12,4%. Nilai tax ratio ini masih dapat ditingatkan, karena selama beberapa tahun terakhir ini jumlah Wajib Pajak senantiasa bertambah, meskipun demikian tetap ada kendala dalam upaya meningkatkan tax ratio. Tanpa pengetahuan dan pemahaman yang baik atas peraturan perpajakan akan mempengaruhi Wajib Pajak Orang Pribadi untuk menjalankan kewajiban perpajakannya. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menggali potensi dari Wajib Pajak Orang Pribadi harus di dukung dengan sosialisasi akan peraturan perpajakan Orang Pribadi. Kepatuhan perpajakan dipengaruhi oleh pengetahuan tentang pajak, lingkungan dan sanksi pajak yang akan dikenakan oleh Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan. Pemerintah berencana memberikan pengampunan pajak atau tax amnesty kepada Warga Negara Indonesia yang diduga melakukan penghindaran pajak di luar negeri. Pemberi Tax Amnesty merupakan upaya pemerintah menarik dana masyarakat yang selama ini parkir di perbankan Negara lain. Tax Amnesty diberikan kepada Wajib Pajak yang selama ini tidak membayar dengan benar. Menurut Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo kebijakan ini maasih perlu diselaraskan dengan instansi penegak hukum lain serta dibahas

7 dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Hal ini terkait pihak-pihak yang dinilai pantas menerima pengampunan. Direktorat Jendral Pajak mengetahui ketidakbenaran pemenuhan kewajiban perpajakan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat Wajib Pajak, agar Wajib Pajak tidak dikenakan sanksi perpajakan yang timbul apabila tidak melaksanakan kewajibannya secara benar, maka Dirjen Pajak pada tahun 2008 telah memberikan kesempatan untuk membetulkan SPT Tahunan PPh untuk Tahun-Tahun Pajak 2006 dan sebelumnya, melalui kebijakan Sunset Policy, yaitu suatu kebijaksanaan pemerintah untuk memperoleh fasilitas penghapusan sanksi administrasi berups bunga atas keterlambatan pembayaran pajak atau bunga dari pajak yang tidak atau kurang bayar. Secara teoritis apabila Wajib Pajak ingin mengikuti program Sunset Policy, maka Wajib Pajak akan memperoleh banyak keuntungan, Namun pada kenyataanya masih banyak Wajib Pajak yang tidak memanfaatkan Sunset Policy tersebut secara optimal. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh Sunset Policy terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas timbul beberapa pemasalahan, yaitu bagaimana kepatuhan Wajib Pajak sebelum diberlakukannya Sunset Policy, bagaimana pengaruh Sunset Policy terhadap kepatuhan Wajib Pajak dan bagaimana upaya untuk meningkatkan kepatuhan setelah berakhirnya Sunset Policy tersebut. Demi mengejarnya target penerimaan pajak tahun ini. Pemerintah menabut insentif pajak. Direktorat Jendral Pajak Kementerian Keuangan berjanji untuk

8 menerbitkan aturan Sunset Policy jilid II dalam waktu dekat. Masyarakat baik Wajib Pajak pribadi maupun badan dapat memanfaatkan fasilitas penghapusan sanksi administrasi atas pembetulan Sirat Pemberitahuan Pajak Penghasilan mulai 1 April 2015. Pemerintah mengupayakan April sudah keluar bahkan dalam dua minggu ini. Berakhirnya penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi pada 31 Maret, menjaadi momentum bagi Direktorat Jendral Pajak untuk melakukan himbauan kepada masyarakat unuk segera melakukan pembetulan SPT PPh sebelum 1 Januari 2016 maka masyarakat akan mendapatkan penghapusan sanksi administrasi bunga 2 persen setiap bulannya. Pembetulan SPT yang dimaksud hanya SPT PPh selama lima tahun terakhir, yakni mulai tahun 2010-2014. Sementara itu masyarakat tidak dapat melakukan pembetulan SPT tahun 2010 lantaran masa berlakunya telah berakhir. Aturan Sunset Policy pernah diterbitkan pemerintah pada tahun 2008 silam, demi meningkatkan penerimaan pajak. Aturan yang berlaku selama 14 bulan sejak Januari 2008 tesebut terbukti dapat meningkatkan penerimaan pajak. Sejak itu, realisasi penerimaan pajak sebesar 6 persen di atas target yang ditetapkan pemerintah. Kendati demikian, tak di pungkiri bahwa setelah habis masa berlaku pemberian fasilitas tersebut, tingkat kepatuhan Wajib Pajak mengalami penurunan. Terbukti, sejak tahun 2009 hingga 2014 lalu, penerimaan pajak selalu tak mencapai target yang ditetapkan pemerintah.

9 Direktorat Jendral Pajak akan mengakhiri program tax amnesty di akhir Maret 2017 dengan mengadakan acara Farewell Tax Amnesty. Sehubungan program tax amnesty yang sudah di jalankan sejak awal Agustus 2016 silam sampai dengan akhir Maret 2017 penerimaan pajak meningkat dari realisasi berdasarkan surat setoran pajak (SSP) yang diterima mencapai Rp 112 triliun, terdiri dari pembayaran tebusan Rp 104 triliun, pembayaran tunggakan Rp 6,16 triliun, dan pembayaran bukti permulaan Rp 1,84 triliun. Oleh karena itu, dengan melihat permasalahan tersebut, maka dalam penelitian ini diambil judul : Pengaruh Sunset Policy, Tax Amnesty, dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Jakarta Menteng Satu B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini akan menguji variabel-variabel yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Oleh karena itu, dapat dirumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1) Apakah sunset policy berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi? 2) Apakah tax amnesty berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi? 3) Apakah sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi?

10 C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1) Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah di uraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Untuk mengetahui pengaruh sunset policy terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. b) Untuk mengetahui pengaruh tax amnesty terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. c) Untuk mengetahui sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. 2) Kontribusi Penelitian Dengan tujuan-tujuan yang telah disebutkan diatas, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, antara lain : a) Bagi Direktorat Jendral Pajak, hasil penelitian ini dapat bermanfaat tehadap program sunset policy, tax amnesty, dan sosialisasi perpajakan yang diterapkan oleh pemerintah. b) Bagi Akademik, semoga penelitian ini dapat memberikan gambaran dan ilmu pengetahuan mengenai program sunset policy, tax amnesty, dan sosialisasi perpajakan yang diterapkan oleh pemerintah.

11 c) Bagi peneliti yang akan datang, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan wacana di bidang perpajakan, sehingga dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya mengenai nilai perpajakan pada masa yang akan datang.