BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. Metodologi Penelitian

perumusan dan pelaksanaan kebijakan program kerja PGRI, (c) peluang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

BAB III METODE PENELITIAN. terdapat beberapa tempat lapangan Futsal. Sebagai sasaran penelitian ini lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1980an. Pemikirannya dinamai post-positivisme. Paham ini menentang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. realitas subyektif yang dianut oleh objek penelitian, dalam hal ini adalah Jaringan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Timur. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan Kota Nganjuk

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif adalah sebagaimana Cress well mendefinisikannya sebagai suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti, maupun oleh para praktisi melalui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menjawab persoalan-persoalan dalam penelitian tersebut. Paradigma merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menunjukan pada mereka apa yang penting, absah dan masuk akal. Sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada warga Muhammadiyah kota Bandung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Mulyana, 2002: 145) merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita

commit to user BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif. Istilah penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor

BAB III METODE PENELITIAN. dalam kondisi terkendali dan dimanipulasi.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

METODE PENELITIAN Paradigma Penelitian Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. memperdalam makna individu atau kelompok dalam masalah sosial maupun

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian, instrumen penelitian, informan penelitian dan sumber data,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Modinan masih melestarikan tradisi Suran Mbah Demang.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Nazir (1986) dalam Husain (2013: 159) pendekatan kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELTIAN. terhadap objek yang diteliti. Secara ontologi aliran ini bersifat critical realism

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III METODE PENELITIAN. Pemuda Hijau Indonesia) regional Yogyakarta ini menggunakan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. jawaban dari permasalahan yang diangkat.

BAB III METODE PENELITIAN. instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitiaan yang digunakan dalam penelitiaan Nasionalisme

BAB III METODE PENELITIAN. dituangkan dalam bentuk laporan atau uraian. Menurut Bogdan dan Taylor

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, RnD, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 15.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. inilah yang dijadikan tempat berkumpulnya Virginity Jogja pada waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Klaten terutama di tempattempat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif.

BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan di Tataran Empirik

III. METODE PENELITIAN. Cresswell (2012: 4) penelitian kualitatif merupakan metode -metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data; (D) Instrumen Penelitian; (E) Data dan Sumber Data; (F) Teknik Analisis Data;

III. METODE PENELITIAN. 22) metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

BAB III METODE PENELITIAN. karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

BAB III METODE PENELITIAN. tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masalah yang turut menentukan keberhasilan dalam penelitian. Hal ini sesuai

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. situasi kondisi yang tengah berlangsung sekarang ini, tujuannya mencoba

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peneliti menguraikan paradigma sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Metode, berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau

1. Mengidentifikasi kasus untuk suatu studi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rawan terjadi praktek ketidaksetaraan gender dalam kepengurusannya, maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan deskripsi dari objek penelitian. Metodologi penelitian merupakan

BAB II METODE PENELITIAN. sekelompok orang. Penelitian ini didasarkan untuk membangun pandangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Dalam bab tiga ini akan membahas hal-hal yang berhubungan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. dikarenakan beberapa hal sebagai berikut. kawasan prioritas dalam hal pengelolaan sampah. memilih tempat tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ditinjau dari tempat atau lokasi penelitiannya, penelitian ini termasuk

METODE PENELITIAN. dari data penelitian yang didapat (Nawawi, 2001:240). Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pemilihan metode yang tepat yang digunakan dalam suatu penelitian. Metode yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian studi kasus ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. peneliti harus menjaga jarak dengan informan. Akan tetapi pada post positivistik,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang hadir dalam suatu konteks yang terbatas (bounded context), meski batasbatas

III. METODE PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2009:9) metode penelitian kualitatif

BAB III Metodologi Penelitian

Transkripsi:

3.1. Lokasi dan Jadwal Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman pada awal merupakan satu wilayah administratif yaitu kabupaten Padang Pariaman. Setelah lahir UU no 12 tahun 2002, maka lokasi ini menjadi terpisah menjadi kecamatan Sungai Limau masuk ke dalam wilayah Kabupaten Pariaman, sedangkan kecamatan Pariaman Tengah masuk ke dalam wilayah Kota Pariaman. Semenjak itu, kedua daerah ini mempunyai dua pemerintahan yaitu Kabupaten Padang Pariaman yang dipimpin oleh seorang Bupati dan Kota Pariaman dipimpin oleh seorang Walikota. Walaupun kedua daerah ini telah terpisah antara satu dengan yang lain, namun secara budaya, khususnya dalam pelaksanaan perkawinan tetap sama yakni memakai tradisi bajapuik. Tradisi bajapuik yang menjadi fokus penelitian ini dilaksanakan mulai dari Februari sampai Desember 2008. Dalam proses penelitian terbagi kedalam 4 tahap, dengan perinciannya sebagai berikut: Tahap pertama; Februari 2008 melakukan studi penjajakan dan membina hubungan baik dengan masyarakat di daerah penelitian. Mengumpulkan data sekunder ditingkat kabupaten, kecamatan dan kenegarian dalam rangka pelaksanaan tradisi bajapuik dalam perkawinan. Tahap kedua; Maret-April 2008 pembuatan kuesioner penelitian dan pedoman wawancara dan dilanjutkan dengan melakukan try out di daerah penelitian dengan menyebarkan daftar pertanyaan. Hal itu dilakukan untuk melihat sejauhmana daftar pertanyaaan dan pedoman wawancara dapat dipahami oleh responden dan informan penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan diskusi dengan perangkat kecamatan mengenai penetapan lokasi yang dijadikan sasaran penelitian. Tahap ketiga; Mei-Agustus 2008, melakukan penyebaran kuestioner pada lokasi-lokasi yang telah ditetapkan. Kemudian pada tahap ini dilakukan studi kasus (analisis peristiwa); dengan melakukan pengamatan dan wawancara dengan informan penelitian mengenai tradisi bajapuik yang

43 dilaksanakan dalam perkawinan di daerah ini. Studi kasus (riwayat hidup), berkaitan dengan identitas informan, jumlah anak, jumlah saudara yang dimiliki serta seperti: pendidikan, pekerjaan, dan keberlanjutan tradisi ini. Tahap keempat; September-Desember 2008 melakukan wawancara mendalam dengan informan dan responden yang terpilih tujuannya untuk memperdalam data yang diperoleh. 3.2. Unit Analisis Unit analisis dalam suatu penelitian dapat meliputi individu, rumahtangga, kelompok, organisasi, lembaga sosial dan sebagainya. Unit analisis apa yang akan diambil dalam suatu penelitian tergantung kepada permasalahan yang diteliti (Nugroho, 2001). Berkaitan dengan penelitian unit analisis yang diambil tentang eksisnya tradisi bajapuik adalah individu sebagai anggota masyarakat. Terdapat sejumlah pertimbangan mengapa individu dijadikan sebagai unit analisis dalam penelitian ini. Pertama, sebagai konsekuensi atas pilihan teori yang digunakan karena menerangkan fenomena individu dalam masyarakat lebih mengenai perilaku manusia individual daripada kelompok atau masyarakat. Individu-individu merupakan realitas konkrit dan obyektif dan kelompok (keluarga atau masyarakat) hanya merupakan nama yang menunjukkan asosiasi di antara mereka. Jadi, tindakan individu merupakan sumber informasi utama dalam rangka memahami fenomena sosial. Kedua, para pelaku tradisi bajapuik merupakan individu yang secara langsung mengalami tradisi bajapuik, sehingga menjadi sangat penting untuk mendapatkan informasi langsung dari mereka dan tidak hanya dari persepsi masyarakat. Meskipun para pelaku tradisi bajapuik merupakan sumber informasi utama, tetapi juga penting untuk menggali dari sumber informasi lain dari warga masyarakat lain untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang topik penelitian. 3.3. Responden dan Informan Penelitian Penelitian ini adalah menggunakan analisis kualitatif. Meskipun terdapat responden sebagai suatu karakteristik penelitian kuantitatif, namun penelitian ini tidak bertujuan untuk menguji suatu hipotesa, apalagi menggunakan suatu tes

44 statistik tertentu. Responden diperlukan dalam penelitian ini untuk memperoleh data awal, khusus melihat ke arah mana tradisi bajapuik dilaksanakan dalam masyarakat. Responden penelitian adalah individu yang mewakili tiga kelompok masyarakat. Tujuan agar setiap lapisan masyarakat dapat terwakili untuk melihat pandangannya terhadap tradisi bajapuik. Adapun lapisan masyarakat tersebut adalah; generasi muda, generasi menengah dan generasi tua. Masing-masing kelompok terdiri dari laki-laki dan perempuan, sehingga pada akhirnya menjadi enam sub kelompok. Adapun keenam sub kelompok responden tersebut adalah; Generasi Muda Laki-laki (GML); Generasi Muda Perempuan (GMP); Pelaku Laki-laki; (PL); Pelaku Perempuan (PP); Orang Tua Laki-laki (OTL) dan Orang tua Perempuan (OTP). Selain itu, untuk memperdalam penelitian ini dilakukan wawancara mendalam kepada informan penelitian. Informan yang dimaksud terdiri dari; KAN, LKAAM; dan tiga tungku sajarangan, yang terdiri dari Alim Ulama, ninik mamak 1 dan cerdik pandai 2. Semua responden dan informan penelitian adalah penduduk setempat yang berada dalam lingkup budaya tradisi bajapuik, dengan pertimbangan merekalah yang banyak mengetahui tradisi bajapuik dan berada di dalam lingkungan kehidupan sehari-hari mereka. Adapun teknik pengambilan responden dan informan penelitian dilakukan dengan purposif dan teknik bola salju (snowball sampling) 3. Dengan teknik purposif sampling, dimaksudkan agar semua responden dan informan penelitian diyakini benar-benar penduduk setempat, sehingga validitas data dapat tercapai. Dari responden dan informan pertama, selanjutnya didapat pula responden dan informan berikutnya (snowball sampling) dan begitulah seterusnya. Berdasarkan ketentuan di atas, responden yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah (totality sample) 360 orang, terdiri dari 180 orang untuk Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman dan 180 untuk Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman, dengan masing-masing sub kelompok orang. 1 Ninik mamak adalah orang yang mengetahui adat istiadat 2 Cerdik Pandai adalah orang yang mempunyai pendidikan 3 Dengan teknik ini, pertama peneliti datang pada seseorang yang menurut pengetahuannya dapat menjadi key informan. Setelah berbicara secara cukup, informan tersebut menunjuk subyek lain yang dipandang mengetahui lebih banyak masalah penelitian sehingga peneliti memilihnya sebagai informan baru, dan demonian seterusnya, sehingga data yang diperoleh semakin banyak lengkap dan mendalam. Proses yang demonian ini, ibarat bola salju yang mengelinding, semakin lama semakin besar (Bogdan & Biklen, 1982; Patton, M.Q., 1990; Babbie, 2004).

45 Sementara itu, informan penelitian ini berjumlah 20 orang, dengan masingmasing 10 orang untuk Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman dan 10 orang untuk Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman. Jumlah responden dan informan yang terlibat dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 3. Kabupaten/Ke camatan 1. Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman 2. Kecamatan Pariaman Tengah Kota Pariaman Tabel : 3. Jumlah Responden dan Informan Penelitian Kategori Kelompok Sub Kelompok Jumlah Responden Generasi Muda Generasi Menengah Generasi Tua -Generasi Muda lakilaki (GML) - Generasi Muda Perempuan (GMP) -Pelaku laki-laki (PL) -Pelaku Perempuan (PP -Orang tua laki-laki (OTL) -Orang Tua Perempuan (OTP) Informan - KAN/Mantan KAN 2 Alim Ulama 2 Ninik Mamak 3 Cerdik Pandai 3 Responden Generasi Muda Generasi Menengah Generasi Tua -Generasi Muda lakilaki (GML) - Generasi Muda Perempuan (GMP) -Pelaku laki-laki (PL) -Pelaku Perempuan (PP -Orang tua laki-laki (OTL) -Orang Tua Perempuan (OTP) Informan - KAN/Mantan KAN 2 Alim Ulama 2 Ninik Mamak 3 Cerdik Pandai 3 Total 380 Sumber: Data Primer penelitian, 2008 3.4. Asumsi Dasar Penelitian Menurut Guba dan Lincoln (2000), mengemukakan empat paradigma penelitian yakni; positivisme, postpositivisme, teori kritis (critical theory), dan konstruktivisme. Dari empat paradigma, untuk kepentingan studi ini menggunakan paradigma postpositivisme. Pada hakikatnya penggunaan

46 paradigma dalam suatu penelitian bersifat menuntun dan tidak bersifat mutlak (Sitorus, 1999; Lubis 2004). Paradigma postpositivisme oleh para pengikutnya dianggap memiliki kemampuan untuk memecahkan sebagian persoalan yang belum sempurna dengan cara melakukan penelitian dalam setting yang lebih alami, mengumpulkan informasi yang lebih situasional. Kaidah ontologinya realisme kritis memposisikan realitas yang ada, namun tidak bisa dipahami secara sempurna karena pada dasarnya mekanisme intelektual manusia memiliki kekurangan, sedangkan fenomena itu sendiri secara fundamental memiliki sifat yang tak mudah diatur. Dengan demikian realitas sosial tidak lagi dipahami dalam perspektif tunggal-monolitik, tapi mereka percaya bahwa realitas sosial adalah ganda: subyektif dan obyektif. Oleh karena itu secara metodologi pendekatan experimen melalui observasi tidak cukup tetapi harus dibantu dengan metode lain (trianggulasi) yakni melalui wawancara mendalam (indept interview), dan observasi. Secara Epistimologis : Modified dualist/objectivist, hubungan peneliti dengan realitas yang diteliti tidak bisa dipisahkan tapi harus interaktif dengan subjektivitas seminimal mungkin. Kemudian secara metodologi paradigma ini bersifat modified experimental dan manipulatif. Paradigma ini selain menggunakan model pendekatan kualitatif secara dominan namun terkadang masih juga model pendekatan kuantitatif secara terbatas. (Denzin dan Lincoln, 2000; 2009; Salim, 2006: 55-56). Paradigma postpositivisme sebagai pilihan paradigma penelitian dapat dilihat dalam tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Paradigma Postpositivisme sebagai Pilihan Paradigma Penelitian Aspek Filosofis Paradigma Postpositivisme Ontologis Realisme kritis realitas nyata namun hanya bisa dipahami secara tidak sempurna dan secara probabilitik Epistomologis Dualis/objektif yang dimodifikasi; tradisi komunikasi tradisi/ komunitas kritis, temuan-temuan yang mungkin benar. Metodologis Modified Experiment/ Manipulative. Pengamatan secara natural, metode kualitatif dan tergantung pada teori yang dipergunakan. Kriteria kualitas penelitian : masih menggunakan Objectivity, Reliability dan validity (internal dan external validity). Aksiologis Nilai, etika merupakan pertimbangan penting yang harus diperhatikan dalam suatu penelitian. Tujuan penelitian: untuk menjelaskan, memprediksi dan mengendalikan fenomena alam. Sumber: Guba dan Lincoln, 2009

47 Dengan demikian untuk menjawab pertanyaan penelitian ini, penulis menggunakan paradigma postpositivisme, yang bercirikan ontologi realisme kritis, epistomologi modifikasi dualisme/objetivisme dan metodologi falsifikasi hipotesa dan dukungan metode kualitatif. Hal ini berarti realitas perilaku kolektif eksis (keberadaan) tradisi bajapuik dalam masyarakat Pariaman merupakan konstruksi nyata tetapi pemahaman atas realitas tersebut bersifat probabilistik dan tidak sempurna. Untuk itu strategi yang digunakan selain menggunakan survey, juga menggunakan wawancara mendalam (indept interview) dengan wawancara langsung, dan pengamatan berpatisipasi. Untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama, penulis menggunakan metode survey dan wawancara dan pengamatan berpartisipasi. Metode survey digunakan untuk melihat kecenderungan ke arahmana keberadaan (eksistensi) tradisi bajapuik, khususnya siapa yang dijemput dan apa yang menjadi penilaian untuk penjemputan seorang laki-laki yang diterima sebagai menantu dalam masyarakat. Sementara itu wawancara mendalam dan partisipasi dilakukan untuk mendalami kasus-kasus dari pengalaman aktor yang melakukan tradisi bajapuik yang tidak terungkap melalui survey. Dalam menjawab pertanyaan penelitian kedua, penulis menggunakan pendekatan makna lokal (emic), berdasarkan kasus dalam penelitian. Untuk itu strategi yang digunakan adalah studi kasus dengan teknik pengumpulan data penulis riwayat dan wawancara mendalam. Caranya dengan pengamatan berpartisipasi, mendengarkan penuturan kisah hidup berdasarkan peristiwa penting dari pelaksanaan tradisi bajapuik, pengecekan kepada orang lain dan contoh-contoh relitas sekarang. Studi kasus penulisan riwayat hidup untuk dapat menjelaskan proses pelaksanaan tradisi bajapuik dalam masyarakat dari sisi pandang pelaku sendiri. Aktor yang diambil sebagai kasus berdasarkan keunikan atau spesifik tertentu para aktor dalam melakukan tradisi bajapuik. Dengan demikian, pemahaman mengenai tradisi bajapuik, berdasarkan sudut pandang individu yang melaksanakan dan berinteraksi (pengalaman subyektif) dengan tradisi itu. Dalam menjawab pertanyaan penelitian ketiga, masih mengunakan pendekatan makna lokal (emic), dengan menggunakan teknik pengumpulan data

48 wawancara mendalam (indept interview), dan pengamatan berpartisipasi. Strategi yang digunakan dengan mendengarkan penuturan informan, dengan mengecek kepada orang lain dan contoh-contoh relitas sekarang. Paradigma postpositivisme dan metode yang digunakan dalam penelitian ini secara rinci dapat dilihat pada tabel 5 berikut. Tabel 5. Metode yang Digunakan Dalam Penelitian Pertanyaan Penelitian Paradigma Metode Pengumpulan Data Apa nilai-nilai, dasar dan bentuk Postpositivisme o survey pertukaran perkawinan dalam o wawancara tradisi bajapuik dan faktor-faktor mendalam (indept yang mempengaruhi interview) perubahannya? o pengamatan berpartisipasi Siapa saja aktor yang terlibat dan bagaimana prilaku aktor dalam pertukaran perkawinan dalam tradisi bajapuik? Bagaimana tradisi bajapuik dapat eksis dalam perubahan masyarakat? Postpositivisme o wawancara mendalam interview) o pengamatan berpartisipasi o riwayat hidup Postpositivisme o wawancara mendalam intrview) o pengamatan berpartisipasi (indept (indept 3.5. Metode Penelitian Berdasarkan permasalah, tujuan dan asumsi penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya maka penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Perpaduan metodologi tersebut (Guba dan Lincoln (2000; Howe, 2004); Branen, (1987), dapat berupa penekanan yang lebih kuat pada aspek kuantitatif maupun pada aspek kualitatif, hal ini menurut Creswell (1994) disebut dengan dominant-less atau dominant design. Perpaduan kedua metodologi ini bertujuan untuk mengakumulasi pengetahuan tentang apa saja intervensi yang telah bekerja dalam masyarakat yang diteliti. Secara implisit, yang dicari dari suatu intervensi input ialah ditemukannya hasil (outcome). Metode kuantitatif digunakan dalam mengungkap siapa aktor yang dijemput dalam tradisi bajapuik dan apa indikatornya. Untuk itu aktor yang dilibatkan adalah individu yang termasuk dalam struktur keluarga inti (nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Kemudian setelah itu baru digunakan

49 metode kualitatif, yang digunakan untuk melihat proses dan pemaknaan yang terdapat dalam tradisi bajapuik. Baik metode kuantitatif, maupun metode kualitatif dimaksudkan untuk tidak diuji atau diukur secara ketat dari segi kuantitas, jumlah, intensistas maupun frekuensi. Penekanan diberikan pada sifat konstruksi sosial dan realitas sosial yang sedang terjadi dilapangan. Proses penelitian mengikuti yang dilakukan dapat dilihat dalam gambar 4 dibawah ini. Informasi Langsung Metode Kualitatif metode Kuantitatif Survey Wawancara Mendalam Observasi Partisipan Kuesioner Peneliti Peneliliti dan Enumerator Catatan Lapangan Informan Dokumen Anggota Masyarakat Kategorisasi Pengolahan Data Penafsiran/Interpretasi Data Uji Statistik (Persentase) Gambar 4. Proses Kombinasi Metode Kualitatif dan Kuantitatif (Diadopsi dari Saefullah, 1993:9, dengan modifikasi) Adanya perpaduan kedua pendekatan di atas yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendalam.

50 3.5.1. Pengumpulan Data Secara keseluruhan proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa cara yaitu studi literatur, observasi dan wawancara. Pertama, studi literatur dimaksud disini adalah studi dokumentasi dan studi pustaka. Studi ini dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah metode sejarah dengan cara melakukan penelusuran bahan dokumentasi dan pustaka yang berupa arsip, dokumentasi, hasil-hasil penelitian, buku-buku berbagai penerbitan pemerintah dan jurnal yang memiliki relevansi dengan objek kajian. Studi ini dilakukan diberbagai lembaga seperti di Perpustakaan Nasional di Jakarta, Perpustakaan IPB di Bogor, Perpustakaan UNAND di Padang, Perpustakaan Wilayah Sumatera Barat dan Pusat Kajian Adat Minangkabau di Padang Panjang dan sebagainya. Studi literatur ini dilakukan bertujuan untuk melihat dinamika perkembangan tradisi bajapuik. Oleh sebab itu diperlukan literatur-literatur yang membahas tentang tradisi bajapuik dari awal muncul sehingga dapat dibandingkan dengan yang berlaku saat ini. Kedua, observasi yang dimaksud disini adalah partisipant observation. Partisipant observation dalam konteks penelitian ini, tidak harus dimaknai bahwa peneliti harus menjadi pelaku tradisi bajapuik dalam arti yang sebenarnya. Sikap untuk merasa bagian dari mereka (being a part of) dan perasaan empati, kesanggupan merasa apa yang dirasakan oleh informan menurut peneliti sudah dapat dipahami sebagai partisipant observation. Untuk itu partisipant observation dalam penelitian ini adalah merupakan suatu cara di mana peneliti tidak bersifat pasif sebagai pengamat, tetapi memainkan berbagai peran yang mungkin dalam berbagai situasi atau bahkan dapat berperan mengarahkan peristiwa-peristiwa yang sedang diteliti (Spradley, 1980). Partisipant observation digunakan dengan maksud untuk mengamati secara langsung pengalaman dan kenyataan yang ada sehubungan dengan tradisi bajapuik yang berlaku hingga saat ini. Sekaligus sebagai triangulasi terhadap data yang dikumpulkan melalui cara lain khususnya melalui wawancara. Dalam observasi partisipan ini peneliti turut serta terlibat dalam kehidupan sehari-hari tineliti. Peneliti mengamati secara cermat segala tindakan tineliti dalam segala keadaan dan situasi yang terkait dengan pelaksanaan tradisi bajapuik. Selama berlangsungnya observasi partisipan, peneliti juga

51 melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang dipandang penting dan melakukan pengambilan foto yang relevan dengan permasalahan penelitian. Ketiga, wawancara dimaksud adalah wawancara berstruktur dan tidak berstruktur. Secara umum wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang eksistensi tradisi bajapuik sehubungan dengan terjadi berbagai perubahan dalam masyarakat Minangkabau dan Pariaman khususnya. Untuk itu akan diungkap bagaimana tradisi bajapuik tetap eksis dan dimaknai serta terintegrasi dalam masyarakat Pariaman, sehingga menjadi ciri khas daerah ini. Wawancara berstruktur dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data 4. Kemudian wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang menggunakan pedoman wawancara sebagai alat untuk melakukan wawancara mendalam (indept-interview) kepada informan perorangan dan telah dipersiapkan sebelumnya 5 dalam rangka menggali informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dari data yang dikumpulkan itu, dapat dikelompokan menjadi dua jenis data, yaitu: 1. Data primer, merupakan data yang diperoleh oleh sipeneliti dari lapangan dengan metode pengumpulan data seperti kuesioner, wawancara dan partisipant observation. Melalui metode pengumpulan data itu maka diperoleh data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang berupa kata-kata yang dituangkan dari hasil wawancara dan partisipan obeservasi, sedangkan data kuantitatif data yang berupa kategori-kategori yang dituangkan dari kuesioner. 2. Data sekunder, merupakan data yang dikumpulkan oleh sipeneliti dari lapangan yang bersumber dari literatur-literatur dari instansi seperti; dari Kantor Kecamatan dan BPS, yang terkait dengan ciri khas dan identitas daerah penelitian. 4 Isi lengkap tertuang dalam bentuk kuesioner. Kusioner ditujukan untuk tiga lapisan dalam masyarakat antara lain; untuk generasi muda, generasi sedang dan generasi tua dan dapat dilihat pada Lampiran 3. 5 Isi lengkap tertuang dalam pedoman wawancara dan dapat dilihat pada Lampiran 4

52 3.5.2 Analisis Data Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis kuantitatif dan kualitatif. Data survey dianalisis dengan perhitungan statistik sederhana menggunakan tabel frekuensi dan persentase. Sementara itu data kualitatif dianalisis dengan mengikuti pendapat Patton (dalam Marvasti 2004), di mana data diorganisasikan ke dalam suatu pola kategori dan satuan uraian dasar. Artinya pengkategorian data disesuaikan dengan rumusan pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini dan dimaksudkan untuk memberikan kemudahan interpretasi, seleksi dan penjelasan dalam bentuk-bentuk deskripsi analisis. Selanjutnya analisis kualitatif terhadap data dan informasi tentang proses kejadian/peristiwa tentang motivasi yang melandasi tindakan sosial dari aktoraktor yang terlibat dalam tradisi bajapuik yang berkaitan dengan tindakan sosial. Dengan mengikuti pendapat Lewis (1988), analisis kualitatif dapat digunakan dalam mendeskripsikan pola-pola hubungan sosial yang berdimensi struktur (posisi dan peranan aktor), berdimensi pengaturan (prosedur) serta sistem-sistem makna yang melandasi dan memberi pedoman terhadap pola-pola hubungan di antara aktor. Dalam tahap analisis ini menurut Miles & Hubermas (1984) terdapat tiga komponen pokok yang harus disadari oleh peneliti yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing. Ketiga komponen tersebut menurut Miles & Hubermas disebutnya dengan model analisis interaktif; yaitu ketiga komponen tersebut aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data dilapangan sebagai proses siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak di antara ketiga komponen dengan komponen pengumpulan data selama proses pengumpulan data berlangsung. Demikian juga setelah pengumpulan data dilakukan, kemudian bergerak di antara data reduction, data display dan conclusion drawing untuk membangun pemahaman subtantif berdasarkan temuan empirik. Berikut mekanisme kerja model analisis interaktif dapat dilihat pada gambar 5.

53 Collecting Data Reduction Data DisplayData Conclusion Drawing Gambar 5. Interactive Model of Analysis (Miles & Hubermas, 1984) Dalam upaya memperoleh data yang kebenarannya dapat diyakini, keabsahan data diuji melalui teknik triangulasi sumber dan metode. Ini dilakukan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan salah interpretasi. Menurut Stake (2000) triangulasi merupakan proses penggunaan banyak persepsi (multi perception) dalam mengklarifikasi arti (meaning) dan dalam memverifikasi pengulangan pelaksanaan observasi interpretasi. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan mengklarifikasi atau membandingkan data dan informasi yang berasal dari sumber informasi dan cara pengumpulan data yang berbeda.