Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

dokumen-dokumen yang mirip
JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

Prosiding Seminar Nasional Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

Pengembangan Pertanian Berbasis Komoditi Unggulan Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan (Studi Kasus Kabupaten Humbang Hasundutan )

Peranan Identifikasi Komoditi Pangan Unggulan Pada Tiga Kabupaten di Kawasan Tapanuli Dalam Rangka Peningkatan Ketahanan Pangan Wilayah

Prosiding Seminar Nasional Peranan Pers Pada Pembangunan Pertanian Berwawasan Lingkungan Mendukung Kedaulatan Pangan Berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

ISSN VISI (2015) 23 (1)

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Prosiding SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN HIDUP DALAM RANGKA MENYAMBUT HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA TAHUN 2014

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata kunci : Komoditi Unggulan, Spesialisasi, Lokalisasi dan Lokasi (LQ)

ISSN VISI(2013)21 (3)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia, sehingga kecukupan pangan bagi tiap orang setiap keputusan tentang

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS. Oleh *) Rian Destiningsih

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Mimi Hayatiˡ, Elfiana 2, Martina 3 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFICATION OF POTENTIAL INVESTMENT COMMODITY FOOD CROPS POTENTIAL IN NORTH SUMATRA

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator ekonomi yang

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

POTENSI INDUSTRI TEPUNG LOKAL DI JAWA TIMUR BAGIAN SELATAN PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ketersediaan makanan. Teori tersebut menjelaskan bahwa dunia

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

ISBN : Prosiding Seminar Hasil Penelitian Dosen-Mahasiswa Fakultas Pertanian USU, 18 November 2014

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI PADI DAN JAGUNG KALIMANTAN BARAT ANGKA SEMENTARA TAHUN 2012

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih.

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

PENDAHULUAN Latar Belakang

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN DALAM KAWASAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN (KPH) TANAH LAUT

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan

IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN PASAMAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi suatu negara, terutama negara

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

I. PENDAHULUAN. dari satu tahap ke tahap berikutnya. Agar pembangunan dapat terlaksana dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

Transkripsi:

IDENTIFIKASI KOMODITI UNGGULAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOMODITI TANAMAN PANGAN UNTUK MENCIPTAKAN KETAHANAN PANGAN WILAYAH (Studi Kasus Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir) Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan. Jl. Sutomo No. 4A Medan 20234 Telp. 061-4522922. HP. 082168449964, Email : hotden_ngl@yahoo.com ABSTRAK Pengembangan komoditi unggulan untuk sektor pertanian baik komoditi perkebunan, hortikultura ataupun komoditi tanaman pangan dalam sebuah wilayah merupakan sebuah strategi regional untuk memacu pertumbuhan ekonomi, serta untuk menopang ketersediaan pangan secara wilayah (regional). Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi komoditi unggulan komoditi tanaman pangan pada suatu wilayah (studi kasus Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir), sehingga kebijakan pertanian dalam bidang pengembangan tanaman pangan yang diambil dalam rangka membangun ketahan pangan wilayah akan lebih terfokus. Metode penelitian yang digunakan adalah Location Quotient (LQ) menggunakan data produktifitas komoditi tanaman pangan berupa data sekunder time series 2005-2009. Berdasarkan hasil analisis data disimpulkan; a) Komoditi unggulan di Kabupaten Tapanuli Utara terdiri atas 4 (empat) jenis komoditi tanaman pangan yang teridentifikasi yaitu komoditi padi sawah, padi ladang, jagung dan kacang tanah, b) sementara Komoditi unggulan di Toba Samosir yang teridentifikasi terdiri atas 3 (tiga) jenis yaitu komoditi padi sawah, jagung dan kacang tanah, c) ketahanan pangan di setiap wilayah sangat dipengaruhi oleh produktifitas yang meningkat secara konsisten sehingga tersedia dengan cukup dan harga yang terjangkau. Dan berdasarkan hasil penelitian ini juga disarankan; a) agar pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir melakukan upaya peningkatan produktifitas yang lebih fokus pada komoditi tanaman pangan unggulan diwilayah masing-masing baik melalui program intensifikasi maupun ekstensifikasi yang didukung oleh perbaikan teknologi usahatani, pengembangan infrastruktur (irigasi, lembaga penyuluhan, dll) serta penyediaan sarana produksi, perbaikan teknologi budidaya dan pascapanen dan, b) agar pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir melakukan berbagai pelatihan kepada penyuluh pertanian bahkan petani di wilayah masing-masing Kata Kunci : komoditi unggulan, pertanian, tanaman pangan. PENDAHULUAN Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang memiliki keunggulan komperatif untuk sektor pertanian, hal ini merupakan modal fundamental bagi pertumbuhan ekonomi yang perlu didorong dan dikelola dengan baik. Munandar (2001), menyampaikan bahwa kegiatan ekonomi yang memanfaatkan keungulan komperatif akan memberikan manfaat bukan hanya pada sektor itu saja namun juga sektor lain yang berkaitan. Pengembangan komoditi unggulan dalam sektor pertanian yang meliputi; perkebunan, hortikultura, tanaman pangan pada suatu daerah merupakan suatu strategi regional untuk memacu pertumbuhan ekonomi, sehingga akan memberikan efek pengganda (multiflier effect) pada sektor lain yang terkait. Propinsi Sumatera Utara dan wilayah dibawahnya (kabupaten/ kota) tentu memiliki komoditi unggulan (komoditi penting) untuk dikembangkan sebagai pendorong utama (prime mover) bagi pertumbuhan ekonomi serta untuk menopang ketersediaan kebutuhan pangan secara wilayah (regional).

Selain mengejar pertumbuhan ekonomi wilayah, bahwa salah satu masalah yang dihadapi dewasa ini adalah masalah ketahanan pangan. Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia oleh karena itu pemenuhan kebutuhan akan pangan untuk seluruh penduduk dalam suatu wilayah menjadi sasaran utama kebijakan pemerintah. Salah satu langkah operasional dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan yang dilakukan pemerintah adalah peningkatan produksi dan produktifitas pangan berkelanjutan (Tindaon, F dan Nainggolan, H. L. 2011). Kabupaten Tapanuli Utara pernah mendapat sebutan sebagai peta kemiskinan dengan mayoritas penduduk bekerja pada sektor pertanian yaitu usaha tani tanaman pangan (padi sawah, padi ladang, jagung, dll) dan perkebunan rakyat (usaha tani kemenyan, karet, dll) hal ini dapat dilihat berdasarkan kontribusi sektor pertanian yang mencapai 53,6% terhadap PDRB Tapanuli Utara, disusul oleh sektor jasa-jasa (community social) 16,4% dan sektor -sektor lainnya hanya berkontribusi < 10% (BPS, Tapanuli Utara Dalam Angka, 2010), dengan demikian wilayah ini memiliki tantangan tersendiri dalam hal pemenuhan akan kebutuhan pangan. Kabupaten Toba Samosir yang merupakan daerah pemekaran dari Tapanuli Utara memiliki topografi wilayah yang berbeda, maka kegiatan ekonomi masyarakatnya juga berbeda. Sebagian besar penduduk kabupaten Toba Samosir masih tergantung terhadap sektor pertanian, hal ini digambarkan oleh kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Toba Samosir sebesar 36,29%, kemudian sektor industry pengolahan 34,90%, sektor perdagangan, hotel dan restoran 9,30% (BPS, Toba Samosir Dalam Angka. 2010), maka wilayah ini juga memiliki tantangan yang lebih berat untuk menciptakan ketahan pangannya. Berdasarkan urain tersebut diatas maka penelitian ini dilakukan untuk Mengidentifikasi Komoditi Unggulan Dalam Rangka Pengembangan Komoditi Tanaman Pangan Untuk Menciptakan Ketahanan Pangan Wilayah (Studi Kasus Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir) URAIAN TEORITIS Komoditi Unggulan Komoditi unggulan adalah komoditi yang mampu memberikan sumbangan pendapatan bagi wilayah yang bersangkutan maka tiap wilayah akan memiliki komoditi unggulan yang berbeda-beda. Dinas Pertanian Sumatera Utara (2009), memberikan beberapa kriteria mengenai unggulan yaitu : a. Dikenal luas oleh masyarakat. Kriteria ini mencerminkan bahwa secara sosial bidang usaha ini dapat diterima oleh masyarakat setempat, apabila bidang usaha ini dikembangkan maka akan diterima oleh masyarakat. b. Memiliki sumbangan yang signifikan bagi perekonomian masyarakat. Bidang usaha unggulan yang ditetapkan harus dapat bersaing dengan bidang usaha yang sama pada wilayah lain. Daya saing ini akan dapat diketahui melalui indikator pendapatan yang diperoleh masyarakat dari bidang usaha tersebut di suatu wilayah. c. Memiliki kesesuaian dengan aspek agroekologis lokasi pengembangan. Kesesuaian bidang usaha dengan kondisi agroekologis diketahui dengan menggunakan indikator produktifitas, karena dapat menggambarkan efisiensi produksi dan keberlanjutan usaha. d. Memiliki potensi pasar dan peluang ekspor. Bidang usaha unggulan harus memiliki prospek pasar yang cerah, harus berorientasi pasar baik pasar lokal, domestik terutama ekspor. e. Mendapat dukungan kebijakan pemerintah. Dukungan yang diperlukan adalah dukungan pasar, baik pasar input maupun pasar output serta ketersediaaan faktor-faktor pendukung lain seperti dukungan kelembagaan, teknologi, modal, sarana dan prasarana angkutan serta sumber daya manusia yang tersedia turut menentukan keunggulan usaha. f. Memiliki kelayakan investasi dan finansial yang baik. Kriteria ini sangat penting karena setiap bidang usaha unggulan yang ditetapkan harus layak secara finansial dan ekonomi agar pengusaha (investor) serta masyarakat tertarik untuk menggeluti bidang usaha tersebut.

Ketahanan Pangan Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Beberapa negara yang kemampuan ekonominya baik tetapi bisa mengalami kehancuran karena tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Sejarah juga menunjukkan bahwa strategi pangan banyak digunakan untuk melumpuhkan musuh artinya dengan adanya ketergantungan akan pangan maka suatu bangsa akan sulit lepas dari pengaruh bangsa lain. Dengan demikian upaya untuk mencapai kemandirian pangan nasional secara khusus kebutuhan pangan wilayah (regional) bukan hanya dipandang dari sisi ekonomi saja, namun merupakan suatu keharusan yang paling mendasar untuk dipenuhi. Bank Dunia (1986) dan Maxwell dan Frankenberger (1992) mendefenisikan ketahanan pangan adalah akses semua orang setiap saat pada pangan yang cukup untuk hidup sehat (secure access at all times to sufficient food for a healthy life). Undang-undang No. 7 Tahun 1996, menyebutkan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga, yang tercermin dari: (1) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3) merata; dan (4) terjangkau. Dengan pengertian tersebut bahwa mewujudkan ketahanan pangan dapat lebih dipahami sebagai berikut: 1. Terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup, diartikan ketersediaan pangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya untuk pertumbuhan dan kesehatan manusia. 2. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari pencemaran biologis, kimia dan benda lain yang mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia dan aman menurut kaidah Agama. 3. Terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudah diperoleh setiap rumah tangga dengan harga terjangkau. Irawan, dkk (2000) mencatat bahwa keberhasilan swasembada beras yang pernah dicapai Indonesia pada era 80-an merupakan kerja keras pemerintah yang mengerahkan segala sumber daya, kapital dan kelembagaan. Friyatno, S (2001) juga menyampaikan bahwa keberhasilan tersebut dipengaruhi beberapa faktor; (a) peningkatan produktifitas usahatani melalui perbaikan teknologi, (b) tersedianya anggaran pemerintah untuk membiayai proyek dan program pengembangan teknologi usahatani hingga pada proses sosialisasi di tingkat petani, (c) pengembangan infrastruktur seperti irigasi, lembaga penyuluhan dan sebagainya. Maka sejalan dengan itu, upaya yang dilakukan oleh Pemerintah daerah untuk meningkatkan produktivitas pangan adalah penyediaan sarana produksi, perbaikan teknologi budidaya dan pascapanen dan harus melakukan berbagai pelatihan bagi penyuluh pertanian dan petani itu sendiri. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi, Sampel Penelitian dan Pengumpulan Data. Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan non-probability sampling dengan teknik pengambilan sampling convenience sampling yaitu memilih sampel secara sengaja sesuai dengan keinginan peneliti dengan pertimbangan-pertimbangan khusus (Kuncoro, M. 2009). Penelitian ini menggunakan sampel Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir dengan alasan bahwa daerah ini merupakan daerah yang bukan hanya fokus pada sektor pertanian namun juga sektor lain seperti industri. Data yang digunakan adalah sekunder dengan runtun waktu 5 (lima) tahun (2009-2005) bersumber dari BPS Sumatera Utara, BPS Kabupaten Tapanuli Utara, BPS Toba Samosir dan publikasi resmi lainnya.

Metode Analisis Data. Alat analisis yang akan digunakan adalah Location Quotient (LQ) yang didasarkan pada kontribusi (Tarigan, R, 2005). Location Quotient (LQ) atau kuosien lokasi adalah perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional. Banyak variabel yang bisa diperbandingkan namun secara umum adalah nilai tambah (tingkat pendapatan) dan jumlah lapangan kerja (Tarigan R, 2005). Dalam penelitian ini yang digunakan adalah nilai produktifitas (produksi per satuan luas lahan) tiap komoditi dengan mengacu pada formulasi sebagai berikut; PKiWa/ TPkWa LQ = --------------------- PKiSn/ TPkSn dimana : PKiWa TPkWa PKiSn TPkSn : Produktifitas komoditi i disuatu wilayah analisis : Total produktifitas komoditi di wilayah analisis : Produktifitas komoditi i secara nasional : Total produktifitas komoditi secara Nasional Wilayah nasional dalam penelitian ini adalah Sumatera Utara dan wilayah analisis adalah Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir. Menentukan Komoditi Unggulan. Untuk mengetahui komoditi yang unggul pada suatu wilayah kabupaten dalam konteks wilayah propinsi adalah dengan hasil analisis LQ, analisis MRP dan overlay. Analisis LQ dapat memberikan gambaran komoditi unggulan yang valid jika menggunakan data time series (Tarigan R, 2005), karena hasil analisis LQ dengan data time series akan diketahui perkembangan LQ masing-masing komoditi dari tahun ke tahun dan berdasarkan nilai LQ tersebut dapat dikenali komoditi yang konsisten sebagai unggulan (basis) dan non -unggulan (non -basis). Secara umum komoditi yang dianalisis dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) kelompok berdasarkan nilai LQ nya (Kuncoro, M. 2009) yaitu : a. Apabila LQ > 1, maka tingkat spesialisasi komoditi lebih besar dikabupaten dibanding dengan komoditi yang sama di Propinsi. b. Selanjutnya bila LQ < 1 maka tingkat spesialisasi komoditi tersebut di kabupaten lebih kecil dari komoditi yang sama di Propinsi. c. Kemudian bila LQ = 1, maka tingkat spesialisasi komoditi tertentu di kabupaten sama dengan di tingkat Propinsi. HASIL DAN PEMBAHASAN Komoditi Tanaman Pangan. Perkembangan Komoditi Tanaman Pangan Sumatera Utara. Komoditi tanaman pangan yang dibudidayakan di Sumatera Utara secara umum adalah padi sawah, padi ladang, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai dan kacang hijau. Masyarakat Sumatera Utara, sebenarnya masih lebih fokus pada pengelolaan komoditi tanaman padi, hal ini terlihat dari persentase pengelolaan lahan padi tahun 2009 yang mencapai 65.8 % jika dibandingkan dengan luas lahan yang dikelola untuk komoditi pangan lainnya (BPS. Sumut Dalam Angka. 2010). Tahun 2005 luas lahan padi sawah adalah 743.813 ha dengan produksi 3.240.209 ton. Kemudian tahun 2006 turun menjadi 652.531 ha dengan produksi

2.870.944 ton. Kemudian tahun 2009 luas lahan tersebut meningkat menjadi 718.586 ha dengan produksi sebesar 3.382.066. (BPS. Sumut Dalam Angka. 2010). Disamping padi sawah dan padi ladang bahwa komoditi jangung juga memiliki peran penting dalam mendukung ketahanan pangan di Sumatera Utara. Tahun 2005 luas lahan tanaman jagung mencapai 735.456 ha dengan produksi 218.569 ton, namun 2009 luas lahan komoditi jagung ini mengalami penurunan hingga 242.782 ha dan produksi hanya sebesar 1.166.548 ton (BPS. Sumut Dalam Angka. 2010). Selain perkembangan luas lahan dan produksi berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa produktivitas komoditi tanaman pangan di Sumatera Utara secara umum mengalami trend pertumbuhan yang kecil dan terdapat beberapa komoditi pangan yang pertumbuhannya minus, sebagaimana disajikan pada tabel 1 dibawah ini. Tahun 2005 produktifitas padi sawah adalah 4,36 ton/ ha, kemudian tahun 2006 hanya naik 1% dengan produksi 4,40 ton/ ha. Kemudian 2009 produktifitas komoditi padi sawah ini hanya 4,71 ton/ ha, dengan kenaikan 2,80% dari tahun sebelumnya. Demikian juga dengan produktifitas komoditi tanaman jagung mengalami peningkatan sejak tahun 2005-2009 walau dengan persentase yang kecil. Produktifitas komoditi jagung tahun 2005 adalah 0,30 ton/ ha, mengalami peningkatan yang sangat baik tahun 2006 menjadi 3,41 ton/ ha atau naik 1.046, 65 %, untuk lebih jelasnya mengenai peningkatan produktifitas komoditi pangan di Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini : Tabel 1. Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Sumatera Utara. Jenis Komoditi Sumber : Data sekunder diolah. 2011. Produktiftas (ton/ ha) +/- Produktifitas 2005 2006 2007 2008 2009 05/06 06/07 07/08 08/09 Padi Sawah 4.36 4.40 4.50 4.58 4.71 1.00% 2.27% 1.75% 2.80% Padi Ladang 2.65 2.51 2.66 2.91 2.93-5.25% 5.87% 9.75% 0.42% Jagung 0.30 3.41 3.50 4.57 4.80 1046.65% 2.74% 30.56% 5.11% Kacang Tanah 1.10 1.12 1.15 1.16 1.17 2.01% 2.74% 1.12% 0.99% Ubi Kayu 12.52 12.57 12.60 19.42 26.09 0.39% 0.23% 54.14% 34.34% Ubi Jalar 9.63 9.66 9.70 11.07 11.34 0.31% 0.38% 14.12% 2.44% Kacang Kedelai 1.15 1.12 1.16 1.21 1.24-2.58% 3.91% 4.66% 1.84% Kacang Hijau 1.06 1.06 1.06 1.06 1.08 0.21% 0.34% 0.18% 1.04% Perkembangan Komoditi Tanaman Pangan Tapanuli Utara. Secara umum komoditi pangan yang dibudidayakan oleh masyarakat di Kabupaten Tapanuli Utara adalah padi sawah, padi ladang, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai dan kacang hijau. Masyarakat diwilayah ini mengelola komoditi tanaman padi sawah dengan luas mencapai 60 % dari total luas lahan yang dikelola untuk komoditi pangan (BPS. Tapanuli Utara Dalam Angka. 2010). Tahun 2005 luas lahan padi sawah mencapai 22.772 ha dengan produksi 131.046 ton. Kemudian tahun 2008 menjadi 24.470 ha dengan produksi 141.291 ton. Dan tahun 2009 luas lahan tersebut mengalami penurunan menjadi 24.046 ha dengan produksi sebesar 138.131,5 ton (BPS. Tapanuli Utara Dalam Angka. 2010) Selain padi sawah dan padi ladang bahwa komoditi jangung, kacang tanah serta komoditi lainnya juga memiliki peran penting mendukung ketahanan pangan di Tapanuli Utara. Tahun 2005 luas lahan tanaman jagung mencapai 2.779, 7 ha dengan produksi 7.604, 20 ton dan tahun 2009 luas lahan komoditi ini mengalami peningkatan mencapai 4.589 ha dengan produksi 15.601 ton (BPS. Tapanuli Utra Dalam Angka. 2010). Selain perkembangan luas lahan dan produksi, berdasarkan data yang diperoleh diketahui pertumbuhan produktifitas komoditi pangan di Tapanuli Utara mengalami trend pertumbuhan yang variatif sebagaimana pada tabel 2 dibawah ini. Tahun 2005 produktifitas padi sawah adalah 5,79 ton/ ha, kemudian tahun 2006 hanya naik 0,01% dengan produksi 5.79 ton/ ha. Kemudian

tahun 2009 produktifitas komoditi padi sawah di Tapanuli Utara turun sebesar 0,51 % menjadi 5,74 / ha. Untuk lebih jelasnya pertumbuhan produktifitas komoditi tanaman pangan di Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini: Tabel 2. Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Tapanuli Utara. Jenis Komoditi Produktiftas (ton/ ha) +/- Produktifitas 2005 2006 2007 2008 2009 05/06 06/07 07/08 08/09 Padi Sawah 5.79 5.79 5.76 5.77 5.74 0.01% -0.49% 0.25% -0.51% Padi Ladang 2.53 2.53 2.53 2.48 2.53 0.05% 0.08% -1.98% 1.99% Jagung 2.74 2.93 3.21 3.37 3.40 7.23% 9.29% 5.21% 0.80% Kacang Tanah 1.79 1.99 1.84 1.77 1.53 11.40% -7.66% -3.56% -13.66% Ubi Kayu 7.09 7.68 8.69 7.69 7.69 8.33% 13.15% -11.47% -0.09% Ubi Jalar 6.20 6.92 5.75 6.63 6.77 11.56% -16.91% 15.34% 2.15% Sumber : Data sekunder diolah. 2011. Perkembangan Komoditi Tanaman Pangan Toba Samosir. Kabupaten Toba Samosir merupakan kabupaten yang sangat potensial bagi pengembangan sektor pertanian hal ini terlihat dari sumbangan sektor pertanian bagi PDRB Toba Samosir yang mencapai 36,29%. Pada tahun 2005 luas lahan padi sawah yang dikelola masyarakat adalah 20.575 ha dengan produksi 119.113 ton. Luas lahan komoditi ini mengalami pertumbuhan hingga tahun 2007 dan mencapai 24.328 ha dengan produksi 133.633 ton, namun tahun 2008 dan 2009, luas lahan komoditi ini mengalami penurunan dikuti dengan penurunan produksi. Tahun 2005 luas lahan komoditi tanaman jagung diwilayah ini 2.869 ha dengan produksi 12.968 ton dan mengalami peningkatan hingga tahun 2008, dengan luas lahan menjadi 7.856 ha dengan produksi 25.116 ton (BPS, Toba Samosir Dalam Angka. 2010). Disamping perkembangan luas lahan dan produksi, berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa produktifitas komoditi pangan Toba Samosir berfluktuasi. Tahun 2005 produktifitas padi sawah 5.79 ton/ha, turun menjadi 4.64 ton/ ha pada tahun 2008 atau turun 15.58 % dari tahun sebelumnya. Dan produktifitas komoditi ini tahun 2005 tercatat 4.52 ton/ ha dan mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi 3.20 ton/ ha atau turun 22.15 % dari tahun sebelumnya. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan produktifitas komoditi pangan di Toba Samosir dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini : Tabel 3. Perkembangan Produktifitas Komoditi Tanaman Pangan Toba Samosir. Jenis Komoditi Produktiftas (ton/ ha) % +/- Produktifitas 2005 2006 2007 2008 2009 05/06 06/07 07/08 08/09 Padi Sawah 5.79 5.52 5.49 4.64 5.27-4.63% -0.51% -15.58% 13.75% Padi Ladang 2.48 2.55 3.06 1.38 3.71 2.97% 20.17% -54.92% 168.99% Jagung 4.52 4.87 4.11 3.20 3.77 7.63% -15.59% -22.15% 18.00% Kacang Tanah 1.87 1.91 1.92 1.16 1.15 2.29% 0.78% -39.44% -1.29% Ubi Kayu 14.08 15.68 15.72 12.55 12.67 11.36% 0.23% -20.14% 0.98% Ubi Jalar 9.55 9.61 9.60 9.05 9.80 0.66% -0.06% -5.72% 8.27% Sumber : Data sekunder diolah. 2011. Identifikasi Komoditi Unggulan Komoditi Unggulan Kabupaten Tapanuli Utara. Dalam mengidentifikasi komoditi unggulan di kabupaten Tapanuli Utara, digunakan analisis LQ. Berdasarkan pengolahan data yang dilakuakn diketahui bahwa di daerah ini terdapat beberapa jenis komoditi pangan unggulan sebagaimana pada tabel dibawah ini :

Tabel 4. Nilai LQ Komoditi Pangan Kabupaten Tapanuli Utara. Jenis Komoditi LQ Komoditi Pangan Tapanuli Utara 2005 2006 2007 2008 2009 Padi Sawah 1.55 1.59 1.57 1.99 2.25 Padi Ladang 1.12 1.22 1.17 1.34 1.60 Jagung 10.76 1.04 1.12 1.16 1.31 Kacang Tanah 1.91 2.15 1.97 2.41 2.41 Ubi Kayu 0.66 0.74 0.85 0.62 0.54 Ubi Jalar 0.75 0.87 0.73 0.94 1.10 Sumber : Data Sekunder diolah. 2011. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi Berdasarkan hasil pengolahan data sebagaimana pada tabel 4 diatas bahwa komoditi padi sawah dan padi ladang memiliki LQ>1 dari tahun 2005-2009 secara konsisten, hal ini menunjukkan bahwa komoditi padi sawah dan padi ladang memiliki tingkat spesialisasi komoditi yang lebih besar dikabupaten Tapanuli Utara dibanding dengan di Propinsi karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series (2005-2009) menunjukkan bahwa komoditi padi sawah dan padi ladang ini memiliki nilai LQ> 1 secara konsisten (Tarigan, R. 2005), artinya komoditi ini merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Tapanuli Utara. Pada tabel 4 diatas juga terlihat bahwa komoditi tanaman jagung dan kacang tanah secara konsisten memiliki nilai LQ>1 sejak tahun 2005, dimana kedua komoditi ini disamping komoditi tanaman padi sawah dan padi ladang juga merupakan komoditi unggulan Kabuapaten Tapanuli Utara, dimana dengan nilai LQ> 1 menunjukkan bahwa kedua komoditi ini memiliki tingkat spesialisasi di Kabupaten dibandingkan dengan Propinsi. Dan berdasarkan analisis LQ dengan data time series (2005-2009) menunjukkan bahwa komoditi jagung dan kacang tanah ini mempunyai nilai LQ> 1, secara konsisten (Tarigan, R. 2005). Komoditi Unggulan Kabupaten Toba Samosir. Identifikasi komoditi unggulan di kabupaten Toba Samosir dilakukan dengan menggunakan analisis LQ, berdasarkan pengolahan data yang dilakukan diketahui bahwa di kabupaten Toba Samosir terdapat beberapa jenis komoditi pangan unggulan sebagaimana pada tabel 5 dibawah ini : Tabel 5. Nilai LQ Komoditi Pangan Kabupaten Toba Samosir. Jenis Komoditi LQ Komoditi Pangan Toba Samosir 2005 2006 2007 2008 2009 Padi Sawah 1.06 1.05 1.04 1.38 1.57 Padi Ladang 0.75 0.85 0.99 0.65 1.78 Jagung 12.14 1.20 1.00 0.96 1.10 Kacang Tanah 1.36 1.43 1.43 1.37 1.37 Ubi Kayu 0.90 1.05 1.07 0.88 0.68 Ubi Jalar 0.79 0.83 0.85 1.12 1.21 Sumber : Data Sekunder diolah. 2011. Berdasarkan hasil pengolahan data sebagaimana pada tabel 5 diatas bahwa komoditi padi sawah memiliki LQ > 1 dari tahun 2005-2009 secara konsisten, hal ini menunjukkan bahwa komoditi ini memiliki tingkat spesialisasi yang lebih besar dikabupaten Toba Samosir dibanding dengan Propinsi. Artinya komoditi padi sawah ini merupakan komoditi unggulan di Kabupaten Samosir. Namun untuk komoditi padi ladang mulai tahun 2005 2009 memiliki nilai LQ yang selalu berubah sehingga komoditi ini tidak dikategori sebagai komoditi unggulan Toba Samosir, karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series menunjukkan bahwa nilai LQ tidak konsisten (Tarigan, R. 2005), tahun 2005-2006 memiliki nilai LQ<1 dan tahun 2007 komoditi ini

memiliki nilai LQ : 1,05 artinya pada tahun 2007 komoditi ini memiliki spesialisasi komoditi di Kabupaten jika dibandingkan dengan di Propinsi. Dan tahun 2008 komoditi ini memiliki nilai LQ : 0,86 dan tahun 2009 memiliki LQ : 1.86 (LQ>1). Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana pada tabel 7 diatas bahwa komoditi tanaman jagung dan kacang tanah, secara konsisten memiliki nilai LQ>1 sejak tahun 2005, dimana kedua komoditi ini disamping komoditi tanaman padi sawah adalah merupakan komoditi unggulan Kabuapaten Toba Samosir, artinya kedua komoditi ini memiliki tingkat spesialisasi di Kabupaten jika dibandingkan dengan Propinsi, karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series (2005-2009) menunjukkan bahwa komoditi jagung dan kacang tanah ini memiliki nilai LQ> 1, secara konsisten (Tarigan, R. 2005). Komoditi Unggulan Dan Ketahan Pangan Wilayah. Berdasarkan hasil pengolahan data bahwa di kabupaten Tapanuli Utara terdapat 4 (empat) jenis komoditi tanaman pangan yang memiliki nilai LQ>1, yaitu komoditi padi sawah, padi ladang, jagung dan kacang tanah, sementara di kabupaten Toba Samosir hanya terdapat 3 (tiga) jenis komoditi tanaman pangan yang memiliki nilai LQ>1 yaitu komoditi padi sawah, komoditi jagung dan kacang tanah. Tarigan, R (2005) menyampaikan bahwa a pabila nilai LQ>1, maka tingkat spesialisasi komoditi lebih besar dikabupaten dibanding di Propinsi. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh bahwa komoditi padi sawah, komoditi pada ladang, komoditi jagung dan kacang tanah memiliki nilai LQ> 1 sejak tahun 2005 2009 sehingga ke empat jenis komoditi ini dikategorikan dalam komoditi unggulan Tapanuli Utara, karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series menunjukkan bahwa nilai LQ >1 secara konsisten (Tarigan, R. 2005). Maka berdasarkan hasil analisis LQ yang dilakukan dapat di identifikasi bahwa komoditi padi sawah, komoditi padi ladang, komoditi jagung dan kacang tanah merupakan komoditi unggulan Kabupaten Tapanuli Utara. Selanjutnya di Kabupaten Toba Samosir bahwa komoditi padi sawah, jagung dan komoditi kacang tanah memiliki nilai LQ> 1 sejak tahun 2005 2009, sehingga ketiga komoditi ini memiliki tingkat spesialisasi yang lebih dikabupaten Toba Samosir dibanding dengan di Propinsi artinya komoditi padi sawah, komoditi jagung dan kacang tanah ini dikategorikan ke dalam komoditi unggulan Toba Samosir, karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series menunjukkan bahwa nilai LQ konsisten (Tarigan, R. 2005). Kemudian di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat 4 (empat) jenis komoditi unggulan yaitu padi sawah dengan produktifitas yang berfluktuasi, dimana tahun 2005 produktifitasnya 5.79 ton/ha dan turun pada tahun 2009 menjadi 5,74 ton/ha, maka pemerintah harus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produktifitas komoditi ini untuk mendukung kemandirian pangan di Tapanuli Uatara demikian juga dengan komoditi padi ladang, jagung dan kacang tanah juga mengalami pertumbuhan produktifitas yang berfluktuasi sehingga upaya pemerintah untuk menjadikan komoditi ini sebagai komoditas strategis harus maksimal. Demikian juga dengan di Toba Samosir terdapat komoditi padi sawah, jagung dan kacang tanah sebagai komoditi unggulannya yang merupakan 2 ( dua) dari 5 (lima) komoditas strategis yang termasuk dalam program pemerintah dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan yang ditempuh pemerintah melalui peningkatan produksi dan produktifitas pangan berkelanjutan (Tindaon, F dan Nainggolan, H. L. 2011), oleh karena itu Pemerintah Toba Samosir perlu melakukan upaya peningkatan produktifitas komoditi unggulan ini melalui berbagai program. Pada tahun 2005 produktifitas padi sawah adalah 5.79 ton ha dan turun pada tahun 2008 menjadi 4,64 ton/ ha, demikian juga dengan komoditi jagung dan kacang tanah sebagi komoditi unggulan wilayah, perlu mendapat perhatian khusus dalam rangka peningkatan produktifitas secara konsisten untuk mendukung kemandirian pangan wilayah.

Selanjutnya Friyatno, S. (2001) menyampaikan bahwa kunci keberhasilan dalam peningkatan produktifitas komoditi tanaman pangan unggulan tersebut akan lebih baik jika didukung oleh beberapa faktor yaitu (a) usaha peningkatan produktifitas komoditi unggulan melalui perbaikan teknologi usahatani, (b) perlunya pengembangan infrastruktur seperti irigasi, lembaga penyuluhan dan sebagainya. Sejalan dengan itu, upaya yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir untuk meningkatkan produktivitas pangan adalah penyediaan sarana produksi, perbaikan teknologi budidaya dan pasca panen serta melakukan berbagai pelatihan kepada petani dan penyuluh sehingga dengan demikian upaya menciptakan kemandirian pangan wilayah masing-masing akan dapat tercapai. PENUTUP Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisi data dan pembahasan yang dilakukan atas hasil penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah : 1. Komoditi unggulan tanaman pangan di Kabupaten Tapanuli Utara terdiri atas 4 (empat) jenis komoditi pangan unggulan yang teridentifikasi yaitu padi sawah, padi ladang, jagung dan komoditi kacang tanah. 2. Sementara di Kabupaten Toba Samosir terdapat 3 (tiga) jenis komoditi tanaman pangan unggulan yang dapat diidentifikasi yaitu komoditi padi sawah, komoditi jagung dan komoditi kacang tanah. 4. Ketahanan pangan di setiap wilayah sangat dipengaruhi oleh produktifitas sebuah komoditi, jika produktifitasnya mengalami peningkatan secara konsisten maka ketersediaan pangan wilayah akan terjamin dan dengan harga yang terjangkau. Saran. Melalui kajian yang berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang diberikan adalah sebagai berikut : 1. Agar pemerintah Kabupaten Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir melakukan upaya peningkatan produktifitas dan lebih fokus pada komoditi tanaman pangan unggulan yang terdapat diwilayah masing-masing baik melalui program intensifikasi maupun ekstensifikasi yang didukung oleh perbaikan teknologi usahatani, pengembangan infrastruktur (irigasi, lembaga penyuluhan, dll) serta penyediaan sarana produksi, perbaikan teknologi budidaya dan pascapanen. 2. Agar pemerintah Kabupaten Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir melakukan berbagai pelatihan kepada penyuluh pertanian bahkan petani di wilayah masing-masing DAFTAR PUSTAKA BPS. 2010. Sumatera Utara Dalam Angka. Medan BPS. 2010. Indikator Ekonomi Sumatera Utara. Medan BPS. 2010. Toba Samosir Dalam Angka. Balige. BPS. 2010. Tapanuli Utara Dalam Angka. Tarutung. Dinas Pertanian Sumatera Utara. 2009. Bidang Usaha Unggulan. Medan Friyatno, S. 2001. Analisis Penerapan Intensifikasi Usahatani Padi Sawah Pasca Krisis Ekonomi (Kasus di Kabupaten Subang, Jawa Barat). Makalah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI. Kuncoro, M. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah; Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Erlangga. Jakarta

Kuncoro, M. 2005. Strategi, Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif?. Erlangga. Jakarta Kuncoro, M. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3. Erlangga. Jakarta. Purba, E. F. 2009. Sektor Unggulan dan Potensial Enam Kabupaten Pantai Timur Sumatera Utara. Visi, Majalah Ilmiah.Universitas HKBP Nommensen. Medan Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta. Tindaon, F dan Nainggolan, H. L. 2011. Studi Kelayakan Penerapan Bioteknologi Pertanian Dalam Pengembangan Tanaman Pangan Jagung di Lahan Perkebunan di Sumatera Utara. Makalah Seminar Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), di Medan.