Prosiding Seminar Nasional Perubahan Iklim 2012, Sekolah Pascaasarjana, Universitas Gadjah Mada, 30 Juni 2012

dokumen-dokumen yang mirip
(MPPDAS) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1 Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada INTISARI

PENGARUH KONDISI METEOROLOGIS TERHADAP KETERSEDIAAN AIR TELAGA DI SEBAGIAN KAWASAN KARST KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Fitria Nucifera Program Beasiswa Unggulan BPKLN

EKOLOGI LINGKUNGAN KAWASAN KARST INDONESIA Menjaga Asa Kelestarian Kawasan Karst Indonesia

Urgensi Monitoring Jaringan Pipa PDAM Mataair Paisu Mandoni, Pulau. Peling, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul

Sumberdaya Lahan Kawasan Karst Gunungsewu

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMANENAN AIR HUJAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETAHANAN SUMBERDAYA AIR DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

URGENSI PENGELOLAAN KAWASAN KARST GOA PINDUL, KECAMATAN KARANGMOJO, GUNUNGKIDUL

TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL

PENGATURAN POLA TANAM METEOROLOGIS SEBAGAI SALAH SATU UPAYA OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS PERTANIAN DI KAWASAN KARST KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup, termasuk manusia. Penggunaan air oleh manusia sangat beraneka

Analisis Karakteristik Hidrologi Aliran Sungai Bawah Tanah di Kawasan Karst untuk Mendukung Pengembangan Geowisata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KRISIS IDENTITAS, PUTUSNYA ESTAFET KEARIFAN LOKAL DAN PENINGKATAN RISIKO BENCANA

VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

(MPPDAS) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2,4 Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada INTISARI

PANITIA SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG DI LOKASI WISATA MINAT KHUSUS KALISUCI, GUNUNGKIDUL

Konservasi Sumberdaya Air Kawasan Karst Gunungsewu dengan Peningkatan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Analisis Potensi Sungai Bawah Tanah Ngancar untuk Pemanfaatan Sebagai Sumber Air Minum

Keunikan Hidrologi Kawasan Karst: Suatu Tinjauan

Isu-isu Riset Ilmu Kebumian Terkini di Kawasan Karst

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN DAN PENYEBAB KERUSAKANSUMBERDAYA AIR SUNGAI BAWAH TANAH DI KAWASAN KARST GUNUNGSEWU

Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST. Oleh : Tjahyo Nugroho Adji (Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM)

Evolusi Hidrogeokimia pada Mataair di Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Kebupaten Gunungkidul

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2011 (SNATI 2011) ISSN: Yogyakarta, Juni 2011

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM

PENGEMBANGAN MASYARAKAT KARST UNTUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DESA PUCUNG KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan air tersebut dapat diperoleh dari berbagai macam sumber,

ANALISIS NERACA AIR UNTUK MENENTUKAN DAERAH TANGKAPAN AIR (DTA) SISTEM PINDUL, KECAMATAN KARANGMOJO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH BERDASARKAN KANDUNGAN KLORIDA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

Abstract. Keywords: Community Adaptation, Water Resources Limitations, Pramuka Island. Abstrak

IDENTIFIKASI LOKASI RAWAN BENCANA BANJIR LAHAR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PABELAN, MAGELANG, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN POLA ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP KETERBATASAN LAHAN DI PULAU PANGGANG KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA

PENGELOLAAN KAWASAN KARST DAN PERANANNYA DALAM SIKLUS KARBON DI INDONESIA

EVOLUSI TIPOLOGI PESISIR KAWASAN KARST DI PANTAI WATUKODOK KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. bentanglahan (landscape ecosystem), yang selanjutnya dipakai sebagai dasar bagi

pemakaian air bersih untuk menghitung persentase pemenuhannya.

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

BAB I PENDAHULUAN. beberapa daerah. Kekeringan yang terjadi dapat menimbulkan. kali menghadapi kondisi tersebut adalah Kabupaten Gunung Kidul.

Pentingnya Monitoring Parameter Parameter Hidrograf

HALAMAN PENGESAHAN...

PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH

KAJIAN POTENSI MATAAIR DI KAWASAN KARST GUNUNGKIDUL KASUS : KECAMATAN PANGGANG. Adhityo Haryadi Sudarmadji

POLA TANAM MASYARAKAT PETANI PARANGTRITIS MENYIASATI KEBUTUHAN SINAR MATAHARI DAN MUSIM KEMARAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN DAMPAK INTRUSI AIR LAUT PADA AKUIFER PULAU KORAL SANGAT KECIL BERDASARKAN ANALISIS PERBANDINGAN ION MAYOR

BULETIN KARST GUNUNGSEWU

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Abstact...

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. sebelah Tenggara Kota Yogyakarta dengan jarak sekitar 39 km. Kabupaten

PENGARUH PENAMBANGAN GAMPING TERHADAP FUNGSI PENYERAPAN KARBONDIOKSIDA (CO2) ATMOSFER DI KAWASAN KARST KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI DAERAH KARST GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Metode Tracer Test untuk Mencari Hubungan Antar Sistem Sungai Bawah Tanah Di Akuifer Karst

LAPORAN PEMBANGUNAN SARANA AIR BERSIH DENGAN TEKNOLOGI KINCIR AIR Di Banjar Jempanang Desa Belok Sidan

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

AKAF SARANA AIR BERSIH

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Gunungkidul (2013), wilayah Gunungkidul memiliki topografi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

PEMANFAATAN SUNGAI BAWAH TANAH GUA NGGUWO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR PENDUDUK DESA GIRI ASIH, KECAMATAN PURWOSARI, KABUPATEN GUNUNG KIDUL

BAB I PENDAHULUAN. World Business Council for Sustainable Development (2005), kondisi air di dunia

PEMANENAN AIR HUJAN SEBAGAI PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH PENGUNGSI BENCANA BANJIR

KONTRIBUSI HIDROLOGI KARST DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KARST

I. PENDAHULUAN. khatulistiwa. Curah hujan di Indonesia cukup tinggi dan memiliki cadangan air

PERAN TELAGA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR KAWASAN KARST GUNUNGSEWU PASCA PEMBANGUNAN JARINGAN AIR BERSIH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Rizka Ratna Sayekti, Slamet Suprayogi dan Ahmad Cahyadi. Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

BAB I PENDAHULUAN. dan rawa) dan perairan lotik yang disebut juga perairan berarus deras (misalnya

Analisis Kesesuaian Kualitas air untuk Irigasi pada Beberapa Mataair di Kawasan Karst Sistem Goa Pindul

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 %

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROFIL DINAS PEKERJAAN UMUM PENGAIRAN KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2010

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENGUBAH BENCANA MENJADI BERKAH (Studi Kasus Pengendalian dan Pemanfaatan Banjir di Ambon)

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Air digunakan untuk kebutuhan sehari-hari (minum, mandi

BENCANA BANJIR ROB Studi Pendahuluan Banjir Pesisir Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

URGENSI PENGELOLAAN SANITASI DALAM UPAYA KONSERVASI SUMBERDAYA AIR DI KAWASAN KARST GUNUNGSEWU KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMANFAATAN AIR SUNGAI BAWAH TANAH GUA SURUH UNTUK MASYARAKAT DESA PUCUNG, EROMOKO, WONOGIRI

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Perubahan Iklim 2012, Sekolah Pascaasarjana, Universitas Gadjah Mada, 30 Juni 2012

PERAN ORGANISASI MASYARAKAT DALAM STRATEGI ADAPTASI KEKERINGAN DI DUSUN TURUNAN KECAMATAN PANGGANG KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Sebuah Pembelajaran dalam Adaptasi Dampak Perubahan Iklim di Masa Mendatang) Ahmad Cahyadi 1, Henky Nugraha 2, Dhandhun Wacano 3, Hendy Fatchurohman 4 1,2,3 Magister Perencanaan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 4 Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1,2,3,4 Karst Student Forum (KSF) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Email: ahya.edelweiss@gmail.com INTISARI Kondisi fisik kawasan karst yang didominhasi oleh bentuklahan hasil proses pelarutan batuan menyebabkan berkembanganya sistem pelorongan, drainase bawah tanah dan sistem gua. Hal tersebut menyebabkan kelangkaan air di bagian permukaan sehingga kawasan karst lebih dikenal sebagai kawasan yang rawan terhadap bencana kekeringan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui peranan organisasi masyarakat lokal dalam pengelolaan sumberdaya air yang terbatas pada musim kemarau di Dusun Turunan, Kecamatan Panggang, kabupaten Gunungkidul, dan (2) mengidentifikasi strategi adaptasi masyarakat dalam menghadapi bencana kekeringan di kawasan karst. Hasil penelitian menunjukkan bahwa organisasi masyarakat berperan sangat besar dalam pengelolaan sumberdaya air pada musim kemarau. Organisasi ini berperan dalam pembagian jatah air, pengoperasian pompa, perawatan dan pengelolaan instalasi penyedia air, dan pengawasan terhadap pemanfaatan air. Strategi adaptasi terhadap bencana kekeringan yang dilakukan berupa larangan memandikan ternak, larangan mencuci motor, serta pembagian penyaluran air untuk masing-masing kelompok rukun tetangga. Kata Kunci: Organisasi Masyarakat, Strategi Adaptasi, Kekeringan, Karst I. PENDAHULUAN Proses pelarutan batuan yang terjadi akibat adanya interaksi air hujan, karbondioksida dan batuan karbonat telah menyebabkan terbentuknya kawasan karst (Ford dan William, 1992). Proses tersebut menyebabkan terbentuknya sistem pelorongan, drainase bawah tanah, sistem gua serta celahcelah pelarutan yang menyebabkan air di permukaan dalam waktu singkat masuk ke dalam sistem bawah tanah (White, 1988). Hal ini menyebabkan kondisi kering di permukaan, sehingga sumber air di permukaan jarang sekali ditemukan (Cahyadi, 2010). Hal inilah yang menyebabkan kawasan karst terkenal sebagai kawasan yang rawan terhadap bencana kekeringan (Suryanti dkk. 2010). Jarangnya sumber air permukaan di kawasan karst menyebabkan mataair dan telaga yang merupakan sumber air dipermukaan menjadi sangat penting (Worosuprojo dkk, 1997; Santosa, 2007). Jumlah air yang terbatas dibandingkan jumlah kebutuhan yang banyak tentunya akan mendorong terbentuknya pola adaptasi masyarakat (Awang, 2005). Hal ini karena secara naluriah manusia akan berusaha bertahan hidup dalam kondisi keterbatasan (Twigg, 2004). Namun demikian, dalam bertahan hidup tersebut, manusia dikontrol oleh norma-norma yang berlaku sehingga kemudian memunculkan pola adaptasi yang unik dan khas di dalam kelompok masyarakat (Sudarmaji dkk, 2012).

Penelitian ini dilakukan di Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul. Dusun ini menggunakan satu mataair untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui peranan organisasi masyarakat lokal dalam pengelolaan sumberdaya air yang terbatas pada musim kemarau di Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, dan (2) mengidentifikasi strategi adaptasi masyarakat dalam menghadapi bencana kekeringan di kawasan karst. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka diharapkan dapat diperoleh pembelajaran dalam menghadapi kekeringan. Hal ini dapat dilakukan karena pola adaptasi yang ada di suatu tempat dapat dijadikan suatu model untuk diterapkan ditempat lain dengan persoalan yang sama, tetapi tentunya harus dengan modifikasi-modifikasi dan penyesuaian dengan kondisi wilayah yang lain. Pola adaptasi ini menjadi penting dalam upaya pengurangan risiko bencana kekeringan, yang menurut banyak penelitian akan lebih sering terjadi akibat dampak dari perubahan iklim. II. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth interview). Penentuan responden dilakukan berdasarkan survei pendahuluan di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil survei pendahuluan kemudian ditentukan responden yang terdiri dari tokoh masyarakat, pengelola, teknisi jaringan penyediaan air, serta masyarakat yang menjadi pemakai dari sumber air. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Mataair Nganjan menjadi sumber utama penyediaan air minum di Dusun Turunan, Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul (Gambar 1). Sebelum dibentuk organisasi masyarakat pengelola air, warga mengambil air dari mataair ini dengan jerigen, galon ataupun klenting (wadah air dari tanah) dan dibawa ke rumah dengan digendong atau dipanggul. Kondisi topografi yang berbukit tentunya menyebabkan pekerjaan mengambil air menjadi pekerjaan yang membutuhkan tenaga dan waktu yang banyak. Selain itu, sebelum ada organisasi pengelola air, pengambilan air seringkali dilakukan secara bersama-sama sehingga menyebabkan antrian dan seringkali menjadikan masyarakat tidak dapat melakukan pekerjaan yang lain.

Gambar 1. Instalasi Air Bersih di Mataair Nganjan Dusun Turunan Pembentukan organisasii masyarakat t yang mengelola Mataairr Nganjan dipelopori oleh sebuah lembagaa sosial masyarakat (LSM) dari luar Dusun Turunan. Lembaga ini memberikan bantuan dalam wujud pembangunan instalasi penyaluran air, pompa, dan memfasilitasi pembuatan organisasi masyarakat pengelola air dan mendamping gi dalam proses pembuatan samapii dengan pembuatan aturan-aturan dalam pengelolaan air. Pengelolaan mataair kemudian dilakukan dengan membuat beberapaa bak penampungan air,, di mana salah satu bak penampungan digunakan untuk sumber air yang dipompa ke penampungan induk yang terletak di atas bukit. Airr dari tampungan induk kemudian dialirkan ke rumah-rumah warga. Dengan demikian, maka warga tidak perlu antri dan menghabiskan waktu untuk mengambil air. Selain itu, tenaga yang dibutuhkan sedikit s dan masayrakat memiliki waktu yang lebih untuk melakukan pekerjaann yang lain. Organisasi pengelola air di Dusun Turunan bertugas untukk menjamin terjaganya aliran air yang dipompa, merawat jaringann pipa dan pompa, melayani pemasangan pipa, mengumpulkan iuran bulanan dari masayrakat dan mengelolanya sebagai biaya perawatann serta mengatur pergiliran aliran air dan pembatasan pemanfaatann air pada waktu musim kemarau. Oraganisasi ini menunjuk beberapa pegawai yang setiap hari mengecek instalasi air sekaligus bertugas memperbaiki apabila terjadi kerusakan. Biaya operasional diperoleh dari iuran warga sebesae Rp 2.000,002 per r bulan. Strategi adaptasi terhadap kekeringan yang diterapkan masyarakat terkait dengan pemenuhan kebutuhan air diatur pula oleh kelompok pengelola air. Beberapa larangan yang diberlakukan pada saat musim kemarau diantaranya adalah larangan mencuci ternak, larangan mencuci kendaraan, larangann mengambil air langsung dari mataair, pembatasan penggunaan oleh rumah tangga, serta pergiliran penggunaan per rukun tetangga (RT). Hal ini dilakukan untuk u menjamin air dapat terbagi secara merata bagi masyarakat di dusun turunan. IV. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitiann yang telah berikut: dilakukan, maka diperolehe beberapa kesimpula sebagai

1. Organisasi masyarakat lokal berperan sangat besar dalam pengelolaan sumberdaya air pada musim kemarau. Organisasi ini berperan dalam pembagian jatah air, pengoperasian pompa, perawatan dan pengelolaan instalasi penyedia air, dan pengawasan terhadap pemanfaatan air. 2. Strategi adaptasi terhadap bencana kekeringan yang dilakukan berupa larangan memandikan ternak, larangan mencuci motor, serta pembagian penyaluran air untuk masing-masing kelompok rukun tetangga. Intinya bahwa masyarakat melakukan gerakan hemat air dengan membatasi pemakaian dan peruntukan air. DAFTAR PUSTAKA Awang, San Afri. 2005. Kelangkaan Air: Mitos Sosial, Kiat, dan Ekonomi Rakyat. Yogyakarta: Debut Press. Cahyadi, Ahmad. 2010. Pengelolaan Kawasan Karst dan Peranannya dalam Siklus Karbon di Indonesia. Paper on Seminar Nasional Perubahan Iklim di Indonesia. Sekolah Pasca Sarjana UGM Yogyakarta, 13 Oktober 2010. Ford, D. and Williams, P. 1992. Karst Geomorphology and Hydrology. London: Chapman and Hall. Santosa, Langgeng Wahyu. 2007.Kerusakan Telaga Dolin dan Faktor-Faktornya di Wilayah Perbukitan Karst Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Kebencanaan Indonesia, V o l. 1(3): 176-193. Sudarmaji; Suprayogi, Slamet dan Setiadi. 2012. Konservasi Mataair Berbasis Masyarakat di Kabupaten Gunungkidul. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Suryanti, E.D.; Sudibyakto, dan Baiquni, M. 2010. Strategi Adaptasi Ekologis Masyarakat di Kawasan Karst Gunungsewu dalam Mengatas Bencana Kekeringan. Jurnal Kebencanaan Indonesia, Vol. 2(3). Hal: 658-673. Twigg, John. 2004. Disaster Risk Reduction: Mitigation and Preparedness in Development and Emergency Programming. London: Overseas Development Institute. White, W.B., 1988. Geomorphology and Hydrology of Karst Terrains. New York : Oxford University Press. Worosuprojo, Suratman; Suyono; Risyanto; Adji, Tjahyo Nugroho. 1997. Kajian Ekosistem Karst di Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian. Biro Bina Lingkungan Hidup Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.