I. PENDAHULUAN. pertanian organik dan sistem pertanian intensif (Notarianto, 2011). Salah satu desa

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI DAN METODE PENELITIAN

1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. peroleh dari lahan pertanian organik dan lahan pertanian intensif di Desa

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini, dikenal dua sistem pertanian yaitu pertanian intensif dan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman bawang merah merupakan salah satu komoditas rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerugian pada tanaman hortikultura, baik yang dibudidayakan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah (Marlinda, 2008). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. hama. Pertanian jenis sayuran kol, kubis, sawi dan sebagainya, salah satu

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

COCOPET SEBAGAI PREDATOR DAN POLINATOR PADA TANAMAN KELAPA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan produksi sayuran meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. mereka berukuran kecil, mereka telah menghuni setiap jenis habitat dan jumlah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

commit to users I. PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian m dpl dan dapat hidup baik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

BAB I PENDAHULUAN. seluruh bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia (Deptan,

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

TINJAUAN PUSTAKA. Lalat buah dengan nama ilmiah Bractrocera spp. tergolong dalam ordo

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Penggerek Tongkol Jagung H. armigera Hubner. tanaman, daun dan batang. Paling banyak diletakkan pada waktu tanaman sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di

PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung merupakan sumber bahan pangan penting setelah. pakan ternak. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

I. PENDAHULUAN. yang terletak pada posisi BT dan LS. Purbalingga

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

Transkripsi:

10 I. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara agraris di mana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk Indonesia. Beberapa sistem pertanian yang diterapkan di Indonesia antara lain adalah sistem pertanian organik dan sistem pertanian intensif (Notarianto, 2011). Salah satu desa yang menggunakan sistem pertanian organik dan intensif yaitu Desa Melung. Desa Melung terletak di lereng Gunung Slamet bagian selatan, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas. Desa Melung memiliki topografi berbukit dengan ketinggian rata-rata 600 mdpl dan curah hujan antara 2500 4000 mm per tahun. Tekstur tanah di Desa Melung yaitu liat berpasir, subur, gembur, dengan tata air dan udara yang baik. Lahan pertanian ditanami tanaman hortikultura, antara lain caisim, sawi, kangkung, cabe, buncis, bawang daun dan bayam (Majnun, 2012). Sistem pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran tanah, dan air. Lebih lanjut, pertanian organik meningkatkan kesehatan dan produktivitas di antara flora, fauna, dan manusia (Notarianto, 2011). Selain menggunakan sistem pertanian organik, sistem pertanian intensif juga dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan di sektor pertanian. Menurut Sofia (2011), sarana-sarana yang mendukung untuk meningkatkan hasil pertanian dalam sistem pertanian intensif berupa peningkatan penggunaan alat-alat pertanian, penerapan berbagai teknologi seperti penggunaan pupuk, herbisida, insektisida, fungisida, varietas unggul, perbaikan pengairan, pola tanam serta usaha pembukaan lahan baru yang akan membawa perubahan pada ekosistem dan keanekaragaman hayati yang ada. Salah satu kelemahan sistem pertanian intensif ini adalah senyawa beracun

11 (sida) yang tersisa di lahan pertanian. Selain itu, senyawa sida sering tidak selektif dalam membunuh hama target. Berbagai mahluk hidup yang bukan target termasuk berbagai serangga tanah turut serta terkena dampak dari senyawa sida tersebut. Banyak jenis serangga tanah yang sebagian atau seluruh hidup mereka berada di dalam tanah, salah satunya serangga Dermaptera. Serangga Dermaptera merupakan salah satu ordo dari kelas Insekta yang bersifat omnivora dan sebagian besar hidupnya ada di dalam tanah (Famukti, 2013). Tanah memberikan serangga Dermaptera suatu habitat atau sarang pertahanan dan seringkali makanan. Tanah tersebut digali oleh serangga Dermaptera sehingga menjadi lebih mengandung udara. Tanah juga dapat diperkaya oleh hasil ekskresi dan tubuh-tubuh serangga yang telah mati. Serangga Dermaptera memperbaiki sifat-sifat fisik tanah dan menambahkan kandungan bahan organik tanah (Borror et al., 1997). Serangga Dermaptera mempunyai ciri-ciri tubuh memanjang, ramping, dan relatif pipih, mempunyai sayap depan yang keras yang dipakai untuk menutupi atau melindungi tubuhnya. Ciri-ciri yang sangat mencolok pada serangga Dermaptera adalah terdapat capit berbentuk tang pada ujung abdomen. Sayap depan yang keras hanya menutupi sebagian ruas abdomen, sedangkan sayap yang dipergunakan untuk terbang adalah sayap belakang yang dilipat di bawah sayap depan. Serangga Dermaptera lebih mengandalkan kekuatan tungkai kaki untuk berjalan dan berlari daripada sayap untuk terbang, walaupun beberapa jenis serangga Dermaptera menggunakan sayapnya untuk terbang (Borror et al., 1997). Serangga Dermaptera mempunyai perilaku yang unik dalam melindungi keturunannya dengan meletakkan telur-telur di dalam lubang-lubang yang digali di dalam tanah atau di dalam reruntuhan, dan di jaga oleh betina sampai telur-telur tersebut menetas. Serangga Dermaptera adalah serangga yang aktif pada malam hari

12 dan bersembunyi pada waktu siang hari di celah-celah di antara bebatuan, di bawah kulit kayu dan di reruntuhan. Serangga Dermaptera memakan zat-zat sayuran yang mati dan membusuk, tetapi beberapa spesies serangga Dermaptera memakan tumbuh-tumbuhan yang hidup, dan beberapa spesies lain berperan sebagai pemangsa (Borror et al., 1997). Klasifikasi serangga Dermaptera menurut Borror et al., (1997): Phylum Classis Subclassis Ordo : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Dermaptera Gambar 1.1. Serangga Dermaptera Berbagai penelitian telah dilakukan sebelumnya mengenai keragaman serangga Dermaptera. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Matzke (2005) diketahui bahwa serangga Dermaptera yang berasal dari Sulawesi sangat beragam kurang lebih sekitar 52 spesies yang telah diketahui. Serangga Dermaptera yang berasal dari Sulawesi terdiri dari banyak taksa seperti Diplatyidae, Pygidicranidae dan banyak spesies dari Labiduridae. Keragaman serangga Dermaptera yang tinggi di Sulawesi berhubungan erat dengan ragam topografi dan jumlah pegunungan tinggi yang banyak di daerah tersebut. Dalam penelitian lain,

13 Kocarek (2011) menyebutkan bahwa spesies dari serangga Dermaptera yang terdapat di Iran terdiri atas Labiduridae, Anisolabididae, Forficulidae, dan Spongiphoridae, yang merupakan familia yang khas pada daerah yang lebih hangat dari Palaerctic, dan terdapat pula beberapa Dermaptera yang berasal dari daerah tropis seperti Pygidicranidae, Diplatyidae, Karschiellidae, Apachyidae, Chelisochidae. Serangga Dermaptera merupakan salah satu predator yang penting di permukaan tanah pada suatu ekosistem salah satunya Euborellia annulata yang merupakan spesies dari Familia Carcinophoridae. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Yasin et al. (1999), diketahui bahwa Euborellia annulata memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk memangsa larva Ostrinia furnacalis. Lebih lanjut Javier and Morallo (1991) menyatakan bahwa E. annulata merupakan predator yang efektif karena dapat memangsa telur, larva dan pupa penggerek batang jagung O. furnacalis. E. annulata juga dilaporkan banyak memangsa Bactrocera dorsalis pada tanaman cabai (Annie et al., dalam Labiran, 2006). Selanjutnya Nurindah dan Bindra (1988) dalam Adnan (2008), melaporkan bahwa E. annulata juga dapat memangsa telur dan larva Helicoverva armigera Hubner pada pertanaman kapas. Menurut Maher dan Logan (2007) dalam Tezcan (2009) bahwa serangga Dermaptera sangat sensitif terhadap insektisida spektrum luas dan residu diazinon serta dapat membunuh Dermaptera dalam 17 hari setelah penyemprotan. Milus dan Parsons (1994) menyatakan bahwa pemakaian senyawa sida telah mengganggu keseimbangan dan komposisi biota tanah seperti serangga tanah Dermaptera yang memegang peranan penting dalam melakukan berbagai daur nutrien dan energi di dalam tanah.

14 Salah satu upaya meminimalisasi pengaruh negatif intensifikasi pertanian terhadap serangga tanah termasuk serangga Dermaptera yaitu dengan melakukan manajemen habitat pada lahan pertanian. Diversifikasi habitat melalui sistem polikultur dan pertanian yang ramah lingkungan dapat memfasilitasi keberadaan musuh alami pada suatu lahan pertanian sehingga populasi hama dapat terkontrol (Alteri, 1998 ; Setiani et. al., 2010). Penyediaan atau pengelolaan habitat alami disekitar lahan pertanian seperti hutan, juga dapat menjaga keanekaragaman serangga termasuk musuh alami dan serangga berguna lain bagi pertanian (Rizal et al., 2002 ; Setiani et al., 2010). Mengingat begitu besar peran serangga Dermaptera dalam ekosistem tanah secara umum dan lebih khusus dalam menyuburkan lahan pertanian, maka eksistensi serangga Dermaptera pada lahan pertanian organik dan intensif perlu dikaji. Namun sejauh yang peneliti ketahui, selama ini belum ada informasi terkait dengan hal tersebut khususnya tentang kelimpahan dan keragaman serangga Dermaptera pada lahan pertanian organik dan pertanian intensif terutama di Desa Melung, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah bagaimana: 1. Keragaman serangga Dermaptera pada lahan pertanian organik dan lahan 2. Kelimpahan serangga Dermaptera pada lahan pertanian organik dan lahan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini mengetahui: 1. Keragaman serangga Dermaptera pada lahan pertanian organik dan lahan

15 2. Kelimpahan serangga Dermaptera pada lahan pertanian organik dan lahan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai keragaman dan kelimpahan serangga Dermaptera pada lahan pertanian organik dan lahan pertanian intensif, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya pengendalian hayati bagi hama tanaman dalam bidang pertanian, terkait peranan.