ANALISA KERUNTUHAN BENDUNGAN NIPAH KABUPATEN SAMPANG PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI ZHONG XING HY21 JURNAL

dokumen-dokumen yang mirip
APLIKASI ZHONG XING HY21 UNTUK ANALISIS KERUNTUHAN BENDUNGAN DARMA KABUPATEN KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT JURNAL

TUGAS AKHIR ANALISIS ROUTING ALIRAN MELALUI RESERVOIR STUDI KASUS WADUK KEDUNG OMBO

Kata Kunci: Analisa Keruntuhan Bendungan, Bendungan Alam, Zhong Xing HY21

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. menyimpan semua atau sebagian air yang masuk (inflow) yang berasal dari

Kajian Model Hidrograf Banjir Rencana Pada Daerah Aliran Sungai (DAS)

APLIKASI ZHONG XING HY21 UNTUK ANALISA KERUNTUHAN BENDUNGAN MUKA KUNING, BATAM J U R NAL

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

ANALISIS DEBIT BANJIR SUNGAI TONDANO MENGGUNAKAN METODE HSS GAMA I DAN HSS LIMANTARA

ANALISIS DEBIT BANJIR RANCANGAN BANGUNAN PENAMPUNG AIR KAYANGAN UNTUK SUPLESI KEBUTUHAN AIR BANDARA KULON PROGO DIY

ABSTRAK Faris Afif.O,

DOSEN PENGAMPU : Ir. Nurhayati Aritonang, M.T. TS-A 2015 Kelompok 14

ANALISIS KERUNTUHAN BENDUNGAN MANGGAR MENGGUNAKAN APLIKASI ZHONG XING HY21 JURNAL ILMIAH

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : Air Baku, Spillway, Embung.

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak

EVALUASI KEAMANAN PELIMPAH BENDUNGAN PRIJETAN MENGGUNAKAN APLIKASI PLAXIS 8.2.

STUDY OF RAINFALL AND FLOOD DISCHARGE MODEL FOR MANAGEMENT OF WATER RESOURCES (Case Studies in Bedadung Watershed Jember)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) ISSN: Perencanaan Embung Bulung Kabupaten Bangkalan

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

4.6 Perhitungan Debit Perhitungan hidrograf debit banjir periode ulang 100 tahun dengan metode Nakayasu, ditabelkan dalam tabel 4.

ANALISA KERUNTUHAN BENDUNGAN GONDANG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ZHONG XING HY21

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERENCANAAN PELIMPAH EMBUNG KRUENG RAYA KELURAHAN KRUENG RAYA KECAMATAN MESJID RAYA KABUPATEN ACEH BESAR

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

Perencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai Petung, Kota Pasuruan, Jawa Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. homogeny (Earthfill Dam), timbunan batu dengan lapisan kedap air (Rockfill

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DAN KERUSAKAN HUTAN TERHADAP KOEFISIEN PENGALIRAN DAN HIDROGRAF SATUAN

4. BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Perencanaan Embung Juruan Laok, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep

PERENCANAAN TUBUH EMBUNG ROBATAL, KECAMATAN ROBATAL, KABUPATEN SAMPANG

KAJIAN ANALISIS HIDROLOGI UNTUK PERKIRAAN DEBIT BANJIR (Studi Kasus Kota Solo)

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI

Perbandingan Perhitungan Debit Banjir Rancangan Di Das Betara. Jurusan Survei dan Pemetaan, Fakultas Teknik, Universitas IGM 1.

ANALISIS DEBIT BANJIR RANCANGAN DAN KAPASITAS PELIMPAH BENDUNGAN WAY YORI

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI RANOYAPO DI DESA LINDANGAN, KEC.TOMPASO BARU, KAB. MINAHASA SELATAN

ANALISIS CURAH HUJAN UNTUK PENDUGAAN DEBIT BANJIR PADA DAS BATANG ARAU PADANG

STUDI PENGENDALIAN BANJIR KALI PEKALEN KABUPATEN PROBOLINGGO

PERENCANAAN STRUKTUR BENDUNGAN BANDUNGHARJO DESA BANDUNGHARJO - KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

PENELUSURAN BANJIR MENGGUNAKAN METODE LEVEL POOL ROUTING PADA WADUK KOTA LHOKSEUMAWE

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

TINJAUAN DEBIT BANJIR KALA ULANG TERHADAP TINGGI MUKA AIR WADUK KRISAK KABUPATEN WONOGIRI

BAB II LANDASAN TEORI

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan Di Kabupaten Gresik

PENELUSURAN BANJIR WADUK DENGAN HYDROGRAF SERI

ANALISIS DEBIT RENCANA DAS PROGO DENGAN PERBANDINGAN METODE HSS. Oleh: AGUSTINUS CALVIN CHRISTIAN NPM

KAJIAN HIDROLIS RUNTUHNYA EMBUNG JOHO DI KECAMATAN SEMEN KABUPATEN KEDIRI

PEMODELAN SEDIMENTASI PADA TAMPUNGAN BENDUNG TIBUN KABUPATEN KAMPAR

BAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISA. Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena

BAB III ANALISIS HIDROLOGI

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin

NORMALISASI KALI KEMUNING DENGAN CARA PENINGGIAN TANGKIS UNTUK MENGURANGI LUAPAN AIR DI KABUPATEN SAMPANG MADURA JAWA TIMUR

MITIGASI BENCANA BANJIR AKIBAT KERUNTUHAN BENDUNGAN BERDASARKAN DAMBREAK ANALYSIS PADA BENDUNGAN BENEL DI KABUPATEN JEMBRANA

KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HUJAN PADA STASIUN HUJAN DALAM DAS BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata Kunci : Waduk Diponegoro, Rekayasa Nilai.

KAJIAN DESAIN STRUKTUR BENDUNG DAN KOLAM OLAKAN DARI BAHAYA REMBESAN (SEEPAGE)

BAB VI DEBIT BANJIR RENCANA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi

KAJIAN SISTEM DRAINASE PATUKANGAN-PEGULON KABUPATEN KENDAL

BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN SALURAN PENANGGULANGAN BANJIR MUARA SUNGAI TILAMUTA

Mahasiswa Teknik Pengairan, 2 Dosen Teknik Pengairan -,

PERENCANAAN EMBUNG BLORONG KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH. Muhammad Erri Kurniawan, Yudha Satria, Sugiyanto *), Hari Budieny *)

KAJIAN DAM BREAK WADUK WONOGIRI DENGAN HEC RAS 4.0

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

ANALISIS PERENCANAAN TUBUH BENDUNGAN ANTARA TIPE URUGAN DENGAN ROLLER COMPACTED CONCRETE DAMS (STUDI KASUS: SUNGAI MELANGIT, KAB.

Identifikasi Debit Banjir, Desain Teknis dan Kontrol Stabilitas Bendung Pengelak Banjir ABSTRAK

KAJIAN LEBAR BANGUNAN PELIMPAH TIPE LENGKUNG TERHADAP ELEVASI MUKA BANJIR (STUDI KASUS WADUK TENAYAN)

PILIHAN TEKNOLOGI SALURAN SIMPANG BESI TUA PANGLIMA KAOM PADA SISTEM DRAINASE WILAYAH IV KOTA LHOKSEUMAWE

PENANGGULANGAN BANJIR SUNGAI MELAWI DENGAN TANGGUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan

ANALISIS DAN EVALUASI KAPASITAS PENAMPANG SUNGAI SAMPEAN BONDOWOSO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM HEC-RAS 4.1

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Kemuning Kota Sampang

PERENCANAAN OPTIMALISASI WADUK GEDANG KULUD KABUPATEN CERME GRESIK ABSTRAK

PENGUJIAN METODE HIDROGRAF SATUAN SINTETIK GAMA I DALAM ANALISIS DEBIT BANJIR RANCANGAN DAS BANGGA

ANALISA WAKTU DASAR DAN VOLUME HIDROGRAF SATUAN BERDASARKAN PERSAMAAN BENTUK HIDROGRAF FUNGSI α (ALPHA) DAN δ (DELTA) PADA DPS-DPS DI PULAU JAWA

ANALISA METODE KAGAN-RODDA TERHADAP ANALISA HUJAN RATA-RATA DALAM MENENTUKAN DEBIT BANJIR RANCANGAN DAN POLA SEBARAN STASIUN HUJAN DI SUB DAS AMPRONG

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

aintis Volume 13 Nomor 2, Oktober 2013,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS DEBIT BANJIR SUNGAI MOLOMPAR KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

Perencanaan Sistem Drainase Pada Sungai Buntung Kabupaten Sidoarjo ABSTRAK:

Hasil dan Analisis. Simulasi Banjir Akibat Dam Break

INFRASTRUKTUR KETELITIAN METODE EMPIRIS UNTUK MENGHITUNG DEBIT BANJIR RANCANGAN DI DAS BANGGA

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

ANALISA KERUNTUHAN BENDUNGAN NIPAH KABUPATEN SAMPANG PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI ZHONG XING HY1 JURNAL TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Teknik WIDYAN MURSYIANTO NIM. 15060407111035 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 017

ANALISA KERUNTUHAN BENDUNGAN NIPAH KABUPATEN SAMPANG PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI ZHONG XING HY1 Widyan Mursyianto1 Andre Primantyo Hendrawan Anggara Wiyono Wit Saputra 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya Dosen Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 1 mursyiantowidyan@gmail.com ABSTRAK Bendungan merupakan bangunan yang berupa tanah batu beton atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air dapat juga dibangun untuk menampung limbah tambang atau lumpur. Bendungan disamping bermanfaat untuk memenuhi berbagai kebutuhan bagi manusia juga menyimpan potensi bahaya yang sangat besar apabila bendungan tersebut runtuh. Keruntuhan Bendungan dapat diakibatkan oleh overtopping atau piping. Pada laporan ini analisa keruntuhan Bendungan Nipah dilakukan menggunakan aplikasi Zhong Xing HY1 dimana running aplikasi ini dilakukan dengan skenario overtopping piping atas piping tengah dan piping bawah. Inflow yang dihasilkan dari perhitungan HSS metode Nakayasu adalah sebesar 17546973 m3/det yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan simulasi dengan aplikasi Zhong Xing HY1. Hasil perhitungan hujan maksimum boleh jadi dengan Metode Hersfield adalah 458566 mm. Kemudian dilakukan penelusuran banjir (flood routing) dengan debit maksimum yang melimpah sebesar 131370 m3/det pada elevasi +47834 m. Running yang telah dilakukan menghasilkan outflow puncak terbesar adalah 4963344 m3/det untuk skenario piping bawah dan yang terkecil adalah 339937 m3/det untuk skenario overtopping. Selain itu dampak genangan banjir terluas adalah 5.873.791650 m untuk skenario piping atas dan yang terkecil adalah 5.451.634358 m untuk skenario overtopping. Dari semua skenario keruntuhan yang disimulasikan menunjukkan desa yang mengalami banjir terparah adalah di Desa Montor dengan kedalaman mencapai 7 m lebih. Dari hasil tersebut skenario piping atas mempunyai dampak paling besar apabila Bendungan Nipah mengalami keruntuhan. Kata kunci: Keruntuhan Zhong Xing HY1 Overtopping Piping ABSTRACT Dam is a construction made of the arrangement of soil rock concrete or brick that is designed to retain water mine waste or mud. It is not only supplying water for human needs but it can cause a great risk for human in the case of collapse. The dam break can be caused by overtopping or piping In this study dam break analysis of Nipah Dam is evaluated by using application Zhong Xing HY1. The running of this application involves some scenarios such as overtopping upper piping central piping and lower piping. Inflow discharge was generated from HSS calculation from Nakayasu method amounted to 17546973 m3/s used as a basis to do a simulations with Zhong Xing HY1 applications. Probability Maximum Precipitation can be calculated as 458566 mm. Then the calculation flood routing with produced the outflow at 131370 m3/s on El. +47834 m. Result of running the application largest summit outflow 4963344 m3/s for upper piping scenarios and the most smallest is 339937 m3/s for overtopping scenarios. Moreover the impact of the widest floodwaters is 5.873.791650 m with upper piping scenarios and the smallest is 5.451.634358 m for overtopping scenarios. Of all dam break scenarios simulation show village that suffers from the worst flood is in Montor village with depth reaching more than 7 m. From the final results upper piping has the most dangerous impact when Nipah dam collapsed. Keywords: Dam Break Zhong Xing HY1 Overtopping Piping

PENDAHULUAN Bendungan disamping bermanfaat untuk memenuhi berbagai kebutuhan bagi manusia juga menyimpan potensi bahaya yang sangat besar yaitu bila bendungan tersebut runtuh akan menyebabkan terjadinya kerugian jiwa dan materi serta hancurnya infrastruktur yang ada di bagian hilir bendungan. Keruntuhan bendungan dapat diakibatkan oleh overtopping dimana air yang melimpas melalui puncak bendungan menyebabkan terjadinya erosi serta longsoran pada tubuh bendungan khususnya pada bendungan tipe urugan tanah. Keruntuhan dapat juga diakibatkan oleh bocoran yang membawa material bendungan secara berangsur-angsur yang disebut erosi buluh atau piping. METODE Lokasi Studi Bendungan Nipah terletak di desa Montor Kecamatan Kabupaten Sampang Madura. Kabupaten Sampang yang secara geografis terletak di antara 113o 08 113o 39 Bujur Timur dan 6o 05-7o 13 Lintang Selatan. Secara keseluruhan Kabupaten Sampang mempunyai luas wilayah 1.3330 Km yang terdiri dari 14 kecamatan 6 kelurahan dan 180 Desa. Bendungan Nipah berfungsi untuk mengairi areal irigasi seluas 1.150 ha dengan pola tata tanamnya terdiri dari 95 ha (padi palawija palawija) merupakan areal baru dan 5 ha (padi padi palawija) merupakan areal lama dari Bendung Montor. Bendungan Nipah terletak 41 km di sebelah hulu Bendung Montor. Pada hilir 140 km di hilir Bendungan Nipah dibangun Bendung Tebanah yang merupakan afterbay Bendungan Nipah. Analisis Hidrologi Analisis hidrologi yang dilakukan adalah dengan melakukan perhitungan debit banjir maksimum (PMF) dengan menggunakan metode Nakayasu dan perhitungan PMP (Probability Maximum Precipitasion) menggunakan metode Hersfield. Metode Nakayasu dalam perhitungan QPMF dipilih karena tidak tersedianya datan banjir pada daerah aliran sungai sedangkan metode Hersfield dipilih untuk perhitungan PMP karena kurangnya data meteorologi yang tersedia. Uji Konsistensi Data Hujan Jika data hujan tidak konsisten karena perubahan atau gangguan lingkungan di sekitar tempat penakar hujan dipasang maka terjadi penyimpangan terhadap trend semula. Apabila terjadi penyimpangan trend maka dapat dikoreksi menggunakan rumus sebagai berikut : 1 H z (Tg.Tg 0 ).H 0 (1) Hz = Data hujan terkoreksi (mm) H0 = Data hujan pengamatan (mm) Tg = Kemiringan garis sebelum penyimpangan Tg o = Kemiringan garis setelah penyimpangan Analisis Hujan Rata-Rata Perhitungan hujan rata-rata daerah ini menggunakan metode Polygon Thiessen. Cara ini cocok untuk daerah datar dengan luas 500-5.000 km. Perhitungan hujan ratarata daerah menggunakan metode Polygon Thiessen menggunakan rumus sebagai berikut. A d A d...an dn n Ai di d 1 1 A A 1 () A d = Luas areal = Tinggi curah hujan rata rata areal d1dd3 dn = Tinggi curah hujan pos 13 n. A1AA3 An= Luas daerah pengaruh pos 13 n. n 1 p1 = Jumlah prosentase luas 100 %

Analisis Distribusi Frekuensi Curah hujan rancangan adalah curah hujan tahunan dengan suatu kemungkinan terjadi dengan periode ulang tertentu. Ada empat jenis metode analisis distribusi frekuensi yang banyak digunakan untuk analisis hujan rancangan yaitu: a. Distibusi Normal b. Distribusi Log Normal c. Distibusi Log Pearson III d. Distribusi Gumbel Uji Kesesuaian Distribusi Frekuensi Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk menguji apakah jenis distribusi yang distribusi yang dipilih sesuai dengan data yang ada yaitu uji Chi Square dan Smirnov Kolmogorov. Intensitas Curah Hujan Untuk mengubah curah hujan rancangan menjadi debit banjir rancangan diperlukan perhitungan curah hujan jamjaman. Mononobe (Suyono dan Takeda 003) telah menetapkan rumus perkiraan intensitas hujan untuk lama curah hujan sembarang yang dihitung dari curah hujan harian sebagai berikut: R 4 3 I t 4 (3) 4 t It = Intensitas curah hujan untuk lama hujan t (mm/jam) t = Lamanya curah hujan (jam) R4 = Curah hujan maksimum selama 4 jam (mm) Hujan Maksimum (Probable Maximum Precipitation/PMP) Curah hujan maksimum boleh jadi atau Probable Maximum Precipitation (PMP) dapat diartikan sebagai curah hujan terbesar dengan durasi tertentu yang secara fisik dimungkinkan terjadi pada suatu pos atau DAS. Perkiraan PMP dengan menggunakan metode Hershfield merupakan prosedur statistik yang digunakan untuk memperkirakan besarnya PMP untuk kondisi dimana data meteorologi sangat kurang atau perlu analisis secara cepat. Berikut adalah rumus metode Hershfield. X PMP X k m. s (4) XPMP = hujan maksimum boleh jadi = nilai rata-rata hujan X km = faktor koefisien Hersfield s = standar deviasi Analisis Hidrograf Banjir Rancangan Hidrograf satuan sintesis adalah hidrograf satuan yang diturunkan karena tidak mempunyai data AWLR (Automatic Water Level Recorder) dan data hujan jam jaman kareana alat yang digunakan adalah untuk mengukur hujan secara manual atau harian. Ada dua metode yang diguanakan untuk membuat hidrograf satuan sintetik dalam laporan ini antara lain : 1. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu. Hidrograf Satuan Sintetik Gamma I Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Dr. Nakayasu dari Jepang telah menyelidiki hidrograf satuan pada beberapa sungai di Jepang. Rumus yang dihasilkannya adalah sebagai berikut (Soemarto 1995:100) : A R0 1 Qp (5) 36 03T p T0. 3 Qp = Debit puncak banjir (m3/detik) A = Luas daerah pengaliran (km) R0 = Curah hujan satuan (mm) Tp = Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam) T03 = Waktu yang diperlukan pada penurunan debit puncak sampai ke debit sebesar 30 % dari puncak (jam) Sedangkan untuk mendapatkan nilai Tp dan nilai T03 menggunakan persamaan sebagai berikut: Tp = Tg + 08 tr (6) 07 (7) Tg = 01 L untuk L < 15 km Tg = 04 + 0058 L untuk L > 15 km (8)

T03.t g tr = 05 tg sampai 1 tg (9) (10) Hidrograf Satuan Sintetik Gamma 1 Hidrograf satuan sintetis Gama I dikembangkan oleh Sri Harto (1993) berdasar perilaku hidrologis 30 DAS di Pulau Jawa. Satuan hidrograf sintetik Gamma I dibentuk oleh tiga komponen dasar yaitu waktu naik (TR) debit puncak (Qp) waktu dasar (TB) dengan uraian sebagai berikut : 3 L TR 043 10665SIM 1775 100SF (11) TR = Waktu naik (jam) L = Panjang sungai (km) SF = Perbandingan antara jumlah panjang sungai tingkat I dengan jumlah panjang sungai semua tingkat. SIM = Faktor simetri ditetapkan sebagai hasil kali antara factor lebar (WF) dengan luas relatif DAS sebelah hulu ( RUA ) WF = Faktor lebar adalah perbandingan antara lebar DPS yang diukur dari titik di sungai yang berjarak 3/4 L dan lebar DPS yang diukur dari titik yang berjarak 1/4 L dari tempat pengukuran (lihat gambar). Qp 01836. A 05886.JN 0 381.TR 0 4008 (1) Qp = Debit puncak (m3/dt) JN = Jumlah pertemuan sungai TR = Waktu naik TB 7413.TR01457.S 00986.SN07344.RUA0574 (13) TB = Waktu dasar (jam) TR = Waktu naik (jam) S = Kelandaian sungai rata-rata SN = Frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah segmen sungai sungai tingkat I dengan jumlah sungai semua tingkat RUA = Luas DPS sebelah hulu (km) Penelusuran Banjir (Flood Routing) Penelusuran banjir adalah sebuah konfigurasi gelombang banjir yang bergerak pada suatu tampungan (saluran atau waduk). Pada rekayasa hidrologi penelusuran banjir merupakan teknik yang penting yang diperlukan untuk mendapatkan penyelesaian yang lengkap mengenai persoalan pengendalian banjir dan peramalan banjir. Metode perhitungan penelusuran banjir di waduk ini menggunakan persamaan: I j I j 1 Q j Q j 1 S j 1 S j t t (14) S = fungsi tampungan Q = hidrograf outflow I = hidrograf inflow Δt = interval durasi Penelusuran banjir di waduk diperlukan untuk mengetahui data debit outflow maksimum dan tinggi air maksimum pada debit outflow. Berikut adalah persamaan hidrolika hubungan antara tinggi muka air dan perhitungan debit outflow. 3 (15) Q C. B. H Q = Debit (m3/det) C = Koefisien debit pelimpah (17 m1//det) B = Lebar efektif ambang spillway (m) H = Kedalaman muka air (m) Program Zhong Xing HY1 Zhong Xing HY1 merupakan sebuah program yang dibuat pada tahun 011 oleh Sinotech Engineering Consultant Taiwan. Perangkat lunak ini merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan aliran Unsteady Flow. Program ini mampu mensimulasikan keruntuhan bendungan menghitung hidrograf aliran keluar (outflow hidrograf) dan mensimulasikan gerakan gelombang banjir akibat runtuhnya bendungan (dam break flood) lewat lembah di hilir bendungan beserta animasi pergerakan aliran air hasil simulasi

keruntuhan. Keunggulan program Zhong Xing HY1 dantara lain: a. Kesanggupan untuk melakukan simulasi pengaruh alur sungai meandering dalam dataran banjir yang lebar b. Kesanggupan untuk melakukan simulasi aliran subkritis dan superkritis dalam routing yang sama c. Kesanggupan untuk routing hidrograf tertentu dengan menggunakan dynamic routing dengan cepat dalam berbagai kondisi skenario keruntuhan d. Kesanggupan simulasi pengaruh breakwater dari kehancuran bendungan yang merambat lewat pertemuan anak sungai dengan sungai induknya e. Kesanggupan untuk membuat animasi perjalanan banjir beserta waktu tiba banjir dan waktu surut banjir Analisis Keruntuhan Bendungan Bendungan hampir selalu tak dapat terhindar dari masalah kebocoran atau rembesan. Sebelum bendungan mengalami keruntuhan total didahului oleh terjadinya rekahan (breaching). Rekahan adalah lubang yang terbentuk dalam tubuh bendungan pada saat runtuh. Sebenarnya mekanisme keruntuhannya tidak begitu dipahami baik untuk bendungan urugan tanah maupun bendungan beton. Berikut adalah parameter-parameter rekahan yang terdapat pada User s Manual Boss Dambrk 1991:66 pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Parameter Rekahan Lebar rekahan Lebar samping rekahan Waktu keruntuhan (jam) Elevasi muka air waduk saat runtuh Bendungan Urugan 05 4 kali tinggi bendungan Bendungan Beton Beberapa kali lebar monolit 0-1 0 Lereng dinding lembah 05-4 01 05 01 jam (tiba-tiba) 1 5 kaki di atas puncak bendungan 10 50 kaki di atas puncak bendungan 10 50 kaki diatas puncak bendungan HASIL DAN PEMBAHASAN Data Curah Hujan Data curah hujan yang diperoleh didapatkan dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Sampang. Data hujan yang digunakan diambil dari Stasiun Hujan Robatal Stasiun Hujan Tambelangan dan Stasiun Hujan Ketapang. Data hujan tersebut meliputi data hujan harian dengan periode pengamatan tahun 005-014 (10 tahun). Uji Konsistensi Data Hujan Uji konsistensi data hujan dilakukan dengan metode doeble masas curve. Berikut adalah gambar grafik hubungan komulatif masing-masing stasiun hujan. Gambar 1. Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun Robatal Menggunakan Metode Double Massa Curve Bendungan Lengkung Lebar total bendungan Gambar. Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun Tambelangan Menggunakan Metode Double Massa Curve

Tabel 3. Perhitungan PMP Basin Rainfall Pada DAS Bendungan Nipah Stasiun Hujan Robatal Stasiun Hujan Tambelangan Stasiun Hujan Ketapang Luas (km) 039075 340108 4065046 PMP Point Rainfall 3811056 3817596 535907 PMP Basin Gambar 3. Uji Konsistensi Data Hujan Stasiun Ketapang Menggunakan Metode Double Massa Curve Curah Hujan Rancangan Curah hujan rancangan adalah berupa jumlah hujan yang terjadi selama satu hari dalam satuan millimeter dalam berbagai kala ulang yang telah direncanakan. Curah hujan rancangan didapatkan dari perhitungan distribusi serta dilakukan uji distribusi untuk mengetahui sebaran data hujan tersebut dapat diterima atau tidak. Setelah dilakukan uji distribusi frekuensi distribusi yang akan digunakan adalah Distribusi Normal. Berikut Tabel adalah hasil perhitungan curah hujan rancangan distribusi normal. Tabel. Perhitungan Curah Hujan Rancangan Distribusi Normal Tr (Tahun) K Xrancangan (mm) 5 1708 8397 50 05 87635 100 33 9197 00 58 95760 1000 309 103578 Probability Maximum Precipitation (PMP) Perhitungan PMP dengan metode Hersfield sesuai dengan RSNI- T - 0-004 PMP. Berikut adalah hasil perhitungan Probability Maximum Precipitation. 4585665 Distribusi Hujan Jam-Jaman Hasil perhitungan hujan jam-jaman menggunakan metode mononobe dan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perhitungan Distribusi Hujan JamJaman Metode Mononobe Jam Ke1 3 4 5 6 CH netto C CH rancangan 5th 7069 70717 49606 39491 33349 9151 494383 06 Hujan Jam-Jaman Pada Kala Ulang 50th 100th 00th 1000th 89364 303537 31619 34007 751 78896 8185 88895 5759 55343 57651 6358 400 44059 45896 49643 35469 3706 38757 419 31004 35 33878 36644 55809 551564 574559 61469 06 06 06 06 PMF 1514153 393560 76073 1978 185597 1633 751399 06 83971 876349 4585665 91973 957598 1035781 Analisis Hidrograf Banjir Rancangan Perhitungan debit banjir rancangan dilakukan untuk menganalisa banjir rencana atau mengestimasi banjir maksimum yang mungkin terjadi dengan kala ulang tertentu. Perhitungan debit banjir rancangan disini menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dan Gamma 1. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Parameter-parameter dalam perhitungan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Tabulasi Parameter Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Parameter Satuan Nilai A km 75051 L km 1963 Ro Jam 1 Qp = 4371 m3/det Debit Terhitung dalam (t) jam (Qt) Qt = Qp. e-t / K () Qt = 4371. e-((3-557)/7898) Qt = 4133 m3/det 1 α tg Jam 116 tr Jam 091 Tp Jam 1946 T03 Jam 116 15 T03 Jam 184 Qp m3/det 1158058 Gambar 5. Hidrograf Banjir Rancangan Metode Gamma 1 Gambar 4. Hidrograf Banjir Rancangan Metode Nakayasu Dari Gambar 4. dapat dilihat bahwa debit banjir tertinggi adalah debit PMF dengan inflow maksimum sebesar 175470 m3/det dalam kurun waktu jam. Hidrograf Satuan Sintetik Gamma 1 Perhitungan parameter-parameter Hidrograf Satuan Sintetik Gamma 1 adalah sebagai berikut. Waktu Naik (TR) TR = 043 (L / 100. SF)3 + 10665 SIM + 1775 (19) TR = 557 TR = 3 jam Waktu Dasar (TB) TB = 7413 TR01457 S-00956 SN07344 RUA0574 (0) TB = 34797 jam TB = 35 jam Debit Maksimum Hidrograf Satuan (Qp) Qp = 01836 A05886 JN0381 TR-0.4008 (1) Penelusuran Banjir (Flood Routing) Melalui Pelimpah Penelusuran banjir (flood routing) melalui pelimpah dimaksudkan untuk mengetahui tinggi muka air di atas mercu pelimpah ketika suatu debit banjir melewati pelimpah. Dalam studi ini hasil routing akan dijadikan dasar apakah bendungan mengalami overtoppimg atau tidak Hd = (3). =. = 60608 m a = = = 05876 m Chitung = 16 = 16 = 18911 (4) (5)

Pada Gambar 6 diperoleh informasi bahwa dengan inflow PMF sebesar 1754697 m3/det menghasilkan outflow sebesar 131370 m3/det pada ketinggian elevasi +47834 atau 166 m dari puncak bendungan. Gambar Grafik Hubungan Inflow dan Outflow (QPMF yang Melewati Pelimpah) 0000 18000 Inflow Outflow 16000 Debit (m3/dt) 14000 1000 10000 8000 6000 4000 000 00 0 4 6 8 10 1 14 16 18 0 Periode Penelusuran t (jam) 4 6 8 30 3 Gambar 6. Grafik Hubungan Inflow dan Outflow Pada Pelimpah Analisa Keruntuhan Bendungan Nipah dengan Software Zhong Xing HY1 Didalam simulasi analisa keruntuhan bendungan ini digunakan empat skenario keruntuhan yaitu overtopping piping atas piping tengah dan piping bawah. Berikut adalah proses/urutan running software Zhong Xing HY1. 1. Input peta topografi jaringan sungai. Pembuatan Boundary Curve 3. Setting Mesh dan Input peta DEM (Digital Elevation Model) 4. Setting Boundary Condition 5. Settinng Parameter Simulation Model dan Setting Parameter Simulation Control Skenario setting parameter keruntuhan bendungan adalah sebagai berikut: a. Overtopping. Bendungan dianggap mengalami sliding atau longsor sebanyak 3 meter sehingga puncak bendungan yang awalnya berada di elevasi +50 m menjadi berada di elevasi +47 m b. Piping Atas. Bendungan mengalami piping yang dimulai pada elevasi sejajar dengan spillway +43 m. c. d. Piping Tengah. Bendungan mengalami piping yang dimulai pada bagian tengah bendungan atau sejajar elevasi cover dam yaitu pada elevasi +40 m. Piping Bawah. Bendungan dianggap mengalami piping dengan elevasi pusat + 31 m. Keluaran Hasil Running Software Zhong Xing HY1 Dari running program yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: Debit Puncak Banjir dan Waktu Pengosongan Waduk 1. Overtopping 3.3993666 m3/det dengan waktu pengosongan waduk 7.50 detik. Piping atas 4.9083119 m3/det dengan waktu pengosongan waduk 8.36 detik 3. Piping tengah 4.6995449 m3/det dengan waktu pengosongan waduk 8.084 detik 4. Piping bawah 4.96334401 m3/det dengan waktu pengosongan waduk 6.856 detik

Luasan Genangan Banjir Setelah dilakukannya running seluruh skenario simulasi keruntuhan bendungan maka dapat ditentukan skenario yang paling berbahaya yaitu skenario keruntuhan akibat piping atas. 1. Overtopping = 5.451.634358 m. Piping atas = 5.873.79165 m 3. Piping tengah = 5.869.084081 m 4. Piping bawah = 5.796.83336 m Kedalaman Banjir Kedalaman banjir paling tinggi dari semua skenario keruntuhan terjadi pada skenario Piping atas. Grafik kedalaman banjir untuk skenario keruntuhan piping atas untuk tiap titik ekstraksi data dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Hidrograf Kedalaman Banjir di Lokasi Terdampak Skenario Piping Atas Elevasi Muka Air Banjir Elevasi muka air banjir tertinggi dari semua skenario keruntuhan terjadi pada skenario piping bawah. Grafik elevasi muka air banjir untuk skenario piping bawah untuk tiap titik ekstraksi dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 8. Hidrograf Elevasi Muka Air Banjir di Lokasi Terdampak Skenario Piping Bawah Kecepatan Banjir Kecepatan Banjir tertinggi dari semua skenario keruntuhan terjadi pada skenario piping atas. Grafik kecepatan banjir untuk skenario piping atas untuk tiap titik ekstraksi dapat dilihat pada gambar 9. Gambar 9. Hidrograf Keceptan Banjir di Lokasi Terdampak Skenario Piping Atas Waktu Datang Banjir dan Waktu Puncak Banjir Waktu datang banjir dan waktu puncak banjir diambil dari skenario dengan banjir tertinggi yaitu skenario piping atas dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel. 7 Waktu Tiba Banjir Skenario Piping Atas Lokasi Terdampak Kelurahan/Desa Kecamatan Jarak Dari Bendungan (km) Waktu Tiba Banjir (Jam) Kedalaman (m) Tabel. 8 Waktu Puncak Banjir Skenario Piping Atas Lokasi Terdampak Kecamatan Jarak Dari Bendungan (km) Waktu Puncak Banjir (Jam) Kedalaman (m) Elevasi Muka Air Banjir (m) Montor 0458 5 7318 +44.844013 Tebanah 1486 33 3970 +9.77834 Batioh 3756 67 7738 +10.915684 Kelurahan/Desa Montor 0458 158 1959 Tebanah 1486 175 49 Batioh 3756 19 945 Nepa 505 50 1040 Nepa 505 508 1749 +9.651118 Masaran 5406 50 0835 Masaran 5406 34 5758 +10.36956 Banyusokah Ketapang 5936 83 0114 Banyusokah Ketapang 5936 500 188 +9.633186 Peta Genangan Banjir Peta genangan banjir dengan genangan banjir paling parah adalah pada skenario keruntuhan piping atas. Berikut adalah peta genangan banjir yang terdapat pada Gambar 10. Gambar 10. Peta Genangan Banjir Keruntuhan Bendungan Nipah Skenario Piping Atas KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari analisis yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya maka didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Besar curah hujan maksimum boleh jadi daerah (Probability Maximum Precipitation Basin Rainfall) adalah 458566 mm. Sedangkan untuk besarnya debit banjir maksimum boleh jadi (Probability Maximum Flood) adalah sebesar 176735 m3/det dengan waktu puncak pada jam ke-.

. Luas genangan banjir terbesar yang terjadi adalah 5.873.79165 m yang dihasilkan akibat skenario piping atas. Terdapat 6 desa yang tergenang banjir akibat keruntuhan Bendungan Nipah yaitu Montor Tebanah Batioh Nepa Masaran dan Banyusokah. 3. Dari enam titik ekstrak banjir akibat keruntuhan Bendungan Nipah didapat waktu datang banjir tercepat adalah 14 jam dan yang terlama adalah 9 jam. Untuk waktu puncak banjir yang tercepat adalah 00 jam sedangkan untuk waktu puncak banjir terlama adalah 533 jam. 4. Karakteristik banjir pada wilayah terdampak akibat keruntuhan Bendungan Nipah dengan skenario indikasi keruntuhan di masing-masing desa mulai dari Desa Montor Tebanah Batioh Nepa Masaran Banyusokah secara berurutan mulai dari tinggi banjir maksimumnya sebesar 7198 m; 4059 m; 7771 m; 1716 m; 573 m; 154 m. Untuk elevasi muka air banjir maksimumnya mulai dari Desa Montor Tebanah Batioh Nepa Masaran Banyusokah adalah 4474 m; 9816 m; 10949 m; 9169 m; 10301 m; 9599 m. Sedangkan untuk kecepatan banjir maksimum yang terjadi pada masing-masing desa terdampak adalah 1009 m/det 4840 m/det 1415 m/det 1914 m/det 0790 m/det 0517 m/det. Saran Software Zhong Xing HY1 ini masih ada kekurangan seperti tidak bisanya menampilkan waktu surut banjir dan pembuatan animasi banjir yang tidak bisa dilakukan karena hasil banjir yang dihasilkan terlalu mendetail. Perlu banyak pertimbangan bagi akademisi yang akan menggunakan software Zhong Xing HY1 ini dikarenakan akses untuk penggunaan software yang sulit karena perlu dongle (Hardware dengan bentuk USB interface yang berfungsi untuk membuat kode enkripsi) untuk bisa menjalankan software tersebut. DAFTAR PUSTAKA Anonim 1991. User s Manual Boss Dambrk. USA: Boss Corporation. Badan Standarisasi Nasional (BSN). 004. Tata Cara Penghitungan Hujan Maksimum Bolehjadi dengan Metode Hersfield. Jakarta: BSN Br. Sri Harto. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hadisusanto Nugroho. 011. Aplikasi Hidrologi. Jogja: Media Utama. Limantara Lily Montarcih. 010. Hidrologi Praktis. Bandung: Lubuk Agung. Soemarto CD. 1999. Hidrologi Teknik. Jakarta: Erlangga. Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisa Data Jilid 1. Bandung: Nova. Sosrodarsono S. & Takeda S. 003. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya Paramita. Subarkah Iman. 1980. Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung: Idea Dharma. Triatmodjo Bambang. 008. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.