III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

BAB III METODE PENELITIAN. (BALITTAS) Karangploso Malang pada bulan Maret sampai Mei 2014.

PARASITISASI DAN KAPASITAS REPRODUKSI COTESIA FLAVIPES CAMERON (HYMENOPTERA: BRACONIDAE) PADA INANG DAN INSTAR YANG BERBEDA DI LABORATORIUM

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN. Penelitian evaluasi ketahanan beberapa aksesi bunga matahari (Halianthus

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Hewan Percobaan Bahan dan Peralatan

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Persiapan tanaman uji, tanaman G. pictum (kiri) dan tanaman A. gangetica (kanan)

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

KAJIAN BEBERAPA KARAKTERISTIK BIOLOGI PENGGEREK BATANG TEBU BERKILAT CHILO AURICILIUS DAN PARASITOIDNYA (TRICHOGRAMMA CHILONIS)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso,

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Pestisida, Medan Sumut dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Medan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

BAHAN DAN METODE. Bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterangan : Yijk = H + tti + Pj + (ap)ij + Sijk. Sijk

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan Metode Penyiapan suspensi Sl NPV

BAHAN DAN METODE. Gambar 2 Mikroskop video Nikon SMZ-10A (a), dan Alat perekam Sony BLV ED100 VHS (b)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada 8000 SM yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru.

BAHAN DAN METODE. Faktor II (lama penyinaran) : T 0 = 15 menit T 1 = 25 menit T 2 = 35 menit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi BALITKABI-Malang pada bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

III. BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel buah kopi penelitian dilakukan pada perkebunan kopi rakyat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

MATERI DAN METODE. Materi

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III METODE PENELITIAN

Sari M. D. Panggabean, Maryani Cyccu Tobing*, Lahmuddin Lubis

BAB III METODE PENELITIAN. atau percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4. A1 = Daun Tembelekan Konsentrasi 3%

III. BAHANDAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Pangan dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Kasa Sentral Pengembangan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada lahan pertanaman tebu PT Gunung Madu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. beberapa hari berubah menjadi coklat muda. Satu atau dua hari menjelang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae

III. BAHAN DAN METODE. 1. Percobaan 1: Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap proliferasi kalus.

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Persiapan Penelitian Koleksi dan Perbanyakan Parasitoid Perbanyakan Serangga Inang Corcyra cephalonica

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Pengaruh Ukuran Pupa Beberapa Penggerek Batang Tebu terhadap Jumlah Populasi Tetrastichus sp. (Hymenoptera : Eulophidae) di Laboratorium

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

PEMANFAATAN PARASITOID Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae, Hymenoptera) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADA TANAMAN PADI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

III. METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL ). Perlakuan yang diberikan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Soil

BAB III METODE PENELITIAN. kerusakan daun oleh serangan ulat grayak (S. litura F.) dan penelitian eksperimen

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan pertanaman tebu di PT. Gunung Madu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak daun

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

III. BAIIAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian penentuan daya tolak ekstrak daun sirih (Piper bettle L.) terhadap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang tentang Studi

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

I. METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah. Pembiakan dilaksanakan dari bulan Mei sampai Juli 2011. Sedangkan pengolahan dan analisis data dilaksanakan dari bulan Agustus 2011 sampai Mei 2012. B. Alat dan bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung plastik (ukuran 20 cm x 10 cm), cawan petri, gelas tabung ukuran 20 cm x 3 cm, gelas Erlenmeyer 1000 ml, tali, kertas saring, pisau, pinset, kantong plastik, nampan, alat tulis, kertas label, tissue, gunting dan perekat. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah potongan batang tebu muda atau sogolan, pelepah daun tebu yang masih segar, bagasse yaitu sogolan tebu yang digiling dan dijemur, kapas, aquades, madu dengan konsentrasi 10% sebagai pakan parasitoid, media kacang hijau, larva penggerek batang, gulungan pelepah daun tebu, dan kokon parasitoid Cotesia flavipes yang diperoleh dari lapangan.

14 C. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan membiakkan beberapa generasi koloni parasitoid C. flavipes di laboratorium dengan mengumpulkan kokon (Gambar 1) parasitoid dari lapangan, menyiapkan inang, memelihara parasitoid, menginokulasikan parasitoid ke serangga inang, dan mengamati perkembangannya. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap beberapa karakteristik biologi dari koloni-koloni C. flavipes yang berasal dari generasi berbeda, yaitu : hasil pembiakan di laboratorium generasi 7, generasi 5, dan koloni liar yang diambil dari lahan pertanaman tebu. Karakteristik biologi yang diamati adalah : jumlah kelompok kokon, jumlah imago, seks rasio jantan dan betina, dan lama hidup maksimum imago jantan dan betina. Gambar 1. Kelompok kokon C. flavipes diperoleh dari lahan PT GMP yang digunakan untuk starter pembiakan

15 Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan koloni generasi keturunan liar (G1), G5, dan G7 parasitoid C. flavipes berperan sebagai perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali. D. Pelaksanaan Penelitian 1. Pengumpulan Kelompok Kokon C. flavipes Pengumpulan kelompok kokon dilakukan dengan cara mengambil kelompok kokon dari pertanaman tebu yang terserang oleh hama penggerek batang Chilo sacchariphagus Bojer. Kelompok kokon yang diperoleh dari lapang disimpan di dalam kantung plastik untuk dibawa ke laboratorium. Selanjutnya kelompok kokon C. flavipes yang terkumpul dimasukkan ke dalam wadah tabung plastik (ukuran 20 cm x 10 cm) (Gambar 2) dan diamati selama dua hari. Gambar 2. Kelompok kokon C. flavipes dikumpulkan dalam tabung plastik untuk dibawa ke laboratorium

16 Untuk memastikan bahwa parasitoid C. flavipes berkembang dengan baik yang ditandai dengan perubahan warna kokon dari putih menjadi cokelat kehitaman. Kelompok kokon yang mulai berwarna hitam selanjutnya dipindahkan tabung gelas berukuran 20 x 3 cm (Gambar 3). Gambar 3. Kelompok kokon C. flavipes dimasukkan dalam tabung gelas untuk memastikan bahwa parasitoid berkembang dengan baik 2. Pembiakan C. sacchariphagus dan C. flavipes Penggerek batang tebu berkilat C. sacchariphagus (Lepidoptera: Pyralidae) yang dibiakkan di laboratorium digunakan untuk pengembangan dan inang musuh alami. Ngengat (imago penggerek batang tebu berkilat) diletakkan di dalam toples yang telah berisi pelepah daun tebu segar untuk dikawinkan (Gambar 4). Ngengat selanjutnya menghasilkan telur berwarna putih cerah dan menempel pada daun tebu secara berkelompok (Gambar 5). Telur C. sacchariphagus yang menempel pada daun diinfestasi selama dua hari. Dua hari kemudian telur-telur

17 dilepaskan dari pelepah daun tebu dan dipindahkan ke dalam cawan petri. Telur C. sacchariphagus yang ada pada cawan petri diinfestasikan kembali selama 2-3 hari, hingga telur berubah warna menjadi gelap dan siap diinfestasikan ke dalam media kacang hijau selama 15 hari (Gambar 6). Setelah diinfestasi dilakukan pengumpulan larva C. sacchariphagus yang selanjutnya dikumpulkan dan digunakan sebagai inang parasitoid C. flavipes (Gambar 7). Dalam pembiakan ini digunakan 20 larva C. sacchariphagus (inang) untuk setiap generasi dan diulang sebanyak lima kali, sehingga jumlah larva penggerek batang yang dibutuhkan adalah 100 ekor larva setiap generasi. Prosedur pembiakan disajikan pada bagan Gambar 8. Gambar 4. Wadah untuk memelihara dan mengawinkan ngengat yang telah berisi pelepah daun tebu segar

18 Gambar 5. Telur ngengat penggerek batang berwarna putih yang menempel pada daun tebu Gambar 6. Telur ngengat penggerek batang diinfestasikan ke dalam media kacang hijau selama 15 hari

19 Gambar 7. Larva C. sacchariphagus yang dikumpulkan digunakan sebagai inang parasitoid C. flavipes Ngengat C. sacchariphagus diletakkan di dalam wadah untuk dikawinkan Telur C. sacchariphagus diinfestasikan pada pelepah daun kemudian setelah dua hari dipindahkan ke dalam cawan petri Telur yang ada pada cawan petri diinfestasikan kembali selama 2-3 hari Setelah telur C. sacchariphagus berubah warna menjadi gelap kemudian diinfestasikan ke dalam media kacang hijau selama 15 hari Setelah 15 hari ulat (larva) C. sacchariphagus dikumpulkan Ulat (larva) C. sacchariphagus siap sebagai inang parasitoid Gambar 8. Bagan pembiakan penggerek batang tebu berkilat (C. sacchariphagus)

20 3. Perlakuan Pemarasitan C. sacchariphagus oleh Parasitoid C. flavipes Dari sejumlah kokon parasitoid yang telah terkumpul, beberapa kokon dipilih untuk dimasukkan ke dalam tabung gelas dan diberi pakan tetesan madu dengan konsentrasi 10%, dua hari kemudian kokon-kokon tersebut menetas (Gambar 9). Gambar 9. Kelompok kokon C. flavipes dalam tabung gelas yang diberi pakan tetesan madu dengan konsentrasi 10% Setelah menetas, tabung biakan yang berisi parasitoid dikumpulkan di tempat yang terang agar parasitoid aktif bergerak. Kain penutup tabung biakan dibuka perlahan-lahan untuk mempermudah proses inokulasi. Inokulasi dilakukan dengan mempersiapkan 20 larva C. sacchariphagus hasil dari pembiakan inang yang telah dilakukan. Setelah larva-larva tersebut siap, satu demi satu larva penggerek batang diambil dengan pinset dan kemudian diinfestasikan pada imago betina C. flavipes yang berada di dalam tabung. Satu larva penggerek batang diinokulasi dengan satu betina parasitoid (Gambar 10). Larva penggerek batang yang telah diinokulasi kemudian dikumpulkan dan selanjutnya dipindahkan ke

21 dalam tabung yang berisi media kacang hijau. Setiap tabung tersebut diisi dengan 20 larva C. sacchariphagus yang telah terinfestasi betina C. flavipes dan dipelihara selama tujuh hari (Gambar 11). Setelah tujuh hari, larva tersebut dipindahkan ke media gulungan pelepah daun kering yang dilapisi kapas. Dalam media tersebut juga diisi dengan larva C. sacchariphagus yang berjumlah 20 ekor dan kemudian dibiakkan selama lima hari (Gambar 12). Setelah lima hari, media gulungan pelepah daun kering dibuka dan diamati pupa C. flavipes yang berhasil muncul dari larva penggerek batang yang telah terparasit. Kemudian pupa tersebut dikumpulkan dan dihitung jumlah kelompok kokon yang dihasilkan. Setelah kurang lebih selama tiga hari, maka pupa C. flavipes akan berubah warna menjadi hitam kecokelatan sebagai tanda bahwa pupa tersebut akan menetas menjadi generasi yang baru. Selanjutnya pupa C. flavipes dipindahkan ke dalam tabung yang telah diberi tetesan madu dan ditutup dengan kain kasa untuk menjaga agar imago yang berhasil menetas tidak dapat keluar dari dalam tabung. Setelah pupa tersebut menetas, diamati imago C. flavipes yang berhasil muncul dan kemudian dihitung jumlah imago tersebut untuk menentukan seks rasio jantan dan betinanya (Gambar 13). Imago C. flavipes yang berada di dalam tabung hanya mendapatkan sumber makanan dari tetesan madu yang disediakan. Dengan sumber makanan yang terbatas, perkembangan imago C. flavipes diamati setiap hari dan dicatat berapa lama imago-imago tersebut dapat bertahan hidup. Perlakuan ini diterapkan pada setiap generasi dan semua ulangannya. Generasi yang digunakan dalam percobaan ini adalah generasi keturunan liar (G1), generasi ke-5 (G5), dan generasi ke-7 (G7).

22 Gambar 10. Parasitoid diinfestasikan pada inang (larva penggerek batang) Gambar 11. Larva penggerek batang dipelihara dalam tabung yang berisi media kacang hijau

23 Gambar 12. Larva C. sacchariphagus pada media gulungan pelepah daun kering Starter dipilih dari kelompok kokon yang baik Kokon dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan diberi pakan madu dengan konsentrasi 10 % Parasitoid menetas dan melakukan perkawinan kurang lebih selama tiga Parasitoid diinfestasikan (inokulasi) pada larva penggerek batang (inang) Larva C. sacchariphagus dipindahkan ke dalam tabung yang berisi media kacang hijau dan dipelihara selama tujuh hari Larva C. sacchariphagus kemudian dipindahkan ke media gulungan pelepah daun kering dan dipelihara selama lima hari Pupa dikumpulkan dan dihitung Setelah pupa menetas, imago dihitung untuk menentukan seks rasio jantan dan betina Gambar 13. Bagan perlakuan pemarasitan C. sacchariphagus oleh C. flavipes.

24 4. Pengamatan Pengamatan dilakukan dalam beberapa tahap dengan mengamati : (1) Jumlah kelompok kokon : diamati dengan cara menghitung jumlah kelompok kokon yang terdapat pada tubuh inang terparasit. (2) Jumlah serangga dewasa (imago) : diamati dengan cara menghitung jumlah imago yang berhasil keluar dari kokon yang terdapat di dalam setiap tabung biakan. (3) Seks rasio jantan dan betina : ditentukan dengan cara menghitung jumlah C. flavipes jantan dan betina. Serangga jantan ditandai dengan antenanya yang berukuran lebih panjang daripada serangga C. flavipes betina. (4) Lama hidup maksimum serangga jantan dan betina dari parasitoid C. flavipes koloni generasi liar (G1), generasi ke-5 (G5), dan generasi ke-7 (G7). Lama hidup maksimum C. flavipes dari setiap generasi biakan ditentukan dengan cara mencatat lama hidup dari individu terakhir yang bertahan dari masingmasing tabung biakan. 5. Analisis Data Data yang diperoleh disusun dalam bentuk tabel, dan dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) yang dilanjutkan dengan uji perbandingan nilai tengah (BNT dengan taraf nyata α = 0,05) dengan menggunakan perangkat pengolah data SAS versi 6.12.0.1 (Sas Institute, 1989).