PENERAPAN BIONUTRIEN KPD PADA TANAMAN SELADA KERITING (Lactuca sativa var. crispa)

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB 1 PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. Unsur hara adalah nutrisi atau zat makanan yang bersama-sama dengan air

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan unsur hara

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi yang digunakan untuk menyusun berbagai komponen sel selama

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu, dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Pacet-

Kajian Potensi Bionutrien CAF dengan Penambahan Ion Logam Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi (Oryza Sativa L.)

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan memerlukan nutrien berupa mineral dan air untuk pertumbuhan

@BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Nutrien tersebut memiliki

KAJIAN TENTANG POTENSI TANAMAN RPS-GE SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN BIONUTRIEN YANG. DIAPLIKASIKAN PADA TANAMAN PAKCOY (Brassica rapa)

BAB I PENDAHULUAN. setiap hari tumbuhan membutuhkan nutrisi berupa mineral dan air. Nutrisi yang

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pupuk Organik dan Pupuk Sintesis (Anorganik) Pupuk adalah bahan yang diberikan pada tanah, air atau daun dengan

Kajian Pengaruh Pemberian Bionutrien CAF 1 dan CAF 2 Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Panen Tanaman Padi (Oryza sativa L)

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam peradaban manusia. Untuk setiap pertumbuhannya, tanaman memerlukan zat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-03

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan.

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan memerlukan nutrien berupa mineral, air dan unsur hara untuk

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pupuk Organik Cair AGRITECH

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Bionutrien merupakan suatu bahan organik yang mengandung nutrisi yang

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. TATA CARA PENELITIAN

, 2015 PENGARUH KEKASARAN DASAR SALURAN TERHADAP DISTRIBUSI KECEPATAN PADA SALURAN TERBUKA

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

Nur Rahmah Fithriyah

KARYA ILMIAH TENTANG. BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PROPOSAL PENELITIAN. PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai nilai ekonomis tinggi. Selada mengandung mineral iodium, fosfor,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. pertumbuhan tanaman cabai merah telah dilakukan di kebun percobaan Fakultas. B.

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

Tata Cara penelitian

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. penelitian ini dilakukan di Gang Metcu, Desa Guru Singa, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

PENDAHULUAN ROMMY ANDHIKA LAKSONO

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

Transkripsi:

ISSN 287-7412 April 21, Hal 73-79 PENERAPAN BIONUTRIEN KPD PADA TANAMAN SELADA KERITING (Lactuca sativa var. crispa) Rakhmi Qurrotul Aini, Yaya Sonjaya dan Muhamad Nurul Hana Program Studi Kimia, FPMIPA, UPI E-mail: aini_hatori@yahoo.com ABSTRAK Penggunaan pupuk kimia yang mendukung peningkatan pertumbuhan dan produksi selada keriting dapat digantikan dengan penggunaan bionutrien dari tanaman KPD dalam bentuk cair. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum ekstraksi bionutrien dari tanaman KPD, serta untuk menentukan dosis bionutrien yang tepat terhadap kinetika laju pertumbuhan tanaman selada keriting. Pemberian dosis bionutrien terhadap tanaman selada keriting dilakukan dengan 5 taraf perlakuan yaitu dengan dosis pengenceran bionutrien KPD 5 ml; 1 ml; 15 ml; 2 ml dan 25 ml dalam 1 L air yang dibandingkan terhadap pupuk dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum yang dicapai untuk mengekstrak tanaman KPD adalah konsentrasi ekstraktan basa,5 M dengan perbandingan 4:5 (berat sampel KPD : volume ekstraktan basa) dan waktu pemanasan selama 75 menit. Penyiraman dan penyemprotan bionutrien KPD dengan dosis 15 ml dibandingkan dengan pupuk dan kontrol mampu meningkatkan laju pertumbuhan tanaman selada keriting sebesar,4 hari -1. Kata kunci : Tanaman KPD, ekstraksi, selada keriting PENDAHULUAN Perhatian masyarakat terhadap pertanian dan lingkungan beberapa tahun terakhir ini menjadi meningkat. Keadaan ini disebabkan karena semakin dirasakannya dampak negatif dari penggunaan pupuk sintetis, pestisida dan bahan kimia pada tanaman yang dapat berpengaruh besar terhadap lingkungan. Selain itu, dapat menurunkan kualitas beberapa komoditi sayuran dan buah-buahan. Maka salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam bidang pertanian adalah dengan mengembangkan pertanian dengan sistem pertanian organik yang prinsip pengelolaannya kembali ke alam. Namun demikian, respon tanaman terhadap pupuk organik ternyata lebih lambat dibandingkan dengan pupuk sintetis. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan berbagai penelitian guna menghasilkan pupuk organik berbentuk cair sehingga mudah diserap oleh tanaman 1. Berdasarkan hal tersebut tim penelitian Kelompok Bidang Kajian (KBK) Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia (Tim Bioflokulan UPI) telah memulai penelitian mengenai pemanfaatan pupuk dari bahan organik dengan mencari tanaman yang paling potensial atau dikenal sebagai bionutrien. Dari hasil temuan ini diperoleh beberapa tanaman yang potensial untuk dijadikan bionutrien, diantaranya tanaman KPD, MHR dan CAF. Berkaitan dengan peluang aplikasi bionutrien KPD dalam tanaman, maka dilakukan penerapan terhadap bionutrien KPD pada tanaman selada keriting. Namun sebelum penerapan bionutrien KPD pada tanaman selada keriting, terlebih dahulu dilakukan proses optimasi ekstraksi bionutrien dari tanaman KPD. Selada merupakan tanaman hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi sesuai dengan jenisnya. Suhu optimum bagi pertumbuhan selada ialah antara 15-25 C. Dalam kondisi yang seperti ini selada akan mengalami pertumbuhan yang sempurna. Selada mempunyai kandungan mineral, termasuk iodium, fosfor, besi, tembaga, kobalt, seng, kalsium, mangan, dan potasium, sehingga selada mempunyai khasiat terbaik dalam menjaga keseimbangan tubuh terutama pada kulit luar yang berwarna hijau. Tanaman selada yang banyak dibudidayakan saat ini adalah jenis selada keriting dengan ciri khas daunnya yang keriting mulai dari ujung sampai tepi daun, serta daun berwarna hijau 2. Beberapa kendala dalam budidaya selada diantaranya adalah gangguan hama dan penyakit seperti siput, nematoda, penyakit busuk daun dan busuk akar. Penyakit busuk akar yang sering ditemui pada selada umumnya disebabkan oleh jamur Phythoptora sp 3. Tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh informasi mengenai kondisi optimum ekstraksi bionutrien dari tanaman KPD dan pengaruhnya terhadap kinetika laju pertumbuhan tanaman selada keriting berdasarkan dosis bionutrien KPD yang digunakan. 73

Rakhmi Qurrotul Aini, Yaya Sonjaya, Muhamad Nurul Hana J.Si.Tek.Kim. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 28 sampai April 29. Penelitian dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap analisis dan tahap aplikasi. Tahap analisis dilakukan di dua tempat yaitu untuk penentuan proses optimasi tanaman melalui uji kadar N, P dan K yang dilakukan di laboratorium TEKMIRA (Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara) Bandung. Kemudian pembuatan bionutrien KPD di laboratorium Riset Kimia Lingkungan FPMIPA UPI Bandung, sedangkan tahap aplikasi bionutrien KPD terhadap kinetika laju pertumbuhan tanaman selada keriting dilakukan di daerah Binong jati Kecamatan Batununggal-Bandung. Penelitian ini didahului dengan tahap preparasi dengan menganalisis kadar air, N, P dan K pada tanaman KPD. Kemudian pada tahap berikutnya dilakukan proses ekstraksi dengan menggunakan ekstraktan basa. 1.1 Optimasi Kondisi Ekstraksi Sampel KPD dihomogenkan agar ukurannya menjadi lebih kecil, kemudian ditimbang sebanyak 1 gram dan ditambah ekstraktan basa,1 M dengan perbandingan 1:1 (berat sampel KPD : volume ekstraktan basa). Setelah itu campuran dipanaskan selama 3 menit. Kemudian campuran didinginkan dan disaring agar filtrat dan residunya terpisah. Filtrat yang didapat dianalisis kadar N-nya. 2.1.1 Optimasi Konsentrasi Ekstraktan Basa konsentrasi ekstraktan basa yang digunakan, sedang variabel lainnya dibuat tetap. Variasi konsentrasi yang dipilih antara lain,15 M;,25 M;,5 M;,75 M dan 1 M. 2.1.2 Optimasi Volume Ekstraktan Basa volume ekstraktan basa yang digunakan dalam ekstraksi. Variasi volume yang dipilih antara lain 5 ml; 7 ml; 1 ml; 15 ml dan 2 ml, sedangkan massa sampel KPD yang digunakan sebanyak 1 gram. 2.1.3 Optimasi Waktu Pemanasan waktu pemanasan yang digunakan dalam ekstraksi. Variasi waktu pemanasan yang dipilih antara lain 45 menit, 6 menit, 75 menit, 9 menit dan 12 menit. 2.1.4 Optimasi Massa massa sampel KPD yang digunakan dalam ekstraksi. Variasi massa sampel KPD yang dipilih antara lain 2 gram, 5 gram, 1 gram, 2 gram, dan 4 gram dalam 25 ml ekstraktan basa. 2.2 Aplikasi Bionutrien KPD Langkah awal yang dilakukan dalam proses penanaman selada keriting yaitu proses penyemaian benih. Bibit ditaburkan pada permukaan tanah dan ditutup dengan lapisan tanah tipis-tipis. Bibit yang telah ditabur disiram dengan air setiap hari. Setelah berumur sekitar 28 hari bibit siap dipindahkan ke lahan tanam dari persemaian. Hal ini bertujuan untuk memperkuat perakaran tanaman selada keriting, karena selada keriting memiliki akar yang sangat sensitif terhadap perubahan kondisi lingkunganya. Pada hari ke-7 setelah pemindahan, tanaman selada keriting mulai diberikan perlakuan dengan pemberian dosis bionutrien KPD secara berturut-turut 5 ml; 1 ml; 15 ml; 2 ml dan 25 ml dalam 1 L air yang dibandingkan terhadap pupuk dan kontrol. Pemupukan dilakukan dengan selang waktu tujuh sampai dengan sepuluh hari sekali dengan bionutrien KPD yang dibutuhkan sebanyak 1,47 L untuk setiap kali pemupukan, serta pupuk sebesar 4,66 g yang dilarutkan dalam 1,95 L. Pemberian pupuk tersebut dilakukan dengan cara disiram dan disemprot. Pengamatan dan pengukuran terhadap tanaman selada keriting dilakukan setiap minggu (2 hari setelah pemupukan), hal ini bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada selada keriting sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Adapun variabel yang diamati dan diukur antara lain adalah tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, lebar kanopi dan jumlah daun. Pengamatan terhadap bobot tanaman selada keriting dilakukan setelah tanaman berumur 45 hari (saat panen). Pemanenan selada keriting dilakukan dengan cara mencabut keseluruhan tanaman. Selain itu, bisa juga dengan cara memotong bagian tanaman di atas permukaan tanah. Bagian tanaman yang dapat dikonsumsi dipisahkan dengan cara memotong tangkai selada keriting diatas helaian daun paling bawah serta membuang daun-daun yang rusak. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tahap preparasi tanaman KPD diperoleh kadar air 23,% (b/b), kadar nitrogen 4,55% (b/v), kadar fosfor,51% (b/v) dan kadar kalium 3,78% (b/v). Sedangkan dalam menentukkan kondisi optimum ekstraksi diperoleh berdasarkan kadar nitrogen yang terekstrak, karena sampel KPD memiliki kadar N yang paling tinggi dibandingkan dengan kadar P maupun K. Hasil optimasi ekstraksi bionutrien dari tanaman KPD untuk setiap variabel optimasi dapat dilihat pada tabel berikut. 74

ISSN 287-7412 April 21, Hal 73-79 Tabel 3.1 Kadar N yang terekstrak untuk optimasi konsentrasi ekstraktan basa Variasi Konsentrasi N-total (ppm),15 M 37,25 M 498,5 M 547,75 M 523 1 M 445 Berdasarkan hasil analisis diperoleh kondisi optimum Kadar N yang terekstrak untuk optimasi konsentrasi ekstraktan basa yaitu pada konsentrasi,5 M, seperti yang terlihat pada Tabel 3.1. Konsentrasi ekstraktan basa yang semakin tinggi menyebabkan penurunan terhadap kadar N yang terekstrak. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi ekstraktan basa yang digunakan, maka semakin banyak pula NH 3 yang terbentuk dan lepas ke udara 4. Tabel 3.2 Kadar N yang terekstrak untuk optimasi volume ekstraktan basa Variasi Volum (ml) N-total (ppm) 5 98 7 872 1 571 15 432 2 361 Sedangkan pada volume ekstraktan basa 5 ml, hasil ekstrak menunjukkan kadar N yang paling tinggi (Tabel 3.2). Dengan bertambahnya volume ekstraktan basa yang digunakan menyebabkan terjadinya penurunan kadar N yang terekstrak. Hal ini disebabkan karena terjadinya proses pengenceran N dalam larutan oleh ekstraktan basa. Selain itu, semakin banyak pula NH 3 yang terbentuk 4. Pada optimasi waktu pemanasan diperoleh kadar N paling optimum untuk waktu pemanasan sebesar 1476 ppm yakni pada menit ke-75, seperti yang terlihat pada Tabel 3.3. Sedangkan peningkatan waktu pemanasan menyebabkan penurunan kadar N yang terekstrak, hal ini mengindikasikan bahwa waktu pemanasan yang terlalu lama dapat mengakibatkan semakin banyak NH 3 yang dilepaskan ke udara Tabel 3.3 Kadar N yang terekstrak untuk optimasi waktu pemanasan Waktu Pemanasan (menit) N-total (ppm) 45 1112 6 111 75 1476 9 1161 12 1148 Tabel 3.4 menunjukkan bahwa semakin besar massa sampel KPD yang digunakan, maka semakin besar pula kadar N yang terekstrak. Sedangkan terjadi penurunan kadar N yang terekstrak ketika massa sampel KPD yang digunakan lebih besar dari ekstraktan basa yang digunakan. Hal ini terjadi karena sebagian besar sampel KPD tidak terendam oleh ekstraktan basa sehingga hanya sebagian kecil saja dari sampel KPD tersebut yang terekstrak. Tabel 3.4 Kadar N yang terekstrak untuk optimasi massa sampel KPD Massa Sampel (gram) N-total (ppm) 2 65 5 1181 1 1874 2 394 4 2643 Berdasarkan hasil analisis terhadap kadar N yang terekstrak diperoleh kondisi optimum untuk ekstraksi bionutrien KPD yaitu konsentrasi ekstraktan basa yang digunakan sebesar,5 M dengan perbandingan 4:5 (massa sampel KPD:volume ekstraktan basa) dan waktu pemanasan selama 75 menit, sehingga diperoleh bionutrien KPD berbentuk cair. Pengamatan dan pengukuran terhadap tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, lebar kanopi dan jumlah daun selada keriting untuk setiap perlakuan yang diberikan dapat dilihat pada Gambar 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, dan 3.5. 75

Rakhmi Qurrotul Aini, Yaya Sonjaya, Muhamad Nurul Hana J.Si.Tek.Kim. 25 Tinggi Tanaman 2 15 1 5 7 9 16 23 3 37 45 5 ml 1 ml 15 ml 2 ml 25 ml Gambar 3.1 Pertambahan tinggi tanaman selada keriting pada berbagai perlakuan 16 14 Panjang Daun 12 1 8 6 4 2 7 9 16 23 3 37 45 5 ml 1 ml 15 ml 2 ml 25 ml Gambar 3.2 Pertambahan panjang daun selada keriting pada berbagai perlakuan 12 1 Lebar Daun 8 6 4 2 7 9 16 23 3 37 45 5 ml 1 ml 15 ml 2 ml 25 ml Gambar 3.3 Pertambahan lebar daun selada keriting pada berbagai perlakuan 76

ISSN 287-7412 April 21, Hal 73-79 3 Lebar Kanopi 25 2 15 1 5 7 9 16 23 3 37 45 5 ml 1 ml 15 ml 2 ml 25 ml Gambar 3.4 Pertambahan lebar kanopi selada keriting pada berbagai perlakuan 35 3 Jumlah Daun (helai) 25 2 15 1 5 7 9 16 23 3 37 45 5 ml 1 ml 15 ml 2 ml 25 ml Gambar 3.5 Pertambahan Jumlah daun selada keriting pada berbagai perlakuan Pengamatan terhadap daun didasarkan atas fungsinya sebagai penerima cahaya dan tempat terjadinya/berlangsungnya proses fotosintesis, sedangkan pengamatan terhadap tinggi tanaman digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan dan perlakuan yang diterapkan pada tanaman selada keriting. Hasil pengamatan dan pengukuran terhadap tanaman selada keriting yang diberi pupuk dengan tanaman yang diberi bionutrien KPD dengan dosis 15 ml dan 2 ml menghasilkan pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman yang hampir sama. Sedangkan tanaman yang diberi bionutrien dengan dosis 5 ml dan 1 ml memiliki tinggi tanaman paling rendah, hal ini disebabkan karena pemberian dosis bionutrien tersebut pada tanaman selada keriting tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman dalam melaksanakan proses fisiologis, sehingga menyebabkan proses pertumbuhan dan perkembangannya menjadi lambat. Panjang daun dan lebar kanopi tanaman yang diberi bionutrien dengan dosis 5 ml menghasilkan pertumbuhan tanaman yang paling tinggi. Jumlah daun tanaman yang dihasilkan untuk tanaman yang diberi pupuk menghasilkan jumlah daun yang paling banyak. Terjadi kenaikan pada jumlah daun yang dihasilkan pada hari ke-45 pada tanaman yang diberi pupuk, disebabkan karena terjadi penyerapan nutrisi secara optimum oleh tanaman untuk memperbanyak daunnya. Hasil tertinggi selada didapat dari tanaman yang diberi pupuk, diikuti oleh tanaman yang diberi bionutrien KPD dengan dosis 15 ml, seperti yang terlihat pada Gambar 3.6. Pemberian bionutrien KPD dengan dosis 15 ml menghasilkan bobot bersih 94,67 g tanaman -1. Namun hasil ini masih di bawah standar komersial, sementara bobot strandar komersial untuk tanaman selada adalah 1 g /tanaman 3. 77

Rakhmi Qurrotul Aini, Yaya Sonjaya, Muhamad Nurul Hana J.Si.Tek.Kim. Tabel 3.5 Perlakuan Gambar 3.6 Bobot rata-rata tanaman selada keriting Pengaruh dosis bionutrien terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada keriting yang dibandingkan terhadap pupuk dan kontrol Tinggi tanaman Panjang daun Lebar daun Lebar kanopi Jumlah daun (helai) Bobot tanaman (gram) Kotor Bersih 2,8 13,5 1,9 2,3 19, 77,33 7, 5 ml 19,8 15,2 1,8 25, 19, 7,8 63,47 1 ml 19,8 13,5 9,6 2, 21, 7,67 64, 15 ml 21,1 13,4 9,5 2,5 23, 18, 94,67 2 ml 21,6 12,5 9,4 2,3 22, 78, 7,67 25 ml 2,3 14,9 1, 23,6 17, 64, 56,67 21,9 14,6 11,1 23,1 3, 127,33 112, Pengaruh pemberian dosis bionutrien terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada keriting yang dibandingkan terhadap pupuk dan kontrol dapat dilihat pada Tabel 3.5. Kenaikan dosis bionutrien KPD yang diberikan pada tanaman selada keriting menyebabkan penurunan terhadap bobot tanaman selada keriting yang dihasilkan, hal ini disebabkan karena dosis yang diberikan terlalu pekat/basa sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman selada keriting. Hal tersebut ditandai dengan bagian daun yang lebih rendah (bagian daun yang lebih tua) terlihat seperti terbakar. Daun selada keriting yang terbakar terlihat berlubang dibagian tengah daunnya dan berwarna coklat. Selain itu, bionutrien KPD juga memiliki daya higroskopis yang tinggi meskipun bionutrien KPD yang digunakan untuk menyemprot tanaman telah diencerkan terlebih dahulu 5. Berdasarkan data hasil pengamatan yang diperoleh selama aplikasi, maka dilakukan perhitungan konstanta laju pertumbuhan tinggi tanaman. Perhitungan konstanta laju pertumbuhan tinggi tanaman dilakukan dengan menggunakan persamaan orde 1. Nilai konstanta laju pertumbuhan tinggi tanaman selada keriting untuk setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 Konstanta laju pertumbuhan tinggi tanaman selada keriting Perlakuan Konstanta laju pertumbuhan (hari -1 ),31 5 ml,33 1 ml,29 15 ml,4 2 ml,34 25 ml,34,33 Berdasarkan tabel di atas, pemberiaan bionutrien KPD dengan dosis 15 ml 78

ISSN 287-7412 April 21, Hal 73-79 menghasilkan laju pertumbuhan tinggi tanaman paling tinggi yaitu,4 hari -1, sedangkan untuk tanaman yang diberikan pupuk menghasilkan laju pertumbuhan tinggi tanaman sebesar,33 hari -1. Namun laju pertumbuhan tinggi tanaman yang diberikan bionutrien KPD tersebut tidak berbanding lurus dengan bobot tanaman yang dihasilkan saat panen. Hal ini terjadi karena iklim yang kurang mendukung untuk pertumbuhan tanaman selada keriting, sehingga selama pertumbuhannya tanaman selada keriting kurang mendapatkan sinar matahari yang cukup dan menyebabkan pertumbuhan tanamannya tidak rata. Selain itu, dampak yang ditimbulkan dari curah hujan ini menyebabkan beberapa tanaman terserang penyakit busuk yang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani kuhn yang menyebabkan helaian daun membusuk berwarna coklat 6, serta efektifitas pemupukan terhadap tanaman menjadi berkurang karena mengalami proses penghanyutan oleh air, sebab pupuk yang diberikan berbentuk cair. Meskipun demikian, namun pemberian bionutrien KPD ke dalam tanah tidak meninggalkan residu berbahaya pada tanaman sehingga aman bila dikonsumsi oleh manusia dan bersifat ramah terhadap lingkungan. Hal tersebut ditandai dengan perubahan pada sifat fisik tanah, yaitu tanah menjadi lebih gembur, dan pemberian bionutrien KPD ke dalam tanah tidak mengganggu aktivitas mikroorganisme yang ada di dalam tanah, seperti cacing. Selain itu, dalam bionutrien tersebut di dapat pula senyawa-senyawa yang diduga dapat berfungsi sebagai biopestisida dan senyawasenyawa yang dapat memepercepat pertumbuhan. Rasa selada keriting yang diberi bionutrien KPD pun berbeda, rasa selada keriting tidak terasa begitu pahit bila dibandingkan dengan selada keriting yang diberi pupuk. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Kondisi optimum yang dicapai untuk mengekstrak tanaman KPD adalah konsentrasi ekstraktan basa sebesar,5 M dengan perbandingan 4:5 (berat sampel KPD : volume ekstraktan basa) dan waktu pemanasan selama 75 menit. 2. Penyiraman dan penyemprotan bionutrien KPD dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman selada keriting sebesar,4 hari -1. DAFTAR PUSTAKA Febrianti, S. (27). Kajian Pembuatan Bionutrien KPSF Serta Aplikasinya Terhadap Pewrtumbuhan Tanaman Caisin (Brassica Juncea). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Tn. (28). Selada. [online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/selada. [2 Januari 29]. Setyowati, N. dkk. (23). Penurunan Penyakit Busuk Akar Dan Pertumbuhan Gulma Pada Tanaman Selada Yang Dipupuk Mikroba. Dalam Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. [online], vol 5, 9 halaman. Tersedia: http://pustaka.bogor.net/publ/jp3.htm. [2 Januari 29]. Ambarwati, R. (27). Ekstraksi Bionutrien dari Tanaman MHR dan Aplikasinya Pada Pertumbuhan Tanaman Caisin. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Sempurna, F.I. (28). Kajian Potensi Tanaman CAF Sebagai Bionutrien Untuk Pertumbuhan Selada Bokor dan Kentang. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. Aksi Agraris Kanisius. (1976). Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Yogyakarta: Yayasan Kanisius. Al ayubie, E.F. (29). Agroklimatologi. [online]. Tersedia: http://efrin4mzil.blogspot.com/29/3/ag roklimatologi.html. [1 April 29]. Juliastuti, D. (27). Pembuatan Bionutrien KPD Dan Aplikasinya Pada Tanaman Caisin (Brassica Juncea). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Wicaksono, A. (28). Penyimpanan Bahan Makanan Serta Kerusakan Selada. Tersedia: http://migroplus.com/brosur/budidaya%2 Selada.pdf. [16 Mei 29]. 79