BAB 1 PENDAHULUAN. selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI SISTEM IDENTIFIKASI TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA MENGGUNAKAN METODE MULTILAYER PERCEPTRON (STUDY KASUS KECAMATAN BANGUNTAPAN)

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENDATAAN WARGA MISKIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Irma Susanti, 2013

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA DAN KELUARGA MANDIRI. Ns. WIDYAWATI, S.Kep, M.Kes

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA. OLEH Ns.HENNY PERMATASARI, M.Kep. Sp. Kom

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Visi Program Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas 2015

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah keluarga.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Pertama, gambaran karakteristik kemiskinan pada daerah perkotaan di

BAB II TINJUAN PUSTAKA. saudara laki-laki dan perempuan, serta pemelihara kebudayaan bersama.

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UKDW BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. dengan kasus atau metode yang akn diteliti. Pemanfaatan metode multilayer

APLIKASI PENGELOLAAN KEUANGAN KELUARGA DENGAN BISNIS KECIL BERBASIS ANDROID

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB I PENDAHULUAN. universitas swasta yang memiliki 7 Fakultas dengan 21 Program Studi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 : Ilustrasi jaringan syaraf manusia yang diadaptasi untuk ANN (Kriesel, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Pada letak persebaran peserta keluarga berencana ini, akan membantu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

MILIK UKDW. Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG (UU) NOMOR: 10 TAHUN 1992 (10/1992) TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari secara penuh, masih terdapat

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang ditulis Hernawati tentang Upaya Meningkatkan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

KEPALA DESA MADU SARI KABUPATEN KUBU RAYA PERATURAN DESA MADU SARI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan informasi yang akurat dan tepat untuk penyajian data sangat diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu cara pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Saraf Tiruan Propagasi Balik maka dapat diambil beberapa kesimpulan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berjalan untuk meningkatkan kegiatan usaha agar dapat berkembang ke

TATA LAKSANA UPDATING DATA KELUARGA MISKIN KABUPATEN BANTUL DASAR :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

terinspirasi dari sistem biologi saraf makhluk hidup seperti pemrosesan informasi

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PESERTA KB BARU DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE BACKPROPAGATION

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sosialisasi dan Pelatihan Petugas Pendaftar Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS ALGORITMA INISIALISASI NGUYEN-WIDROW PADA PROSES PREDIKSI CURAH HUJAN KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada Maret 2015 sebanyak 28,59 juta orang (11,22 %) dari jumlah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2017, No menetapkan Peraturan Presiden tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang Undang D

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN RUMAH LAYAK HUNI

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RANCANG BANGUN TOOL UNTUK JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) MODEL PERCEPTRON

Bab V KESIMPULAN Kesimpulan. Pasal 29 UUD 1945 Tentang Kebebasan Beragama. Pasal 28E

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. (BKKBN,1994) Indikator keluarga sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung didalam undang undang no.10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Karena indikator yang dipilih akan digunakan oleh kader di desa, yang pada umumnya tingkat pendidikannya relatif rendah, untuk mengukur derajat kesejahteraan para anggotanya dan sekaligus sebagai pegangan untuk melakukan intervensi, maka indikator tersebut selain memiliki validasi yang tinggi, juga dirancang sedemikian rupa, sehingga cukup sederhana dan secara operasional dapat dipahami dan dilakukan oleh masyarakat di desa. Indikator keluarga sejahtera merupakan satu satunya indikator yang menilai keberhasilan pembangunan dengan unit analisisnya keluarga. Indikator keluarga sejahtera mengidentifikasi keluarga miskin dan tidak miskin. Data tersebut dijadikan sebagai dasar penentu sasaran berbagai program bukan saja 1

2 yang dilaksanakan oleh pemerintah namun juga berbagai program dari instansi lainnya. Indikator keluarga sejahtera telah secara luas dipergunakan baik sebagi tolak ukur dalam kajian evaluasi berbagai program yang mengukur perubahan atau perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat. Indikator indikator pada keluarga sejahtera dapat dikelompokkan menjadi lima kriteria yaitu keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera tahap I, keluarga sejahtera tahap II, keluarga sejahtera tahap III dan keluarga sejahtera tahap III plus (BKKBN,1994). Pembangunan keluarga sejahtera yang dicanangkan pemerintah melalui BKKBN dilakukan melalui tiga gerakan yaitu : 1) gerakan reproduksi keluarga sejahtera, didalamnya termasuk peningkatan kualitas pelayanan Keluarga Berencana (KB), gerakan keluarga sehat sejahtera dan pembinaan ketahanan reproduksi dan kehidupan suami istri yang harmonis, 2) gerakan ekonomi keluarga sejahtera yang memihak kepada keluarga yang fungsi ekonominya lemah dengan melakukan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin, serta 3) gerakan ketahanan keluarga sejahtera yang diarahkan untuk meningkatkan kemandirian dan ketahanan keluarga dalam mengembangkan keluarga yang sejahtera (BKKBN,1996). Dalam pengimplementasiannya program program pemerintah tersebut kurang tepat sasaran. Hal itu disebabkan karena penentuan kriteria keluarga sejahtera masih menggunakan penentuan secara manual oleh kader di desa, yang pada umumnya tingkat pendidikannya relatif rendah. Sehingga menghasilkan sebuah ketidakpastian dalam penentuan kelompok keluarga sejahtera.

3 Ketidakpastian disebut juga kesalahan, sebab menunjukkan perbedaan antara data dan kondisi sebenarnya. Oleh karena itu diperlukan suatu alat yang bisa mengurangi ketidakpastian hasil sehingga data yang diperoleh lebih akurat dan bisa dipertanggung jawabkan sehingga implementasi program program pemerintah menjadi lebih tepat sasaran. Dalam Jaringan Saraf Tiruan ada sebuah metode yang dapat digunakan untuk mengenali suatu pola, yaitu perceptron yang dikembangkan oleh Frank Rosenblatt pada akhir 1950-an. Kunci kontribusi Rosenblatt adalah pengenalan aturan belajar untuk pelatihan jaringan perceptron untuk memecahkan masalah pengenalan pola dan mebuktikan bahwa aturan belajarnya akan selalu bertemu untuk bobot jaringan yang benar, jika bobot yang ada memecahkan masalah. Pembelajarannya sederhana dan otomatis. Perceptron bisa belajar ketika diinisialisasi dengan nilai acak untuk bobot dan bias. Jaringan perceptron secara inhern terbatas. Keterbatasan ini dipublikasikan secara luas dalam buku Perceptrons oleh Marvin Minskydan Seymour Papert yang menunjukkan bahwa jaringan perceptron tidak mampu melaksanakan fungsi dasar tertentu. Namun pada tahun 1980-an keterbatasan ini diatasi dengan memperbaiki jaringan perceptron (multilayer) dan aturan belajar yang saling terkait/berhubungan. Dalam multilayer perceptron menggunakan algoritma delta, argumen masukan diumpamakan secara arah maju sedangkan proses pembelajaran selain memanfaatkan perambatan arah maju juga memanfaatkan perambatan arah balik, bila hasil tidak sesuai dengan target maka bobot diperbaharui selama proses siklus pembelajaran hingga tercapai nilai

4 kemelesetan minimum yang diharapkan atau keluaran sama dengan target. Saat ini perceptron masih dipandang sebagai jaringan penting, menyisakan suatu jaringan yang cepat dan handal untuk kelas masalah yang dapat dipecahkan. Selain itu, pemahaman tentang operasi dari perceptron menyediakan dasar yang baik untuk memahami jaringan yang lebih kompleks. Jadi metode multilayer perceptron, dan aturan belajar yang terkait adalah baik dan layak digunakan untuk menyelesaikan masalah sistem identifikasi keluarga sejahtera. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dirumuskan bagaimana implementasi metode multilayer perceptron untuk identifikasi tingkat kesejahteraan keluarga. 1.3 Ruang Lingkup Untuk memfokuskan pada tujuan penelitian ini maka penulis membatasi ruang lingkup skripsi ini. Adapun yang menjadi ruang lingkup adalah sebagai berikut: 1. Data yang akan digunakan adalah data warga Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. 2. Algoritma yang digunakan adalah multilayer perceptron. 3. Hasil identifikasi berupa tingkat kesejahteraan keluarga yang terbagi ke dalam lima kondisi yaitu keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera tahap I, keluarga sejahtera tahap II, keluarga sejahtera tahap III dan keluarga sejahtera tahap III plus.

5 4. Aplikasi dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman java. 5. Jumlah data yang digunakan adalah 500 data 6. Jumlah variabel yang digunakan berjumlah 14 variabel yaitu : usia kepala keluarga, jenjang pendidikan, ststus kedudukan dalam pekerjaan, status bangunan tempat tinggal, status lahan tempat tinggal, luas lantai bangunan, kondisi dinding, kondisi atap, jumlah kamar tidur, sumber air minum, daya listrik terpasang, bahan bakar memasak, fasilitas BAK, dan jumlah anggota rumah tangga. 7. Metode normalisasi yang digunakan adalah decimal scalling. 8. Akurasi aplikasi yang dibuat. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian tentang identifikasi tingkat kesejahteraan keluarga dengan metode multilayer perceptron ini adalah : 1. Implementasi metode secara nyata untuk mengukur tingkat kesejahteraan keluarga. Dengan dilakukannya pengukuran tersebut diharapkan sebuah keluarga tersebut berada pada kelompok kesejahteraan yang sesuai dengan kondisi yang dimilikinya. 2. Mencari akurasi hasil identifikasi keluarga sejahtera

6 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kesejahteraan keluarga yang berguna dalam peningkatan kesejahteraan keluarga nantinya. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan Bab ini menjelaskan dasar dasar penelitian tugas akhir ini. Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan Bab 2 Tinjauan Pustaka dan Dasar Teori Bab ini menjelaskan tentang sumber sumber pustaka dan penilitian yang pernah dilakukan sebelumnya kemudian digunakan sebagai dasar tinjauan yang juga menjelaskan titik perbedaan penelitian dengan beberapa penelitian sebelumnya dan juga menjelaskan tentang teori, prinsip dan sumber sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan digunakan sebagai acuan di dalam pembahasan yang terkait dalam penelitian. Bab 3 Metode Penelitian Bab ini menjelaskan tentang tahap-tahap penelitian, yaitu studi pendahuluan, analisa permasalahan, pengumpulan data, pelatihan data, penerapan algoritma Multilayer Perceptron, penentuan akurasi metode, dan analisis perancangan sistem.

7 Bab 4 Implementasi dan pembahasan sistem Bab ini menjelaskan implementasi program, dan menempelkan beberapa source code yang disertai penjelasan. Bab 5 Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dan saran atas penelitian yang dikerjakan.