BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung 3

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Nasional, Jakarta, 2003, h Metode Therapeutic Community Dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba, Badan

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

REHABILTASI PADA NAPZA

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena Narkoba di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

LAMPIRAN 1 KATA PENGANTAR

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Narkoba merupakan istilah untuk narkotika, psikotropika, dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. United Nations Drugs Control Programee (UNDPC), saat ini kurang lebih 200 juta

BAB I PENDAHULUAN. jika masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (Narkotika, alkohol dan zat

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nations Office Drugs and Crime pada tahun 2009 melaporkan ada 149

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

PANTI REHABILITASI NARKOBA DI SAMARINDA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR TROPIS

BAB I PENDAHULUAN. serta tempat menerima dan memberi pelajaran.1 Sebagai mana yang kita ketahui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang (developing

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

Gedung Rehabilitasi Narkoba Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

2014 PENDAPAT PESERTA ADIKSI PULIH TENTANG PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL DI RUMAH CEMARA

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB V PENUTUP. Yogyakarta" yang telah dibahas pada BAB sebelumnya, penulis mencoba maarik. Penanganan Penyalahgunaan Napza di wilayah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan,

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan (Presiden RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menggolongkan perbedaan antara jenis obat psikotropika dan obat narkotika, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

BAB I PENDAHULUAN. mengkhawatirkan dengan dampak buruk ekonomi dan sosial yang semakin besar

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN TA- 100

BAB II JENIS-JENIS NARKOBA DAN SIFAT PENGGUNANYA

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. serius. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kasus narkoba yang meningkat setiap tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. kecakapan untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkoba merupakan sebuah permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA sesuai dengan Surat Edaran Badan Narkotika Nasional (BNN) No. SE/ 03/ IV/ 2002, merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya. Narkoba merupakan zat zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang. Istilah narkoba sebenarnya muncul sekitar tahun 1998 karena banyaknya penggunaan maupun pemakaian barang-barang yang termasuk narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya. Di dalam masyarakat sudah banyak mengenal macam-macam narkoba walaupun tidak seluruhnya, antara lain : ganja, heroin, sabu-sabu, inek, putaw dan lain sebagainya (Zulkarnain, 2007). Menurut estimasi Badan Dunia bidang Narkoba (United Nations Office on Drugs and Crime UNODC) pada World Drug Report (2006), angka prevalensi setahun terakhir penyalahguna narkoba di dunia sebesar 5% dari populasi dunia (kurang lebih 200 juta jiwa) dengan perinciannya yaitu : penyalahguna Ganja 162,4 juta jiwa, ampetamine-type stimulants (ATS) 35 juta jiwa (terdiri dari : Shabu 25 juta jiwa dan Ecstasy 10 juta jiwa), Kokain 13,4 juta jiwa, Opiat 15,9 juta jiwa (dimana heroin sebesar 11,3 juta jiwa). World Drugs Report 2010, melaporkan bahwa Setiap tahun, sekitar 100 ribu

orang tewas, atau setiap hari 300 orang tewas, karena mengkonsumsi Opium. Setiap tahun negara-negara di seluruh dunia dibanjiri 1000 ton heroin, 1000 ton kokain, sejumlah besar ganja dan ATS (BNN, 2011) Dari laporan perkembangan situasi narkoba dunia tahun 2014, diketahui angka estimasi pengguna narkoba di tahun 2012 adalah antara 162 juta hingga 324 juta orang atau sekitar 3,5%-7%. Perbandingan estimasi prevalensi tahun 2012 (3,5%-7%) dengan estimasi tahun 2010 yang kisarannya 3.5%-5.7% menunjukkan kecenderungan prevalensi penyalahgunaan narkoba relatif stabil. Jenis yang paling banyak digunakan adalah ganja, opiod, cocain atau type amphetamine dan kelompok stimulant (UNODC, 2014). Di Indonesia diperkirakan jumlah penyalahguna narkoba setahun terakhir sekitar 3,1 juta sampai 3,6 juta orang atau setara dengan 1,9% dari populasi penduduk berusia 10-59 tahun di tahun 2008. Hasil proyeksi angka prevalensi penyalahguna narkoba akan meningkat sekitar 2,6% di tahun 2013, provinsi DKI Jakarta sebesar 4,73% memiliki angka prevalensi yang paling tinggi dibandingkan provinsi lainnya, diikuti oleh Kalimantan Timur sebesar 3,07% dan Kepulauan Riau sebesar 2,94%, sedangkan angka prevalensi terendah adalah Papua sebesar 1,23% dan angka kejadian di jawa tengah sebesar 1,9%. (BNN, 2014). Narkoba disuatu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan (dalam waktu operasi dan untuk penenang), akan tetapi di sisi lain penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan

ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat (Taufik, 2007). Penyalahgunaan narkoba dewasa ini sudah sangat kompleks dan menimbulkan banyak permasalahan. Dimana permasalahan penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan dan berdampak pada hilangnya suatu generasi muda. Bermula dari mencoba-coba, iseng, ikut-ikutan teman, stres, pelarian atau motif lainnya, akhirnya generasi muda ketagihan narkoba (Alatas, 2010). Pecandu narkoba seringkali stres dan berpikiran negatif karena tertekan oleh apa yang sedang dihadapinya sehingga sulit untuk mencapai kesembuhan. Berdasarkan hal tersebut, akan lebih baik bila pada para pecandu ditanamkan sikap pantang menyerah dengan keadaan yang sedang dihadapi (Primardi, 2010). Banyak dampak yang dialami oleh penyalahguna NAPZA sehingga diperlukanya program rehabilitasi, rehabilitasi merupakan suatu rangkaian proses pelayanan yang diberikan kepada pecandu dengan tujuan melepaskan dari ketergantungan NAPZA hingga dapat menikmati kehidupan bebas tanpa NAPZA (Martono dan Joewana, 2008). Dengan rehabilitasi, penyalahgguna narkoba yang mengikuti rehabilitasi dapat disembuhkan dan dapat dikembalikan keberfungsian sosialnya ke dalam lingkungan masyarakat selayaknya. Membangun karakter, sifat, sikap, perilaku dan memberikan keterampilan-keterampilan bagi mereka sebagai modal untuk berinteraksi maupun bekerja di sektor-sektor usaha yang bersangkutan dengan

keahliannya, misalnya banyak keterampilan yang diberikan seperti keterampilan otomotif, baik roda dua maupun empat, elektronik, las, desain grafis dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka (Fassino et al., 2004) Praktek rehabilitasi terhadap pasien penyalahgunaan narkoba ini harus meliputi baik terapi tingkah laku, terapi medis, terapi keagamaan, atau kombinasi dari semua terapi tersebut. Tingkat keberhasilan dari setiap terapi yang diberikan tidak selalu memberikan hasil yang sama bagi setiap orang. Karena itu, setiap proses rehabilitasi harus selalu dievaluasi dan dikaji kembali efektifitasnya. Dari sekian banyak metode yang digunakan dalam setiap panti rehabilitasi,terdapat salah satu metode yakni Terapi Komunitas. Metode pemulihan yang digunakan adalah penggabungan antara Terapi Komunitas dengan 12 langkah Narcotics Anonymous. Terapi Komunitas adalah metode terapi yang dilakukan dengan cara membiasakan pasien untuk hidup berkelompok bersama dalam suatu komunitas atau lingkungan tertentu. Terapi Komunitas adalah suatu metode rehabilitasi sosial sekelompok orang yang memiliki prinsip interpersonal yang cukup tinggi sehingga mampu mendorong orang lain untuk belajar berinteraksi di suatu komunitas. Terapi komunitas memiliki lima fase pelaksanaan yaitu Orientation Phase, Core Treatment Phase, Pre Reentry Phase, Reentry Phase, Aftercare Phase. Terapis komunitas terdiri dari staf yang pernah

mengalami rasa sakit dan memiliki perilaku yang timbul akibat ketergantungan narkoba, namun telah mampu dan mengetahui cara mengatasinya (Leon, 2007). Program TC merupakan salah satu program terapi perubahan perilaku yang efektif untuk dijalankan. Evaluasi yang dilakukan oleh NIDA di Donovan California State Prison terhadap narapidana yang menjalani program TC dengan narapidana yang tidak menjalani program TC, menunjukkan hasil bahwa narapidana dengan program TC menunjukkan perilaku yang lebih positif dan tingkat kekerasan yang menurun selama menjalani program (Cullen, et al, 2007). Sedangkan 12 langkah Narcotics Anonymous (NA) adalah model 12 langkah program untuk kecanduan obat setelah Alcoholic Anonymous (AA). Narcotics Anonymous menyebut dirinya sebuah program pemulihan spiritual dari penyakit kecanduan. 12 langkah dari program NA didasarkan pada prinsip-prinsip rohani, tiga diantaranya adalah kejujuran, keterbukaan pikiran, dan kemauan, diwujudkan dalam tiga langkah pertama. Program ini berorientasi kelompok, dan didasarkan pada 12 langkah dan 12 tradisi yang diadaptasi dari Alcoholic Anonymous (AA). NA menjelaskan kecanduan sebagai penyakit progresif dan belum bisa disembuhkan yang mempengaruhi setiap bidang kehidupan seorang pecandu seperti fisik, mental, emosional, dan spiritual. Terapi komunitas yang diberikan pada residen diharapkan akan meningkatkan salah satu faktor internal yang juga mempengaruhi proses pemulihan residen (Burns, 1993 dalam Kafni, 2012).

Pengendalian emosi dan perbaikan psikologi dalam Terapi Komunitas dapat mengembangkan persepsi yang positif mengenai diri Residen pada aspek identitas personal yaitu dapat menyelesaikan masalah dengan pemikiran yang jernih dan dapat mengendalikan diri. Suasana kekeluargaan yang diciptakan di Terapi Komunitas akan membuat Residen memiliki rasa dibutuhkan dan dihargai oleh orang lain, sehingga tingkah laku yang ditimbulkannya pun menjadi tidak egois dan peduli terhadap orang lain, hal tersebut adalah wujud dari aspek identitas sosial dan penilaian sosial. Pengembangan intelektual dapat membentuk aspek tingkah laku personal seperti kemampuan perencanaan masa depan, pada aspek penilaian keluarga yaitu memahami orang-orang terdekatnya terutama keluarga dan teman-teman di rumah rehab. Sedangkan pada segi spiritual, dengan program NA Residen dapat mengembangkan hubungan baik dengan Tuhan, memiliki kendali norma yang baik pada diri, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya, hal tersebut merupakan wujud dari aspek identitas moral etik, aspek penilaian moral etik dan aspek penilaian sosial (Kafni, 2012). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di IPWL YPI Nurul Ichsan Al Islami Desa Karangsari didapatkan data jumlah penyalahgunaan NAPZA dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan dimana tahun 2013 sebanyak 39 orang, tahun 2014 sebanyak 47 orang dan tahun 2015 sebanyak 54 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus IPWL diketahui bahwa

program terapi dan rehabilitasi yang telah dilakukan antara lain, terapi herbal, religious, outbound, mandi malam dan terapi godog. Berdasarkan latar belakang dan hasil survei diketahui bahwa di tempat penelitian jumlah penyalahgunaan NAPZA semakin meningkat dan belum pernah dilakukan terapi komunitas, sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Gambaran pelakasanaan tahap orientasi therapeutic community pada penyalahgunaan napza di IPWL YPI Nurul Ichsan Al Islami Desa Karangsari Kec. Kalimanah Kab. Purbalingga. B. Rumusan Masalah Penggunaan NAPZA menyebabkan banyak efek samping, baik pada kondisi fisik maupun mental. Penurunan kondisi fisik dan mental tersebut akan mempengaruhi kualitas hidup individu yang menggunakan NAPZA. Kualitas hidup pengguna NAPZA terbukti lebih buruk dibandingkan individu yang tidak menggunakan NAPZA. Upaya rehabilitasi dilakukan berguna selain untuk membebaskan ketergantungan pasien menggunakan NAPZA, juga untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Peningkatan kualitas hidup telah terbukti bagi pasien yang telah mengikuti program pengobatan atau pun rehabilitasi. Alternatif penanganan permasalahan akibat penyalahgunaan napza, antara lain rehabilitasi medis, pendekatan therapeutic community, dan pendekatan terpadu. Therapeutic Community (TC) merupakan program terapi rehabilitasi pecandu-pecandu narkoba. Program TC di Indonesia berlangsung

1997, TC adalah program pengobatan yang efektif untuk pecandu narkoba yang bertujuan mengembalikan pecandu narkoba agar bisa kembali hidup berorientasi dalam masyarakat dan lingkungan. Orientasi Therapeutic Community (TC) juga sangat penting dilakukan untuk mengenali bagaimana program rehabilitasi yang akan dilakukan terhadap pecandu narkoba. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimanakah gambaran pelaksanaan tahap orientasi therapeutic community pada penyalahgunaan napza di IPWL YPI Nurul Ichsan Al Islami Desa Karangsari Kec. Kalimanah Kab. Purbalingga?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran pelaksanaan tahap orientasi therapeutic community pada penyalahgunaan napza di IPWL YPI Nurul Ichsan Al Islami Desa Karangsari Kec. Kalimanah Kab. Purbalingga 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan di IPWL YPI Nurul Ichsan Al Islami Desa Karangsari Kec. Kalimanah Kab. Purbalingga tahun 2016 b. Mengetahui gambaran pelaksanaan tahap orientasi therapeutic community bimbingan fisik, bimbingan ketrampilan, bimbingan sosial, bimbingan kesenian, bimbingan spiritual, oun the spot terapi pada penyalahgunaan

napza di IPWL YPI Nurul Ichsan Al Islami Desa Karangsari Kec. Kalimanah Kab. Purbalingga D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah wawasan dan informasi pengetahuan serta data empiris guna pengembangan keilmuwan Bimbingan Konseling Islam, khususnya bagi konseling masyarakat terkait dengan penanganan pecandu narkoba. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Akademis Secara akademis penelitian ini berguna untuk bahan pertimbangan atau referensi dalam rangka mengembangkan konsep-konsep, teori-teori, terutama model pemecahan masalah Program Therapeutic Community. b. Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam lembaga tersebut, khususnya tentang peningkatan kualitas korban penyalahgunaan napza dengan metode Therapeutic Community (TC), agar dapat lebih meningkatkan mutu dan kualitas dalam memberikan pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan napza c. Bagi Peneliti Penelitian ini menjadikan penambah pengalaman dan wawasan tentang pendidikan luar sekolah dalam menangani korban penyalahgunaan napza melalui kegiatan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan napza

E. Keaslian Penelitian 1. Nurhuda (2015) tentang Pendidikan Karakter bagi Korban Penyalahgunaan Napza dengan Metode Therapeutic Commuinty (TC) di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian, Pengelola, Pekerja sosial, Conselour addict, dan Korban penyalahgunaan napza (residen) Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dilengkapi dengan daftar pertanyaan. Semua data yang terkumpul dianalisis dengan interpretasi yang didahului dengan trianggulasi untuk mengetahui keabsahan data. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Pendidikan karakter melalui metode TC dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu Intake proses, entry unit, primary stage, re-entry unit, dan after care dan dilakukan melalui 4 fokus pembinaan yaitu pembinaan sifat dan kepribadian, pembinaan dan pengendalian emosi, pembinaan pola pikir, dan pembinaan keterampilan dan bertahan hidup. (2) Faktor Pendukung dalam pelaksanaan pendidikan karakter melalui metode TC antara lain semangat dan kerja keras pekerja sosial dalam melaksanakan kegiatan rehabilitasi korban penyalahgunaan napza, adanya motivasi dari residen untuk sembuh total dari pengaruh penyalahgunaan Napza, saling terbuka satu sama lain antara residen dengan pengelola PSPP. adanya dukungan dari pihak pemerintah dalam membantu penyediaan fasilitas di PSPP. Sedangkan faktor penghambatnya adalah

kurangnya jumlah pekerja sosial yang ada, belum tersedianya fasilitas wisma tamu untuk mendukung penyatuan keluarga dengan residen dalam proses pemulihan, masih adanya keluarga korban penyalahgunaan napza yang tidak berperan aktif dalam proses rehabilitasi. 2. Restiana (2015) tentang Metode Therapeutic Community Bagi Pecandu Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif. Adapun tujuannyauntuk mengetahui penerapan metode Therapeutic Community serta untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode Therapeutic Community. Subjek penelitian ini yaitu 3 orang konselor Therapeutic Community dan 3 residen PSPP. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan untuk menguji keabsahan data yaitu triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Therapeutic Community dilaksanakan secara terpadu (one stop center), meliputi: 1) tahap persiapan. 2) tahap pelaksanaan meliputi tahap rawatan utama (primary stage) dan tahap resosialisasi (re-entry stage). 3) tahap pembinaan lanjut (aftercare). Secara teknis, penerapan metode Therapeutic Community dilakukan dengan program individual dan kelompok. Kelebihan metode Therapeutic Communitydari segi metodenya mampu merubah aspek kognitif, afektif, sikap dan perilaku serta spiritual residen menjadi lebih baik. Selain itu

Therapeutic Community merupakan base on knowledge. Kemudian dari segi terapis yaitu jumlah terapis dan konselor yang seimbang dengan jumlah residen, tenaga berpengalaman dan profesional. 3. Kafni (2012) tentang pengaruh Terapi Komunitas terhadap Self-Concept pada Residen di LSM Rumah Cemara. Subjek pada penelitian ini sebanyak 10 orang, yaitu residen yang selama satu bulan secara intensif mengikuti Terapi Komunitas. Alat ukur yang digunakan adalah TSCS yang diciptakan oleh William H. Fitts, alat ukur ini terdiri dari 100 buah item. Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan peningkatan Self-Concept Residen meningkat sebesar 19,1%, perubahan terbesar pada dimensi internal yaitu aspek tingkah laku sebesar 24% dan pada dimensi ekternal yaitu aspek keluarga sebesar 32,2% dan aspek sosial sebesar 27,3%, sedangkan dengan menggunakan Uji Wilcoxon diperoleh nilai Z = -2.807 < Z(0,5-α) = -1,645, dengan demikian dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya terdapat pengaruh Terapi Komunitas terhadap Self-Concept pada residen di LSM Rumah Cemara Bandung.