BAB 1 PENDAHULUAN. hak untuk mengurus sendiri rumah tangga daerahnya. Papua merupakan salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

BAB 1 PENDAHULUAN. warga negaranya yang memenuhi syarat secara hukum berhak wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat

BIDANG PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya dikenal 2 fungsi pajak yaitu, budgetair dan regulerend. Budgetair

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

LEMBARAN DAERAH NOMOR 05 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak menurut Undang Undang Nomor 16 Tahun keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2013

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

1 PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 28 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah adalah perkembangan kondisi di dalam dan luar negri. Kondisi di

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK HIBURAN

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 18 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG

Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap Penerimaan Pendapatan Daerah Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Kota Malang (Periode )

BAB I PENDAHULUAN. tidak terlepas dari adanya pembangunan daerah. Saat ini di Indonesia telah

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN Perkembangan Target dan Realisasi Pajak Hiburan di Kabupaten

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 NOMOR 11

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

WALIKOTATARAKAN PROVINSI KALIMANTANUTARA PERATURANDAERAH KOTATARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS lbukota JAKARTA, TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang: a. bahwa pajak hiburan merupakan salah satu sum be r pendapatan daerah yang penting guna membiayai

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 3 Tahun 2011 Seri: C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan atau dikenal dengan istilah

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 17 TAHUN 2012 SERI B.9 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKABUMI,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI TELUK WONDAMA

lq". '#,, Bangunan Perdesaan dan Perkotaan perlu dilakukan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdiri dan Berkembangnya Dinas Pendapatan dan. Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pengertian Pajak Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, SH Waluyo

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI,

PEMERINTAH KABUPATEN PONTIANAK

WORKSHOP & SOSIALISASI

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN BUPATI TANAH BUMBU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI,

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR dan BUPATI LUWU TIMUR MEMUTUSKAN :

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PAJAK HIBURAN BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 27 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

PEMERINTAH KOTA BATU

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 30/PUU-XI/2013 Tentang Pajak Terhadap Pusat Kebugaran

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 12

BUPATI KEPULAUAN ARU PROVINSI MALUKU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ARU NOMOR TAHUN TENTANG PAJAK HIBURAN

PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON,

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

ANALISIS PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURABAYA

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU

BAB III STATEGI OPTIMALISASI PAD MELALUI EKSTENSIFIKASI OBYEK PAJAK HIBURAN

BAB II LANDASAN TEORI. (2011), pajak adalah Iuran rakyat pada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 5 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HIBURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan otonomi yang diberikan kepada daerah, maka daerah diberi hak untuk mengurus sendiri rumah tangga daerahnya. Papua merupakan salah satu Provinsi yang diberikan kekhususan dalam pengelolaan pemerintahan daerahnya. Otonomi Khusus (OTSUS) sebagaimana yang terkandung dalam UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua merupakan sebuah kewenangan khusus yang diakui dan diberikan kepada Provinsi Papua untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat Papua. Pemberlakuan kebijakan khusus didasarkan pada nilai-nilai dasar yang mencakup perlindungan dan penghargaan terhadap etika dan moral, hak-hak dasar penduduk asli, Hak Asasi Manusia, supremasi hukum, demokrasi, pluralisme, serta persamaan kedudukan, hak dan kewajiban sebagai warga Negara. Selain itu OTSUS sendiri merupakan upaya untuk mengejar ketertinggalan dari provinsi lainya dalam semua bidang yang tujuannya agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan juga perekonomian daerah. Sejak diberikannya kekhususan tahun 2001 hal tersebut menjadi tonggak baru bagi pengelolaan keuangan daerah. Hal tersebut tentunya memberikan prioritas kepada daerah untuk melaksanakan perencanaan pembangunan daerah

2 serta menggali sumber-sumber keuangan melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD). Salah satu aspek penunjang agar daerah mampu memaksimalkan pelaksanaan pembangunan maupun sumber-sumber keuangan daerahnya yaitu dari sektor pemungutan pajak daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bahwa Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Salah satu objek pajak yang memiliki peran dalam usaha peningkatan pajak Daerah yaitu pajak hiburan. Adanya tempat usaha yang berbasis hiburan menjadi area potensial untuk dikenakan pajak oleh Pemerintah Daerah. Pajak hiburan sendiri merupakan salah satu jenis pajak yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Jayapura dimana pajak hiburan ini diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 Tentang pajak Daerah. Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan, dimana hiburan yang dimaksud adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan dan atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Adapun objek pajak hiburan dan tarif pajak penyelenggaraan hiburan yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2012, yaitu tontonan film, pagelaran kesenian, musik dan tari, pagelaran kesenian rakyat atau tradisional, pagelaran busana, kontes kecantikan, binaraga, diskotik dan klub malam, karaoke

3 dan live music, sirkus, akrobat dan sulap, permainan bilyar, panti pijat, refleksi, mandi uap atau spa dan pusat kebugaran, pertandingan olahraga. Tabel 1.1 Objek pajak hiburan dan tarif pajak penyelenggaraan hiburan No Objek pajak hiburan Tarif pajak penyelenggaraan Persen (%) 1 Pagelaran kesenian,music dan tari 15 2 Paagelaran kesenian rakyat/tradisional 10 3 Pagelaran busana, kontes kecantikan, binaraga 15 4 Diskotik, klub malam 30 5 Karaoke dan live music 15 6 Sirkus, akrobat dan sulap 20 7 Bilyar 20 8 Panti pijat, refleksi, spa dan pusat kebugaran (fitness centre) 20 9 Pertandingan olahraga 10 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Jayapura Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Jayapura merupakan instansi yang secara umum memiliki fungsi sebagai penyelenggara administrasi dan pelayanan umum kepada masyarakat terkait dengan pajak dan retribusi. Pajak dan Retribusi yang dipungut oleh pemerintah daerah bertujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah sekaligus berguna dalam hal mengatur dan menertibkan Wajib Pajak di Kota Jayapura. Pajak hiburan yang dikelola oleh Dispenda tiga tahun terakhir memberikan kontribusi yang relatif meningkat dan selalu mencapai target hal ini berdasarkan data pajak hiburan di Kota Jayapura dimana pada tahun 2012 Dispenda mentargetkan sebesar Rp.1.460.000.000 dengan realisasi pendapatan sebesar Rp.2.931.396.797, pada tahun 2013 dengan target sebesar Rp.5.696.500.000 dengan realisasi pendapatan sebesar Rp.6.200.488.328 serta pada tahun 2014

4 target sebesar Rp.9.560.000.000 dengan realisasi pendapatan sebesar Rp.10.163.988.399. Dari kontribusi yang diberikan oleh pajak hiburan tersebut, tidak dibarengi dengan kepatuhan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya hal ini terlihat dari masih adanya kendala terkait dengan kepatuhan Wajib Pajak. Padahal dengan adanya sistem Self Assessment sangat jelas terlihat tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Namun tidak menutup kemungkinan juga bahwa sistem ini memberikan peluang kepada Wajib Pajak untuk melakukan penyimpangan. Seperti yang dilansir oleh Cendrawasih Pos tanggal 18 Mei 2012 dalam artikel yang berjudul Disinyalir Sejumlah THM Lakukan Penyimpangan Pajak yaitu :.sejumlah tempat hiburan malam (THM) seperti bar dan diskotik yang berskala menengah keatas, disinyalir melakukan penyimpangan pajak daerah. Dari hasil sidak ternyata ada sejumlah bar dan diskotik yang melakukan transaksi tanpa diporporasi oleh dispenda Kota Jayapura. Sebab nota untuk transaksi dibuat sendiri dan ini tentunya menyimpang dari aturan. Adanya sejumlah bar dan diskotik yang menyalahi aturan menurutnya sangat merugikan PAD Kota Jayapura, sebab sesuai ketentuan 10 persen dari hasil transaksi menjadi milik masyarakat yang diserahkan dalam bentuk pembayaran pajak. Sejumlah pengusaha bar dan diskotik mengakui telah melakukan kelalaian dalam usahanya. Selain itu, masih banyaknya objek pajak hiburan yang menjual produk dan melaporkan pajaknya masih menggunakan sistem manual sehingga dilapangan banyak terjadi tindakan manipulasi dengan merubah hasil laporan pajaknya menjadi serendah mungkin. Sebagian wajib pajak dalam melakukan pelaporan pajak hiburannya juga menunggu hasil rekapitulasi dari perusahaan pusat yang

5 memakan waktu berbulan-bulan sehingga menimbulkan tunggakan yang lebih banyak. Hal tersebut tentu menimbulkan kendala terhadap proses pemungutan pajak hiburan dan berdampak kepada wajib pajak itu sendiri. Oleh sebab itu, DISPENDA harus bertindak tegas dengan memberikan sanksi yang telah ditetapkan sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan diatas peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang Evaluasi Dampak Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 Terhadap Pemungutan Pajak Hiburan Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Jayapura 1.2 Rumusan Masalah Terkait dengan uraian latar belakang dan permasalahan diatas kemudian memunculkan pertanyaan dengan rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana mekanisme pemungutan pajak hiburan dan apasaja kendala dalam proses pemungutan pajak hiburan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Jayapura? 1.3 Batasan Masalah Pada penelitian ini penulis berkonsentrasi pada permasalahan mengenai sistem dan kendala dalam pemungutan pajak hiburan dengan memberikan batasan pada Evaluasi Dampak Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 TerhadapPemungutan Pajak Hiburan Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Jayapura.

6 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah : Untuk mengetahui bagaimana dampak dari pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 terhadap Pemungutan Pajak Hiburan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Jayapura. 1.5 Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Akademis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana pengetahuan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang Dampak Pemungutan Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Asli Daerah Kota Jayapura dan dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memperkaya dan menambah wawasan bagi mahasiswa. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan yang lebih baik khususnya untuk pemerintah agar masyarakat lebih patuh untuk melakukan pembayaran pajak. 1.6 Sistematika Penulisan Pada penulisan penelitian ini, peneliti membagi kedalam tiga bab. Adapun sistematika dari penulisan proposal ini disajikan sebagai berikut

7 BAB 1 Pendahuluan Pada bab ini duraikan mengenai latar belakang masalah yang mendorong penelitian tentang Evaluasi Dampak Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 Terhadap Pajak Hiburan Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Jayapura yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan. BAB II Metode Penelitian Pada bab ini mengurakan tentang teori dan konsep yang digunakan untuk penelitian ini yaitu Pengertian, Pelayanan Publik, Kualitas Pelayanan Publik, Administrasi Publik, Administrasi Perpajakan, Konsep Evaluasi, Pajak, Fungsi Pajak, Syarat Pemungutan Pajak dan Hambatan Pemungutan Pajak, Sistem Pemungutan Pajak, Pajak Daerah, Pajak Hiburan, Objek Pajak, Subjek dan Wajib Pajak, Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran. BAB III Metodologi Penelitian Pada bab ini menjelaskan tentang metode yang digunakan pada penulisan yaitu Jenis Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Sumber Data, Fokus Penelitian, Informan Penelitian, Teknik Sampling, Teknik Pengumpulan Data, Teknik analisis Data dan Teknik Penyajian Data. BAB IV Pembahasan Pada bab ini menjelaskan tentang Gambaran Objek Penelitian baik itu Kota Jayapura dan Dinas Pendapatan Daerah serta menjelaskan Temuan Penelitian dan Menganalisa menggunakan teori-teori yang telah ditentukan.

8 BAB V Kesimpulan dan Saran Pada bab ini menguraikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan dan memberikan saran terhadap pihak yang berkaitan dengan permasalahan ini.