ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN LABA CV. BARAKA OUTSTANDING WORKSHOP Nama : Hafizh Fadhilah NPM : 24214685 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Agustin Rusiana Sari SE., MM.
Latar Belakang Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan. Perencanaan merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan perusahaan pada periode yang akan datang. Manajemen memerlukan suatu perencanaan dalam mencapai tujuannya tersebut. Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan. Laba sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yang saling berkaitan satu sama lain. Ketiga faktor tersebut adalah biaya produksi, harga jual produk, dan volume penjualan. Analisa break even point merupakan bagian dari analisis hubungan biaya, volume, dan laba. Peranan analisisnya merupakan teknik perencanaan laba jangka pendek.
Rumusan Masalah 1. Pada tingkat volume penjualan berapakah perusahaan mengalami titik impas (Break Even Point)? 2. Berapakah banyaknya volume penjualan yang harus dicapai bila diinginkan kenaikan laba sebesar 25% dengan mempertimbangkan adanya kenaikan biaya produksi? 3. Berapakah produk yang dihasilkan agar perusahaan berada pada posisi yang aman antar volume (Margin of Safety)? 4. Pada tingkat penjualan berapakah usaha perusahaan secara ekonomis tidak layak untuk dilanjutkan (Shut Down Point)?
Batasan Masalah Mengingat banyaknya masalah yang berkaitan dengan perhitungan laba, maka pembahasan akan difokuskan pada perhitungan laba dengan menggunakan metode Break Even Point (BEP), Margin of Safety (MOS), Shut Down Point (SDP), dan volume penjualan dengan menganalisis biaya produksi, volume penjualan, dan laba yang yang terjadi untuk memproduksi jaket CV. Baraka Outstanding Workshop pada periode bulan September tahun 2016.
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui volume penjualan dalam mencapai titik impas, baik dalam unit maupun dalam rupiah (break even point). 2. Untuk mengetahui volume penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan kenaikan laba sebesar 25%. 3. Untuk mengetahui titik aman penurunan volume penjualan antara penjualan yang direncanakan dengan penjualan pada titik impas dengan metode margin of safety. 4. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa perusahaan sebaiknya tidak melanjutkan usahanya (shut down point).
Objek Penelitian Usaha yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan pakaian berupa jaket hoodie yaitu CV. Baraka Outstanding Workshop yang dikelola oleh Bapak Bibing. Beralamat di Jl. Sentosa Raya Blok B3 Komplek Bukit Kencana Pondok Gede, Bekasi 17413. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ilmiah ini adalah data primer yang bersifat historis yang berupa data produksi bulan September tahun 2016.
Tabel 4.6 Total Biaya Variabel dan Biaya Tetap No Keterangan Biaya Variabel Biaya Tetap Jumlah 1 Biaya Produksi BBB Rp 142.500.000 Rp 142.500.000 BTKL Rp 55.700.000 Rp 55.700.000 BOP Rp 1.599.000 Rp 2.377.500 Rp 3.976.500 Sub Total Rp 199.799.000 Rp 2.377.500 Rp 202.176.500 2 Biaya Non Produksi Biaya adm dan umum Rp 120.000 Rp 850.000 Rp 970.000 Biaya pemasaran Rp 350.000 Rp 350.000 Sub Total Rp 470.000 Rp 850.000 Rp 1.320.000 Total Rp 200.269.000 Rp 3.227.500 Rp 203.496.500
Berikut ini adalah data penjualan bulan September tahun 2016 : Tabel 4.7 Data Penjualan Bulan September 2016 No Keterangan Jumlah 1 Volume penjualan 1.500 unit 2 Harga jual per unit Rp 150.000 Total penjualan Rp 225.000.000
Dari data sebelumnya dapat dibuat laporan laba / rugi pada bulan September tahun 2016 sebagai berikut : Tabel 4.8 Laporan Laba / Rugi Bulan September 2016 No Keterangan Jumlah 1 Volume Penjualan 1.500 unit 2 Harga jual per unit Rp 150.000 3 Total penjualan Rp 225.000.000 4 Biaya variabel Rp 200.269.000 5 Laba kontribusi Rp 24.731.000 6 Biaya tetap Rp 3.227.500 7 Laba bersih Rp 21.503.500
Total Biaya Tetap BEP (unit) = Harga Jual per Unit Biaya Variabel per Unit Rp 3.227.500 = Rp 150.000 Rp 133.513 = 195,76029599 unit BEP (Rp) = 195 unit Total Biaya Tetap 1 Biaya Variabel per Unit Harga Jual per Unit Rp 3.227.500 = 1 Rp 133.513 Rp 150.000 Rp 3.227.500 = 0.1099133333 = Rp 29.364.044
Pembuktian : Penjualan (195,76029599 x Rp 150.000) Rp 29.364.044 Biaya Variabel (195,76029599 x Rp 133.513) Rp 26.136.544 Laba Kontribusi Rp 3.227.500 Biaya Tetap Rp 3.227.500 Laba Rp 0 Analisa : Dari pembuktian tersebut diketahui bahwa laba sama dengan nol, sehingga pada bulan September 2016 CV. Baraka Outstanding Workshop akan berada pada titik impas (BEP) pada saat penjualan sebesar Rp 29.364.044 dengan volume penjualan jaket sebanyak 195 unit.
Pendekatan Grafik Y (Rp) Rp 225.000.000 Garis Penjualan Rp 203.496.500 Garis Total Biaya Rp 29.364.044 BEP Rp 3.227.500 Garis Biaya Tetap 195 1.500 Gambar 4.1 Grafik Break Even Point CV. Baraka Outstanding Workshop X (Unit)
Perhitungan MOS MOS (Rp) = Total Penjualan - Penjualan BEP = Rp 225.000.000 - Rp 29.364.044 = Rp 195.635.956 MOS (Rp) = Total Penjualan - Penjualan BEP = Rp 225.000.000 - Rp 29.364.044 = Rp 195.635.956 Total Penjualan Penjualan BEP MOS (%) = x 100% Total Penjualan Rp 225.000.000 Rp 29.364.044 = Rp 225.000.000 x 100% = 0,8694931378 x 100% 87% Analisa : Hal ini menunjukkan bahwa apabila perusahaan dalam keadaan impas dengan penjualan sebesar Rp 29.364.044 hanya boleh menurunkan volume penjualan sebesar Rp 195.635.956 dengan penjualan sebanyak 1.304 jaket. Hal itu setara dengan 87% dari total penjualan agar tidak menderita kerugian. Dengan begitu pada bulan September 2016 CV. Baraka Outstanding Workshop berada dalam kondisi aman.
Perhitungan SDP Biaya Variabel Rasio Margin Kontribusi = 1 - Penjualan Rp 200.269.000 = 1 - Rp 225.000.000 = 0,1099155556 Biaya Tetap Tunai SDP (Rp) = Rasio Kontribusi Margin Rp 977.500 = 0,1099155556 = Rp 8.893.190,7287 Rp 8.893.191 Biaya Tetap Tunai SDP (unit) = Penjualan Biaya Variabel Rp 977.500 = Rp 225.000.000 Rp 200.269.000 = 0,0395252921 Volume penjualan = 1.500 x 0,0395252921 = 59,28793815 59 unit Analisis : Berdasarkan perhitungan dapat disimpulkan bahwa, jika penjualan berada di bawah Rp 8.893.191 atau sebanyak 59 jaket maka CV. Baraka Outstanding Workshop harus menghentikan usahanya. Karena pendapatan yang berada dibawah titik SDP mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar biaya tetap tunainya.
Target Laba Perusahaan menginginkan peningkatan laba sebesar 25% pada bulan Oktober 2016, maka besarnya laba yang diharapkan adalah : Laba yang diharapkan = (25% x Rp 21.503.500) + Rp 21.503.500 = Rp 5.375.875 + Rp 21.503.500 = Rp 26.879.375 Maka penjualan yang harus dilakukan perusahaan untuk mendapatkan tambahan 25% laba dari laba penjualan sebelumnya dengan harga jual dan biaya-biaya tetap adalah : Biaya Tetap + Laba yang Direncanakan Volume Penjualan (Q) = Harga Jual per Unit Biaya Variabel per Unit Rp 3.227.500 + Rp 26.879.375 = Rp 150.000 Rp 133.513 Rp 30.106.875 = Rp 16.487 = 1.826,0978347 1.826 unit
Analisa : Dapat disimpulkan bahwa jika CV. Baraka Outstanding Workshop menginginkan kenaikan laba sebesar 25% pada bulan Oktober 2016, maka jaket yang harus dijual adalah sebanyak 1.826 jaket dengan penjualan sebesar Rp 26.879.375. Pengaruh dari analisis BEP terhadap kenaikan laba yang diinginkan perusahaan sebesar 25%, maka volume penjualan akan meningkat sebesar : Penjualan bulan Oktober 2016 - Penjualan bulan September 2016 = 1.826 1.500 = 326 jaket.
Kesimpulan 1. Dengan menggunakan parameter analisis break even point, maka besarnya penjualan produk yang harus dilakukan agar perusahaan dapat mencapai titik impas atau tidak menderita kerugian dan tidak mendapatkan keuntungan adalah sebesar Rp 29.364.044 dengan jumlah penjualan produk sebanyak 195 jaket. 2. Dengan menggunakan perhitungan margin of safety, maka dapat diketahui jumlah maksimum penurunan volume penjualan yang boleh terjadi agar perusahaan tidak mengalami kerugian, yaitu sebesar Rp 195.635.956 dengan penjualan sebanyak 1.304 jaket atau sebesar 87% dari jumlah penjualan yang dianggarkan.
Kesimpulan 3. Dengan menggunakan perhitungan shut down point, maka sebaiknya perusahaan menghentikan kegiatan usahanya pada tingkat penjualan sebesar Rp 8.893.191 atau sebanyak 59 jaket karena menderita kerugian. 4. Pengaruh analisis break even point terhadap penentuan laba pada tahun berikutnya dapat dijadikan tolak ukur untuk mencapai target laba yang diharapkan. Untuk merencanakan laba pada bulan Oktober 2016 sebesar 25% dari laba bulan sebelumnya, yaitu sebesar Rp 21.503.500 dengan penjualan sebanyak 1.500 unit, maka perusahaan harus menargetkan laba sebesar Rp Rp 26.879.375 dengan penjualan sebanyak 1.826 jaket.
Saran 1. Dengan peningkatan penjualan yang cukup baik, sebaiknya perusahaan meningkatkan kuantitas dan kualitas produk yang dijual agar konsumen mendapatkan kepuasan yang maksimal, sehingga dapat memperoleh laba yang lebih. 2. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan produk cukup tinggi. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengadakan perluasan produksi dengan menambah wilayah jangkauan penjualan, tidak hanya Jabodetabek melainkan ke daerah luar Jabodetabek.
Saran 3. Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan, maka sebaiknya perusahaan memperhatikan analisis break even point, margin of safety, shut down point dan pengaruh biaya, volume, dan laba sebagai pertimbangan dalam menentukan perencanaan manajemen perusahaan, serta dapat memilih alternatif terbaik untuk mencapai laba yang optimal dalam pengambilan keputusan sehingga rencana untuk tahun yang akan datang dapat terlaksana dengan baik dan lancar.
TERIMA KASIH