MAKNA RUANG PUBLIK PERMUKIMAN RUMAH BERLABUH MASYARAKAT SERUI ANSUS DI KOTA SORONG

dokumen-dokumen yang mirip
Makna Ruang Rumah Berlabuh Masyarakat Serui Ansus di Kota Sorong

POLA PERMUKIMAN RUMAH BERLABUH MASYARAKAT SERUI ANSUS DI KOTA SORONG

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pemahaman Judul Tanjung Emas Container (Peti Kemas) Apartement

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

Pertimbangan Penentuan Ketinggian Panggung pada Rumah Melayu Kampar

BAB I PENDAHULUAN. mengerti. Semua itu merupakan proses perkembangan pada manusia. Widjaja

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal

BAB I PENDAHULUAN. Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. tersebut pun akan sedikit terganggu. Dalam melakukan suatu pekerjaan tentunya. hidup tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

dengan penuh hormat. rumah. mata.

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

SPORT LEISURE CENTER DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini.

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN SINDULANG I KOTA MANADO

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk Kabupaten Malinau beragama Kristen yang menyebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN Pentingnya Ruang Terbuka Publik Sebagai Tempat Berinteraksi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA

MAKNA RUANG PUBLIK TERHADAP SETTING PERMUKIMAN MASYARAKAT BANTIK DI MALALAYANG SULAWESI UTARA

Pengalaman Penelitian dan Penulisan Hasil

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

TUNJANG: KETRAMPILAN UMUR: 5 TAHUN

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk sosial yang hidup dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan membahas tentang latarbelakang, pertanyaan penelitian, tujuan

STASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Judul "Permukiman Tumbuh di atas Lahan Bencana Lumpur Lapindo Dengan Prinsip Metabolisme"

KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA. Dwi Suci Sri Lestari.

BAB I PENDAHULUAN. Naisbitt dalam bukunya Global Paradox yakni bahwa where once. usaha lainnya (http;//pariwisata.jogja.go.id).

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

BAB VI REFLEKSI HASIL PENDAMPINGAN BERSAMA KELOMPOK TANI

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENERTIBAN PENDUDUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai bangsa yang besar mempunyai ciri dan adat kebiasaan

IDENTIFIKASI PENGARUH GENANGAN ROB TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG MAS SEMARANG TUGAS AKHIR

GEDUNG PAMER DAN LAYANAN PURNA JUAL

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

Model Ruang Publik pada Permukiman Padat Kota di Kawasan Pesisir

Dr. Drs. H. Maisondra, S.H, M.H, M.Pd, Dipl.Ed Staf Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat

REKREASI PANTAI DAN RESTORAN TERAPUNG

2016 PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYRAKAT

PEMERINTAH KOTA CIREBON BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

kegiatan sehari hari pelajaran 2

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

BAB III METODE PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

Penataan Kota dan Permukiman

BAB III METODE PERANCANGAN. masalah hal selanjutnya yang dilakukan ialah melakukan studi atau mencari data,

Jurnal FamilyEdu 50 Ester Elisabeth Sipayung et al

PLPBK RENCANA TINDAK PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BAB III GAMBARAN UMUM KAWASAN PRIORITAS KELURAHAN BASIRIH BANJARMASIN BARAT

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masuknya kebudayaan baru dan

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DASAR PERMUKIMAN DI KELURAHAN MAASING, KECAMATAN TUMINTING, KOTA MANADO

Transkripsi:

Oleh: Devy Sarah Sahambangun (Mahasiswa Prodi Magister Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, Manado, sarah.vyrah@gmail.com) Fela Warouw (Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado) Judy O. Waani (Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi, Manado) Abstrak Ruang publik mempunyai fungsi dan makna sosial serta kultural yang sangat tinggi, dalam penilitian mengangkat bagaimana Masyarakat Serui Ansus memaknai ruang publik dalam keseharian kehidupan mereka. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan naturalistik dimana peneliti tinggal dan menyatu dengan Masyarakat Serui Ansus di Sorong dan data didapat dengan cara pengamatan langsung serta wawancara mendalam. Tujuan penelitian ini untuk mencari makna ruang publik pada permukiman rumah berlabuh Masyarakat Serui Ansus di Sorong. Tulisan ini merupakan bagian dari penelitian pola permukiman Rumah Berlabuh Masyarakat Serui Ansus di kota sorong. Dalam tulisan ini membahas cara Masyarakat Serui Ansus memaknai ruang publik yang ada di permukiman mereke terdapat 2 tema ruang yang membentuk Makna ruang publik Permukiman Rumah berlabuh yaitu tema ruang Rame-Rame Tong Pu Masyarakat Ansus dan tema ruang Sumur Navigasi. Manfaat penelitian yaitu memberi kontribusi bagi pengetahuan bagi masyarakat umum dan memperkaya kasana ilmu pengetahuan arsitektur nusantara. Kata kunci: Makna ruang publik, permukiman rumah berlabuh, masyarakat Serui Ansus PENDAHULUAN Ruang umum adalah tempat atau ruang yang terbentuk karena adanya kebutuhan akan perlunya tempat untuk bertemu ataupun berkomunikasi satu sama lainnya. Dengan adanya kegiatan pertemuan bersama-sama antara manusia, maka kemungkinan akan timbulnya bermacam-macaam kegiatan pada suatu ruang umum tersebut, dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa ruang umum ini pada dasarnya merupakan wadah yang dapat menampung kegiataan/aktifitas tertentu daari manusia, baik secara individu atau secara berkelompok (Hakim & Utomo, 2002). Menurut Koentjaraningrat (2009) Sosialcultural pada suatu tempat akan selalu berbeda sehingga perlu pengkajian pola ruang yang mempunyai nilai spesifik pada sebuah tempat yang mempunyai budaya dan tatanan adat. Rapoport (1969:47) mengungkapkan bahwa permukiman banyak ditentukan oleh nilai-nilai, budaya penghuninya, iklim dan kebutuhan akan pelindung, bahan bangunan, konstruksi dan teknologi, karakter tapak, ekonomi, pertahanan serta agama. Bentuk permukiman sangat ditentukan oleh keterjangkauan ekonomi dan pengaruh budaya, yang akan mempengaruhi pula bentuk fisik lingkungan permukiman. Rumah berlabuh merupakan sebutan umum yang digunakan oleh masyarakat Papua untuk bentuk rumah panggung yang dibangun di atas air. Masyarakat asli Serui Ansus menyebutnya sebagai Manu Awoi untuk kelompok rumah yang berada di laut dan - 28 -

manu dewoi jika hanya terdapat 1 rumah. Manu artinya Rumah, sedangkan Awoi (jamak) dan Dewoi (tunggal) artinya berlabuh, Jika rumah tersebut berada di atas laut ditambahkan Airau artinya di laut, sehingga permukiman pesisir Masyarakat Serui Ansus dalam bahasa mereka adalah Manu Awoi Airau. Penelitian ini bertujuan untuk mengali makna ruang publik pada permukiman rumah berlabuh Masyarakat Serui Ansus yang merupakan bagian dari penelitian pola permukiman Masyarakat Serui Ansus di Kota Sorong. saran dari masyarakat sekitar, hasil wawancara dengan bentuk rekaman disalin kembali dalam bentuk catatan lapangan, dilakukan terus menerus hingga menemui data jenuh. Penelitian ini mengangkat 9 study kasus rumah berlabuh masyarakat serui dengan jumlah informan 22 orang namun data yang di ambil hanya pada 19 informan karena informasi pada informan ke 20-22 data sudah berulang-ulang/ jenuh. METODOLOGI PENELITIAN Metode kualitatif dengan pendekatan naturalistik menjadi metode dalam penelitian ini. Lokasi penelitian berada pada kecamatan Sorong kelurahan klademak. Dengan situasi sosial permukiman masyarakat Serui Ansus, tepatnya berada di RT 5 dan RT 7, dengan pemilihan study kasus yang ekstrim dan cukup mewakilkan. Peneliti yang merupakan instrumen penelitian turun langsung dan tinggal dengan Masyarakat Serui Ansus selama 2 bulan, ikut dalam kegiatan keseharian masyarakat di lokasi penelitian untuk mempererat hubungan antara peneliti dengan masyarakat sehingga mempermudah peneliti untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat, pengamatan dilakukan setiap hari dengan memperhatikan kegiatan sehari-hari yang dilakukan mereka dari pagi hari sampai malam hari, wawancara di lakukan dengan informan yang di pilih peneliti yang berdasarkan pengamatan dan Gambar 1 Posisi Rumah dan Blok Plan Permukiman Serui Ansus di Kelurahan Klademak 2, Tahun 2014 (rekonstruksi peneliti, 2014) Setelah mencatat hasil dari wawancara dengan para informan peneliti melakukan analisa yaitu reading and re-reading mencatat komentar menarik dari setiap penyataan informan dalam bentuk initial noting (IN), dari komentar tersebut penulis menganalisa - 29 -

bahasa dan pernyataan dari informan dan menyalin menjadi komentar eksplorary yang mengartikan unit informasi yang disajikan kemudian mencari pola keterkaitan antara studi kasus dan informasi yang menjelaskan tentang makna ruang rumah berlabuh Masyarakat Serui Ansus. HASIL dan PEMBAHASAN Bentuk Ruang Publik Masyarakat Serui Ansusdi Sorong Ruang publik pada permukiman Masyarakat Serui Ansusyaitu jembatan yang menghubungkan antara saru rumah berlabuh dengan rumah berlabuh lainnya (Tabel 1). Tabel 1 Ruang Publik Permukiman Serui Ansus - 30 -

Makna Ruang Publik Permukiman Serui Ansus di Sorong Sebuah Tema mengandung makna aktivitas, nilai dan ruang. Makna Ruang publik permukiman Masyarakat Serui Ansus di Sorong diangkat dari Tema ruang yang menggambarkan pola aktifitas, nilai dan ruang sosial dan budaya pada permukiman Rumah berlabuh Masyarakat Serui Ansus di Sorong yang dikaji dari tema sementara yang dianalisa berdasarkan hasil catatan lapangan hasil wawancara dengan informan 1-19 dalam bentuk initial noting. Berdasarkan analisa initial noting dan komentar eksplotorasi peneliti menemukan unit informasi penting yang membentuk Tema Ruang publik pada permukiman Rumah berlabuh dibagi atas 2 tema ruang yang menggambarkan makna ruang publik pada permukiman ruang rumah berlabuh. Tema yang menggambarkan makna ruang publik permukiman Serui Ansuss di sorong yaitu: 1. Tema Ruang Rame-Rame Tong Pu Masyarakat Ansus Ruang rame-rame tong pu masyarakat Ansus merupakan bentuk ruang publik dengan teritori ruang sekumder/kelompok, dimana ruang publik ini hanya digunakan oleh Masyarakat Ansus, ini merupakan bentuk penandaan ruang publik yang menurut masyarakat setempat adalah bentuk ruang untuk meminimalisasikan konflik sosial dengan masyarakat diluar masyarakat Ansus. alasannya adalah penggunaan bahasa, dimana jika menggabungkan ruang publik mereka dengan ruang publik orang yang bukan suku Papua sering kali terjadi kesalahpahaman, karena tutur bahasa dan penekanan kata yang berbeda. Gambar 2 Bagan Tema Sementara Pembentuk Tema Ruang Rame-Rame Tong Pu Masyarakat Ansus (hasil analisa peneliti, 2014) Tema ini merupakan gambaran makna ruang publik khusus untuk Masyarakat Ansus diuraikan sebagai berikut: a. Ruang Makan Pinang. Makan pinang merupakan kebiasaan umum masyarakat Papua. Ruang makan pinang sering terjadi diruang publik khusus Rumah berlabuh masyarakat Serui Ansus. Makan pinang juga merupakan bentuk keakraban dan pertemanan dengan masyarakat Papua, ketika datang dan ingin bercerita dengan mereka, menawarkan pinang merupakan alat yang sangat efisien untuk memulai pembicaraan dan menjalin pertemanan baru. Pinang merupakan bagian dari semua masyarakat Papua mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. b. Ruang Ikatan Anak muda, ruang kegiatan yang terjadi antar sesama anak muda yang masih memiliki ikatan keluarga yang - 29 -

dekat. Kebiasaan mereka untuk kumpul bersama, atau melakukan kegiatan bakar ikan menjadikan ruang publik ini eksis di rumah berlabuh masyarakat Serui. Kegiatan yang peneliti rasakan adalah keakraban para pemuda masyarakat Serui yang begitu sering dilakukan mulai pagi hari hingga malam hari, biasanya mereka pergi menjemput warga yang baru pulang dari menangkap ikan di laut, dan membantu mereka sehingga warga tersebut memberi mereka imbalan ikan, dan ikan ini akan dibakar bersama-sama dan kemudian dimakan bersama-sama. c. Ruang Cari Kutu. Ruang ini terjadi karena kebanyakan anak perempuan memiliki kutu di kepala mereka sehingga kegiatan mencari kutu dapat terjadi dan terlihat di ruang publik khusus masyarakat rumah berlabuh Masyarakat Serui Ansus di Kota Sorong. Hal menarik yang peneliti amati dan tanyakan tentang cari kutu adalah tempat mencari kutu yang terjadi di teras depan rumah atau di jembatan dan sangat sering dilakukan pada siang hari. d. Ruang Anyam Rambut. Cantik merupakan keinginan dasar manusia. Salah satu betuk mempercantik diri para wanita Ansus yang ada dipermukiman ini adalah anyam rambut. Hal ini dilakukan agar rambut mereka terlihat lebih rapi. Pada lokasi penelitian peneliti melihat aktivitas anyam rambut begitu sering dilakukan oleh masyarakat Seruiyang tinggal di tempat ini, beberapa orang dari anak muda saling membantu untuk merapikan rambut teman yang sama-sama keriting, sambil baku ganggu atau ceritacerita. biasanya hal itu mereka lakukan pada siang hari di teras depan rumah yang menjadi tempat mereka berkumpul ramerame. e. Runag Tidur di Luar-Luar. Teras depan rumah menjadi ruang tidur publik, kegiatan tidur di depan rumah menjadi kebiasan di ruang publik masyarakat ansus, walaupun rumah berada didepan jembatan yang menjadi akses yang menghubungkan rumah berlabuh pada permukiman dan menjadi akses menuju tempat ke perahu yang akan mengantarkan turis, masyarakat tetap dapat tidur dengan tenang di teras rumah mereka karena mereka merasa tenang dengan komunitas yang menjaga mereka, dan kegiatan di ruang publik yang berlangsung 24 jam. f. Ruang Main Kartu. Hal ini merupakan salah satu pengikat ruang publik khusus masyarakat rumah berlabuh. Dimana Main Kartu akan menjadi penarik banyak orang untuk berkumpul walau hanya sekedar saling bercanda satu dengan yang lain disaat bermain kartu. Kegiatan main kartu biasa terjadi pada sore hari ketika mereka sudah selesai melakukan tugas mengangkat air dari sumur atau tugas lainnya, beberapa orang akan duduk bermain kartu dan yang lainnya, menonton sambil bercanda, dan hal ini berlangsung sampai malam hari. g. Para-Para Duduk. Merupakan bentuk ruang duduk permanen dari ruang publik rumah berlabuh masyarakat rumah berlabuh Masyarakat Ansus di Sorong. Adanya perbedaan tinggi antara teras rumah dengan jalan sebatas tempat duduk - 30 -

menjadi fungsi teras berubah menjadi Para-para. h. Ruang Baku Ganggu. Ruang baku ganggu berarti ruang bercanda, dimana ruang publik dalam Masyarakat Ansus mereka akan saling bercada satu dengan yang lain dan tertawa bersama, sekedar mengganggu orang yang lewat di jembatan pada ruang publik masyarakat ansus. kegiatan bercanda diselingi dengan cerita Mob Papua (cerita lucu versi Papua). i. Ruang Bermain Anak Kecil. Jembatan ini di pergunakan oleh kebanyakan anak kecil untuk bermain.dimana mereka dapat bermain lompat karet di jembatan ini atau bermain layangan. Tidak adanya halaman tempat bermain seperti di darat menjadikan jembatan sebagai ruang penting dalam bermain. 2. Tema Ruang Sumur Navigasi Sumur Navigasi merupakan nama sumur yang terletak berdekatan dengan area permukiman Serui Ansus, diberi nama Sumur Navigasi karena dulunya Sumur ini berada di lahan milik Dinas Perhubungan Navigasi Sorong, dan diberikan kepada masyarakat sekitar untuk di pergunakan bersama. Tema ini diangkat karena sumur ini sangat berperan penting dalam kehidupan Masyarakat Serui Ansusyang tinggal di rumah berlabuh. sumur navigasi merupakan ruang angkat air yang paling berpengaruh pada kehidupan sosial masyarakat Serui, adanya ruang-ruang aktivitas yang terjadi berulang setiap hari. Bentuk ruang publik Sumur Navigasi merupakan teritorii Publik, dimana tidak ada pembedaan pengguna ruang, atau tidak hanya digunakan oleh kelompok tertentu. Sumur navigasi merupakan media ruang sosial yang menghubungankan antara Masyarakat Serui Ansus di lokasi penelitian dengan masyarakat sekitar lokasi penelitian. Tema ruang Sumur Navigasi diangkat dari 4 tema sementara yang menjelaskan makna dari ruang publik ini. (lihat bagan..) Gambar 3 Ruang Rame-Rame Tong Pu Masyarakat Ansus (dokumentasi peneliti, 2014) Gambar 4 Bagan Tema Sementara Pembentuk Tema Ruang Sumur Navigasi (hasil analisa peneliti, 2014) - 31 -

a. Tempat ambil air dan aturan pengguna sumur. Sumur navigasi merupakan sumur dengan fungsi yang sangat penting pada permukiman serui dan permukiman di sekitarnya. Digunakan oleh hampir semua masyarakat yang ada di daerah ini sebagai sumber air utama terutama pada saat musim panas. Masyarakat menggunakan alat angkut berupa galon-galon air berukuran 5 liter untuk memudahkan membawa pulang kerumah mereka masing-masing, ruang sosial terlihat saat masyarakat mengantri menimbah pada saat banyak pengguna pada pagi dan sore hari, mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, dan memperhatihan aturan yang mereka buat bersama yang telah diketahui para pengguna tetap sumur ini. Walaupun sumur terasa payau namun terus digunakan setiap hari. Aturan yang tidak tertulis merupakan bagian dari ruang sumur ini. Aturan yang pertama yaitu peralatan timbah untuk menimbah air merupakan milik pribadi jadi harus membawa sendiri timbah dari rumah. Yang kedua yaitu ketika mandi dilarang langsung menimbah air pada saat tubuh sedang penuh sabun. Bagi yang mandi harus membawa wadah, menampung air untuk mandi terlebih dalu baru bisa untuk mandi. Aturan yang tidak tertulis namun diketahui dan dilaksanakan oleh semua pengguna ruang sumur merupakan nilai penting dan dijaga ketika melakukan aktivitas pada ruang, dimana air merupakan kebutuhan utama setiap orang. b. Ruang bilas rame-rame merupakan kegiatan para anak-anak kecil ketika mereka selesai berenang dan mandi di laut. Ruang ini mengandung nilai kebersamaan dan keakraban, namun tidak terikat waktu, indikasi ruang ini akan terjadi jika melihat hari cerah, keadaan air laut tenang dan anak-anak kecil mulai berenang dilaut. c. Ruang mandi di sumur. Mandi disumur merupakan kegiatan yang selalu terjadi setiap hari. Aktivitas mandi biasanya berlangsung pada pagi hari dan sore hari, sumur yang menjadi satusatunya sumber air mandi utama membuat tempat ini menjadi ruang mandi terbuka umum, para warga masyarakat Serui maupun non Serui mandi di tempat ini, namun beberapa orang memilih untuk menimbah air dan membawa pulang untuk mandi di rumah sendiri. Gambar 5 Tema Ruang Sumur Navigasi (dokumentasi Peneliti, 2014) - 32 -

d. Ruang cuci baju di sumur. Sama halnya dengan ruang mandi di sumur. Aktivitas cuci baju menjadi salah satu kegiatan harian di sumur ini. Ruang cuci baju di sumur berlangsung dari pagi hari sampai sore, sehingga kegiatan di sumur navigasi selalu ramai, para ibu-ibu yang cuci baju mencuci sambil cerita-cerita. Nilai dari ruang ini adalah warga Serui Ansus maupun yang bukan Serui Ansus menjadi cukup akrab ketika melakukan aktivitas cuci baju. Ruang sosial yang terpisah dalam kehidupan mereka melebur dan menyatu pada ruang sumur Navigasi. Gambar 6 Bagan Tema Sementara Menjadi Tema Ruang Publik Menjadi Makna Ruang Publik Masyarakat Serui Ansus di Sorong (hasil analisa peneliti, 2014) Berdasarkan uraian tema ruang diatas terdapat 2 tema ruang publik yang membentuk makna ruang publik permukiman masyarakat ansus di Sorong, yang memiliki bentuk dan fungsi ruang sebagai sarana bersosialisasi Masyarakat Serui Ansusbaik secara kelompok dan diluar kelompok (lihat gambar 6) KESIMPULAN Bentuk ruang publik yang memiliki interaksi paling kuat adalah ruang bentuk ruang publik jembatan dengan pola rumah berlabuh berdampingan saling berhadapan dengan arah pintu masuk rumah menghadap jembatan. Sembilan (9) tema sementara yang membentuk tema ruang rame-rame Tong pu masyarakat Ansus mencerminkan makna ruang publik bagi Masyarkat Serui Ansus di Sorong yang merupakan lingkaran kehidupan yang terjadi setiap hari dan saling berhubung didalam kelompok, merupakan bentuk teritori sekunder/ kelompok dengan membatasi pengguna ruang, dan merupakan cara untuk menghindari konflik sosial dengan masyarakat dari suku lain di sekitar area permukiman. Tema ruang Sumur Navigasi merupakan bentuk ruang publik dengan makna interaksi sosial eksteren atau ruang publik dengan teritori umum, yang merupakan tempat bersosialisi Masyarakat Serui Ansusdengan masyarakat dari suku lain. Interaksii sosial yang tidak memiliki batasan pada pengguna ruang namun memiliki aturan yang dijaga bersama sehingga memperkuat makna kebersamaan antar sesama pengguna ruang tampa dibatasi pada aturan dan budaya yang berbeda. - 33 -

SARAN Dari hasil penelitian terhadap makna ruang publik permukiman rumah berlabuh Masyarakat Serui Ansus di Sorong maka peneliti menyarankan: a. Pengembangan perancangan pemukiman bagi Masyarakat Serui Ansusperlu memperhatikan bentuk pola pemukiman yang memberikan interaksi kuat bagi masyarakat yang akan tinggal di pemukiman baru, bentuk pemukiman yang direkomendasikan adalah pola rumah sejajar besebelahan, saling berhadapan dengan jalan ditengah dan pintu masuk rumah menghadap jalan adalah bentuk yang baik yang mengikat interaksi sosial dalam kelompok mereka, dan perlu ada ruang publik yang memberi peluang interaksi sosial dengan suku atau masyarakat yang bukan Serui Ansus. b. Makna ruang Publik Permukiman rumah berlabuh merupakan kearifan lokal yang dimikiki oleh Masyarakat Serui Ansus cukup menarik. Dengan mempelajari makna ruang pada rumah berlabuh yang ada dapat dijadikan acuan pemerintah untuk merancang bentuk ruang publik di pemukiman pesisir bagi masyarakat lokal khususnya Serui Ansus, sehingga mereka akan lebih mudah beradaptasi ketika lokasi permukiman mereka dipindahkan ke lokasi yang baru. Dalam merancang suatu pemukiman, perlu mempertimbangkan ruang publik untuk kelompok komunistas disesuaikan dengan aktifitasnya, dan juga memikirkan ruang publik dengan aktifitas yang bisa menyatukan semua kelompok walau dari komunitas berbeda. c. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang makna ruang publik permukiman pesisir di Papua atau penelitian dengan metode yang sama pada suku-suku lain yang ada di papua sehingga dapat mengangkat dan mengembangkan wawasan tentang kearifan lokal masyarakat papua yang masih sangat kurang. d. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lanjutan di permukiman yang ada dipapua, hambatan yang akan muncul adalah jika peneliti bukan merupakan masyarakat papua mereka tidak mudah percaya dengan orang asing, sangat disarankan untuk menguasai bahasa lokal dan mencari link teman atau kerabat yang memiliki ikatan kuat dengan suku yang akan diteliti. DAFTAR PUSTAKA Hakim, R., & Utomo, H. 2002. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara. Jakarta Koentjaraningrat. 2009. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta. Rineka cipta. Rapoport, A. 1969. House Form and Culture. Prentice-Hall, Inc. London. Sugiyono. 2007. Memahami penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. - 34 -