KAJIAN BANDINGAN ORANG ORANG PAJANG DI KERAJAAN MATARAM ISLAM

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

Kerajaan Mataram Islam. Dhani Ahmad K. ( 08 ) Fahira Rahma N. ( 11 ) Pradana Raditya ( 21 ) Qanita Ciesa ( 22 ) Rachmad Agung W.

BAB II KERAJAAN MATARAM ISLAM

PERKEMBANGAN POLITIK KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA ( KERAJAAN DEMAK, PAJANG dan MATARAM ISLAM )

KERAJAAN SAMUDERA PASAI

BAB 2 DATA & ANALISA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Di dalam sejarah Islam

PERLAWANAN SUTAWIJAYA TERHADAP SULTAN HADIWIJAYA DARI PAJANG TAHUN 1578

POLITIK EKSPANSI RAJA SULTAN AGUNG ( ) ABSTRAK

POLITIK EKSPANSI RAJA SULTAN AGUNG ( ) ABSTRAK

BAB 11 GAMBARAN UMUM HS SILVER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Dari Mataram Islam hingga Berdirinya Kraton Kasultanan Yogyakarta

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

BAB III POLITIK INVASI SULTAN AGUNG MATARAM ( ) A. Kondisi Kerajaan Mataram Islam Ketika Sultan Agung Berkuasa

BENTENG KRATON PLERET: Data Historis dan Data Arkeologi. FORTRESS OF THE PLERET PALACE: Historical and Archaeological Data

Untung Suropati. Untung Bersekutu Dengan VOC

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

BAB III MATARAM DALAM MEMPEREBUTKAN WILAYAH BLAMBANGAN. ditemukan peninggalan-peninggalan bangunan tembok, tetapi banyak di antara

Nama :. No :. Kelas : XI. BAB 2 PENGARUH PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

SD kelas 5 - BAHASA INDONESIA BAB 7. Tema 7 Sejarah Peradaban IndonesiaLatihan Soal 7.1

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

BAB II KERUNTUHAN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. historis berasal dari bahasa latin istoria yang memiliki arti kota istoria yaitu kota ilmu di

PENGEMBANGAN MAKET PUSAT-PUSAT PEMERINTAHAN KERAJAAN MATARAM ISLAM SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Konflik yang terjadi di kerajaan Demak berhubungan erat dengan

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian. A. Sekda DIY

SISTEM KETATANEGARAAN KERAJAAN MAJAPAHIT

BAB II LATAR BELAKANG TERJADINYA KONFLIK DI KERAJAAN DEMAK

KONFLIK POLITIK KERAJAAN DEMAK SETELAH WAFATNYA SULTAN TRENGGONO TAHUN ABSTRAK

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB IV HASIL AKHIR MATARAM DALAM MEMPEREBUTKAN WILAYAH BLAMBANGAN. pada awal penyerangan terhadap Blambangan, mampu menahan serangan Sultan

PASAR KOTAGEDE. Oleh : Theresiana Ani Larasati

Studi Pembentukan Tata Ruang Kraton Mataram Islam Pleret The Study of Spatial Planning Formation of Kraton Mataram Islam Pleret

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

I. PENDAHULUAN. kerajaan Jawa dipegang oleh raja baru dari Kerajaan Majapahit. Majapahit merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

BAB III MATARAM PADA MASA SULTAN AGUNG (RAJA KETIGA KERAJAAN ISLAM MATARAM) A. KONDISI KERAJAAN ISLAM MATARAM PADA MASA

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM AWAL DI INDONESIA

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA

CLS di Zaman Kerajaan Mataram

tidak langsung, mereka mengakui Utsman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar Padiansyah Ali Utsman 4 B.

Tatanan Politik di Nusantara Masa Kedatangan Islam

Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia

KEBIJAKAN POLITIK DAN SOSIAL-EKONOMI DI KERAJAAN MATARAM ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN AMANGKURAT I ( ) JURNAL

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di

BAB III ASAL USUL SULTAN HADIWIJAYA

PENAKLUKAN MATARAM TERHADAP GIRI KEDATON (TAHUN M) SKRIPSI

NASKAH DRAMA SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN DEMAK

PENGARUH KERAJAAN ISLAM TERHADAP POLA BENTUK KOTA PASURUAN

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

Pengelola Jurnal NOSARARA

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Profil Keraton Kasunanan Surakarta

KEBIASAAN DALAM NOVEL PANEMBAHAN SENOPATI KARYA GAMAL KOMANDOKO : TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa-peristiwa sejarah sebelumnya yang terjadi di Kerajaan Mataram, dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

KONFLIK POLITIK KERAJAAN DEMAK SETELAH WAFATNYA SULTAN TRENGGONO TAHUN SKRIPSI. Oleh Muhammad Yusuf Mahfud

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

Kerajaan-Kerajaan Hindu - Buddha di indonesia. Disusun Oleh Kelompok 10

PERLAWANAN SUTAWIJAYA TERHADAP SULTAN HADIWIJAYA DARI PAJANG TAHUN (Skripsi) Oleh : LUSIANA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah ada di Indonesia pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu sebelum bangsa Indonesia terbentuk

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Invasi adalah sebuah istilah politik yang berarti usaha penyerangan

BAB IV KOTA BANYUMAS PASCA PERPINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN KE KOTA PURWOKERTO

SILABUS MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA MADYA

BAB I PENDAHULUAN. Museum selalu mengalami perubahan dari masa ke masa. Keberadaan

BAB IV AKHIR KONFLIK TAHUN 1549

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Nyi Ageng Serang Tokoh Wanita Pejuang Bangsa. R. Soelistijanto FIPS IKIP Veteran Semarang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Keropak. Selain itu bukti arkeologis yang menunjukkan adanya unsur-unsur kebudayaan

PENDIDIKAN PANCASILA. Hakikat Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Novia Kencana, S.IP, MPA

BAB II KONDISI POLITIK TUBAN SEBELUM ABAD KE-17 M Ha, dilengkapi dengan wilayah laut seluas ± km 2.

WATU GATENG DAN WATU GILANG KOTAGEDE. Theresiana Ani Larasati

Kerajaan Selaparang. Berdirinya Selaparang

BAB III SEJARAH KERAJAAN KALINYAMAT

BAB I PENDAHULUAN. yang berlakon dengan unsur-unsur utama dialog, tembang, dan dagelan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN PRAKTIKUM KULIAH KERJA LAPANGAN II. Oleh : Drs. YB Sudjiman

5 TARIKH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

Sunan Ampel memiliki silsilah hingga sampai ke Nabi Muhammad SAW, yaitu : * Sunan Raden Sayyid Ahmad Rahmatillah bin

MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA

Ditulis oleh Administrator Rabu, 13 November :09 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 13 November :29

Transkripsi:

KAJIAN BANDINGAN Alifah, Orang-Orang Pajang di Kerajaan Mataram Islam ORANG ORANG PAJANG DI KERAJAAN MATARAM ISLAM Alifah (Balai Arkeologi Yogyakarta) Abstrack As Sultan Agung s reign in the teritory of Islamic Mataram Kingdom occured Pajang s people mobilization at the centre of the royal government. The presence of Pajang s people in the Islamic Mataram Kingdom can be seen from politic and economic side. The Pajang Kingdom which is master in early, became gradually fell after the death of Hadiwijaya, and turned into a vassal state of Islamic Mataram Kingdom. This political condition s change coused pros and contras among the Pajang s people theirself. This article tries to reveal the history and background of the existence of Pajang s people at their new place, in the centre of Islamic Mataram Kingdom government. Keywords: Pajang people, the Islamic Mataram Kingdom, expansion Pendahuluan Setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, munculah beberapa kerajaan Islam di Pulau Jawa. Pertama adalah kerajaan Demak yang didirikan oleh Raden Patah yang masih memiliki hubungan kerabat dengan Raja Majapahit. Raden Patah merupakan anak dari Brawijaya V yang kemudian belajar agama Islam kepada Sunan Ampel. Kerajaan Demak kemudian menjadi awal munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Pulau Jawa. Kerajaan Demak berpusat di daerah Bintoro yang berada di sebelah timur dari Kota Semarang. Kemunculan Kerajaan Demak Budha. Pada saat kerajaan Demak mengalami kemunduran yang disebabkan oleh perebutan kekuasaan munculah tokoh yang bernama Jaka Tingkir (Ricklefs, 1978, dalam Inajati, 2000:109). Tokoh inilah yang kemudian memindahkan Pusat pemerintahan ke daerah pedalaman yang dinamakan Pajang dan berkuasa di daerah tersebut dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Kerajaan Pajang memiliki daerah kekuasaan yang cukup luas diantaranya adalah wilayah desa Mataram yang berada di wilayah hutan Mentaok atau sebelah barat Pajang. 93

Kerajaan Mataram Islam merupakan kerajaan yang berdiri setelah Kerajaan Pajang runtuh. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya Kerajaan Mataram Islam maka Kerajaan Pajang yang semula berkuasa atas wilayah Mataram Islam, terjadi sebaliknya, Pajang kemudian menjadi wilayah bawahan dari Kerajaan Mataram Islam. Situasi yang drastis ini tentu menimbulkan pro dan kontra diantara para penguasa Pajang dan rakyatnya. Pada masa Kerajaan Mataram Islam sedang giat melakukan pembangunan fisik Kraton banyak terlihat adanya orang Pajang di pusat kota Mataram Islam. Hal ini cukup menarik untuk diteliti sehingga muncul permasalahan berupa bagaimana sejarah dan latar belakang keberadaan orang-orang Pajang di kerajaan Mataram Islam? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah keberadaan orang Pajang di wilayah Kerajaan Mataram Islam serta latar belakang keberadaan meraka di pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Islam baik secara politik maupun ekonomi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksplanatif yaitu dengan mengungkap seluruh data yang ada baik data sejarah, toponim maupun data artefak. Pembahasan Sejarah berdirinya Kerajaan Pajang dan Kerajaan Mataram Islam Nama Pajang telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit, dalam Nagarakretagama disebutkan bahwa salah satu adik perempuan Hayam Wuruk yang bernama Dyah Nertaja menjabat sebagai penguasa di wilayah Pajang dengan Gelar Bhatara i Pajang atau disebut pula dengan Bhre Pajang (www.wikipedia.org) Pajang merupakan daerah kesultanan yang berada dibawah kekuasaan kerajaan Demak. Jaka Tingkir, kadang-kadang juga ditulis Joko Tingkir, adalah pendiri sekaligus raja pertama Kesultanan Pajang yang memerintah tahun 1549-1582, bergelar Sultan Adiwijaya. Pada perkembangan selanjutnya Kesultanan Pajang berkembang dengan Pesat dan wilayah Demak semakin mengalami kemunduran yang disebabkan oleh adanya perebutan kekuasaaan. Wilayah Demak kemudian merosot statusnya menjadi kota kabupaten yang dipimpin oleh salah seorang kerabat Raja (Adrisijanti, 2000: 109). Kerajaan Mataram Islam dirintis oleh Ki Ageng Pemanahan yang mendapat hadiah dari Sultan Pajang berupa hutan Mentaok atas jasanya dalam menumpas pemberontakan Arya Penangsang dari Jipang Panolang. Ki Ageng Pemanahan berhasil membangun hutan 94

Mentaok menjadi desa yang makmur, bahkan lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang siap bersaing dengan Pajang sebagai penguasanya. Setelah Ki Ageng Pemanahan meninggal pada tahun 1575, beliau digantikan oleh putranya, Danang Sutawijaya, yang juga sering disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasar. Pada tahun 1582 meletus perang Pajang dan Mataram, hal ini disebabkan oleh karena Sutawijaya membela adik iparnya, yaitu Tumenggung Mayang, yang dihukum buang ke Semarang oleh Sultan Hadiwijaya. Perang itu dimenangkan pihak Mataram meskipun pasukan Pajang jumlahnya lebih besar, kekalahan ini disebabkan karena Gunung Merapi meletus dan mengakibatkan tentara Pajang yang sedang melintas di daerah Prambanan banyak yang menjadi korban. Sepulang dari perang, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. Sepeninggal Sultan Hadiwijaya terjadi persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Pangiri yang memperebutkan tahta sebagai raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus berhasil naik tahta tahun 1583 namun pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram sehingga kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu membuat Pangeran Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin. Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya atau penguasa Mataram untuk menyerbu Pajang. Meskipun pada tahun 1582 Sutawijaya memerangi Sultan Hadiwijaya, namun Pangeran Benawa tetap menganggapnya sebagai saudara tua. Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak. Pangeran Benawa kemudian menjadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram. Foto 1. Pendopo Keraton Pajang. Sumber:www.mgmpsejarahma.wordpress.com 95

Setelah Sultan Hadiwijaya wafat (1582) Sutawijaya mengangkat diri sebagai raja Mataram dengan gelar Panembahan Senapati. Pajang kemudian dijadikan salah satu wilayah bagian dari Mataram yang beribukota di Kotagede. Panembahan Senapati bertahta sampai wafatnya pada tahun 1601. Selama pemerintahannya boleh dikatakan terusmenerus berperang menundukkan bupati-bupati daerah. Kasultanan Demak menyerah, Panaraga, Pasuruan, Kediri, Surabaya, berturut-turut direbut. Cirebon pun berada di bawah pengaruhnya. Panembahan Senapati dalam babad dipuji sebagai pembangun Mataram. Panembahan Senapati digantikan oleh putranya yaitu Mas Jolang, yang bertahta tahun 1601-1613. Mas Jolang lebih dikenal dengan sebutan Panembahan Seda Krapyak. Panembahan Seda Krapyak hanya memerintah selama 12 tahun Ia meninggal ketika sedang berburu di Hutan Krapyak. Selanjutnya bertahtalah Mas Rangsang, yang bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma. Di bawah pemerintahannya (tahun 1613-1645) Mataram mengalami masa kejayaan. Ibukota kerajaan Kotagede dipindahkan ke Kraton Kerto (Alifah, 2010:83). Sultan Agung merupakan raja yang menyadari pentingnya kesatuan di seluruh tanah Jawa. Daerah pesisir seperti Surabaya dan Madura ditaklukkan supaya kelak tidak membahayakan kedudukan Mataram. Ia pun merupakan penguasa lokal pertama yang secara besar-besaran dan teratur mengadakan peperangan dengan Belanda yang hadir lewat kongsi dagang VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). Kekuasaan Mataram pada waktu itu meliputi hampir seluruh Jawa, dari Pasuruan sampai Cirebon. Sementara itu VOC telah menguasai beberapa wilayah seperti di Batavia dan di Indonesia Bagian Timur. Hubungan Kerajaan Mataram Islam dengan Pajang Kasultanan Pajang yang semula merupakan penguasa dari wilayah Mataram pada perkembangan selanjutnya berubah menjaadi wilayah bawahan Mataram dan berstatus sebagai kabupaten yang dikuasai oleh seorang bupati. Pada masa pemerintaha Panembahan Senopati hingga pemerintahan Panembahan sedo Krapyak wilayah Kasultanan Pajang diberi kedaulatan, namun pada masa pemerintahan Sultan Agung kedaulatan itu sudah tidak diakui (Graaf, 1986:45). Hal ini memicu ketidakpuasan pada penguasa Pajang sehingga terjadilah pemberontakan yang dipimpin oleh Adipati Pajang. Babad sengkala 96

menyebutkan bahwa pada tahun 1618 pemberotakan orang-orang Pajang berhasil ditumpas. Pemberontakan oleh Pajang terjadi pada tahun 1617 (Ricklefs, 2005:66). Peperangan Mataram terhadap pemberontakan Pajang ini telah mengakibatkan dampak yang luas. Salah satu dampak langsung yang dialami oleh penduduk adalah dampak kelaparan karena besar menjadi langka dan harganyapun sangat mahal. Hal ini banyak mengakibatkan penduduk mati kelaparan (Graaf, 1986:47). Hageman dalam Graaf 1986 menyatakan bahwa Sultan Agung merusak kota Pajang sehingga tidak lagi tersisa bekas-bekasnya. Dan di tempat tersebut kemudian menjadi hutan yang disebut dengan hutan Wana Karta (Graaf, 1986:48). Pada saat Pajang hampir lenyap, Raja Mataram justru mulai membangun istana baru yaitu Kraton Kerto (Graaf, 1986:49). Informasi ini sesuai dengan Babad Momana yang menyebutkan bahwa pada tahun 1617, Sultan Agung sudah mulai mempersiapkan lahan untuk pembangunan istana barunya dan pada tahun 1618 istana baru tersebut sudah mulai ditempati (Alifah, 2009:83). Graaf menyebutkan bahwa terdapat banyak orang Pajang sebagai orang buangan di pusat kota Mataram yang dipekerjakan sebagai pembuat bata. Ia juga menyebutkan bahwa diantara para pengrajin bata tersebut, orang-orang pesisirlah (Pajang) yang memiliki keahlian lebih dibandingkan dengan orang-orang Mataram itu sendiri (Graaf, 1986:49). Informasi lain tentang keberadaan orang Pajang di pusat kota Mataram Islam berasal dari catatan utusan Belanda bernama Cornelis Van Maseyck yang datang ke Mataram pada tahun 1618. Maseyck menyampaikan bahwa ia melewati desa-desa yang dahulu merupakan wilayah Pajang, kosong tidak berpenghuni. Diberitakan pula bahwa setelah Mataram Islam berhasil menaklukan pemberontakan Pajang maka Raja mengangkut seluruh rakyat Pajang ke kota Mataram dan mengharuskan mereka untuk bekerja secara terus menerus sebagai tukang batu (Graaf, 1986:47). Dalam catatan sejarah diungkapkan bahwa Sultan Agung Hanyokrokusumo setelah mengalahkan para pemberontak tersebut kemudian membawanya ke Kerajaan Mataram Islam untuk dipekerjakan sebagai pembuat bata. Hal ini didukung oleh informasi yang menyebutkan bahwa sekitar tahun 1617-1618 M, orang-orang Pajang melakukan pemberontakan kepada Mataram. Setelah pemberontakan dapat teratasi kemudian Sultan Agung memerintahkan agar penduduk Pajang melakukan bedhol desa pindah ke Kerto. Penduduk Pajang tersebut kemudian dipekerjakan di kerajaan sebagai pembuat batubata, 97

karena kerajaan sedang mempersiapkan proyek pembangunan yang cukup besar (Yudodiprojo, 1994). Keberadaan orang-orang Pajang ini yang di pindahkan secara paksa oleh penguasa Mataram saat itu dapat dilihat memeliki beberapa indikasi yaitu : 1. Merupakan salah satu strategi politik kerajaan Mataram Islam untuk meredam pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat Pajang yang tidak rela dikuasai oleh Kerajaan Mataram. Upaya pemindahan paksa terhadap rakyat Pajang ini selain dapat mengurangi konsentrasi penduduk di Wilayah Pajang juga secara psikologis orang-orang Pajang berpenngaruh karena mereka berada di wilayah asing yang bukan kampung halaman mereka. 2. Kerajaan sedang membutuhkan banyak tenaga kerja dalam rangka pembangunan komplek istana baru yaitu Kraton Kerto. Sehingga keberadaan orang-orang Pajang sebagai tawanan merupakan tenaga kerja yang dapat dimanfatkan sebagai pembuat bata. Strategi ini mirip dengan yang dilakukan oleh Belanda terhadap rakyat Indonesia. Sultan Agung juga diberitakan telah menghancurkan pusat pemerintahan Kerajaan Pajang yang terletak di daerah sekitar Boyolali. Hal ini dimaksudkan untuk menumpas pemberotak yang akan merongrong kekuasaan Kerajaan Mataram Islam. Sehingga sampai saat ini tinggalan yang berkaitan dengan Kerajaan Pajang sulit ditemukan. Jika dilihat dari data toponim yang ada di Kraton Kerto maupun Kraton Pleret, tidak ada yang menunjukan adanya suatu tempat khusus atas orang-orang Pajang yang dibawa ke kota Mataram. Hal ini menjadi menarik mengingan berdasarkan informasi dari Catatan Belanda yang menyebutkan seluruh penduduk Pajang dipindahkan ke Mataram menunjukan bahwa jumlah orang Pajang yang dipindahkan cukup banyak. Namun hal ini tidak ada penempatan secara khusus bagi mereka. Fenomena ini dapat dilihat secara politis bahwa kedudukan orang-orang Pajang sebagai orang buangan atau tawanan perang tidak ditempatkan secara bersama-sama dalam satu tempat. Hal ini dapat dipahami sebagai upaya meredam ancaman pemberontakan. Berbeda dengan keberadaan orangorang Semarang dan Madura. Data toponim menunjukan adanya pemukiman khusus bagi mereka yaitu dengan ditandai adanya nama wilayah Semarangan dan Sampangan. Data toponim yang menunjukan adanya komunitas orang yang seasal juga terlihat di Kartosuro yaitu adanya nama daerah Pecinan dan Ponoragan (Adrisijanti, 2000:281). 98

Teori tentang migrasi Migrasi adalah fenomena yang banyak diteliti dengan menggunakan berbagai teori yang berbeda. Banyak penelitian berbeda pandangan baik ahli antropologi, maupun ahli ekonomi da;lam melihat fenimena ini. Pada umumnya, pendekatan berbeda melihat pada proses-proses berbeda yang terjadi dalam fenomena migrasi (Leaka, 2009:13). Mobilitas penduduk berdasarkan ilmu demografi berupa migrasi yang memiliki pengertian sebagai perpindahan penduduk yang relatif permanen (Adioetomo, 2010:133). Dalam hal ini mobilitas dikaitkan dengan perpindahan fisik dari suatu tempat ke tempat yang baru untuk menetap dalam waktu tertentu. Mobilityas penduduk secara besar-besaran pernah dialami oleh penduduk Pajang yang dipindahkan secara pakasa oleh penguasa Mataram. Perpindahan penduduk secara besar-besaran juga pernah dilakukan oleh Sultan Agung yaitu perpindahan penduduk Jawa ke wilayah Karawang (Graaf, 1986). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas beras. Tahan di wilayah Karawang merupakan lahan yang subur untuk pertanian namum sumberdaya manusia yang mampu mengolahnya masih sedikit sehingga Sultan Agung melakukan perpindahan penduduk Jawa ke tempat tersebut. Rupanya pada saat itu telah dikenal pemerataan penduduk guna peningkatan produktifitas pangan. Mobilitas penduduk juga dilakukan oleh Belanda terhadap orang-orang Indonesia. Selama masa kolonisasi Belanda di Indonesia, orang-orang Jawa ditempatkan untuk bekerja di Sumatera Utara (Deli), Vietnam, New Caledonia dan Suriname di Amerika Selatan (Leake, 2009:14). Perpindahan ini bertujuan untuk mencari tenaga kerja guna dipekerjakan di lokasi-lokasi penambangan maupun pembangunan yang dilakukan oleh Belanda. Dalam istilah awalnya mobilitas ini diberinama kolonisasi. Munculnya kolonisasi didasari oleh adanya pertumbuhan penduduk yang pesat di Pulau Jawa. Hal ini telah mengakibatkan tidak seimbangnya produktifitas perekonomian dengan jumlah penduduk. Pemerintah Belanda rupanya meniru apa yang pernah dilakukan oleh para penguasa lokal diantaranya yang dilakukan oleh Sultan Agung yang melakukan mobilitas penduduk. 99

Kesimpulan Keberadaan orang-orang Pajang di pusat Kerajaan Mataram Islam jika dilihat dari pola perpindahan penduduk termasuk dalam mobilitas yang diorganisir oleh penguasa. Apa yang dilakukan oleh Raja Mataram Islam pada waktu itu untuk memindahkan sebagian besar penduduk Pajang ke Kota Mataram dapat dipahami secara politis yaitu sebagai upaya untuk meredam pemberontakan. Secara ekonomi mobilitas orang-orang Pajang ini bertujuan untuk memperoleh tenaga kerja untuk pembangunan kawasan kraton yang baru. Dari informasi yang diperoleh diketahui bahwa tenaga kerja yang didatangkan dari Pajang ternyata memiliki keterampilan lebih dibandingkan dengan orang-orang Mataram itu sendiri. Mobilitas semacam ini pada masa pemerintahan Indonesia sering disebut dengan istilah Bedol Deso yang bertujuan untuk merelokasi pemukiman penduduk di wilayah baru dengan tujuan dan alasan tertentu. 100

DAFTAR PUSTAKA Alifah, 2009. Jejak Kraton Sultan Agung, Rekonstruksi Awal Berdasarkan Data Arkeologis dan Historis. Berkala Arkeologi tahun XXIX edisi Novemeber 2009. Yogyakarta:Balar Yogyakarta Adrisijanti, Inajati. 2000. Arkeologi Perkotaan Mataram Islam. Yogyakarta: Jendela. De Graff, H. J. 1986. Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung. Terjemahan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Grafitipres dan KITLV. Suryanagara, K.P.A. Tanpa tahun. Serat Babad Momana. Naskah ketikan koleksi Badan Penerbit Soemodidjojo Maha Dewa. Tidak terbit. Yudodiprojo, K.R.T. 1994. Cuplikan Sejarah Silsilah Raja Mataram. Tidak terbit. Moedjanto, 2002. Suksesi dalam Sejarah Jawa. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press http://id.wikipedia.org/wiki/kesultanan_pajang.babad sengkala. Leake, Soraya Rebecca. 2009. Pulau Putri: Kebudayaan Migrasi dan Dampaknya di Pulau Bawean. Skripsi. Malang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhamadiah Malang. 101