BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena itu di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Dengan di undangakannya Undang-Undang No. 3 tahun Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. KUHAP Pasal 1 menjelaskan bahwa penyidik adalah: pejabat polisi. penyidik bukan berdasarkan atas kekuasaan, melainkan berdasarkan

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang besar. Perubahan tersebut membawa dampak, yaitu munculnya problema-problema terutama dalam lingkungan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan generasi penerus bangsa indonesia, mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

Lex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB I PENDAHULUAN. material. Fungsinya menyelesaikan masalah yang memenuhi norma-norma larangan

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 yang. menegaskan tentang adanya persamaan hak di muka hukum dan

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

I. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, yang benar-benar menjunjung

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita bangsa. Anak. dalam kandungan. Penjelasan selanjutnya dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan timbul dalam kehidupan masyarakat karena berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui proses pemeriksaan dan pemutusan perkaranya, akan merasa

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 28, Pasal 28A-J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atau hukum (constitutional democracy) yang tidak terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi hak anak (United

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

BAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi. Dampak yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA. A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

I. METODE PENELITIAN. perundang-undangan, teori-teori dan konsep-konsep yang ada dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. secara konstitusional terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. atributif dan peraturan normatif. Peraturan hukum atributif

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

PENANGANAN TINDAK PIDANA PASAL 80 ayat (1) UU NOMOR 23 TAHUN 2002 tentang PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus di Polres Wonosobo)

III. METODE PENELITIAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

I. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena itu di dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechstaat). Sebagai negara hukum Indonesia selalu menjunjung tinggi hak asasi manusia. Selalu menjamin segala warga negara bersamaan di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1 Kejahatan yang dilakukan oleh setiap orang disebabkan bukan hanya karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi banyak dikarenakan permasalahan sosial. Misalnya ada tindak kejahatan yang dikarenakan adanya kesalahfahaman antar orang, mungkin juga dikarenakan unsur kesengajaan. Tindak kejahatan yang dilakukan orang banyak macamnya antara lain: pembunuhan, pencurian, pelecehan seksual, pencemaran nama baik seseorang dan lain sebagainya. Diantara kejahatan-kejahatan itu kejahatan yang sering di lakukan adalah pencurian, pencurian bisa dilakukan dimanapun tempatnya, baik di tempat terbuka ataupun di tempat yang tertutup sekalipun. 1 Bambang Waluyo, 2008, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta : sinar Grafika, hal. 33. 1

2 Berbicara mengenai kejahatan dalam bentuk pencurian dalam kehidupan bermasyarakat tidak akan pernah berhenti sepanjang kehidupan, karena pencurian merupakan tindak kejahatan yang disebabkan dari unsur kesengajaan setiap orang demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis pencurian ada beberapa macam mulai dari pencurian yang bersifat kecil sampai ke yang bersifat besar, misalnya: pencurian ayam, pencurian uang, pencurian saham, pencurian barang tambang, pencurian kayu dan banyak sebagainya. Tindak pidana pencurian kayu hutan diatur dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kehutanan, yang selanjutnya disebut Undang-Undang Tindak Pidana Hutanan (UU TIPIHUT). TIPIHUT adalah: perbuatan yang dilarang peraturan kehutanan dan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dengan ancaman sanksi pidana bagi barangsiapa yang karena kesalahannya melanggar larangan tersebut. Ada beberapa perbuatan yang dilarang dalam UU TIPIHUT diantaranya Pasal 50 ayat (1) dan (2). Pasal 50 ayat (1) berbunyi Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana perlindungan hutan. Pasal 50 ayat (2) berbunyi: Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, serta izin pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu, dilarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan.

3 Perlindungan hutan di Indonesia, diarahkan agar hutan yang ada di bumi Indonesia dapat perlindungan dengan segala aturan yang telah ada saat ini. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 2 Maka dari itu dapat dikatakan bahwa hutan adalah penyangga bagi kehidupan manusia yang didalamnya terdiri dari berbagai komponen-komponen sumber daya alam terutama yang bisa dimanfaatkan manusia untuk mengoptimalkan aneka fungsi hutan dalam mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi yang seimbang dan lestari. seperti contoh salah satu kasus tentang pencurian kayu di wilayah hutan perbatasan Kabupaten Rembang dan Blora. Seorang tersangka pelaku nekat melawan, hingga mengakibatkan anggota polisi penjaga hutan terluka. Korban adalah Paryo, warga desa Kedungrejo Kec. Tunjungan Blora. Paryo mencurigai pencurian kayu di petak hutan 65, masuk Kec. Bulu Rembang, wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan KPH Mantingan. Saat menyergap, tersangka pelaku yang sudah diketahui identitasnya itu langsung melarikan diri. Sesampainya di petak 95 wilayah Tanjung Kec. Tunjungan Blora, Paryo berhasil menangkap tersangka. Diduga tersangka berontak, kapaknya mengenai bagian pelipis korban. Setelah itu tersangka kabur, sedangkan Paryo mendapatkan pertolongan medis. 2 Menurut Pasal 1 huruf b Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kehutanan.

4 Wakil Administratur KPH Mantingan, M Riskon mengakui masih ada sejumlah orang menjadi target operasi (TO) yang terlibat dalam pencurian kayu. Nama-nama mereka sudah disampaikan kepada Polres Rembang maupun Blora, harapannya bisa segera tertangkap. Ia mengingatkan kepada seluruh polisi hutan dan polisi teritorial tetap mengutamakan keselamatan, selama menjaga hutan dari ancaman pencurian. Kalau memang kalah jumlah, lebih baik mengalah. Atas kasus yang dialami Paryo, KPH Mantingan siap melaporkan kejadian itu kepada dua Polsek. Untuk pencurian kayu dilaporkan ke Polsek Bulu, sedangkan peristiwa penganiayaan, diteruskan ke Polsek Tunjungan. Sementara itu, dari lokasi terpisah, seorang tersangka pelaku yang diduga mencuri kayu diserahkan oleh Perhutani kepada Polres Rembang. Tersangka yakni Jumadi (46 tahun) warga dusun Kajar desa Pasedan Kec. Bulu. Sedangkan tersangka yang melukai Paryo, hingga Selasa siang masih dalam pengejaran. 3 Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul TINDAK PIDANA PENCURIAN KAYU HASIL HUTAN NEGARA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA (Studi Kasus di Wilayah Hukum Rembang). B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Mengingat keterbatasan kemampuan penulis, maka penulis membatasi masalah pada tindak pidana pencurian kayu hasil hutan Negara wilayah perum perhutani yang terjadi di wilayah KPH Kebonharjo Kabupaten Tuban. 3 Portalk BR, 2013, Pencuri Kayu Lukai Polisi Hutan Rembang, dalam http://radior2b.com/2013/02/05/akan-dilaporkan-ke-dua-polsek/ diunduh sabtu, 4 mei 2013 pukul 14:15.

5 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian kayu hutan Negara Perum Perhutani di wilayah KPH Kebonharjo Kabupaten Tuban? 2. Bagaimana pertimbangan Polisi Hutan dalam menerapkan sanksi pidana terhadap para pencuri kayu hutan Negara Perum Perhutani di wilayah KPH Kebonharjo Kabupaten Tuban? 3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi Polisi Hutan dalam menerapkan sanksi pidana terhadap para pelaku pencurian kayu hutan Negara Perum Perhutani di wilayah KPH Kebonharjo Kabupaten Tuban? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian kayu hutan Negara Perum Perhutani di wilayah KPH Kebonharjo Kabupaten Tuban. 2. Untuk mengetahui pertimbangan Polisi Hutan dalam menerapkan sanksi pidana terhadap para pencuri kayu hutan Negara Perum Perhutani diwilayah KPH Kebonharjo Kabupaten Tuban.

6 3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Polisi Hutan dalam menerapkan sanksi pidana terhadap para pelaku pencurian kayu hutan Negara Perum Perhutani diwilayah KPH Kebonharjo Kabupaten Tuban. Berdasarkan permasalahan maka manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian hukum ini sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran yang nyata dan memberikan sumbangan pemikiran dalam pengetahuan mengenai hukum pidana, khususnya tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian kayu hutan Negara Perum Perhutani diwilayah KPH Kebonharjo Kabupaten Tuban, serta kendala-kendala yang dihadapi Polisi Hutan dalam menerapkan sanksi pidana terhadap para pelaku pencurian kayu hutan Negara Perum Perhutani diwilayah KPH Kebonharjo Kabupaten Tuban. 2. Manfaat Praktis Memberikan manfaat untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir yang dinamis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh. D. Kerangka Pemikiran Suatu tindakan yang merugikan orang lain atau tindakan yang melawan hukum ada yang disebut tindak pidana. Tindak pidana berarti perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai

7 ancaman (saksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. 4 Hukum menurut Subekti, melayani tujuan negara tersebut dengan menyelenggarakan keadilan dan ketertiban, syarat-syarat pokok untuk mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan. Ditegaskan selanjutnya, bahwa adil itu kiranya dapat digambarkan sebagai suatu keadaan keseimbangan yang membawa ketentraman dihati orang, dan jika dilanggar akan menimbulkan kegelisahan dan kegoncangan. 5 Perbuatan yang diancam dengan hukum pidana adalah perbuatan yang secara mutlak harus memenuhi syarat formal, yaitu dengan mencocokan dengan rumusan undang-undang yang telah ditetapkan yaitu Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) dan peraturan-peraturan lain yang berdimensi pidana dan memiliki unsur material yaitu bertentangan dengan cita-cita mengenai pergaulan masyarakat atau dengan kata pendek suatu sifat melawan hukum atau tindak pidana. 6 Tindakan mengambil barang yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain tanpa sepengetahuan miliknya itu ditasirkan sebagai pencurian, tindakan itu dirumuskan secara formal atau yang disebut sebagai delict met formale omschrijving dimana yang dilarang dan diancam dengan hukuman itu adalah suatu perbuatan yang dalam hal ini adalah perbuatan 4 Moel Jatno, 1987 Azas-Azas Hukum Pidana, Jakarta: Bina Askara, hal. 54. 5 Kansil, 1989, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hal. 41. 6 Moeljatno,1983, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban dalam Hukum Pidana, Yogyakarta: Bina Aksara, hal. 20.

8 mengambil. 7 Misalnya kejahatan mengambil barang milik orang lain degan maksud untuk dimiliki sendiri, kejahatan ini juga disebut sebagai tindak pidana pencurian. Di dalam KUHP tindak pidana pencurian diatur dalam Buku II Bab XXII tentang Pencurian, terdapat dalam Pasal 362-367. Sebelum membicarakan asas hukum kehutanan perlu dikemukakan asas hukum. Menurut Van Eikena Homes, asas hukum itu tidak boleh diangap sebagai norma hukum konkret. Akan tetapi perlu dipandang sebagai dasar umum atau petunjuk bagi hukum yang berlaku. 8 Kewenangan lain dari negara bidang kehutanan adalah mengatur hubungan hukum antara subyek hukum dengan hutan, dan perbuatan-perbuatan mengenai hutan. 9 Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian hutan, dengan demikian maka perlu adanya pemahaman tentang hutan. Pada uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa hutan telah mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam membangun bangsa dan negara, karena hutan dapat memberi mamfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Manfaat itu dapat dibedakan menjadi langsung dan tidak langsung. Di samping itu hutan merupakan kekayaan milik bangsa dan negara yang tidak ternilai, sehingga hak-hak negara atas hutan dan hasilnya perlu dijaga dan dipertahankan, dan dilindungi agar hutan dapat berfungsi dengan baik. 10 Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 47 Perlindungan hutan dan kawasan hutan merupakan usaha untuk: 7 P.A.F. Lamintang, dan C.Djisman Samosir, 1993, Delik-Delik Khusus, Bandung: Tarsito, hal. 50. 8 Mertokusumo, 1986, Asas-Asas Hukum Kehutanan, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 32. 9 Salim, 2003, Dasar-Dasar Hukum Kehutanan, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 17. 10 Ibid, hal: 113.

9 1) Mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama,serta penyakit. 2) Mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat, dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan hutan. Dari uraian tersebut jelas ditegaskan bahwa hutan perlu dijaga kelestarianya untuk generasi yang akan datang, akan tetapi Negara dan masyarakat harus berperan di dalamnya. Dengan demikian maka kiranya perlu penelitian lebih lanjut lanjut tentang hal ini. E. Metode Penelitian Metode penelitian digunakan untuk mengumpulkan data guna mendapatkan jawaban atas pokok permasalahan, sehingga data yang diperoleh dari penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan. 11 Dalam penelitian ini metode yang digunakan oleh penulis sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan yuridis empiris yaitu pendekatan terhadap permasalahan penelitian dari aspek yuridis dan praktik hukum di masyarakat tentang penerapan sanksi 11 Rianto Adi, 2004, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Gramit, hal. 33.

10 pidana terhadap pelaku tindak pidana pencurian kayu yang dilakukan oleh warga masyarakat di wilayah Perusahaan Umum Perhutani Rembang. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif. 12 Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan secara tepat, sifat-sifat suatu indifidu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam suatu masyarakat. Dan penulis akan menggambarkan tentang penerapan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pencurian kayu yang dilakukan oleh warga, khususnya di dalam ruang lingkup wilayah hukum Pengadilan Negeri Rembang. 3. Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis mengambil lokasi penelitian di KPH Kebonharjo dan Pengadilan Negeri Rembang. 4. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer Data yang berupa keterangan-keterangan yang bersumber dari pihakpihak yang terkait secara langsung dengan permasalahan yang diteliti. Pihak-pihak tersebut ialah KPH Kebunharjo dan Pengadilan Negeri Rembang yang pernah mengadili dan memutus kasus tindak pidana pencurian kayu yang dilakukan oleh masyarakat. b. Data Sekunder Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan dan dokumen dalam bentuk buku-buku atau dokumen lain yang berkaitan dengan penelitian ini, dalam penelitian hukum data sekunder mencangkup bahan hukum 12 Ammirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 25.

11 primer dan bahan hukum sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa bahan-bahan pustaka yang terdiri dari: 1) Bahan Hukum Primer meliputi: a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP); b) Kitap Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP); c) TIPIHUT yang diatur dalam UU NO. 41 TH 1999. 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder meliputi sumber data secara langsung dari beberapa literatur, artikel, dokumen-dokumen, KPH Kebonharjo dan Pengadilan Negeri Rembang mengenai kasus yang terkait, dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 3) Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya kamus-kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan sebagainya. 13 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Studi kepustakaan 13 Bambang Sunggono, 2003, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 117.

12 Dilakukan dengan cara mencari, mengumpulkan, mempelajari, dan mengutip bahan-bahan yang berupa buku-buku, makalah-makalah, peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan obyek permasalahan yang diteliti. b. Wawancara (interview) Dalam hal ini berupa pengajuan pertanyaan terhadap pihakpihak yang secara langsung terkait dan wawancara dilakukan secara sistematis dan runtut serta memiliki nilai validitas dan reliabilitas. 14 6. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul kemudian dianalisis menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis, untuk selanjutnya dianalisis secara kualitatif, untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas. 15 F. Sistematika Skripsi Untuk lebih mempermudah dalam melakukan pembahasan, analisis, serta penjabaran isi dari penelitian ini, maka penulis menyusun sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: BAB I berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian serta sistematika skripsi. 14 Ammirudin dan Zainal Asikin, Op. Cit, hal. 82. 15 Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal. 57.

13 Bab II berupatinjauan Pustaka berisi tentang tinjauan umum tentang tindak pidana, tinjauan umum tentang tindak pidana pecurian, tinjauan umum tentang kehutanan. Bab III yang menguraikan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh warga, pertimbangan polisi hutan dalam menerapkan sanksi pidana terhadap para pencuri kayu sebagai pelaku tindak pidana pencurian, serta kendala-kendala yang dihadapi polisi hutan dalam menerapkan sanksi pidana terhadap para pencuri kayu sebagai pelaku tindak pidana pencurian. Bab IV penutup, berisi tentang kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil penelitian dan saran sebagai tindak lanjut dari penelitian yang telah dilakukan.