Sejak tahm 1950-an, msalah 1. clan old sebab itu diupa. smra bersaw-

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. hutan dan hasil hutan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya

Pembangunan perekonomian seperti digariskan Garis-garis Besar Haluan. Negara adalah mengembangkan perekonomian yang berorientasi global

Salah satu fakor pend tersedimya data &I peta ymg dengan skah yang metlladai (mi Peta tanah tinjau adalah Jenis tanah dr suatu daerah.

Memasuki era pasar bebas, dimana semua bangsa atau negara. batasan yang berarti. Minya setiap negara semakin bebas bergerak dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 7 TAHUN 1990 (7/1990) Tentang HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI. Presiden Republik Indonesia,

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan hutan sebagai bagian dari sebuah ekosistem yang memiliki

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KUTAI BARAT

Presiden Republik Indonesia,

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

I. PENDAHULUAN berhasil tidak suatu organisasi. Salah satu karakteristik yang harus dirniliki

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati Indonesia menduduki posisi kedua setelah Columbia

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sedang digalakkan oleh pemerintah dan merupakan andalan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1.1 Latar Belakang. Luas kawasan konservasi di Indonesia sampai dengan tahun 2006 adalah

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

Menimbang : Mengingat :

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Posisi geografis Indonesia yang terletak di antara benua Asia

A. Ringkasan Penemuan dan Kesimpulan

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan. Sumberdaya hayati (ikan) merupakan bagian dari sumberdaya alam yang

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki potensi surnberdaya. pesisir dan lautan yang besar. Dari pulau yang dimilikinya, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

Dilihat dan asal-usulnya, kelapa sawit bukanlah tanarnan asli lndonesia,

KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Wilayah pesisir Kecamatan Mentok masih memiliki lahan yang sesuai

ANGGARAN DASAR PERSATUAN SARJANA KEHUTANAN INDONESIA

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

(Varanus kornodoens~ s) dan habitatnya Namun kemudian kawasan ini di ketahui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

Salah satu faktor pendukung tejadinya krisis ekonomi di Indonesia

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

hal ini merupakan konsekwensi logis dari posisi Indonesia yang berada pada daerah 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peradaban umat manusia di berbagai belahan dunia (Maryudi, 2015). Luas hutan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja dan memberikan kesempatan membuka peluang berusaha hingga

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penerimaan devisa Indonesia dari produk ekspor terbagi ke dalam dua. sektor yaitu sektor migas (minyak dan gas bumi) serta sektor non-migas.

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. dari interaksi mereka sehari-hari dengan pengikut. Sebagian perilaku pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. Cagar lam merupakan sebuah kawasan suaka alam yang berarti terdapat

PENDAHULUAN. Kawasan pesisir Indonesia, disarnping kaya akan potensi sumberdaya. alamnya, juga mempunyai potensi untuk dikernbangkan rnenjadi obyek

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

I. PENDAHULUAN. Disisi lain, wisata juga dapat rnerusak suatu daerah jika tidak

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan

KESIMPULAN DAN SARAN. bahan penyempurnaan. Substansi perbaikan meliputi pengendalian konversi RTH,

I. PENDAHULUAN. Sejalan dengan program Pemerintah dalam pengembangan sektor agribisnis

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.01/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. /Menhut-II/2012 T E N T A N G MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

ASPEK NUKUM PENERAPAN EKOLABEL DI WUTAN PRBDUKSI

MAKALAH KIAT-KIAT EFEKTIF DALAM MEMILIH BUKU TEKS PELAJARAN. I.,i,:.:;. * " :. 7, :. *.. '&!IS, L,~.';::!:;,ql. Oleh: : _I...>

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air,

I. PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkeadilan melalui peningkatan

I. PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

PERAN PERAWAT DALAM PEMBINAAN KELUARGA SEJAHTERA *) dr. Henni Djuhaeni, MARS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 2008

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2010

Kemitraan Kehutanan di Hutan Lindung Jawa Tengah

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kebijakan (policy) menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa diartikan

DM TEKI\TOLOGI PAI)A PJP II: IPermdidhn Thggi Pertanian Berwawasan Masa Degan

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA UPACARA BENDERA PERINGATAN HARI BAKTI RIMBAWAN TAHUN 2016 JAKARTA, RABU, 16 MARET 2016

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Transkripsi:

Sejak tahm 1950-an, msalah 1 clan old sebab itu diupa smra bersaw- fauna di bumi. Kekhawatirm rnasya memgengah politisi dan t pada negara-negara yang s&ng terutama kepada negara-n b global old eeksploita yang disebabh mmingkatkan kuali tahun 2000 sebagai hutan tropis. Indonesia sebagai sahh satu n-ra m0 y q mernie 10% hutan tropis dmia dan pen@il plyvirood dwia telah lanjuti keputusm ITTO tersebrrt den&an m SK Mat& Nornor 252ets-W1993 dan SK Pe Nornor 576ixpts-EV1993 Kriteria dan hdikator Pengelolaan prduksi Mam hdonesia Lestari serta mengeluarkan SK Nomr 610/Kpts-W1993 fcriteria dm

lndikator Pagelolaan Hutan Alam Smra Lestari pa& Tingkat R/lanajemen Unit. Namun hams disadari bahtva pengelolam h Indonesia rnasih hams dismpumah mtuk memenuhi kriteria hutan denp pagelolaan lestari. Terbukti dengan kenyataan di lapangan terutarna pada tingkat pengelolaan a lain masib bmyaknya kawasan hutan yang belum ditata n, masih belum efekifhya kegiatan perllndungan hutan, masih kurang dilibatkmya masyarakat di &lam dm di utan dan belum dilaksanakan petunjuk tehs secara benar dan s Salah satu penyebab yang cdap rnendasar t manusianya, khususnya sumberd Kenyataan & lapangan men4 ah tenaga telavs yang dikerjakan pada I-LPH belum seim Untuk mewuj pagelolam hutan secara lestari di hdonesia perlu dilahkan peningkatan kuantitas dm kualitas profesionalisme rimbawan serta mengkutkan mereka &lam pagambilan keputusan, terutarna pada tingkat rninajeman unit (IFPw). Keberhasilan pernbangunan k a tidak terlepas dari peran rimbawan, baik yang berada di maupun pemsahaan swasta. Salah satu tolok uhr keberhasilan adalah besarnya devisa negara yang didapat dari sektor kehutanan dan menjadi primadona terbesar setelah minyak bumi dan gas. Namun di tagah keberhasilm sekor keh an &lam pembangunan nasional pada akhir-akhir ini timbul isu bahvva pemanfaaan sumberdaya hutan di negara-negara tropis (temasuk hdonesia), dilakukan dengan kurang bgaksana. Konsekuensi dari pe ii menyababkm Indonesia sebagai negara yang rnemiliki 10% luas tropis dunia dan sebagai pengekspor plywoad terbesar di dmia serta sebagai ncgara Mega Biodkers* nomor tiga di dunk, a&rnya hams meninjau kembali pelahanam pengelolaan hutannya. Sebenarnya pagelolaan h di Indo~~esia telah lama diarahkan pada pagelolaan hutan secara berkelanj utan, dengan keluarnya kebijakan-kebijakan baik yang bersifat teknis maupun non-tekinis. Namm dalam kenyataannya petwuk-petunjuk tersebut belum dilaksanakan secara benar dan konsekuen, temtama pada tingkat manajemen unit WH. Penyebab yang sangat rnendasar sulitnya penerapan pengelolaan hutan secara lestari dimtaranya disebabkan oleh : 1. Belum banyak rimbawan yang handal di hdonesia yang rnernilih sosok : a. Profesional, ahli dalam penguasaan iltn~i pengetahuai~ dan teknolog

b. Kepekaan dm cepat tanggap terhadap pembahan-perubahan global dan pembahan lingkungan. c. Kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial. d. Jiwa wiraswasta yang tinggi bagi mereka yang bekerja di B dm perusaham swasta (Suryohadikusumo, 1994). 2. Masih kurangnya jurnlah rimbawm dibandingkm dengan luas sumberdaya hutan yang harus dikelola. Salah satu contoh dapat dilihat dari data yang dihmpun terhadap 13 IZPH di Daerah Istimewa A~eh yang merniliki total luas konsesi pengusahaan hutan 1.209.500 ha, hanya melibatkan sekitar 35 Kehutanan, 8 Sarjana Muda Kdutanan dan 10 lulusan S 3. kmbawan masih kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusm dan kecilnya wwmang mereka pa& tingkat manajemen. unit. Hal ini terbukti dengan hampir tidak adanya rimbawan yang madudula posisi manajer camp dan manajerhala produksi, apalag pada posisi kunci, yaitu direlrtur dan kornisaris. Umumnya mereka &tempah pada staf perencanaan dm pembinaan hutan. ;Pen-nya Ehistensi Tenaga TeGs Kehubm ddartl Perngelolam En- Secara Lestari Dalam konsep pengelolaan hutan secara lestari penekanan terhadap eksistmsi rimbawan baik jurnlah, profesionalisme dan andiinya belum mendapat perhatian seperti yang diharapkan. Kebijaksanaan rnenuju pagelolaan hutan secara lestari yang telah ditetapkm baik dalam SK Nlmteri Kehutanan No. 252Qts-W1993 dan SK Perubahan No. 576Qts-W1993 tentang Kriteria dan hdikator Pagelolaan Produksi Alam Indonesia Secara Lestari serta SK No. 610Kpts-W1993 tentang Kriteria hdikator Pagelolaan Produksi Alam Sara Lestari pada Tin&t emen Unit, belum menjadikan sumberdaya manusia keh an sebagai salah satu aspek yang cukup mendasar dalam rmgka menuju pagelolaan hutan secara lestari. Pada kriteria yang telah disusun, tenaga tehs kehutanan hanya mempakan bagan dari aspek sosial ekonorni. Berdasarkan GBHN 1993 dan berbagai pertimbangan seperti dikemukakan di atas maka diusulkan agar dalam hteria pengelolaan secara lestari, persoalan sumberdaya rnanusia kehutanan diberi perh dan dijadikan satu aspek tersendiri. Kriteria hendaknya rnmumt enam aspek, yaitu aspek sumberdaya hutan, kelestarian hasil, konservasi, sosial ekonomi, institusi dan aspek surnberdaya manusia kehutanan. Sedangkan indikatomya meliputi penyerapan tenaga kehutanan, kualitas tenaga tehs keh posisiljabatan tenaga kehutanan.

Diharapkan dengan adanya knteria dm indikator seperti itu, maka plhak pemegang WH akan lebih memperhatikan eksistensi tenaga teknis kehutanan,, pemberim posisi p sejauh tidak bertentanw dmgan ekonom mendapatkan hasil yang diing ditinjau kembali kebiakan tentang standar judah tenaga teknis berdasarkan luas yang telah ditetapkan, sebab kebijakan terse upaya menempatkan para rimbawan pa& posisi yang wtal dalam Penekanan ini s enting karma selama ini hmbtan yang paling mendasar untuk rn pagelolaan hutan secara lestan disebabkan kepada rimbawan yang berada di WH kurang diberikan kesempatan dalam pwgambilan kegutusan, terutama &lam. men&pkan besamya produksi, karma dicurigai dapat mewkan pemsahaan. Di lain pihak, rimbawan yang tdah berkecinnpung pada tingkit m-emen mt mh tetap mmpe profesionalismenya. Hasil Muktamar PERSAKT pada bulan Juni 1987 yang dikutip oleh Effendy (1990) merekomendasikan agar profesimalisme yang mew a h resu&ante kemampuan teknis, ded~kas~ dan etika Kde etik PERSAKl ditaati oleh para rimbawm. udkan pengelolaan hlrtan secara lestari (SusiaiiMable Forest Managemnt), hams &md ngkatan kualitas s nusia, terutama sumberdaya utanan, kualitas dm 2. Dalam knteria dan indikat hutan alam produksi lestan perlu entinmya eksistensi surnberdaya manusia, temtama smberdaya 3. Sesuai dengan C;Bm dan upaya mewjudkan pengelolaan h disarankan agar sumberdaya manusia kehutanm dalam kriteria dan indikator pagelolam &ja&kan aspek tersendiri, bukan mempakan bagian dari aspek sosial ekmorni. 4. Departemen Kehutanan perlu mengeluarkan kebijaksmaan tentang penambahan jumlah tenaga tekrus kehutanan dalam standar tenaga tehs kehutanan. Anonymous. 1 989. hdisiplinan dan Profesionalisme Tenaga Kerja &lam mw. Departemen Kehutanan, Jakarta.. 1990. Kriteria dm Indikator Pengelolaan Produksi Alam Tndonesia Secara Lestari. Departemen Kdutanan, Jakarta.

Indonesia Sara Kehutanan, Jakarta. Produksi Alarn Wt. idepartmm. 1993. Pedornm TTTO Alarn Tropis Secara Lestari. Departam K. 1993. Pentbahm Kqutusan Menteri Keh W1993 tentang bteria dan Indikator P Alarn Indonesia S ara Coto, Z. 1993.. Kriteria, hdihtor $an Aplikasi Pengelolaara Majalah Keh, Jakarta. Effendy, A. 1990. Profesionalisl~ne Rimbawan Indonesia. Wkalah Kongres Keh Soernarwoto, 0. 1992. Indonesia &lam KanGah Tsu Lkgkungan Global. IPT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Suryohadihsumo, D. 1994. K&ij& martemen Keh dalarn hgika I? Profsimalisme Rimbawarn, Jakarta.