THE IMPLEMENTATION OF EXAMPLE AND NON-EXAMPLE MODEL TO INCREASE ACTIVITY LEARNINGHISTORY STUDENT CLASS X HIGH SCHOOL

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI BIAYA 1) Oleh

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

IMPROVING COMPREHENSION READING SKILL THROUGH PICTURE STORIES FOR ELEMENTARY STUDENTS

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI ACTIVE SHARING KNOWLEDGE 1. Oleh

Kata kunci: aktivitas belajar, discovery learning, kreativitas belajar

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI ACTIVE SHARING KNOWLEDGE 1. Oleh

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA 1) Oleh

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) BAGI SISWA SMK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION ¹ ) Oleh. M. Fajar Maulana 2), Pargito 3), Darsono 4)

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU JURNAL. Oleh

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Department of Chemistry Education Faculty of Teacher and Education University of Riau

INCREASED INTEREST IN STUDYING GRADE IIIA IN LEARNING SOCIAL STUDIES THROUGH THE TECHNIQUES OF ICE BREAKER IN SD KARTIKA 1-10 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SD N SABDODADI KEYONGAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

LINDA ROSETA RISTIYANI K

PENINGKATAN MINAT DAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MEDIA WAYANG KARDUS PADA SISWA 1)

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

PEMBINAAN RASA NASIONALISME DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT)¹ ) Oleh

PENINGKATAN PARTISIPASI BERBICARA SISWA KELAS V MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK SDN 10 SINTOGA KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU

Implementasi Model Pembelajaran... (Iqbal Wahyu Perdana) 1

Rahmawati et al., Metode Problem Solving...

HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA MENGGUNAKAN MODEL TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT 1. Oleh

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS V.A PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR MERAKIT PERSONAL KOMPUTER MENGGUNAKAN STRUCTURED DYADIC METHODS (SDM)

Anna Hartati MTs Negeri Barabai Abstract

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI PUCANGAN

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL TREFFINGER DI KELAS VA SD NEGERI 08 SURAU GADANG

Rosyidatul Nur Laily Universitas Muhammadiyah Jember, Jl. Karimata No

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL WORD SQUARE DI SDN 26 PELANGAI KECIL KABUPATEN PESISIR SELATAN

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV MELALUI STRATEGI INFORMATION SEARCH DI SDN 04 KAMPUNG OLO NANGGALO PADANG

Kurnia Restu, Lazim N, Zariul Antosa

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV A DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GROUP INVESTIGATION DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SDN 08 SURAU GADANG SITEBA PADANG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA KELAS IV SDN LOMPIO. Oleh.

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, model kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN 07 TUIK BATANG KAPAS

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian.

PADA SISWA KELAS XI IPS 4 DI SMAN 1 BARABAI TAHUN PELAJARAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE DAN NON- EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS X SMA AL-HUDA JATIAGUNG LAMPUNG SELATAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol. 1, No. 2, September 2013 ISSN:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA BIDANG STUDI PKN KELAS V SDS MUHAMMADIYAH HUTABANGUN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI GUIDED TEACHING DI SDN 09 AIR PACAH PADANG

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INTERAKTIF JURNAL. Oleh NYOMAN TRI YULIANTI MUNCARNO NELLY ASTUTI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Irmasuryani Abstract

IMPLEMENTASI PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI STRATEGI QUESTION STUDENTS HAVE DI KELAS IV SDN 03 DURIAN TINGGI KABUPATEN 50 KOTA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

PENERAPAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS IV SDN BLABAK 1 KANDAT KEDIRI

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

Aydha Vadillah Kurniawati et al., Implementasi Kooperatif Learning NHT... Abstrak

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN 27 SAGO PESISIR SELATAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SDN KEBUN BUNGA 6 BANJARMASIN

JEMBER TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS IV SDN 01 PAYAKUMBUH BALAI GADANG.

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA KELAS IV DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN PKn DI SD NEGERI 22 LUBUK MINTURUN

MODEL JIGSAW DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA JURNAL. Oleh DESSY AYU PURWANDARI MUNCARNO MUGIADI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN PKN SD KOTA TEBING TINGGI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IIC SDN 91 PEKANBARU

Key Words: interest, participation, learning outcomes, articulation, Learning IPA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH

Rahayu et al., Peningkatan Aktivitas Belajar...

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REDOKS

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

NILAI KARAKTER DAN HASIL PEMBELAJARAN SOSIOLOGI 1. Oleh

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HOREY PADA SISWA KELAS IV DI SDN 17 SUNGAI GERINGGING PARIAMAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

ARTIKEL PENELITIAN. PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PEMBELAJARAN PKn DENGAN STRATEGI INDEX CARD MATCH DI SDN 06 KECAMATAN IV JURAI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVA SDN 4 PEKANBARU

BAB III METODE PENELITIAN. adalah siswa kelas XI IPS-1 SMA Negeri 2 Salatiga. Jumlah siswa kelas XI IPS-1

Transkripsi:

THE IMPLEMENTATION OF EXAMPLE AND NON-EXAMPLE MODEL TO INCREASE ACTIVITY LEARNINGHISTORY STUDENT CLASS X HIGH SCHOOL Dwi Asmayanti 2) Trisnaningsih 3) dan Edy Purnomo 4) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandar Lampung 35145 Tlp. (0721) 704624 Fax (0721) 704624 Email: dwiasmayanti92@gmail.com This research was a classrom action research. Tools of data collection using observation sheet learning activities with seven indicators of success, namely: 1) Pay attention to the teacher's explanations 2) Asking questions to the teacher 3) Asking questions to other groups during the discussion 4) Answer the teacher's question 5) Reply/responded to the questions from other students during the discussion 6 ) Contribute in the explanation of the task group 7) Contributions of the students when the teacher gives lessons and conclusions at the end of the test results in the form of learning as much as 5 about the essay. Data from the observation and formative tests at each cycle to be ground or material improvement in the next cycle. The results showed that: there is increased activity of learning and cognitive learning outcomes of students in each cycle after the use of models in learning Example and Non-Example subjects of History. Keywords:Student s Activity, History Result Study of Cognitive, Example and Non-Example Model 1) Tesis Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Tahun 2016 2) Dwi Asmayanti, Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Email: dwiasmayanti92@gmail.com HP 081379458909 3) Trisnaningsih. Dosen Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandar Lampung 35145 Tlp. (0721) 704624 fax (0721) 704624) 4) Edy Purnomo. Dosen Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandar Lampung 35145 Tlp. (0721) 704624 fax (0721) 704624)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE dan NON- EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SEJARAH SISWA SMA KELAS X Dwi Asmayanti 2) Trisnaningsih 3) dan Edy Purnomo 4) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandar Lampung 35145 Tlp. (0721) 704624 Fax (0721) 704624 Email: dwiasmayanti92@gmail.com Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Alat pengumpulan data menggunakan lembar pengamatan aktivitas belajar dengan tujuh indikator keberhasilan yaitu: 1) Memperhatikan penjelasan guru 2) Mengajukan pertanyaan pada guru 3) Menunjukkan pertanyaan pada kelompok lain saat diskusi 4) Menjawab pertanyaan guru 5) Menjawab/menanggapi pertanyaan siswa lain saat diskusi 6) Memberikan kontribusi dalam penjelasan tugas kelompok 7) Kontribusi siswa pada saat guru memberikan kesimpulan diakhir pelajaran dan tes hasil belajar yang berupa soal esai sebanyak 5 soal. Data dari hasil observasi dan tes formatif pada setiap siklus menjadi dasar atau bahan perbaikan pada siklus berikutnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: terdapat peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar kognitif siswa pada setiap siklus setelah penggunaan model dalam pembelajaran Example dan Non-Examplemata pelajaran Sejarah. Kata Kunci : Aktivitas belajar, Sejarah, Example dan Non-Example. 1) Tesis Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Tahun 2016 2) Dwi Asmayanti, Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Email: dwiasmayanti92@gmail.com HP 081379458909 3) Trisnaningsih. Dosen Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandar Lampung 35145 Tlp. (0721) 704624 fax (0721) 704624) 4) Edy Purnomo. Dosen Pascasarjana Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Jln. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandar Lampung 35145 Tlp. (0721) 704624 fax (0721) 704624)

PENDAHULUAN Pembelajaran Sejarah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat dunia. Pada kenyataannya pelajaran Sejarah sering kali dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan, sering kali siswa tidak bersemangat dan malas belajar Sejarah. Pada penelitian ini teori belajar dan pembelajaran yang digunakan untuk mendasari penelitian ini adalah teori belajar behavioristik dan teori belajar konstruktivistik. Teori behavioristik menjelaskan bahwa prilaku yang dapat diamati adalah fokus studi, yang harus dipelajari adalah elemen paling sederhana dari prilaku, dan proses belajar adalah perubahan behavioral (Gredler, 2011: 49), sedangkan teori konstruktivistik menjelaskan bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa saja, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya. Satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri mengajarkan menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Nur, 2002: 8). Menurut Sardiman (2000: 95) aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja tetapi lebih menitikberatkan pada aktivitas atau keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode ceramah lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam penyampaian pesan-pesan keilmuan dan anak didik dirugikan. Menurut Hamdayama (2014:98) model pembelajaran Example dan Non-Example ini mengajarkan pada siswa untuk

belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara tepat dengann menggunakan dua hal yaitu Example dan Non-Example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan Non-Example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas. Penelitian yang dilakukan oleh Yensy tahun 2012 dalam penelitiaannya yang berjudul penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa kelas VIII di SMPN I Argamakmur. Dengan penggunaan model pembelajaran Examples dan Non Examples ini diharapkan selain dapat memberikan solusi dari permasalahan aktivitas siswa dalam pembelajaran Sejarah yang terdapat di SMA Al-Huda Jatiagung Lampung Selatan, juga dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. SMA Al-Huda Jatiagung adalah salah satu sekolah swasta mempunyai siswa dengan kemampuan yang bervariatif, sehingga kemampuan dalam menerima pembelajaran juga menunjukkan hasil yang bervariatif juga. Khususnya di kelas X 2 yang berjumlah 33 siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari data hasil observasi aktivitas belajar Sejarah siswa kelas X 2 SMA Al-Huda Jatiagung, pada semua indiktor aktivitas belajar Sejarah masih rendah, karena tidak ada indikator aktivitas belajar Sejarah siswa yang mencapai angka 75% sebagai standar minimal pencapaian. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama proses pembelajaran Sejarah, dapat terlihat bahwa aktivitas belajar siswa di kelas pada mata pelajaran Sejarah rendah. Siswa yang memperhatikan guru hanya 30 %, sedangkan siswa yang mengajukan pertanyaan pada guru pada saat pembelajaran hanya

terdapat 2 siswa yaitu 6%. Pada indikator aktivitas belajar mengajukan pertanyaan pada kelompok lain saat diskusi hanya terdapat 12% atau sebanyak 4 siswa, pada indikator aktivitas belajar menjawab pertanyaan guru terdapat 3 siswa, indikator menjawab/ menanggapi pertanyaan siswa lain saat diskusi hanya 18%. Dan pada dua indikator aktivitas belajar selanjutnya yaitu memberikan kontribusi dalam menjelaskan tugas kelompok sebesar 15% dan indikator kontribusi siswa pada saat guru memberikan kesimpulan diakhir pembelajaran sebesar 9%. Rendahnya aktivitas belajar ini berkaitan dengan model pembelajaran yang dilakukan yaitu masih dominan menggunakan pembelajaran konvensional yang didominasi oleh guru sehingga siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Harapannya, dengan model pembelajaran yang kooperatif dan dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat, maka siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran Sejara, lebih aktif dalam bertanya, dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Faktor dari siswa juga diantaranya yaitu, siswa dalam proses pembelajaran sebagian besar pasif dan tidak mau bertanya jika tidak ditunjuk, faktor ini diduga karena siswa kurang percaya diri, malu dan tidak berani mengungkapkan pendapatnya. Kurang memperhatikan guru, merasa bosan dan jenuh dikarenakan kurang memiliki motivasi untuk belajar Sejarah. Pendidikan IPS memiliki 5 tradisi social studies, yakni (1) IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (Social Studies as citizenship transmission), (2) IPS sebagai ilmu-ilmu sosial (Social Studies as social sciences) (3) IPS sebagai penelitian mendalam (Social Studies as reflective inquiry), (4) IPS sebagai kritik kehidupan sosial (Social Studies as social criticims) dan (5) IPS sebagai pengembangan pribadi individu (Social Studies as personal development of the individual) ( Sapriya, 2009: 13-14). Penelitian ini merujuk pada tradisi IPS yang kelima yaitu IPS sebagai pengembangan pribadi individu

(Social Studies as personal development of the individual), alasannya karena pada penelitian ini membahas mengenai aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran example non-example pada mata pelajaran Sejarah. Aktivitas belajar siswa yang semula rendah menjadi meningkat. Perubahan aktivitas belajar siswa inilah yang dapat dikatakan sebagai pengembangan pribadi individu (Social Studies as personal development of the individual). Dengan demikian, peningkatan aktivitas ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Sejarah. Tujuan penelitian ini yaitu 1) untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran Example dan Non- Example dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Sejarah 2) untuk mengetahui apakah model pembelajaran Example dan Non- Example dapat meningkatkan hasil belajar Sejarah siswa kelas X 2 SMA Al-Huda Jatiagung Lampung Selatan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classrom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2009: 3), sedangkan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Salah satu ciri atau karakteristik penelitian kualitatif yaitu manusia sebagai alat atau instrumen, maka kehadiran peneliti sangat diperlukan (Meleong, 2002:4). Prosedur tindakan pada penelitian ini mengikuti model penelitian tindakan kelas yang mengacu pada model spiral dari Kemmis dan Taggart. Kemmis dalam Pargito mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk inquity reflektif diri yang dilakukan oleh para guru dalam situasi sosial tertentu dan bertujuan mengembangkan rasionalitas dan kebenaran dalam memberdayakan kualitas pekerjaannya secara berkolaborasi (kerja sama) (Pargito,

2011: 37). Desain penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus dengan dua kali pertemuan tiap siklusnya. Setiap siklus mencakup empat tahap kegiatan yaitu: a. Perencanaan (menyiapkan lembar observasi, RPP, media gambar example dan non-example, menyiapkan soal evaluasi beserta kunci jawaban), b. Pelaksanaan (melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran Example dan Non- Example), c. Pengamatan ( melaksanakan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa sesuai dengan instrumen yang telah dibuat, melaksanakan evaluasi berupa tes kognitif siswa), d. Refleksi (menganalisis data-data yang telah dikumpulkan selama pengamatan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sebagai rekomendasi untuk siklus berikutnya. Tindakan akan dilakukan didalam kelas observer bersama guru mata pelajaran IPS sebagai guru mitra yaitu ibu Yulia Eka Puspitasari. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X 2 SMA Al-Huda Jatiagung Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2015/2016 sebanyak 33 siswa yang semuanya terdiri dari 20 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Lama tindakan adalah 3 siklus, dengan masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 06 Januari 2016 sampai dengan 10 Februari 2016 sebanyak enam kali pertemuan. Dalam setiap 2 X 40 menit jam pelajaran di SMA Al- Huda Jatiagung Lampung Selatan. Indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini difokuskan pada aspek aktivitas belajar dan hasil belajar Sejarah siswa. Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini antara lain sebagai berikut: 1) Apabila nilai aktivitas belajar Sejarah siswa yaitu 75 % dari jumlah siswa seluruhnya telah mencapai nilai aktivitas belajar 75, 2) Hasil belajar Sejarah yang mencapai KKM 73 sebanyak 75% dari jumlah siswa seluruhnya maka proses pembelajaran dianggap berhasil. Secara garis besar, dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdapat empat tahapan

yaitu (1) perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi (Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2011: 16). Proses belajar dengan menggunakan model pembelajaran Example dan Non-Example untuk meningkatkan aktivitas belajar sejarah siswa kelas X 2 SMA Al-Huda Jatiagung, dalam penerapannya diawali dengan guru menyiapkan dan membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran Example dan Non-Example. Selanjutnya guru menyiapkan media pembelajaran gambar-gambar materi dengan bantuan LCD proyektor, menyusun instrumen penelitian tentang proses pembelajaran dan dampaknya atau hasil, menyiapkan soal evaluasi beserta kunci jawabannya, menentukan kriteria keberhasilan tindakan, menyiapkan catatan lapangan untuk melihat kegiatan pembelajaran Sejarah menggunakan model pembelajaran Example dan Non-Example, menyiapkan peralatan-peralatan untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran. Selanjutnya siswanya membentuk kelompok dengan setiap kelompoknya terdiri dari 5-6 orang mengamati dan menganalisis tayangan gambar-gambar materi tersebut. Setelah itu, siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dan kemudian mempresentasikan hasil diskusinya di depan guru dan siswa lainnya. Jika terdapat kekurangan pada proses pembelajaran yang telah berlangsung maka dicari solusi untuk mengatasinya dan diperbaiki pada proses pembelajaran selanjutnya. Jika proses pembelajaran yang berlangsung telah sesuai dengan yang diharapkan, maka akan dipertahankan atau ditingkatkan lagi pada proses pembelajaran selanjutnya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini adalah dengan pengamatan, tes, dan dokumentasi. Penelitian tindakan kelas ini terdapat dua jenis data, yaitu data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis dengan statistik deskriptif dan data kualitatif HASIL DAN PEMBAHASAN Data aktivitas belajar Sejarah siswa diambil selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Aktivitas belajar Sejarah siswa berhasil tercapai jika adanya ketercapaian indikator aktivitas belajar Sejarah siswa secara klasikal dinyatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa kelas X 2 SMA Al-Huda Jatiagung Lampung Selatan telah tampak memiliki aktivitas belajar Sejarah. Hasil belajar kognitif siswa dikatakan sudah mencapai indikator keberhasilan apabila adanya peningkatan hasil belajar kognitif siswa minimal 75% dari jumlah siswa kelas X 2 SMA Al-Huda Jatiagung Lampung Selatan telah memiliki nilai lebih dari atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 73, maka proses pembelajaran dianggap berhasil. Diketahui aktivitas belajar Sejarah siswa pada siklus I tujuh indikator aktivitas belajar Sejarah belum ada yang mencapai angka 75% dimana indikator tertinggi adalah 42% dari jumlah siswa yang ada. Pada siklus II indikator tertinggi 61%, sedangkan pada siklus III tujuh indikator aktivitas belajar Sejarah sudah mencapai angka lebih dari 75% siswa yang tampak meningkat aktivitas belajar Sejarah, dimana indikator tertinggi mencapai 90%. Siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 06 Januari 2016 berlangsung selama 2 x 40 menit pada jam ke 3 dan 4. Pertemuan kedua siklus 1 dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 13 Janauari 2016 berlangsung selama 2 x 40 menit pada jam ke 3 dan 4. Pembelajaran ini dihadiri oleh 33 siswa yang terdiri dari 20 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki. Pelaksanaan penelitian tindakan pertemuan 2 siklus I dilakukan oleh peneliti selaku guru mata pelajaran Sejarah dan diikuti oleh 33 siswa, yang berlangsung selama 2 x 40 menit. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 13Januari 2016, dengan materi pembelajaran menganalisis hasilhasil kebudayaan pada Zaman Paleolitikum (Zaman Batu Tua). Pada akhir pertemuan kedua ini dilakukan tes hasil belajar siklus I. Pada siklus I dapat diketahui bahwa belum ada indikator kemampuan aktivitas belajar yang telah mencapai indikator keberhasilan yang

ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan model pembelajaran Example dan Non- Example, sehingga perlu diperbaiki dalam tindakan selanjutnya. Selain itu, guru belum maksimal dalam melakukan pembelajaran sesuai dengan prosedur yang dilaksanakan terutama dalam menjelaskan model pembelajaran Example dan Non- Examplesehingga menimbulkan kebingungan pada siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya, pada siklus I terlihat indikator aktivitas belajar yang mendapatkan jumlah paling tinggi terdapat pada indikator mengajukan pertanyaan pada kelompok lain saat diskusi yaitu sebesar 42% atau 14 siswa. Meskipun demikian, hal ini menunjukkan bahwa siswa masih didominasi oleh siswa yang mendengarkan pendapat siswa lain namun masih melakukan aktifitas bicara. Sehingga membuat kondisi kelas terkadang ribut dan perlu diberikan pengarahan berulang-ulang untuk menjaga kondisi kelas tetap kondusif. Selanjutnya, indikator aktivitas belajar yang mendapatkan jumlah paling rendah terdapat pada indikator mengajukan pertanyaan pada guru yaitu sebanyak 2 siswa atau 62%. Hal ini menunjukkan masih banyaknya siswa yang kurang aktif disaat prses pembelajaran, tidak berani atau ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan pada guru. Pada siklus I, terlihat guru belum maksimal dalam mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, hal ini terlihat dari terdapatnya siswa yang masih tampak bingung mengikuti kegiatan pembelajaran dan tampak menyibukkan diri pada aktivitas lain diluar pelajaran, serta tampak beberapa siswa yang ragu dalam mengungkapkan pendapatnya. Terdapat beberapa siswa telah aktif namun bahasa yang digunakan dalam ketika berdiskusi masih bersifat informal dan masih sering bercanda didalam forum diskusi, selain itu masih ada beberapa siswa yang kurang memberikan perhatiannya ketika anggota lain dalam satu kelompok diskusi memberikan saran untuk jawaban tugas kelompoknya. Selanjutnya, dalam kegiatan mengajukan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan masih didominasi oleh 2-3 orang siswa saja sehingga mengurangi kepercayaan

diri siswa lain yang belum aktif secara maksimal dalam proses pembelalajaran. Pada materi pembelajaran Sejarah, masih sulit dikuasai siswa karena dalam proses pembelajaran Example dan Non- Examplesiswa belum terbiasa belajar menemukan jawaban sendiri. Model pembelajaran menuntut siswa untuk aktif belajar secara mandiri maupun kelompok untuk menguasai materi pembelajaran yang diberikan. Selanjutnya, untuk pengelolaan kelas guru masih belum maksimal, guru masih terlihat kaku dalam menerapkan model pembelajaran Example dan Non-Example, guru kurang bisa mengkondisikan kesiapan belajar siswa, guru kurang membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok, guru kurang dalam efektifitas penggunaan waktu dalam kegiatan tanya jawab, selain itu pengelompokkan siswa berdasarkan absen kelas terlihat kurang mendukung pembelajaran karena siswa cenderung belum kompak dalam kerjasama kelompok ketika diskusi kelas. Sehingga hal tersebut mempengaruhi ketercapaian pada masing-masing indikator aktivitas belajar Sejarah yang masih belum ada yang mencapai indikator yang ditetapkan. Siklus II dilaksanakan pada dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Materi pembelajaran adalah hasil-hasil kebudayaan pada Zaman Mesolitikum (Zaman Batu Tengah) dan hasil-hasil kebudayaan pada Zaman Neolitikum (Zaman Batu Baru). Siklus kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 20 Januari 2016 pada jam ke 3 dan 4 dan pada hari Rabu tanggal 27 Januari 2016 pada jam ke 3 dan 4. Pembelajaran ini dihadiri oleh 20 siswa perempuan dan 13 laki-laki. Penelitian tindakan ini dilakukan oleh guru mata pelajaran Sejarah selaku peneliti. Pada pertemuan kedua siklus II dilakukan tes hasil belajar siswa. Pada siklus II, guru masih kurang maksimal mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi. Hal ini terlihat dari masih terdapat siswa yang masih melakukan aktivitas lain dan tidak fokus dalam proses diskusi kelompok. Selanjutnya, pada proses pembelajaran khususnya dalam penggunaan gambar materi yang diberikan pada masing-masing

kelompok proses pembelajaran masih kurang maksimal. Selanjutnya, siswa masih belum sepenuhnya termotivasi belajar, hal ini terlihat dari beberapa siswa yang masih belum tampak aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan baik pada guru atau kelompok lain. Siswa masih belum maksimal memahami materi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Example Non- Example, karena siswa masih belum terbiasa mandiri dalam memahami materi secara langsung meskipun sudah dibantu dengan media pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar kognitif siswa masih belum mencapai indikator ketercapaian yang ditentukan. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi siklus II yang menunjukkan bahwa jumlah siswa pada indikator aktivitas belajar tertinggi adalah mengajukan pertanyaan pada kelompok lain saat diskusiadalah indikator tertinggi yaitu 20 siswa atau 60,6%. Sehingga menunjukkan bahwa siswa masih belum menunjukkan aktivitas belajar yang tinggi dengan menggunakan model pembelajaran Example dan Non-Example. Siklus III pada penelitian tindakan ini dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan yang didahului dengan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 03 Februari 2016 berlangsung selama 2 x 40 menit pada jam ke 3 dan 4. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Februari 2016 berlangsung selama 2 x 40 menit pada jam ke 3 dan 4, dengan materi hasil-hasil kebudayaan pada Zaman Megalitikum (Zaman Batu Besar) dan nilai-nilai budaya masyarakat pra-aksara Indonesia serta pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat. Pembelajaran ini dihadiri oleh 33 siswa yang terdiri dari 20 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki. Pelaksanakan penelitian tindakan ini dilakukan oleh peneliti selaku guru mata pelajaran Sejarah kelas X 2 di SMA Al-Huda Jatiagung Lampung Selatan. Pada siklus III, guru sudah lebih maksimal dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan siswa sudah mulai terbiasa menggunakan model pembelajaran Example dan Non-

Example. Hal itu dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa yang diteliti dalam penelitian tindakan ini sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, sehingga penelitian tindakan dihentikan pada siklus III.Indikator aktivitas belajar 1) memperhatikan penjelasan guru 2) mengajukan pertanyaan pada guru 3) mengajukan pertanyaan pada kelompok lain saat diskusi 4) menjawab pertanyaan guru 5) menjawab / menanggapi pertanyaan siswa lain saat diskusi 6) memberikan kontribusi dalam menjelaskan tugas kelompok 7) kontribusi siswa pada saat guru memberikan kesimpulan diakhir pembelajaran. Pada siklus III ketujuh indikator aktivitas telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.aktivitas belajar dinyatakan tinggi jika siswa telah mencapaijumlah 75%. Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I sampai III, dapat diketahui bahwa pada siklus I kriteria aktivitas belajar rendah pada tujuh indikator belajar Sejarah masih mendominasi. Diketahui dari 33 siswa yang ada sebanyak 23 siswa atau 70% dari jumlah siswa keseluruhan dikelompokkan pada aktivitas belajar Sejarah rendah dan pencapaian kriteria aktivitas belajar tinggi pada siklus I baru mencapai 6% atau 2 siswa dari total seluruh siswa yang ada. Pada siklus II walaupun masih mendominasi namun keaktivan belajar siswa pada kategori rendah ini mengalami penurunan dari siklus I dimana pada siklus I sebanyak 23 siswa atau 70% dari jumlah seluruh siswa dan pada siklus II keaktivan siswa kategori rendah turun menjadi 16 siswa atau 49% dari jumlah siswa seluruhnya. Walaupun mengalami penurunan jumlah pada indikator keaktivan belajar Sejarah rendah namun fakta ini masih menunjukkan belum memperoleh indikator ketercapaian 75%, karena dari 33 jumlah seluruh siswa kelas X 2 yang memperoleh aktivitas belajar tinggi, baru mencapai 15% atau 5 siswa dari total seluruh siswa yang ada. Pada siklus III dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mendapatkan kriteriaaktivitas belajar tinggi pada tujuh indikator belajar Sejarah mendominasi disiklus III, diketahui dari 33 siswa yang ada sebanyak 27 siswa atau 82% dari jumlah siswa keseluruhan dikelompokkan pada

aktivitas belajar Sejarah tinggi. Fakta ini menunjukkan pada siklus III telah memperoleh indikator ketercapaian 75%, karena dari 33 jumlah seluruh siswa kelas X 2 yang memperoleh aktivitas belajar tinggi sebanyak 82% siswa dari total seluruh siswa yang ada. SIMPULAN 1) Kemampuan komunikasi siswa mengalami peningkatan setelah penggunaan model Example dan Non-Example, hal ini ditunjukkan dengan peningkatan indikator aktivitas belajar siswa yaitu memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru, menjawab pertanyaan dari guru, berdiskusi dalam meyelesaikan permasalahan dalam kegiatan berlajar mengajar. Melalui penggunaan model pembelajaran Example dan Non- Example yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa 2) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah penggunaan model Example dan Non-Example, hal ini dapat diketahui peningkatannya setelah dilakukan kegiatan evaluasi hasil belajar kognitif siswa di setiap siklus. Dengan demikian melalui penggunaan model pembelajaran Example dan Non-Example yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus terbukti dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah pengetahuan siswa. Diakhir siklus III meskipun sudah mencapai indikator keberhasilan siswa yang ditentukan, tetapi masih terdapat dua orang siswa yang tidak tuntas belajar yang disebabkan karena siswa kurang fokus terhadap proses pembelajaran. Untuk mengatasi masalah keempat siswa yang mengalami kesulitan belajar maka dilakukan tugas tambahan dan konsultasi langsung dengan guru terhadap penguasaan materi yang telah dipelajari.

DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. Gredler, E, Margaret. 2011. Learning And Instruction Teori dan Aplikasi. Kencana. Jakarta. Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter.Ghalia Indonesia. Bogor. Meleong, L, J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya. Bandung. Nur, M. 2002. Psikologi Pendidikan: Fondasi Untuk Pengajaran. PSMS Program Pasca Sarjana. Surabaya. Pargito.2011. Penelitian Tindakan Bagi Guru dan Dosen. AURA. Bandar Lampung. Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. PT. Rosda. Bandung. Sardiman, A, M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. Grafindo. Jakarta. Yensy, Astuty, Nurul. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non-Example dengan Menggunakan Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Kelas VIII SMPN I Arga Makmur. /httpjurnal.umk.ac.id/unbe/vol.x/no.1/2012. Universitas Bengkulu. Diakses tanggal 19 Juni 2016 jam 08.15.