2015 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN KERAMIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan sektor yang mendapat perhatian dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis yaitu jalur Purwakarta - Jakarta, Purwakarta - Bandung dan

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdekatan dengan kota Bandung, sehingga mempunyai kedudukan strategis

2014 IMPLEMENTASI D ATA ENVELOPMENT ANALYSIS (D EA) UNTUK MENGUKUR EFISIENSI INDUSTRI TAHU D I KABUPATEN SUMED ANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ides Sundari, 2013

I. PENDAHULUAN. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Kelompok Industri Pangan Kabupaten Majalengka. No Jenis Industri/ Produksi Sentra Produksi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat perekonomian nasional mengalami stagnasi, usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Risna Khoerun Nisaa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Barat yang terletak diantara 107º30 107º40 Bujur Timur dan 6º25 6º45

2015 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHA KECAP MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan UMKM di Kabupaten Cirebon Berdasarkan. Kelompok Usaha Industri Jasa Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan UMKM di Indonesia dari tahun telah. Tabel 1.1. Jumlah Unit UMKM dan Industri Besar

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

Lampiran 1. Indikator Pendidikan di Kabupaten Purwakarta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Milly Puspasari, 2014 Analisis Deskriptif Usaha Batu Alam Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Mada 1990) 1 P4N UG, Rencana Induk Pembangunan Obyek Wisata Desa Wisata Kasongan (Universitas Gajah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Muhammad Rizki, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

BAB I PENDAHULUAN. menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas.industri kreatif tidak hanya menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial budaya antar negara.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan produksi yang kegiatan utamanya yaitu mengolah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

BAB I PENDAHULUAN. sentral dalam perekonomian Indonesia khususnya Jawa Barat. Walaupun krisis

BAB I PENDAHULUAN. Perindustrian saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang dialami oleh bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Wilayah Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (WKPP) III

Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Investasi dan Nilai Produksi Potensi Industri 2008

BAB I PENDAHULUAN. Gula adalah salah satu komoditas pertanian yang telah ditetapkan

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta

BAB I PENDAHULUAN. sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dari tanah liat. Keramik pada awalnya berasal dari bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Siti Wahyuni, 2014 Pengaruh Aspek-Aspek Prilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGUSAHA AIR MINUM ISI ULANG

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

Kata Kunci: Modal, Tingkat Upah, Penyerapan Tenaga Kerja, Produksi DAFTAR ISI...

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor wirausaha dalam negeri dikatakan cukup baik. Hal ini

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP PENDAPATAN

Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Investasi dan Nilai Produksi Potensi Industri Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dede Upit, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia sejak terjadinya krisis moneter mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Purwakarta Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesa. Peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia diakui

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perekonomian Indonesia pada dekade 70-an hingga 80-an mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Lokasi Kampung Tahu Citeureup

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri merupakan sektor yang sangat potensial dan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kontribusi utama sektor industri terhadap pembangunan nasional diantaranya secara nyata telah meningkatkan penyediaan bahan baku, menyediakan kesempatan kerja serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu subsektor dari sektor industri yaitu adanya sektor industri kreatif. Industri kreatif merupakan bagian dari ekonomi kreatif. Diberbagai belahan dunia saat ini, industri kreatif dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian bangsanya secara signifikan. Indonesia pun melihat bahwa berbagai subsektor industri kreatif berpotensi untuk dikembangkan, karena bangsa Indonesia memiliki sumber daya insani kreatif dan warisan budaya yang kaya. Indonesia sangat menyadari bahwa industri kreatif yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual adalah harapan indonesia untuk bangkit, bersaing dan meraih keunggulan dalam ekonomi global. Berbeda dengan karakteristik industri pada umumnya, pengertian industri kreatif menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia merupakan kelompok industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Tidak hanya itu, industri kreatif juga disebut sebagai industri yang melakukan pengembangan berbagai faktor yang signifikan perannya dalam ekonomi kreatif yaitu sumber daya daya insani, bahan baku berbasis sumber daya alam, teknologi, tatanan institusi, dan lembaga pembiayaan yang menjadi komponen dalam model pengembangan (Gunaryo dkk, 2008:9). Industri kreatif memiliki kontribusi ekonomi yang signifikan terhadap peningkatan perekonomian Indonesia khusunya terhadap produk domestik bruto

2 (PDB). Hal ini terjadi karena industri kreatif mampu menciptakan iklim bisnis yang positif, dapat memperkuat citra dan identitas bangsa, mendukung pemanfaatan sumber daya yang terbarukan, merupakan pusat penciptaan inovasi dan pembentukan kreatifitas serta memiliki dampak sosial yang positif (Gunaryo dkk, 2008:4). Dampak Sosial -Kualitas Hidup -Peningkatan Toleransi sosial Inovasi dan Kreativitas -Ide dan gagasan -Penciptaan nilai Kontribusi Ekonomi -PDB -Menciptakan lapangan pekerjaan - Ekspor Mengapa Industri Kreatif perlu dikembangkan? Sumber Daya Terbarukan -Berbasis pengetahuan, kreativitas Iklim Bisnis -Penciptaan lapangan usaha -Dampak bagi sektor lain Pemasaran Citra & Identitas bangsa - Tourisme - Ikon Nasional - Membangun budaya, warisan budaya, nilai lokal Sumber : Departemen Perdagangan RI Gambar 1.1 Skema Mengapa Industri Kreatif Perlu Dikembangkan Berdasarkan skema tersebut dapat diketahui, bahwa industri kreatif memiliki peranan yang penting dalam perekonomian nasional maupun global karena memberikan kontribusi terhadap berbagai aspek kehidupan baik secara ekonomi maupun nonekonomi (Suryana, 2013:101). Maka sudah selayaknya industri kreatif harus dikembangkan dengan konsep yang matang. Salah satu kontribusi utama industri kreatif yaitu kontribusinya terhadap peningkatan PDB suatu negara. Tidak jauh berbeda dengan negara lain, industri kreatif di Indonesia

3 pun berkontribusi positif terhadap PDB Indonesia. Berikut Kontribusi industri kreatif terhadap PDB Indonesia. Tabel 1.1 Kontribusi Industri kreatif terhadap PDB Indonesia Tahun Share Industri kreatif terhadap Sektor Industri Share Industri Kreatif terhadap PDB 2006 20,59% 6,28% 2007 41,07% 11,10% 2008 30,34% 8,44% 2009 29,38% 7,74% 2010 24.3 % 7,20% 2012 23,98% 7,00% Ratarata 7,96% Sumber: diolah dari BPS dan Kemenparekraf Berdasarkan tabel diatas, kontribusi industri kreatif terhadap sektor industri maupun PDB berfluktuatif. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu menyumbang sebesar 41,07 % terhadap sektor industri dan 11,10 % terhadap PDB Nasional. Sedangkan pada tahun 2012, presentase kontribusinya kembali mengalami penurunan yaitu hanya sebesar 7 %. Hal ini disebabkan beberapa faktor, baik faktor ekonomi maupun nonekonomi. Meskipun kontribusinya menurun, hal ini bukan berarti sektor industri kreatif tidak diperlukan. Akan tetapi melihat kondisi penurunan seperti itu,harus dijadikan acuan untuk meningkatkan dan mengembangkan industri kreatif ke arah yang lebih baik lagi. Industri kreatif di Indonesiakhususnya di provinsi Jawa Barat juga memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, karena industri ini mampu memberikan iklim bisnis positif dan membentuk identitas kota maupun daerah.

4 Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mengembangkan daerah industri kreatif salah satunya yaitu Kabupaten Purwakarta. Salah satu sektor industri kreatif yang terdapat di Kabupaten Purwakarta yaitu industri kreatif kerajinan keramik. Kerajinan keramik merupakan salah satu bagian dari 14 jenis subsektor industri kreatif Indonesia. Kerajinan merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distibusi produk yang dibuat dihasilkan oleh pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses akhir penyelesaiannya. Produksi kerajinan ini umumnya hanya diproduksi dalam jumlah relatif kecil. Tidak hanya keramik, masih banyak produk lain yang berasal dari Purwakarta. Industri besar atau sedang di Kabupaten Purwakarta tersebar pada 11 Kecamatan dan terkonsentrasi pada sentra-sentra industri kreatif, seperti Kecamatan Tegalwaru dan Plered serta kawasan industri Kota Bukit Indah di Kecamatan Bungursari. Berikut industri kecil yang ada di Kabupaten Purwakarta. Tabel 1.2 Data Jenis Industri Kecil Kabupaten Purwakarta Nama Kecamatan Jenis Industri Bungur Sari Mebel, Opak ketan Cibatu Mebel, Sale, Aneka keripik Campaka Topi anyaman padi Purwakarta Simping Pasawahan Opak singkong, penggilingan padi Pondok Salam Keripik pisang Wanayasa Manisan pala Kiara Pedes Batu templek, mebel Bojong Gula aren, Penggilingan Padi Darangdan Tah Hijau Plered Keramik Tegal Waru Genteng, anyaman bambu Maniis Karet Sukatani Penggilingan Padi, batako Jatiluhur Keripik singkong, bawang Sukasari Penggilingan Padi Babakan Cikao Opak Ketan, Roti Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Purwakarta, 2012

Simping Emping Melinjo Tape Singkong Topi Keramik Genteng Press Wayang Golek Batu Templek Bata Merah Batu Belah/Split Aneka Kue Meubel Batako Percetakan 5 Dari data diatas dapat diketahui bahwa terdapat banyak jenis industri kecil di Kabupaten Purwakarta. Setiap Kecamatan di Kabupaten Purwakarta, memiliki ciri khas masing-masing dan menjadikan ikon daerah tersebut. Salah satu jenis industri kreatif yang ada di Kabupaten Purwakarta yaitu industri kreatif kerajinan keramik. Industri ini merupakan salah satu komoditas atau produk andalan yang dimiliki oleh Kabupaten Purwakarta, karena kerajinan keramik ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat. Berikut nilai produksi dari setiap komoditi Kabupaten Purwakarta: Rp18,000,000 Rp16,000,000 Rp14,000,000 Rp12,000,000 Rp10,000,000 Rp8,000,000 Rp6,000,000 Rp4,000,000 Rp2,000,000 Rp- Nilai Produksi Nilai Produksi Sumber: BPS Kabupaten Purwakarta, 2012 Grafik 1.1 Nilai Produksi Industri Kecil Menurut Jenis Produksi di Kabupaten Purwakarta Tahun 2012 (dalam ribuan rupiah) Berdasarkan grafik diatas, nilai produksi keramik menduduki posisi tertinggi dibanding dengan produk lainnya. Nilai produksi keramik secara keseluruhan mencapai Rp. 16.200.000.000. Jumlah nilai produksi tersebut mencakup semua jenis keramik yang diproduksi pada tahun 2012. Karena nilai produksinya paling tinggi dibanding produk lainnya, kerajinan keramik tersebut menjadi produk unggulan Kabupaten Purwakarta. Selain itu, kerajinan keramik ini paling banyak berproduksi dan menyerap banyak tenaga kerja. Di Kabupaten Purwakarta,sentral penghasil kerajinan keramik terdapat di Kecamatan Plered.

6 Produksi keramik dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Penurunan tersebut dilihat dari jumlah produksi setiap bulannya. Selain itu, karena ada penurunan produksi berdampak juga terhadap nilai produksi dari keramik tersebut. Keramik Plered ini juga tidak secara optimal berproduksi karena produksinya tergantung pada pesanan. Adanya penurunan produksi keramik bisa terlihat dari jumlah unit usaha keramik juga yang mengalami penurunan. Berikut perkembangan jumlah unit usaha keramik di Kecamatan Plered. Tabel 1.3 Jumlah unit usaha keramik di Kecamatan Plered Unit Tahun Usaha 2005 264 unit 2008 250 unit 2009 250 unit 2010 286 unit 2011 264 unit 2012 218 unit Sumber : UPTD Litbang Keramik, 2012 Salah satu sentra Industri keramik di Plered yaitu di Desa Anjun. Hampir sebagian besar pengrajin berasal dari desa ini. Adapun jumlah pengusaha keramik di Desa Anjun saat ini yaitu mencapai 175 unit. Di Desa ini, hampir mayoritas penduduknya menjadi pengrajin keramik, baik yang memiliki usaha sendiri maupun yang hanya menjadi tenaga kerja. Keberlangsungan usaha industri kerajinan keramik ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat di daerah ini. Sehingga apabila tidak berjalan, maka keberlangsungan hidup para pengusaha dan pengrajin di daerah ini akan terancam. Efisiensi produksi memegang peranan penting terhadap aktivitas produksi yang dilakukan. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor produksi yang digunakan harus optimal tanpa ada kekurangan maupun kelebihan sehingga akan menghasilkan output produksi yang optimal. Produksi yang optimal memberikan

7 efek positif terhadap kesejahteraan pengrajin. Namun sebaliknya produksi yang tidak efesien akan berdampak terhadap keberhasilan usaha yang semakin menurun baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dan pada akhirnya kesejahteraan pengrajin mengalami penurunan. Efisiensi memiliki hubungan erat dengan output produksi. Ketika produksinya mengalami penurunan dan kecenderungan biaya produksi meningkat maka efisiensi optimum tidak tercapai. Sebaliknya ketika output produksi terus meningkat seiring penambahan biaya yang proporsional maka tingkat efisiensi optimum tercapai. Kondisi yang terjadidilapangan menunjukan bahwahasil produksi keramik terus mengalami penurunan, sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan semakin meningkat. Berikut tabel yang menjelaskan hasil produksi keramik pada beberapa pengrajin. Tabel 1.4 Hasil Produksi Keramik Berdasarkan 6 Sampel Pada industri Kerajinan Keramik Desa Anjun Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta (dalam Unit) Bulan Jumlah produksi Ipul H. Amin H. Asep Ade Ayat Slamat Oktober 1800 1350 1050 1500 900 960 Nopember 1500 1500 900 1200 600 720 Desember 1350 1200 750 1050 750 900 Total 4650 4050 2700 3750 2250 2580 Sumber : Pra penelitian, Data diolah Berdasarkan data diatas, dari beberapa pengrajin yang ditemui, hasil produksi mereka mengalami penurunan produksi khususnya pada tiga bulan terakhir ini. Dari setiap pengrajin rata-rata penurunan hasil produksinya berkisar antara 16 % - 40 %.Salah satu faktor yang menyebabkan produksi keramik menurun yaitu adanya kenaikan biaya produksi. Hal ini menunjukan kondisi produksi yang tidak optimum. Adanya kenaikan biaya produksi tersebut salah satunya disebabkan oleh bahan baku yang berupa tanah liat dan akses untuk mendapatkan bahan tersebut semakin sulitsehingga harga tanah liat tersebut semakin tinggi. Tidak hanya tanah

8 Nama Pengrajin liat, kayu bakar yang dipakai dalam proses produksi didapatkan dari luar Kecamatan Plered hal ini juga yang menambah biaya produksi. Kenaikan harga terutama BBM sebagai salah satu komponen utama dalam proses produksi keramik menyebabkan produktifitas menjadi terhambat dan tingginya harga pokok produksi sehingga menyulitkan dalam penyediaan modal kerja. Tidak hanya itu, rendahnya kapasitas produksi yang disebabkan kurangnya peralatan produksi yang baik dan standar, terutama didalam proses desain dan pembentukan, maka pekerjaan tidak bisa dilakukan maksimal. Berikut tabel yang menjelaskan nilai output dan biaya produksi keramik selama tiga bulan terakhir. Tabel 1.5 Nilai Output dan Biaya Produksi Kerajinan Keramik Desa Anjun Kecamatan Kabupaten Plered Nilai Output Biaya Input Oktober Nopember Desember Oktober Nopember Desember Bapak Ipul Rp32.400.000 Rp27.000.000 Rp24.300.000 Rp22.680.000 Rp17.550.000 Rp17.550.000 H. Amin Rp24.975.000 Rp27.750.000 Rp22.200.000 Rp16.233.750 Rp18.037.500 Rp13.320.000 H. Asep Rp19.425.000 Rp17.100.000 Rp14.250.000 Rp12.626.250 Rp11.115.000 Rp9.262.500 Ade Rp28.500.000 Rp22.800.000 Rp21.000.000 Rp18.525.000 Rp14.820.000 Rp14.700.000 Ayat Rp18.000.000 Rp12.000.000 Rp15.000.000 Rp10.800.000 Rp7.200.000 Rp9.000.000 Slamat Rp19.200.000 Rp14.400.000 Rp18.000.000 Rp12.480.000 Rp9.360.000 Rp11.700.000 Total Rp142.500.000 Rp121.050.000 Rp114.750.000 Rp93.345.000 Rp78.082.500 Rp75.532.500 Rata-rata Rp23.750.000 Rp20.175.000 Rp19.125.000 Rp15.557.500 Rp13.013.750 Rp12.588.750 Sumber : Pra Penelitian, data diolah Berdasarkan data pada Tabel 1.5, dari total enam orang pengrajin yang ditemui, secara keseluruhannilai output selama tiga bulan terakhir mengalami penurunan. Dari bulan Oktober ke bulan Nopember mengalami penurunan nilai output yang cukup besar yaitu sebesar Rp 21.450.000 atau penurunannya mencapai 15,05 %. Demikian halnya dari bulan Nopember ke bulan Desember nilai output secara keseluruhan masih mengalami penurunan walaupun penurunannya tidak sebesar di bulan Nopember. Adapun presentase penurunan dari bulan Nopember ke bulan Desember mencapai 5,20 %.

9 Berdasarkan data pada tabel 1.5, perhitungan efisiensi pada produksi kerajinan keramik dapat diketahui dalam tabel berikut ini: Tabel 1.6 Tabel Elastisitas Produksi Kerajinan Keramik Desa Anjun Kecamatan Kabupaten Plered Nama Pengrajin Presentase perubahan nilai output Presentase perubahan biaya input Koefisien Elastisitas Rata-rata Elastisitas Nop Des Nop Des Nop Des Bapak Ipul -16,67-10 -22,62-10 0,74 1,00 0,87 H. Amin 11,11-20 11,11-26,15 1,00 0,76 0,88 H. Asep -11,97-16,67-13,97-16,67 0,86 1,00 0,93 Ade -23,1-7,89-20 -0,81 1,16 0,10 0,63 Ayat -33,33 23-31,33 25 1,06 0,92 0,99 Slamat -25 25-22 25 1,14 1,00 1,07 Rata-rata Koefisien elastisitas 0,89 Sumber : Pra Penelitian, data diolah Data dalam tabel1.6 menunjukan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha kerajinan keramik hias Desa Anjun Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta sebesar 0,89. Artinya penggunaan faktor-faktor produksi kerajinan keramik hias Desa Anjun Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta belum mencapai efesiensi optimum. Hal ini ditunjukan oleh nilai rata-rata koefisien elastisitas produksi kurang dari 1 (E < 1). Hal ini merupakan masalah yang harus segera diselesaikan karena apabila tidak, lambat laun para pengrajin akan mengalami kerugian dari jumlah penerimaan yang diperoleh dari hasil produksinya lebih kecil dari pengeluaran untuk proses produksinya. Apabila permasalahan ini dibiarkan, maka tidak menutup kemungkinan industri kerajinan ini akan bangkrut sehingga mengancam kehidupan masyarakat yang menggeluti usaha ini. Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka judul penelitian yang diambil penulis yaitu ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN

10 KERAMIK (Survey Pada Industri Keramik Hias Di Desa Anjun Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta).

1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana gambaran umum mengenai modal, tenaga kerja dan produksi keramik di Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta? 2) Apakah penggunaan faktor produksi modal dan tenaga kerja pada industri keramik di Desa Anjun Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta sudah mencapai efisiensi optimum? 3) Apakah skala produksi modal dan tenaga kerja pada industri keramik di Desa Anjun Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta berada pada tahap produksi Decreasing return to scale, Constant return to scale atau Increasing return to scale? 11 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui: 1) Gambaran umum mengenai modal, tenaga kerja dan produksi keramik di Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta. 2) Mengetahui apakah penggunaan faktor produksi modal dan tenaga kerja pada industri keramik di Desa Anjun Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta sudah mencapai efisiensi optimum. 3) Mengetahui apakah skala produksi modal dan tenaga kerja pada industri keramik di Desa Anjun Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta berada pada tahap produksi Decreasing return to scale, Constant return to scale atau Increasing return to scale. 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khazanah ilmu ekonomi mikro, khususnya terkait dengan produksi. KERAJINAN KERAMIK

Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran serta informasi mengenai faktor-faktor produksi yang dapat meningkatkan hasil produksi keramik. Selain itu juga memberikan masukan agar produksi keramik bisa mencapai hasil produksi yang optimum dan efisien. 12 KERAJINAN KERAMIK