BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB 3 Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2015 dan tempat penelitian ini

BAB III PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR

BAB III. dan RX-KING ditujukan pada diagram dibawah ini yaitu diagram alir penelitian. Rumah Kopling F1-ZR. Rumah Kopling RX-KING.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Agustus sampai bulan Oktober 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

Perbandingan Kekerasan dan Kekuatan Tekan Paduan Cu Sn 6% Hasil Proses Metalurgi Serbuk dan Sand Casting

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN dan dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Pemotongan Sampel. Degreasing dengan larutan Acetone

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Start

STUDI ANALISA KEGAGALAN MATERIAL FC50 PADA APLIKASI GARDAN MOBIL SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

Metode Uniaxial Pressing Proses Sintering...

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung dan laboratorium uji material kampus baru Universitas Indonesia

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN

SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM A 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Karena tujuan dari

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. 3). 94% Resin, 3% Serat Pelepah Salak, dan 3% Serat Glass. 4). 94% Resin, 4% Serat Pelepah Salak, dan 2% Serat Glass.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN 10%wt Mg DAN KECEPATAN MILLING TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Al-Mg

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan September 2012 sampai dengan November

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Penimbangan Serbuk Alumunium (Al), Grafit (C), dan Tembaga (Cu) Pencampuran Serbuk Al dengan 1%Vf C dan 0,5%Vf Cu Kompaksi 300 bar Green Compact Sintering 60 menit dengan Variabel Temperatur: 500 0 C, 550 0 C, 600 0 C, 650 0 C, dan 700 0 C Burn Compact Uji Kekerasan Uji Aus Uji Kuat Tekan Uji Densitas/ Porositas Pengamatan Mikrostruktur Data Penelitian Literatur Pembahasan Kesimpulan 42

III.2 BAHAN-BAHAN PENELITIAN a) Serbuk alumunium paduan (Al paduan) sebagai matriks dengan karakteristik sebagai berikut[18]: Komposisi : o Alumunium (Al) : 86,8321% o Silikon (Si) : 2,3129% o Lain-lain : 10,855% Bentuk partikel : irregular Ukuran partikel : 140-170 mesh Berat jenis : 2,7 gram/cm 3 b) Serbuk grafit (C) sebagai penguat dengan karakteristik sebagai berikut[18]: Komposisi serbuk grafit yang digunakan memiliki tingkat kemurnian 99,5% dan sisanya merupakan pengotor. Berikut adalah komposisi dari serbuk grafit: o Korngrobe (< 50 μm) : >99,5 wt% o In ethanol Ioliche Anteile : <0,2 wt% o Gluhruckstand o Trocknungsverlust Bentuk partikel : <1 wt% : <0,5 wt% : flake Ukuran partikel : 120 mesh Berat jenis : 2,2 gram/cm 3 c) Serbuk tembaga (Cu) memiliki karakteristik sebagai berikut: Komposisi serbuk tembaga yang digunakan memiliki tingkat kemurnian 99,7% dan sisanya merupakan pengotor. Ukuran partikel : < 63 μm (> 230 mesh ASTM) Berat jenis : 8,92 gram/cm 3 d) WD 40 sebagai pembersih cetakan kompaksi. e) Amplas 120#, 240#, 400#, 600#, 800#, 1000#, dan 1500#. f) Kain poles beludru dan zat poles alumina. 43

g) Silica gel untuk menjaga kelembaban sampel ketika disimpan di dalam plastik. III.3 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN a) Timbangan analitik. b) Timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram. c) Cawan petri, spatula, dan plastik untuk persiapan serbuk. d) Blender untuk pencampuran (mixing) serbuk. e) Dies dan mesin Krisbow untuk kompaksi serbuk. f) Dapur Neberthem untuk proses sintering dan penghilangan kadar air dari dalam sampel. g) Jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm. h) Mesin amplas dan poles. i) Mesin uji kekerasan Brinell. j) Mesin uji keausan Ogoshi. k) Measuring microscope untuk melihat jejak indentasi dan lebar celah abrasi. l) Mesin Tarno Grocki untuk uji kuat tekan. m) Beaker glass 1000 ml, kawat, gelas plastik, dan tali untuk uji densitas dan porositas. n) Mikroskop optik untuk foto mikro sampel. o) SEM (Scanning Electron Microscope) dan EDS (Energy Disperse Spectroscopy) untuk mengetahui struktur mikro dan komposisi komposit yang terbentuk. III.4 PROSEDUR PENELITIAN III.4.1 Persiapan serbuk a) Menimbang masing-masing serbuk alumunium (Al), grafit (C), dan tembaga (Cu) dengan komposisi sebagai berikut: Berat Al : 300 gram = 97,6 wt% = 98,52 %Vf Berat C Berat Cu : 2,442 gram = 0,794 wt% = 0,98 %Vf : 4,955 gram = 1,612 wt% = 0,49 %Vf b) Mencampur serbuk grafit dengan serbuk tembaga (surface treatment). 44

c) Mencampurkan serbuk grafit dan tembaga yang telah dicampur sebelumnya dengan serbuk alumunium yang telah disiapkan. Pencampuran serbuk menggunakan blender selama ±5 menit. Gambar 3.1. Timbangan Digital III.4.2 Tahapan kompaksi Tahapan kompaksi dilakukan dengan menggunakan mesin penekan Krisbow, menggunakan cetakan (dies) berbentuk silinder, dan tekanan kompaksi optimum sebesar 300 bar[26]. Penekanan yang diberikan adalah satu arah (single end compaction) dimana punch berada pada bagian atas dan bergerak dari atas ke bawah. Tahapan kompaksi yang dilakukan ialah sebagai berikut: a) Mempersiapkan dan membersihkan cetakan kompaksi yang berbentuk silinder dengan menggunakan pembersih WD 40. b) Memasukkan serbuk Al-C-Cu ke dalam rongga cetakan sampai cetakan terisi penuh. c) Memasang cetakan (dies) yang telah dipasang bagian atasnya kemudian meletakkannya pada tempat yang telah disediakan di mesin Krisbow. d) Memberikan pembebanan tekanan kompaksi sebesar 300 bar. e) Mengeluarkan hasil kompaksi (green compact) dari dalam cetakan. f) Menimbang berat masing-masing sampel green compact, 3-4 gram dengan diameter rata-rata 20 mm dan tinggi 5-6 mm. 45

Gambar 3.2. Alat Kompaksi Krisbow III.4.3 Tahapan proses sinter Proses sinter (pemanasan) dilakukan dengan menggunakan dapur jenis Neberthem. Proses sinter yang dilakukan dalam penelitian ini hanya untuk sampel material komposit dengan penguat (reinforced) dan menggunakan 5 varibel temperatur sinter, yaitu 500 o C, 550 o C, 600 o C, 650 o C, dan 700 o C dengan waktu tahan sinter konstan selama 60 menit. Penentuan temperatur sinter berdasarkan material komposit alumunium grafit yang mengacu pada temperatur sinter dari matriksnya, yaitu temperatur sinter alumunium sebesar 595-625 o C[12]. Tahapan dari proses sinter yang dilakukan ialah sebagai berikut: a) Menyiapkan sampel sebanyak 9 buah untuk setiap temperatur sinter yang digunakan. b) Meletakkan sampel tersebut ke wadah keramik (tray) dan memasukkannya ke dalam dapur Neberthem. c) Mengatur dapur Neberthem untuk masing-masing temperatur sinter dengan menggunakan temperatur pre-heating sebesar 1/3 temperatur sinter, laju kenaikan temperatur sebesar 5-7 o C/menit, dan waktu tahan sinter 46

(holding time) konstan selama 60 menit. Misalnya untuk temperatur sinter 600 o C, tahapan proses sinter yang dilakukan ialah sebagai berikut: o Pemanasan dari temperatur awal (25 o C) hingga temperatur preheating 200 o C, dimana laju kenaikan temperatur diatur sebesar 5 o C/menit. o Setelah melewati tahapan pre-heating, temperatur kembali naik hingga mencapai temperatur sinter yang diinginkan yakni sebesar 600 o C. o Dilakukan holding selama 60 menit pada temperatut sinter 600 o C. o Setelah 60 menit, temperatur akan turun secara otomatis hingga ke temperatur kamar. Dalam hal ini, proses pendinginan sampel dilakukan di dalam dapur seiring dengan menurunnya temperatur. d) Mengeluarkan sampel dari dalam dapur setelah temperatur di dalam dapur mencapai temperatur kamar. e) Melakukan tahapan yang sama untuk temperatur sinter 500 o C, 550 o C, 650 o C, dan 700 o C. f) Sampel yang telah mengalami proses sinter (burn compact) siap untuk dilakukan pengujian. Gambar 3.3. Dapur Neberthem 47

III.5 PENGUJIAN Pengujian dilakukan pada sampel komposit dengan penguat hasil perlakuan proses sinter (burn compact) dan hasil perlakuan tanpa proses sinter (green compact). Gambar 3.4. Sampel green compact (kiri) dan burn compact (kanan) III.5.1 Pengujian kekerasan Pengujian kekerasan dilakukan untuk mengetahui hubungan antara temperatur sinter dengan nilai kekerasan material komposit alumunium grafit, serta perbandingan dari beberapa perlakuan sampel terhadap nilai kekerasan yang dihasilkan. Pengujian ini menggunakan metode Brinell dengan diameter indentor bola baja sebesar 1,6 mm. Standar pengujian yang digunakan adalah ASTM E-10. Adapun tahapan dari pengujian kekerasan Brinell ialah sebagai berikut: a) Mengamplas permukaan sampel yang akan dijejak hingga rata dan halus. b) Memasang indentor bola baja berdiameter 1,6 mm dan mengatur beban sebesar 31,25 Kg. c) Melakukan indentasi (penjejakan) pada tiap sampel sebanyak 3 titik dengan waktu tahan indentasi selama 15 detik. d) Mengukur diameter jejak secara vertikal dan horizontal dengan menggunakan measuring microscope. e) Mencatat hasil pengukuran jejak kemudian menghitung nilai kekerasan sampel dengan rumus: 48

2 Ρ ΒΗΝ = π D ( D D 2 d 2 ) dimana: BHN = nilai kekerasan (Kg/mm 2 ) P D d = beban (31,25 Kg) = diameter indentor (1,6 mm) = diameter jejak (mm) P = 31.25 Kg D = 3 mm Gambar 3.5. Skematis Prinsip Indentasi dengan Metode Brinell (skala 3:1) 49

Gambar 3.6. Alat Uji Kekerasan Brinell Gambar 3.7. Measuring Microscope III.5.2 Pengujian laju aus Pengujian laju aus dilakukan untuk mengetahui hubungan antara temperatur sinter dengan nilai laju aus material komposit alumunium grafit, serta 50

perbandingan dari beberapa perlakuan sampel terhadap nilai laju aus yang dihasilkan. Nilai laju aus yang dihasilkan akan menggambarkan ketahanan aus dari material. Pengujian ini menggunakan metode Ogoshi dengan cincin berputar berjari-jari 15 mm dan ketebalan sebesar 3,4 mm. Adapun tahapan dari pengujian laju aus dengan metode Ogoshi ialah sebagai berikut: a) Mengamplas permukaan sampel yang akan dilakukan pengujian hingga rata dan halus. b) Mengatur mesin uji aus Ogoshi dengan memasang jarak luncur (x) sejauh 100.000 mm; kecepatan pembebanan sebesar 2,38 m/s; dan beban (P) sebesar 3,16 Kg. c) Memasang sampel pada sample holder kemudian menyalakan mesin. d) Setelah mesin berhenti secara otomatis, sampel dikeluarkan dari sample holder. e) Mengukur lebar celah sampel yang terabrasi (b) dengan menggunakan measuring microscope. f) Mencatat hasil pengukuran dan menghitung volume sampel yang terabrasi (W) dan nilai laju aus (V) dengan rumus: 3 Βb W = dan 12 r W V = x dimana: W = volume sampel yang terabrasi (mm 3 ) B = tebal cincin putar (3,4 mm) b = lebar celah yang terabrasi (mm) r = jari-jari cincin putar (15 mm) V = laju aus (mm 3 /mm) x = jarak luncur (100.000 mm) 51

Gambar 3.8. Skematis Pengujian Keausan dengan Metode Ogoshi Gambar 3.9. Mesin Pengujian Keausan Ogoshi III.5.3 Pengujian kuat tekan Pengujian kuat tekan dilakukan untuk mengetahui hubungan antara temperatur sinter terhadap kemampuan material komposit alumunium grafit untuk dapat menahan beban tekan sebelum mengalami pecah. Pengujian kuat tekan dilakukan dengan menggunakan mesin uji Tarno Grocki. Penekanan sampel dilakukan dan dihentikan ketika tinggi dari sampel yang ditekan telah mencapai 25% dari tinggi awalnya (25% reduksi). Hal ini dikarenakan kapasitas mesin yang terbatas, yakni beban maksimum yang diberikan hanya dapat mencapai 200.000 52

Newton. Standar pengujian yang digunakan adalah ASTM E-9-89a. Adapun tahapan dari pengujian kuat tekan ialah sebagai berikut: a) Mempersiapkan sampel yang akan dilakukan pengujian. b) Mengukur diameter dan tinggi awal sampel dengan menggunakan jangka sorong. c) Menyalakan mesin uji Tarno Grocki. d) Memasang sampel pada mesin uji Tarno Grocki. e) Mengatur skala pembebanan pada mesin uji Tarno Grocki. f) Mengatur besarnya reduksi yang diinginkan, yaitu sebesar 25% dari tinggi awal. g) Melakukan pembebanan dengan kecepatan konstan. h) Menghentikan pengujian ketika tinggi sampel telah tereduksi 25% dari tinggi awal atau ketika sampel pecah. i) Membaca dan mencatat besarnya beban pada jarum penunjuk pada mesin uji Tarno Grocki. j) Menghitung kekuatan tekan dengan menggunakan rumus: σ = F Α dimana: σ = tegangan tekanan/compressive stress (N/mm 2 ) F = beban pada saat sampel pecah atau terdeformasi 25% dari tinggi awal (Newton) A = luas permukaan sampel (mm 2 ) 53

Gambar 3.10. Mesin Uji Kuat Tekan Tarno Grocki III.5.4 Pengujian densitas dan porositas Pengujian densitas dan porositas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara temperatur sinter dengan nilai densitas dan porositas material komposit alumunium grafit, serta perbandingan dari beberapa perlakuan sampel terhadap nilai densitas dan porositas. Pengujian densitas dan porositas dilakukan dengan menggunakan hukum Archimedes. Densitas merupakan pengukuran massa suatu benda per unit volume dengan satuan gram/cm 3. Standar pengujian yang digunakan adalah ASTM 373-88. Adapun tahapan dari pengujian densitas dan porositas ialah sebagai berikut: a) Menyiapkan sampel yang akan dilakukan pengujian. b) Menyiapkan timbangan digital, beaker glass 1000 ml, gelas plastik, kawat, tali, dan air. c) Menimbang berat kering masing-masing sampel setelah terlebih dahulu dilakukan pemanasan di dalam dapur Neberthem sebesar 150 o C selama 45 menit untuk menghilangkan uap air yang terperangkap di dalam sampel. d) Mencatat berat kering sampel. e) Memasukkan sampel ke dalam wadah (gelas plastik) yang sudah terisi oleh air hingga tidak ada lagi gelembung-gelembung udara pada sampel. 54

f) Menimbang berat air yang sudah terisi di dalam beaker glass 1000 ml untuk mencari nilai densitas air yang nantinya akan digunakan untuk uji densitas dan porositas. g) Menimbang berat sampel di dalam air dengan cara memasukkan sampel ke dalam keranjang kawat yang digantung dengan tali sehingga keseluruhan permukaan sampel tercelup oleh air kemudian menghitung volume sampel tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut: dimana: V = volume sampel (cm 3 ) W = berat sampel dalam air (gram) D = densitas air (gram/cm 3 ) W V = D h) Menghitung densitas sampel hasil percobaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: dimana: D B = densitas sampel (gram/cm 3 ) W D = berat kering sampel (gram) V = volume sampel (cm 3 ) D B = W V D i) Menghitung nilai porositas sampel hasil percobaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Dteoritis D percobaan % Porositas = D teoritis 100% dimana: D teoritis = densitas teoritis (gram/cm 3 ) D percobaan = densitas percobaan (gram/cm 3 ) 55

j) Perhitungan nilai densitas teoritis dari sample percobaan dengan menggunakan rumus ialah sebagai berikut: Perhitungan volume teoritis masing-masing serbuk: o Alumunium Massa = 300 gram Densitas = 2,7 gram/cm 3 massa 300 gram Volume = = densitas 3 = 111,11 cm 3 2,7 gram / cm o Grafit Massa = 2,442 gram Densitas = 2,2 gram/cm 3 massa 2,442 gram Volume = = densitas 3 = 1,11 cm 3 2,2 gram / cm o Tembaga Massa = 4,955 gram Densitas = 8,92 massa 4,955 gram Volume = = densitas 3 = 0,555 cm 3 8,92 gram / cm Total volume sampel: = volume alumunium + volume grafit + volume tembaga = 111,11 cm 3 + 1,11 cm 3 + 0,555 cm 3 = 112,775 cm 3 Densitas teoritis sampel: ρ komposit = ( V f Alumunium ρ Alumunium ) + ( V f Grafit ρgrafit ) + ( V f Tembaga ρtembaga ) 111,11 1,11 0,555 ρ komposit = 2,7 + 2,2 + 8, 92 112,775 112,775 112,775 ρ komposit = (2,660) + (0,0217) + (0,0439) ρ komposit = 2,7256 gram/cm 3 56

Namun karena masing-masing sampel memiliki berat yang berbeda-beda (± 3-4 gram), maka densitas teoritis dari sampel untuk masing-masing variabel dihitung kembali dengan cara sebagai berikut: Contoh perhitungan densitas teoritis untuk sampel reinforced sinter 700 o C 3,99 + 3,94 + 3,92 Berat rata-rata sampel = = 3,95 gram 3 Volum alumunium = ( 3,95 97,6% ) = 1,428 cm 3 2,7 Volum grafit = ( 3,95 0,794% ) 2,2 Volum tembaga = ( 3,95 1,612% ) 8,92 = 0,014 cm 3 = 0,007 cm 3 Sehingga total volum sampel = 1,449 cm 3, maka densitas teoritisnya: 1,428 0,014 0,007 ρ komposit = 2,7 + 2,2 + 8, 92 1,449 1,449 1,449 ρ komposit = (2,661) + (0,021) + (0,043) ρ komposit = 2,725 gram/cm 3 III.5.5 Pengamatan struktur mikro dan komposisi komposit Pengamatan struktur mikro dilakukan untuk mengetahui pengaruh temperatur sinter terhadap jumlah dan ukuran pori yang terdapat pada struktur mikro material komposit alumunium grafit. Standar pengujian yang digunakan adalah ASTM E 3-95. Adapun tahapan dari persiapan sampel untuk pengamatan struktur mikro ialah sebagai berikut: a) Menyiapkan sampel yang akan diamati. b) Membuat mounting pada sampel untuk memudahkan handling pada saat pengerjaan berikutnya. c) Mengamplas permukaan sampel dengan menggunakan amplas 120#, 240#, 400#, 600#, 800#, 1000#, dan 1500# (dari kasar hingga halus) dengan menggunakan air supaya mendapatkan permukaan sampel yang rata dan halus. 57

d) Memoles permukaan sampel yang telah rata dan halus dengan menggunakan zat poles alumina yang dituangkan di atas kain beludru hingga permukaan sampel mengkilat dan bebas dari goresan. e) Membilas permukaan sampel dengan air dan alkohol kemudian mengeringkannya dengan hair drier. f) Mencelupkan permukaan sampel ke dalam zat etsa HF. g) Mengamati permukaan sampel dan memfoto daerah struktur mikro yang representatif dengan menggunakan mikroskop optik perbesaran 100 dan 500 kali. h) Mengamati struktur mikro dan komposisi komposit yang terbentuk berturut-turut dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope) dan EDS (Energy Disperse Spectroscopy). Gambar 3.11. Mikroskop Optik 58

Gambar 3.12. Mesin Amplas dan Poles 59