BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

BAB I PENDAHULUAN.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

Aspek Kemanusiaan Aspek Pencegahan Kerugian: Aspek Komersial:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta merupakan kota wisata dan kota pendidikan, d oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Walikota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pemerintah, baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah. Dalam

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

I. PENDAHULUAN. Sebagai Ibukota Negara dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah. Khusus Ibukota Jakarta menjadi titik sentral aktivitas pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG BANTUAN TERHADAP KORBAN BENCANA PADA SAAT TANGGAP DARURAT BENCANA BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA

EMERGENCY PLANING AND EVACUATION LANGKAH-LANGKAH DALAM MENGHADAPI BAHAYA KEBAKARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KONTIJENSI TSUNAMI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kebutuhan tanah untuk tempat tinggal dan kegiatan aktifitas lainnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tempat penyimpanan barang yang cukup rentan terhadap

Prosedur Penanggulangan Darurat Kebakaran dan Bencana Alam

BAB I PENDAHULUAN. dan kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan,

PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN MELALUI OPTIMALISASI TATA KELOLA LAHAN KAWASAN PERUMAHAN DI WILAYAH PERKOTAAN

KERENTANAN (VULNERABILITY)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XVII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Februari 2013

BAB I PENDAHULUAN. oleh terbakarnya kilang minyak milik British Petroleum di Teluk Meksiko

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

128 Universitas Indonesia

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

PENERAPAN EMERGENCY RESPONSE PLAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN PROYEK PT. TATA. Oleh: Inggi Irawan ( )

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

PEDOMAN INDUK PENANGGULANGAN DARURAT KEBAKARAN DAN BENCANA ALAM DI LINGKUNGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

PROVINSI JAWA TENGAH

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)

WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 78 TAHUN 2006 TENTANG SANTUNAN KEPADA KORBAN MUSIBAH KEBAKARAN WARGA KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan konstruksi telah dikenal sejak lama dan terus berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB III LANDASAN TEORI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act)

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 77 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN KEPADA KORBAN MUSIBAH KEBAKARAN WARGA KOTA SURABAYA

PEMBUATAN SOFTWARE SIMULASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DI PT. INDONESIA MARINA SHIPYARD DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI ARENA 5

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007)

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

DESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya adalah proses dan fenomena alam yang menimpa manusia. Rentetan

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi

Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran memiliki visi dan misi sebagai berikut. Visi dan misi Dinas Kebakaran yaitu:

Prosedur Tanggap Darurat

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI

Ari Wibisono

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional dan keramaian pembeli serta pedagang didalamnya

WALI KOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROSEDUR PEMADAM KEBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. 1 Sebuah bangunan tinggi adalah bangunan atau struktur tinggi yang dapat berfungsi sebagai bangunan apartemen tinggi atau perkantoran tinggi. Bangunan antara 75 kaki dan 491 kaki (23 m hingga 150 m), berdasarkan beberapa standar, dianggap bangunan tinggi. Bangunan yang lebih dari 492 kaki (150 m) disebut sebagai pencakar langit. Tinggi rata-rata satu tingkat adaalh 13 kaki (4 m), sehingga bangunan setinggi 79 kaki (24 m) memiliki 6 tingkat. 2 1 http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/pengertian-bangunan-gedung/ 2 http://id.wikipedia.org/wiki/bangunan_tinggi 1

2 Bahan yang digunakan untuk sistem struktural bangunan tinggi adalah beton kuat dan besi. Struktur bangunan tinggi memiliki tantangan desain untuk pembangunan struktural dan geoteknis, terutama bila terletak di wilayah seismik atau tanah liat memiliki faktor risiko geoteknis seperti tekanan tinggi atau tanah lumpur. Bangunan ini juga menghadapi tantangan serius bagi pemadam kebakaran selama keadaan darurat pada struktur tinggi. Desain baru dan lama bangunan, sistem bangunan seperti sistem pipa berdiri bangunan, sistem HVAC (Heating, Ventilation and Air Conditioning), sistem penyiram api dan hal lain seperti evakuasi tangga dan elevator. 3 Kebakaran merupakan salah satu bahaya yang dapat mengancam bangunan berpenghuni, dan bangunan perkantoran yang bertingkat. Tingginya potensi kerugian akibat kebakaran pada bangunan bertingkat dan kompleksnya proses evakuasi penghuni gedung bertingkat, membuat pihak pengelola gedung bertingkat perlu mengantisipasi bahaya kebakaran yang tidak bisa diprediksi. 4 Kebakaran sebagai salah satu kecelakaan kerja senantiasa menimbulkan hal hal yang tidak diinginkan, baik menyangkut kerusakan harta benda, kerugian materi, gangguan terhadap kelestarian lingkungan, 3 http://id.wikipedia.org/wiki/bangunan_tinggi 4 Ariani Tyas Sukrisno & Arief Rahman, Perancangan Prototype Dynamic Exit Sign Dengan Mengembangkan Metode Floyd-Warshall Algorithm Pada Perancangan Proses Evakuasi Gedung Bertingkat, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya 2010 hlm. 1

3 serta bahaya terhadap keselamatan jiwa manusia. Kebakaran yang terjadi di pemukiman padat penduduk bisa menimbulkan akibat akibat sosial, ekonomi, dan psikologi yang luas. Kebakaran di lingkungan industri dapat mengakibatkan stagnasi usaha dan kerugian investasi. 5 Di Jakarta hampir setiap hari terjadi musibah kebakaran. Setiap tahun tercatat lebih dari 360 peristiwa kebakaran, baik secara besar maupun kecil, di perumahan, pasar, atau bangunan bertingkat. Data yang terdapat pada Dinas kebakaran DKI Jakarta sampai dengan 16 April 2007 telah terjadi 214 kali peristiwa kebakaran di Wilayah DKI Jakarta, dengan perkiraan kerugian material sebesar Rp. 30.875.640.000,-. Korban jiwa meninggal 3 orang, luka luka 14 orang. 6 Salah satu standar perlindungan terhadap bahaya kebakaran adalah standar rencana evakuasi. Evakuasi merupakan tahapan kritis dalam menanggapi bencana atau keadaan bahaya. Terdapat dua fase yang sangat menentukan dalam proses evakuasi gedung, yaitu fase pre-evacuation dan fase movement. Dimana fase pre-evacuation merupakan tahap sebelum penghuni gedung meninggalkan ruang kerja atau kamarnya dan fase movement merupakan tahap penghuni mulai berjalan atau berlari menuju titik teraman atau titik berkumpul (Assembly Point). Pada fase movement, penghuni gedung berusaha mencari jalan keluar dari gedung hunian dengan berjalan cepat. 7 5 http:// www.jakartafire.com 6 http:// www.bangyos.com 7 Ariani Tyas Sukrisno & Arief Rahman, Op. cit hlm. 2

4 Sosialisasi mengenai mekanisme evakuasi pada sistem tanggap darurat kebakaran dianggap sebagai salah satu cara dalam meningkatkan tingkat pengetahuan para penghuni gedung. Kegiatan sosialisasi ini bisa berupa pelatihan yang dilaksanakan oleh tim K3 perusahaan, melalui brosur, pamflet dan media informasi lainnya. P. T. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. merupakan salah satu dari perusahaan pengembang dan investasi properti terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini telah berhasil menyelesaikan program revitalisasi atas selurih portofolio hotel, aset komersial properti serta melakukan harmonisasi antara kebutuhan gaya hidup perkotaan modern dengan konservasi lingkungan pada produknya di sektor residensial. B. Identifikasi Masalah Tingkat pengetahuan tentang mekanisme evakuasi pada sistem tanggap darurat kebakaran merupakan salah satu penyebab tidak terorganisirnya sistem evakuasi pada saat terjadinya proses evakuasi kebakaran, karena banyaknya tenaga kerja yang kurang memahami tentang pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja. Mekanisme evakuasi pada sistem tanggap darurat kebakaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu : 1. Pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja yang kurang 2. Pengawasan yang kurang

5 3. Pelatihan yang kurang 4. Faktor pengetahuan yang meliputi, pendidikan, media informasi, sosial, budaya dan ekonomi, lingkungan, penglaman serta usia. P. T. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. merupakan salah satu gedung perkantoran yang terletak di daerah Jakarta Selatan. Gedung perkantoran ini terdiri dari 6 lantai dan banyak dipergunakan untuk aktifitas kantor. Untuk memberikan rasa aman kepada setiap penghuni gedung, maka gedung ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana evakuasi salah satunya terhadap bahaya kebakaran. Akan tetapi sarana dan prasarana ini akan lebih efektif jika setiap penghuni gedung memiliki tingkat pengetahuan yang cukup terhadap sistem evakuasi. Permasalahannya banyak penghuni gedung yang kurang disiplin dan kurang tanggap terhadap keselamatan dan kesehatan kerja di tempat mereka bekerja, maka diperlukan sosialisasi terhadap mekanisme evakuasi. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian lebih terfokus dan terarah maka penelitian dibatasi pada faktor sosialisasi yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan dimana dalam penelitian ini adalah pengaruh sosialisai terhadap tingkat pengetahuan

6 tentang mekanisme evakuasi pada sistem tanggap darurat kebakaran di gedung P. T. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah, yaitu Adakah pengaruh sosialisasi terhadap tingkat pengetahuan tentang mekanisme evakuasi pada sistem tanggap darurat kebakaran di gedung P. T. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk.? E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh sosialisasi terhadap tingkat pengetahuan tentang mekanisme evakuasi pada sistem tanggap darurat kebakaran di gedung P. T. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui teknik/ metode sosialisasi yang efektif tentang mekanisme evakuasi pada sistem tanggap darurat kebakaran. b. Mengetahui tingkat pengetahuan karyawan tentang keselamatan dan kesehatan kerja. c. Menganalisa antara tingkat pengetahuan karyawan tentang keselamatan dan kesehatan kerja dengan dengan mekanisme evakuasi

7 pada sistem tanggap darurat kebakaran di P. T. Jakarta Setiabudi Internasional Tbk. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi a. Perusahaan dapat mengetahui pentingnya sosialisasi terhadap tingkat pengatahuan karyawan tentang mekanisme evakuasi pada sistem tanggap darurat kebakaran. 2. Bagi Fakultas Diharapkan bermanfaat sebagai masukan, sehingga dapat memberikan informasi tambahan bagi ilmu kesehatan masyarakat. 3. Bagi Mahasiswa Diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman praktis mengenai mekanisme evakuasi tanggap darurat kebaaran gedung terutama gedung bertingkat.