EVALUASI PERUBAHAN KUALITAS TANAH PADA LAHAN BEKAS PENAMBANGAN NIKEL DI PULAU GEBE

dokumen-dokumen yang mirip
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STRATEGI PENGEMBANGAN PULAU GEBE PASCA PENAMBANGAN NIKEL YANG BERKELANJUTAN

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah, kesatuan ruang dengan semua benda, daya, mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

IV. KEADAAN PULAU GEBE

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN STATUS KESUBURAN TANAH DI LAHAN KAKAO KAMPUNG KLAIN DISTRIK MAYAMUK KABUPATEN SORONG. Mira Herawati Soekamto

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data hasil analisis laboratorium parameter kalium tukar dari tiap titik sampel. Kontrol I II III

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

6/14/2013 .PENDAHULUAN KANDUNGAN HARA DAN TINGKAT EROSI PADA LAHAN MIRING BERSOLUM DANGKAL METODE

Lampiran 1. Nama unsur hara dan konsentrasinya di dalam jaringan tumbuhan (Hamim 2007)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH AKIBAT PEMBERIAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN METODE LAND APPLICATION

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Geografi. Media Informasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis quenensis Jacq) DI DESA TOLOLE KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi pada Lahan Bekas Tambang Batu Bara

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm ISSN

Integrasi SIG dan citra ASTER BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3. Lahan Hutan di Kawasan Hulu DAS Padang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produksi tanaman sangat mungkin dilakukan mengingat luasnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Lampiran 1. Sifat Kimia Tanah di Wilayah Studi Penambangan PT Kaltim Prima Coal

Rizki Annisa Nasution*, M. M. B. Damanik, Jamilah

Universitas Sumatera Utara

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI. Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono

Kata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG

Pengelolaan lahan gambut

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

POTENSI TANAH TAILING UNTUK TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) PADA AREAL PERTAMBANGAN RAKYAT DI KECAMATAN RATATOTOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

Kajian Kesuburan Tanah di Desa Sihiong, Sinar Sabungan dan Lumban Lobu Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir

IV. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

BAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2013.

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

JRL Vol. 4 No.1 Hal 39-46 Jakarta, Januari 2008 ISSN : 2085-3866 EVALUASI PERUBAHAN KUALITAS TANAH PADA LAHAN BEKAS PENAMBANGAN NIKEL DI PULAU GEBE Mardi Wibowo Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl MH Thamrin No 8 Jakarta, 10340 Abstract Since year 1977 until 2005, PT. ANTAM has been exploited nickel ore resources at Gebe Island Center of Halmahera District North Maluku Province. Mining activity, beside give economically advantages also cause degradation of environment quality espicially land quality. Therefore, it need evaluation activity for change of land quality at Gebe Island after mining activity. From chemical rehabilitation aspect, post mining land and rehabilitation land indacate very lack and lack fertility (base saturated 45,87 99,6%; cation exchange capacity 9,43 12,43%; Organic Carbon 1,12 2,31%). From availability of nutrirnt element aspect, post mining land and rehabilitation land indicate very lack and lack fertility (nitrogen 0,1 1,19%). Base on that data, it can be concluded that land reclamation activity not yet achieve standart condition of chemical land. Key words : land quality, post mining lan 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pulau Gebe merupakan salah satu pulau kecil (luas + 153 km 2 ) di Kabupaten Halmahera Tengah, Propinsi Maluku Utara, yang terletak di antara Pulau Halmahera dan Pulau Papua. Secara geografi s pulau ini dilewati garis dan terletak diantara garis 0 o 2 24 LU dan 0 o 13 12 LS serta 129 o 16 48 BT dan 129 o 34 48 BT, dengan batas wilayah administrasi sebagai berikut: sebelah utara dengan Samudera Pasifik, sebelah selatan dengan Laut Halmahera, sebelah timur dengan Kabupaten Sorong Papua, dan sebelah barat dengan Kecamatan Patani. Pulau Gebe memiliki sumber daya tambang yang cukup besar dan memberikan sumbangan yang sangat besar bagi pendapatan daerah dan masyarakat. Kandungan deposit nikel yang diusahakan PT. ANTAM sejak tahun 1977 dengan total cadangan lebih dari 40 juta ton bijih nikel yang terdiri dari kadar rendah dan bijih nikel kadar tinggi berlokasi di Tanjung Uboelie Pulau Gebe tersebar di atas areal seluas 1.225 ha yang dibagi ke dalam 16 blok dan beberapa puluh sub blok, kegiatan penambangannya telah berakhir pada tahun 2005. (Anonim, 2005) Selama melakukan produksi, jumlah yang dihasilkan tiap tahun terdiri dari 45% bijih nikel saprolit dan 55% bijih nikel limonit. Kontribusi produksi nikel terhadap PDRB Kabupaten Halmahera Tengah, tahun 1999 sebesar 20%, tahun 2000 dan 2001 sebesar 32 %. (Anonim, 2002) 39 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 39-46

Pada umumnya kegiatan penambangan (termasuk penambangan nikel di Pulau Gebe) selain memberikan keuntungan sebagai penghasil devisa bagi negara, juga memberikan kontribusi dalam penciptaan lahan-lahan yang rusak dan tidak produktif, serta perubahan bentang lahan, perubahan struktur dan komposisi vegetatif. Kegiatan penambangan biasanya dilakukan dengan cara penggalian (surface mining) atau pengeboran (deep mining). Dampak positif penambangan nikel di Pulau Gebe berupa : (1) kontribusi terhadap produksi nikel nasional, (2) kontribusi terhadap pendapatan daerah, (3) peningkatan kesempatan kerja, dan (4) membuka keterisoliran wilayah. Sedangkan dampak negatif yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan nikel di Pulau Gebe secara umum antara lain : (1) degradasi kualitas lahan dan air, dan (2) penurunan aktivitas dan kehidupan sosial ekonomi pasca tambang. Pada makalah ini pembahasan hanya dibatasi pada evaluasi perubahan kualitas tanah yang terjadi di lahan bekas penambangan nikel di P. Gebe. Hal ini perlu dilakukan sebagai dasar untuk menentukan dan merencanakan langkah selanjutnya dalam pengelolaan lahan di bekas penambangan nikel tersebut. 1.2 Kondisi Umum Wilayah Kajian 1.2.1 Kondisi Geografis Pulau Gebe merupakan salah satu pulau kecil (luas + 153 km 2 ), yang terletak di antara Pulau Halmahera dan Pulau Papua. Secara geografi s pulau ini dilewati garis dan terletak diantara garis 0 o 2 24 LU dan 0 o 13 12 LS serta 129 o 16 48 BT dan 129 o 34 48 BT, dengan batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah utara dengan Samudera Pasifi k, sebelah selatan dengan Laut Halmahera, sebelah timur dengan Kab. Sorong Papua, dan sebelah barat dengan Kecamatan Patani. Secara administratif Pulau Gebe masuk dalam lingkup wilayah Kabupaten Halmahera Tengah. Sebelum menjadi kecamatan defenitif, Pulau Gebe hanya merupakan kumpulan beberapa desa yang secara administrasi pemerintahan berada dalam wilayah Kecamatan Patani, namun dengan pertimbangan untuk memperpendek rentang kendali, meningkatkan pelayanan masyarakat serta mempercepat proses pembangunan, maka pada tanggal 7 April Tahun 2001 status Desa Gebe dinaikkan menjadi Kecamatan Pulau Gebe dengan enam desa defi nitif (Anonim, 2005). Pulau Gebe memanjang dari arah barat laut ke tenggara dengan panjang sekitar 45 km, dan lebar bervariasi 1-7 km dengan luas wilayah ± 153 km 2. Lokasi kegiatan penambangan nikel terletak di Semenanjung Oeboelie yaitu pada sisi bagian barat daya Pulau Gebe dalam wilayah KP Eksploitasi DU 286 Maluku dengan luas 1.225 hektar. 1.2.2 Batuan dan Tanah Pulau-pulau di wilayah propinsi Maluku Utara terutama Pulau Halmahera termasuk Pulau Gebe dan sekitarnya merupakan bagian dari The Circum Pasific Orogenic Belt (1). Batuan-batuan dasar dari orogenesis yang ada di kawasan ini terdiri dari lapisan mesoik atas sampai lapisan tersier bawah. Proses pelapukan dan retakan lapisan batuan dasar di sepanjang garis tektonik, sehingga terjadi intrusi nikel. Sebagian wilayah Pulau Gebe Sebagian wilayah Pulau Gebe juga merupakan daerah plateau terdiri dari batu pasir dan batu karang (gamping muda) seperti di Tanjung Safa sampai Tanjung Magnonapo, dan daerah massive yang terdiri dari batuan ultra basa, basa dan laterit, terdapat di Bukit Elfanon, dan Toeli Kalio (lihat Gambar 1). 40 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 39-46

Gambar 1. Peta Geologi Pulau Gebe Jenis tanah di Pulau Gebe berdasarkan hasil penelitian Lembaga Penelitian Tanah Bogor terdiri dari: Latosol, Mediteran Merah Kuning, dan Renzina (Anonim, 2005). Gambar 2 dan Tabel 1. menunjukkan luasan dan penyebaran dari jenis tanah di Pulau Gebe. Gambar 2. Peta Jenis Tanah Pulau Gebe 41 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 39-46

Tabel 1. Jenis dan Luas Tanah di P. Gebe No. Jenis Tanah Luas (Ha) (%) 1. Latosol 165 0,8 2. Mediteran Merah Kuning 3.637 18,2 3. Renzina 16.205 81,0 Jumlah 20.007 100,0 Kedalaman efektif tanah adalah batas kemampuan akar menembus solum tanah (lapisan tanah) sampai bahan induk dimana tanaman masih tumbuh baik dan normal. Pada umumnya kedalaman efektif tanah bervariasi dari dangkal sampai dalam dan biasanya dipengaruhi oleh jenis dan sifat tanah yang bersangkutan. Berdasarkan kedalaman efektifnya, tanah di Pulau Gebe dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Tabel 2) : tanah dalam 74%, agak dangkal seluas 12 %, dangkal 8%, dan sangat dangkal 6%. Tanah dangkal umumnya berada pada lokasi pemukiman, sedangkan tanah dalam dan agak dalam umumnya terdapat pada daerah pedalamaan bagi penggunaan perkebunan dan pertanian. Tekstur tanah berpengaruh langsung terhadap unsur hara, drainase, dan kepekaan terhadap erosi, dan juga terhadap pengelolaan tanah dan pertumbuhan tanaman terutama dalam hal mengatur kandungan udara dalam rongga tanah, persediaan dan kecepatan peresapan air. Berdasarkan tekstur tanahnya, tanah di Pulau Gebe berada pada klas halus sebesar 1.071 ha atau 7%, klas sedang sebesar 2.142 ha atau 14%, tekstur kasar seluas 9.333 ha atau 18%, dan berbatu seluas 2.754 ha atau 18%. Tabel 2. Luas Kedalaman Efektif Tanah di P. Gebe No. Kedalaman Efektif Luas (Ha) Persentase (%) 1. Sangat dangkal ( 0 30 cm ) 918 6 2. Dangkal ( 30 60 cm ) 1.224 8 3. Agak Dangkal (60 90 cm) Sumber : Anonim, 2005 1.836 12 4. Dalam ( > 90 cm ) 11.322 74 Jumlah 15.300 100 1.2.3 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di P. Gebe untuk penggunaan hutan dan hutan bakau adalah masing-masing 64% (9.801 Ha) dan 8% (1.227 Ha) dari total lahan. Lahan penggunaan untuk kegiatan perkebunan dan pertanian sebesar 15% (2.299 Ha), sedangkan untuk kegiatan pertambangan sebesar 7,9% (1.225 Ha) dari total lahan Pulau Gebe (Anonim, 2007. untuk penggunaan lainnya (pemukiman, usaha jasa, olah raga dan rekreasi) sekitar 4,8% dari total lahan Pulau Gebe. Berdasarkan peruntukan hutan dalam Tata Guna Hutan Kesepakatan Propinsi Maluku Utara tahun 2003, luas jenis pemanfaatan hutan untuk Pulau Gebe terdiri dari : Hutan produksi yang dapat di konversi 2.978 ha, hutan produksi tetap 1.985 ha, hutan produksi terbatas 2.536 ha, dan hutan lindung seluas 3.529 ha. 1.3 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan dan perbandingan kualitas tanah (tanah asli, tanah bekas penambangan, tanah bekas penambangan yang sudah direhabilitasi 10 tahun, tanah bekas penambangan yang sudah direhabilitasi 2-3 tahun) pada lahan bekas penambangan nikel di P. Gebe, Kab. Halmahera Tengah, Propinsi Maluku Utara. 2. Metodologi Bahan dan peralatan yang digunakan untuk pengambilan sampel tanah adalah skop atau cangkul, kantong plastik. Sampel tanah tersebut kemudian dianalisis di laboratorium tanah BIOTROP Bogor, untuk melihat beberapa parameter yang berhubungan dengan kualitas tanah dan air. Peralatan lain yang dipakai untuk survei 42 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 39-46

lapangan adalah GPS untuk menentukan lokasi pengamatan dan lokasi pengambilan sampel, kamera untuk dokumentasi, satu paket alat tulis, dll. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada lahan asli, lahan bekas penambangan nikel dan lahan bekas tambang yang telah direhabilitasi (revegetasi) selama 2-3 tahun dan yang telah direhabilitasi lebih dari 10 tahun. Peta lokasi pengambilan sampel tanah terlihat pada Gambar 3 di bawah ini. 3. Hasil dan Pembahasan Tanah merupakan sumber unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tanah yang tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik dikatakan tanah tidak subur atau tidak sehat, tanah yang telah dimanfaatkan secara terus menerus yang tidak mempedulikan keseimbangan lingkungan, maka tanah tersebut akan mengalami kemunduran (terdegradasi) yang dapat ditunjukkan oleh adanya salinitas, kemasaman, erosi, euterofi kasi, timbulnya senyawa beracun, tidak keseimbangannya unsur hara, yang akhirnya tanah tidak mampu mendukung pertumbuhan tanaman dan bahkan menjadi masalah bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Sehingga usaha-usaha untuk menyehatkan tanah sangat penting untuk kelangsungan kehidupan. Kulaitas tanah di Pulau Gebe saat ini dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Sumber : Anonim, 2005 Gambar 3. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah 43 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 39-46

Ditinjau dari segi rehabilitasi kimia, lahan bekas tambang dan lahan rehabilitasi rata-rata menunjukkan tingkat kesuburan rendah sampai sangat rendah. Sifat kimia tanah yang cukup mendukung pertumbuhan tanaman adalah (ph) dan (% KB). Nilai ph tanah antara agak masam sampai netral. Kejenuhan basa tanah (KB) umumnya berkisar antara 45,87% sampai 99,6%. Sementara nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) berkisar antara 9,43 sampai 12,43 tergolong rendah hingga sangat rendah. KTK tanah tingkat rendah meliputi lahan budidaya (pertanian/perkebunan) dan lahan yang sudah mengalami revegetasi dari bekas lahan penambangan. KTK tanah sangat rendah pada lahan pemukiman yang tidak/belum mengalami penambangan. KTK yang tergolong sedang hanya ditemukan pada lahan pemukiman, sebab lahan ini tidak termasuk dalam areal penambangan sehingga tanahnya masih memiliki KTK yang baik. Kadar karbon juga terbatas, berkisar rendah hingga sangat rendah dengan nilai C-organik antara 1,12% hingga 2,31%. Ketersediaan hara Nitrogen, hara Phospor dan hara Kalium masih dalam tingkat rendah hingga sangat rendah. Sebaran hara Nitrogen relatif rendah sampai sedang dengan nilai antara 0,10 1,19%. Unsur hara nitrogen tertinggi berada pada lahan budidaya (1,19%), sedang yang lainnya tergolong rendah. Hara Phospor tingkat rendah terdapat pada lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya, sedang hara Phospor dengan tingkat sangat rendah terdapat pada lahan masih virgin dan lahan vegetasi maupun lahan bekas penambangan. Kalium yang tergolong sedang terdapat pada lahan pemukiman, lahan masih virgin, berada dalam jumlah rendah terdapat pada lahan yang sudah reboisasi. Tabel 3. Hasil Analisis Kualitas Tanah di Pulau Gabe, Kab. Halmahera Tengah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Unsur Hara ph N P K C Org. KTK KB Ca Mg Fe Co Ni Satuan - % (me/100g) % (me/100g) % Lahan Asli 7,71 0,14 3,9 0,42 1,66 12,43 84,14 11,23 4,33 1,86 0,30 0,98 Lahan Revegetasi 10 tahun 8,21 0,10 2,3 0,23 1,12 10,18 45,87 7,64 2,12 2,31 0,17 0,185 Hasil Analisis Keterangan : ph : kemasaman tanah, N : nitrogen, P : Phospor, K : Kalium, C org. : Bahan Organik, KTK : Kapasitas Tukar Kation, KTK : Kapasitas Tukar Kation, KB : Kejenuhan Basa, Ca: Kalium, Mg: Magnesium, Fe : besi Co: Kobal dan Ni : Nikel. Lahan Revegetasi 2-3 tahun 6,92 1,19 5,7 0,39 2,31 11,38 99,6 24,27 6,48 2,31 0,79 0,021 Lahan Bekas Tambang 6,93 0,18 3,2 0,40 2,1 9,43 76,12 15,13 3,43 1,86 0,23 0,108 44 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 39-46

Keberadaan logam Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Kobalt (Co), dan Nikel (Ni) dalam kondisi yang terbatas. Kisaran unsur Ca berkisar antara (7,64-24,27), unsur Fe antara 1,86 sampai 2,31, unsur Mg antara 2,12-6,48, unsur Co antara 0,17 sampai 0,79, dan unsur Ni antara 0,021 sampai 0,98. Mengenai sebaran tingkat kesuburan beberapa sifat kimia tanah dapat disajikan pada Tabel 3., dimana sifat kimianya berada dalam kondisi yang terbatas. Kalaupun kejenuhan basa tanah (% KB) sangat tinggi dan ph tanah pada kondisi netral, tetapi bila tanah memiliki KTK yang rendah, maka dukungannya terbatas terhadap suplai hara untuk kebutuhan tanaman. Tanah dengan KTK tanah yang rendah apalagi sangat rendah tergolong tanah yang tidak baik. Dari data sifat-sifat kimia tanah yang terdapat di lokasi penambangan dapat disimpulkan bahwah kegiatan reklamasi lahan belum mencapai perbaikan kondisi kimia tanah. Sifat-sifat kondisi tanah pada lahan reklamasi tidak berbeda jauh dengan lahan yang belum dilakukan penambangan dan lahan dalam areal penambangan. Agar kegiatan rehabilitasi dapat mencapai keberhasilan dalam perbaikan sifat kimia tanah, maka upaya-upaya pengelolaan lebih lanjut perlu dilakukan, upaya-upaya pengelolaan lebih lanjut dalam perbaikan sifat-sifat kimia tanah untuk meningkatkan beberapa sifat kimia tanah yang berada dalam kondisi terbatas terutama KTK, C-organik dan ketersediaan hara N, P dan K. Alternatif pengelolaan untuk memperbaiki KTK tanah adalah pemberian bahan organik. Bahan organik tanah selain menambah kadar unsur karbon (C-organik), juga dapat meningkatkan KTK tanah. Bahan organik tanah juga memperbaiki sifat fisik tanah pada lokasi penambangan seperti daya menahan air dan keadaan permeabilitas yang umumnya cepat. Perbaikan terhadap ketersediaan hara N, P dan K dapat dilakukan melalui pemberian pupuk. Jenis pupuk yang diberikan sesuai dengan kondisi unsur yang terbatas adalah Urea, SP-36 dan KCL. Upaya pemberian pupuk ini harus segera dilakukan, karena ketersediaan unsur-unsur N, P dan K di lokasi penambangan berada dalam kondisi yang terbatas (rendah). 45 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 39-46

5. Penutup a. Kegiatan penambangan nikel di Pulau Gebe selain memberikan dampak positif, juga mengakibatkan dampak negatif, antara lain adalah degradasi kualitas lahan dan air. b. Kegiatan reklamasi lahan belum mencapai perbaikan kondisi kimia tanah. Sifat-sifat kondisi tanah pada lahan reklamasi tidak berbeda jauh dengan lahan yang belum dilakukan penambangan dan lahan dalam areal penambangan. c. Agar kegiatan rehabilitasi dapat mencapai keberhasilan dalam perbaikan sifat kimia tanah, maka upaya-upaya pengelolaan lebih lanjut perlu dilakukan, upaya-upaya pengelolaan lebih lanjut dalam perbaikan sifat-sifat kimia tanah untuk meningkatkan beberapa sifat kimia tanah yang berada dalam kondisi terbatas terutama KTK, C-organik dan ketersediaan hara N, P dan K. Daftar Pustaka 1. Anonim, 2005. Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Halmahera Tengah, BAPPEDA Halmahera Tengah. 2. Anonim, 2002. Antam s FeNi-3 Expansion Project and Future Nickel Developments, The 5 th Annual World Nickel Conggress Sydney, PT. ANTAM. 3. Anonim, 2007. Halmahera Tengah Dalam Angka Tahun 2006, Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara. 46 JRL Vol. 4 No. 1, Januari 2008 : 39-46