Gambar 3.1 Bagan Hubungan Pengeluaran Publik Kesehatan Terhadap Angka Kematian Bayi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 ANALISIS HASIL ESTIMASI Angka Kematian Bayi 25 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. wisata, jumlah wisatawan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap

BAB III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1.Variabel penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif.

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menganalisis pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja terhadap Produk

BAB III METODE PENELITIAN. Bangli, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap.

3. METODE. Kerangka Pemikiran

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Jawa Periode tahun karena di Pulau Jawa termasuk pusat pemerintahan

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah kemiskinan di Jawa Barat tahun ,

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang semakin sejahtera, makmur dan berkeadilan. Pembangunan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 2002). Penelitian ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari BPS dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji akar akar unit yang bertujuan untuk menganalisis data time series

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kab/Kota di 6 Provinsi Pulau Jawa Periode tahun , peneliti mengambil

BAB III MODEL REGRESI DATA PANEL. Pada bab ini akan dikemukakan dua pendekatan dari model regresi data

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. belanja modal sendiri terjadi akibat kebutuhan sarana dan prasarana suatu daerah

BAB III METODE PENELITIAN. PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun

BAB III METODOLOGI. Kerangka pikir konseptual yang digunakan dalam studi ini secara rinci tergambarkan dalam Gambar 3.1 berikut ini: LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Todaro (2006), ketimpangan dan memberantas kemiskinan untuk mencapai kehidupan yang

METODE PENELITIAN. terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Lampung

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota Se propinsi

ANALAISIS PENGARUH PDRB, UMK, DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP JUMLAH PENGANGGURAN TERDIDIK DI D.I YOGYAKARTA. Febriana Nur Rahmawati

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam proses pembangunan ekonomi, manusia berperan cukup penting

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. yaitu infrastruktur listrik, infrastruktur jalan, infrastruktur air, dan tenaga kerja.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan menggunakan data sekunder.

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan).

3. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ( ) JURNAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendapatan di 26 provinsi di Indonesia dengan indikator koefisien Gini selama

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dilakukan melalui tiga cara, yaitu common effect, fixed effect, dan random

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 1%.

III METODE PENELITIAN. Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode

ANALISIS FAKTOR PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI, EKSPOR, DAN KONSUMSI PEMERINTAH TERHADAP PDRB KALIMANTAN BARAT DENGAN MODEL DATA PANEL INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. time series yang bersifat kuantitatif, yaitu data berbentuk angka-angka

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS REGRESI PANEL TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA D.I.YOGYAKARTA

Economics Development Analysis Journal

Transkripsi:

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Model penelitian yang diusulkan dalam penelitian ini merupakan model yang dibangun dari beberapa penelitian sebelumnya khususnya model yang digunakan oleh Mohanoe (2004) dalam penelitiannya di Lesotho. Sebagaimana dalam pembahasan bab sebelumnya telah dijabarkan bahwa penelitian ini bertujuaan untuk melihat ada tidaknya pengaruh pengeluaran publik kesehatan terhadap angka kematian bayi. Dalam bab sebelumnya juga telah dibahas hubungan antara pengeluaran publik kesehatan terhadap dengan angka kematian bayi, pembahasaan tersebut tergambar pada bagan dibawah ini. Gambar 3.1 Bagan Hubungan Pengeluaran Publik Kesehatan Terhadap Angka Kematian Bayi 21

22 Melalui penjabaran hubungan tersebut, penulis membangun sebuah model dasar yang mencoba menjelaskan hubungan tersebut. Model dasar yang dibangun adalah : Angka Kematian Bayi = f(pengeluaran Publik, Variabel Kontrol Lain) IMR = α 0 + β 1 X + β 2 C + ε (3.1) Pada persamaan diatas angka kematian bayi dipengaruhi oleh pengeluaran publik kesehatan dan variabel kontrol lainnya. Pada model diatas X menunjukkan variabel pengeluaran publik kesehatan dan C adalah variabel kontrol lainnya. Model dasar penelitian inilah yang kemudian dimodifikasi dari model umum data panel. Model umum data panel tersebut adalah : Y it = α i + β X itj + ε it t = 1,..., T; i = 1,...,N ; j = 1,...,K (3.2) Dimana i adalah indeks kabupaten/kota, j adalah variable bebas dan t adalah waktu. Y adalah variabel dependent, X adalah variabel dependent dan ε adalah error. Dengan memodifikasi model umum data panel diatas serta menggunakan data Kabupaten/Kota Jawa Barat untuk rentang waktu tahun 2005 sampai 2008 maka model penelitian yang akan diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut ; IMR it = α 0 + β 1 PPK it + β 2 PEND it + β 3 TT it + β 4 EDU it + ε Dimana : IMR = Variabel Angka Kematian Bayi PPK = Variabel Pengeluaran Publik Kesehatan PEND = Variabel Pendapatan TT = Variabel Tempat Tinggal EDU = Variabel Pendidikan ε = error (3.3)

23 Dalam model diatas IMR adalah variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel PPK, PEND, TT dan EDU sebagai variabel independen. 3.2 Variabel Dependen dan Independen 3.2.1 Variabel Angka Kematian Bayi Variabel dependen yang ditetapkan dalam model penelitian ini adalah variabel angka kematian bayi. Hal ini sejalan dengan tujuan penelitian yang telah dijelaskan pada bab I, dimana penelitian ini hendak melakukan pengujian terhadap pengaruh pengeluaran publik kesehatan terhadap angka kematian bayi. Angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi per 1000 kelahiran hidup. Didalam penelitian-penelitian sebelumnya, yang telah dijelaskan di Bab II, dijelaskan bahwa pengeluaran publik kesehatan memiliki hubungan yang negatif terhadap angka kematian bayi. 3.2.2 Variabel Pengeluaran Publik Kesehatan Variabel pengeluaran publik kesehatan merupakan variabel independen yang menjadi tujuan utama penelitian ini. Variabel pengeluaran publik kesehatan merupakan variabel utama yang hendak diuji didalam penelitian ini. Variabel pengeluaran publik kesehatan merupakan pengeluaran publik yang dikeluarkan oleh pemerintah di sektor kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Sebagaimana dibahas didalam bab sebelumnya, penelitian Gupta et.al (2001), Mohanoe (2004) dan Bhalotra (2007) menunjukkan bahwa pengeluaran publik kesehatan memiliki hubungan yang negatif terhadap angka kematian bayi. Proxy variabel pengeluaran publik kesehatan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Realisasi Total Belanja Dinas Kesehatan dan RSUD Per Kapita.

24 Tabel 3.1 Variabel proxy pengeluaran publik kesehatan Variabel Proxy Inisial Rumus Total Belanja Dinas Kesehatan dan RSUD Per Kapita PPK (Belanja Dinas Kesehatan + RSUD) Jumlah Penduduk Catatan : Belanja Dinas Kesehatan dan RSUD adalah angka realisasi. 3.2.3 Variabel Pendapatan Seperti yang telah dijelaskan didalam bab sebelumnya bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi angka kematian bayi adalah pendapatan. Pada model dasar yang digunakan penulis, pendapatan merupakan salah satu variabel kontrol. Di bab II, penelitian Zakir dan Wunnava (1997), Gwatkin (1999), Purwanto et.al (2002) dan Asfaw et.al (2007) telah menunjukkan bahwa pendapatan memiliki hubungan yang positif terhadap penurunan angka kematian bayi. Hubungan positif tersebut memiliki makna bahwa peningkatan pendapatan akan menurunkan angka kematian bayi. Dalam mengoperasionalisasikan variabel pendapatan, penulis menggunakan Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita. Alasan penggunaan proxy pengeluaran rata-rata per kapita dipilih sebagai salah satu proxy tingkat pendapatan adalah karena besaran tingkat pendapatan juga dapat dicerminkan dengan besaran tingkat pengeluaran. Tingkat pengeluaran individu atau masyarakat baik untuk makanan maupun non makanan merupakan sebuah cerminan besaran tingkat pendapatan individu atau masyarakat itu sendiri. BPS Kabupaten Bandung (Gini Rasio Kabupaten Bandung, 2008) dan BPS Kota Samarinda (Indeks Pembangunan Manusia Kota Samarinda, 2008) didalam menghitung tingkat pendapatan masyarakat juga menggunakan pengeluaran ratarata per kapita sebagai proxy pendapatan. Penggunaan pengeluaran rata-rata sebagai proxy tingkat pendapatan relatif lebih baik dibandingkan menggunakan

25 PDRB sebagai proxy. Hal tersebut dikatakan relatif lebih baik dikarenakan pengeluaran rata-rata lebih bisa menangkap tingkat pendapatan masyarakat dibandingkan PDRB. Hal ini juga diutarakan oleh BPS Kabupaten Bandung dalam menyusun gini rasio kabupaten bandung pada tahun 2008 dan BPS Kota Samarinda dalam menyusun IPM Kota Samarinda tahun 2008. Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita sebagai proxy pendapatan memiliki hubungan negatif terhadap angka kematian bayi. Hubungan negatif ini memberikan makna bahwa peningkatan Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita sebagai proxy pendapatan akan menurunkan angka kematian bayi. Tabel 3.2 Variabel proxy pendapatan Variabel Proxy Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita Inisial EXP 3.2.4 Variabel Pendidikan Didalam model dasar penelitian, penulis menggunakan tingkat pendidikan masyarakat sebagai salah satu variabel kontrol yang mempengaruhi angka kematian bayi. Dalam berbagai penelitian sebagaimana yang telah dijelaskan didalam bab sebelumnya tingkat pendidikan masyarakat memiliki hubungan yang negatif terhadap angka kematian bayi. Hubungan tersebut ditunjukkan oleh penelitian Uchimura dan Jutting (2001), Zakir dan Wunnava (1997), Asfaw et.al (2007) dan Purwanto et.al (2002). Hubungan negatif tersebut memberikan makna bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka akan menurunkan angka kematian bayi. Di dalam model, peneliti akan menggunakan beberapa proxy yang bisa mewakili tingkat pendidikan masyarakat. Proxy Variabel pendidikan tersebut

26 adalah persentase penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah tertinggi yang dimiliki SD dan diatasnya serta SMP dan diatasnya. Penggunaan proxy ini didasarkan pada jenjang pendidikan formal yang berlaku di Indonesia serta jenjang pendidikan yang semakin tinggi erat kaitannya dengan tingkat pemahaman masyarakat tentang kesehatan, nutrisi, lingkungan sehat dan perawatan kesehatan. Penggunaan persentase penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah terakhir SMP dan diatasnya juga merujuk pada penetapan pemerintah terkait pendidikan dasar 9 tahun. Penetapan pendidikan dasar 9 tahun tersebut merupakan sebuah indikator tingkat pendidikan yang digunakan oleh pemerintah untuk menetapkan pendidikan dasar yang minimal harus dimiliki masyarakat dan merupakan standar minimal pendidikan dasar di Indonesia. Penggunaan kedua proxy (SD dan SMP) bertujuan untuk melihat apakah pada level pendidikan minimal SD sudah mempengaruhi angka kematian bayi atau apakah pengaruh pendidikan terhadap angka kematian bayi mulai mempengaruhi pada level pendidikan minimal SMP. Tabel 3.3 Variabel proxy pendidikan Variabel Proxy Persentase penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah tertinggi yang dimiliki SD dan diatasnya Persentase penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah tertinggi yang dimiliki SMP dan diatasnya Inisial SD SMP 3.2.5 Variabel Tempat Tinggal Penelitian Kadarusman (1982), Uchimura dan Jutting (2001) dan Rajan dan Mohananchandran (1999) yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

27 menunjukkan bahwa tempat tinggal memiliki pengaruh terhadap angka kematian bayi. Tempat tinggal yang dimaksud di bab sebelumnya diklasifikasikan dengan wilayah pedesaan dan perkotaan. Penelitian-penelitian sebelumnya menemukan bahwa penduduk yang tinggal di wilayah pedesaan memiliki angka kematian bayi yang lebih tinggi, dengan arti kata lain semakin besar proporsi penduduk yang tinggal di wilayah pedesaan akan meningkatkan angka kematian bayi. Didalam model dasar penelitian ini, penulis menjadikan wilayah tempat tinggal sebagaimana yang dimaksud sebagai salah satu variabel kontrol. Proxy tempat tinggal yang digunakan oleh penulis untuk mewakili variabel tempat tinggal adalah persentase penduduk yang tinggal di wilayah pedesaan. Didalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa variabel tempat tinggal memiliki hubungan positif terhadap angka kematian bayi. Tabel 3.4 Variabel proxy tempat tinggal Variabel Proxy Inisial Rumus Persentase Jumlah Penduduk Yang Tinggal Di Pedesaan DESA Jumlah Penduduk Pedesaan Jumlah Penduduk X 100% 3.3 Jenis dan Sumber Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dengan periode waktu tahun 2005 sampai 2008. Sumber data yang dipakai adalah sebagai berikut :

28 Tabel 3.5 Jenis data dan sumber data Data Infant Mortality Rate Penduduk 10 tahun ke atas menurut kabupaten/kota dan ijazah tertinggi yang dimiliki Realisasi APBD Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Menurut Pedesaan dan Perkotaan Pengeluaran Rata-Rata Kapita Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumber data BPS Provinsi Jawa Barat 2005, 2006, 2007, 2008 BPS Provinsi Jawa Barat 2005, 2006, 2007, 2008 DJPK Departemen Keuangan RI BPS Provinsi Jawa Barat 2005, 2006, 2007, 2008 BPS Jawa Barat, BPS 2005, 2006, 2007, 2008 BPS Jawa Barat, BPS 2005, 2006, 2007, 2008 3.4 Pengembangan Model Dengan menggunakan model dasar : IMR it = α 0 + β 1 PPK it + β 2 PEND it + β 3 TT it + β 4 EDU it + ε Dan dengan menggunakan 1 (satu) proxy variabel pengeluaran publik kesehatan, 1 (satu) proxy variabel pendapatan, 1 (satu) proxy variabel tempat tinggal dan 2

29 (dua) proxy variabel pendidikan, penelitian ini akan menguji 2 (dua) model pengujian yang dimodifikasi dari model dasar diatas. Dua model yang akan diuji tersebut dipaparkan di dalam tabel di bawah ini : No Model 1 Tabel 3.6 Pengembangan model Model IMR it = α 0 + β 1 PPK it + β 2 EXP it + β 3 DESA it + β 4 SD it + ε Model 2 IMR it = α 0 + β 1 PPK it + β 2 EXP it + β 3 DESA it + β 4 SMP it + ε 3.5 Likelihood Ratio Test dan Hausman Test untuk menentukan pendekatan regresi model panel yang akan digunakan Likelihood Ratio Test dilakukan untuk melihat ada tidaknya efek individu. Jika tidak terdapat efek individu maka model yang paling tepat dipakai adalah Pooled Regression Model (H0). Sebaliknya jika terdapat efek individu maka model yang paling tepat dipakai adalah Fixed Effect Model atau Random Effect Model (H1), yang akan ditentukan melalui Hausman Test. Uji spesifikasi dilakukan dengan menggunakan uji F, F(n-1, nt-n-k) = ( R²LSDV - R²POOLED) / (n-1) ( 1 - R²LSDV ) / (nt-n-k) (3.4) dibandingkan dengan F tabel. Dimana F tabel = F (V1,V2,α) Dimana : V1 = n-1 V2 = nt-n-k α = tingkat kesalahan LSDV = Least Square Dummy Variabel (Fixed effect model)

30 POOLED n T k = Pooled Regression Model = jumlah individu (cross section) = periode waktu (time series) = jumlah regresor dari variabel bebas Apabila F stat (hitung) < F tabel, maka model Pooled Regression Model yang akan digunakan, sebaliknya jika F stat > F tabel maka Pooled Regression Model ditolak dan dilakukan uji kedua yaitu uji Hausman. Hipotesa nol (H0) dalam pengujian Hausman Test menyatakan bahwa model mengikuti random effect dan hipotesa satu/alternatif (H1) menyatakan bahwa model megikuti fixed effect. Melalui kedua pengujian inilah, penulis akan menentukan model pendekatan regresi model panel.