ANALISIS GEOKIMIA LOGAM Cu, Fe PADA BATUAN DASIT KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. aktivitas subduksi antara lempeng Indo-Australia dengan bagian selatan dari

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36

BAB I PENDAHULUAN. Bayat merupakan salah satu daerah yang menarik sebagai obyek penelitian

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Persebaran batuan metamorf tekanan tinggi di Indonesia (Gambar I.1)

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan

EKSPLORASI UMUM BATUAN KALIUM DI KECAMATAN BARRU DAN TANETE RILAU KABUPATEN BARRU, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

STUDI SEBARAN BATUAN INTRUSI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan daerah penghasil sumber daya tambang dengan

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB I PENDAHULUAN. dan sejarahnya (termasuk perkembangan kehidupan), serta proses-proses yang telah

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

ENDAPAN MAGMATIK Kromit, Nikel sulfida, dan PGM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. Untuk mengetahui gambaran penyebaran kandungan komposisi kimia secara

REKAMAN DATA LAPANGAN

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. (Sulawesi Selatan) (Gambar 1.1). Setiawan dkk. (2013) mengemukakan bahwa

INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

EKSPLORASI UMUM PASIR BESI DI DAERAH KABUPATEN JENEPONTO, PROVINSI SULAWESI SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

Ciri Litologi

POTENSI BAHAN GALIAN GRANIT DAERAH KABUPATEN TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

INDIKASI GUNUNG API PURBA DI DAERAH MOROWALI SULAWESI TENGAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

LINGKUNGAN DAN EVOLUSI TEKTONIK BATUAN DAN SEDIMEN BERDASARKAN UNSUR KIMIA UTAMA DI PERAIRAN BAYAH DAN SEKITARNYA, PROVINSI BANTEN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PALEOSEANOGRAFI FORMASI TONASA BERDASARKAN KANDUNGAN FORAMINIFERA DAERAH BARRU, SULAWESI SELATAN

III.3 Interpretasi Perkembangan Cekungan Berdasarkan Peta Isokron Seperti telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa peta isokron digunakan untuk

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

Petrogenesis Batuan Metamorf di Perbukitan Jiwo Barat, Bayat, Klaten, Jawa Tengah

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS PELAPUKAN SERPENTIN DAN ENDAPAN NIKEL LATERIT DAERAH PALLANGGA KABUPATEN KONAWE SELATAN SULAWESI TENGGARA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. batuan dan kondisi pembentukannya (Ehlers dan Blatt, 1982). Pada studi petrologi

BAB I PENDAHULUAN. Batugamping Bukit Karang Putih merupakan bahan baku semen PT Semen

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi,

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

APLIKASI STATISTIK KOMPONEN UTAMA LOGAM BERAT PADA KOLAM PENGENDAPAN TAMBANG NIKEL LATERIT KONAWE UTARA SULAWESI TENGGARA

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB I PENDAHULUAN. tentang seluruh aspek pembentukan batuan mulai dari sumber, proses primer

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa (Busur Sunda) merupakan daerah dengan s umber daya panas

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

What is a rocks? A rock is a naturally formed aggregate composed of one or more mineral

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

Transkripsi:

PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK ANALISIS GEOKIMIA LOGAM Cu, Fe PADA BATUAN DASIT KABUPATEN BARRU SULAWESI SELATAN Jurusan Teknik Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, 90245 Telp./Fax: (0411) 580202 e-mail: adi_unhas@yahoo.com Abstrak Kabupaten Barru mempunyai sejarah geologi cukup kompleks yaitu dengan tersingkapnya batuan ofiolit, metamorf berumur Kapur, batuan gunung api Camba, sedimen Mallawa, sedimen Camba dan melange. Bagian baratdaya dari kabupaten Barru dijumpai setempat singkapan intrusi dasit yang kontak dengan batuan ofiolit ultramafik. Batuan dasit menunjukkan warna putih keabu-abuan, abu-abu kemerahan, tekstur porfiritik dan terdapat xenolith ultramafik berukuran lebih kecil lima centimeter. Batuan ultramafik berwarna hijau tua, hijau kebu-abuan, terserpentinisasi. Dijumpainya kontak batuan dasit dan ultramafik telah menimbulkan beberapa interpretasi genetik dan tentunya memerlukan penelitian dari berbagai aspek geologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui genesa kontak batuan ofiolit ultramafik dan dasit dengan metode sem edx. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontak batuan dasit dan ultramafik terbentuk akibat tumbukan yang membentuk tekstur fractures, pararel dan kristalisasi Si, Mg. Tumbukan yang terekam dalam tekstur dan struktur mikroskopis erat kaitannya dengan tektonisme ofiolit. Indikasi logam Fe, Cu dan pola peraliminous FeO vs SiO2 vs MgO pada oceanic magma. Kata Kunci: batuan dasit, ofiolit ultramafik, oceanic magma PENDAHULUAN Batuan ultramafik di Kabupaten Barru termasuk East Ophiolite Sulawesi dan tersingkap pada kondisi geologi melange, sedimen flysch dan intrusi. Peta geologi regional Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat Sulawesi (Sukamto, 1982), menunjukkan bahwa batuan ultramafik mengalami kontak dengan batuan yang berbeda. Pada bagian utara daerah penelitian, dijumpai batuan ultramafik tersingkap dengan batugamping (Formasi Tonasa), ke arah barat kontak dengan batuan gunung api (Formasi Camba) dan arah selatan menerus ke timur kontak dengan batugamping (Formasi Tonasa). Kenampakan lapangan menunjukkan bahwa pada bagian baratdaya batuan ultramafik juga mengalami kontak dengan batuan intrusi dasit. Meskipun sebaran kontak dasit relatif kecil, namun keterdapatan xenolith batuan ultramafik merupakan petunjuk dalam berbagai penelitian, baik dari analisis petrografis, geokimia maupun struktur geologi. Penelitian dilakukan di Daerah Songkowe Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan (Gambar 1), dan bertujuan menganalisis keterdapatan intrusi dasit terhadap batuan ulramafik. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menunjang analisis lanjutan, utamanya intrusi dasit dan keterdapatan sumberdaya mineral logam. KAJIAN PUSTAKA Bagian selatan Daerah Barru tersingkap batuan ultrabasa, sekis berumur 111 juta tahun batuan ultrabasa yang menunjukkan peristiwa tektonik zaman Kapur. Kedua jenis batuan ini termasuk batuan tertua yang mengalami kontak sesar dan ketidakselarasan dengan batuan sekitarnya (Sukamto, 1982). Diatas batuan tertua ini diendapkan ketidak selarasan batuan rijang radiolaria kemudian tidak selaras batuan gunung api yang menindihnya dan sedimen endapan darat. Secara berangsur terjadi pengendapan batuan TG1-1

Analisis Geokimia Logam Cu... karbonat Formasi Tonasa pada Eosen Awal hingga ke Miosen Tengah. Formasi Tonasa menindih tidak selaras dengan Formasi camba, dan diterobos oleh sill, retas, dan stok batuan beku yang tersusun atas basal, trakit serta diorit. Pada Miosen Awal terjadi aktivitas magma tipe calc alcaline yang berasosiasi dengan Formasi Tonasa. Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Stratigrafi regional daerah Barru cukup kompleks bila dihubungkan dengan stratigrafi Indonesia, utamanya obduksi keterdapatan batuan kerak samudera ofiolit ultramafik dan aktifitas tektonik yang sangat kuat pada Mezosoikum, Paleogen Awal serta Neogen Akhir. Beberapa pedoman analisis data SEM EDX yaitu pada tekstur permukaan batuan. Analisis tekstur permukaan didasarkan pada perbedaan kristalisasi maupun kesan aliran. Perubahan pada kristal utama umumnya dicirikan oleh tekstur pararel ridges, pararel groves, scratches. Perubahan yang masih menujukkan kelenturan kristal termasuk dalam tekstur: scratcher, fractures, percusion marks terbentuk pada kelenturan perubahan kristal. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan beberapa kegiatan, yaitu: kajian pustaka, pengamatan lapangan, pengambilan sampel, analisis laboratorium dan Interpretasi data. Kajian Pustaka Langkah awal kajian pustaka pada Peta geologi regional Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat Sulawesi (Sukamto, 1982), penelitian ofiolit serta hubungannya dengan batuan dasit. TG1-2

PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Kegiatan Lapangan Melakukan pengamatan terhadap singkapan batuan ultramafik dan dasit dan menentukan titik pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan pada singkapan batuan ultramafik segar, ultramafik alterasi, batuan dasit segar dan batuan dasi alterasi. Analisis Laboratorium dan Interpretasi Sampel yang diperoleh dari analisis SEM EDX, selanjutnya dilakukan pengamatan tekstur dan struktur yang dilanjutkan dengan pengolahan data laboratorium. HASIL DAN BAHASAN Gambar 2a, 2b merupakan gambaran SEM pada batuan ultramafik peridotit menunjukkan terdapat perubahan struktur kristal dan tekstur. Struktur berlapis diidentifikasi sebagai terbentuknya mineral metamorf oleh perubahan metamorfisme yang diikuti oleh tekstur scratcher silika. Proses ini dicirikan oleh silika yang membatasi ubahan yang terjadi pada mineral metamorf. Selanjutnya terjadi perubahan tekstur pararel dan fractures yang berbentuk tidak beraturan. Kondisi ini menghasilkan Mg mengisi rongga sehingga terjadi perubahan matriks dan kristal Si dan membentuk geometri tangga. Fenomena tesktur dan struktur pada gambar 2a dan 2 b, merupakan ciri efek tumbukan yang menimbulkan kerusakan masa dasar kristal dan terjadi pada periode aktifitas batuan ultrabasa. A B Gambar 2. Efek Tumbukan (a) Peridotit Segar (SEM HV 10.0 kv, 135 μm, 943x) (b) Peridotit Alterasi (SEM HV 10.0kV,132 mm, 96kx) Gambar 3, menunjukkan kondisi permukaan kristalisasi teratur Si, bukaan fractures yang menimbulkan rongga Mg dan jejak metamorfisme pada tekstur pararel. Berdasarkan sistem kristalisasi silika, diindikasikan bahwa kontak batuan dasit dan ultramafik, relatif kuat dipengaruhi oleh batuan ultramafik yang mengalami metamorfisme. Kenampakan permukaan batuan dasit segar menunjukkan efek tumbukan yang menimbulkan fractures yang diikuti oleh sebaran Mg dan Si. Kondisi ini umumnya terjadi apabila akumulasi Si dan K belum terurai serta kondisi massa dasar tidak beraturan. Tekstur fractures terisi oleh kristal bebas silika yang dapat diikuti oleh plagioklas (Gambar 4a). Gambaran dasit alterasi menunjukkan perubahan yang terjadi dengan terurainya akumulasi Si dan K, disertai sebaran Mg pada fractures (Gambar 4b). Ciri tekstur dan sifat kimia diindikasikan sebagai kejadian perubahan kristalisasi relatif cepat. TG1-3

Analisis Geokimia Logam Cu... Gambar 3. Kristalisasi Silika dan Tekstur Pararel pada Kontak Batuan dasit dan Ultramafik (SEM HV 10.0kV,152 μm, 835x) C D Gambar 4. Tekstur Permukaan (a) Dasit Segar (SEM HV 10.0kV,282 μm, 450x) (b) Dasit Alterasi (SEM HV 10.0kV,126 μm, 1.01kx) Komposisi kimia batuan dasit relatif tinggi, yaitu SiO2 (± 56%), Al2O3 (± 20,51%) dan Na2O (± 6,98%). Komposisi kimia ini, diinterpretasikan bagian oceanic crust yang mengalami tumbukan (collosion). Selain itu, komposisi kimia SiO2 dan K2O menunjukkan bahwa batuan dasit termasuk dalam seri calc alkaline pada island arc atau continental margin arc (Gambar 5). Gambar 5. Seri Calc-Alkaline pada Batuan Dasit. (Satuan dalam %) Pola linier pada grafik CaO dan SiO2 diindikasikan bahwa batuan dasit dan peridotit terdapat kesamaan fase genetik (Gambar 6a). Gambar 6b, menunjukkan spontanitias perubahan Na2O pada peridotit dan dasit yang indikasi menunjukkan bahwa dasit terbentuk dari sumber magma yang berbeda. Umumnya perubahan Na2O yang terjadi pada dasit dapat disebabkan oleh perubahan mineral plagioklas. TG1-4

PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Gambar 6. CaO vs SiO2 vs Na2O pada Batuan Dasit dan Peridotit (6a, 6b); (Satuan dalam %) Gambar 7a, 7b, menunjukkan perubahan invers FeO dan MgO terhadap SiO2 dimana alterasi batuan peridotit dipengaruhi mineral olivin. Pola komposisi MgO dan FeO belum mengalami perubahan siginifikan pada batuan dasit, dan kondisi ini dapat terjadi pada magma oceanic. Selain itu terjadi peningkatan K2O (1,04%wt 2,49%wt-2,17%wt) pada batuan dasit. Karakteristik yang terjadi pada pola komposisi unsur major batuan dasit, diinterpretasikan bahwa terbentuknya magma dasit umumnya dipengaruhi oleh aktifitas ofiolit ultramafik. Bila dihubungkan dengan keterdapatan metalogenik, dapat dilihat pada pola unsur major FeO vs SiO2 vs MgO merupakan perubahan peraliminous dan diindikasi sebagai keberadaan logam Fe, Cu pada oceanic magma. Gambar 7. MgO vs SiO2 vs FeO pada Batuan Dasit dan Peridotit (7a, 7b); (Satuan dalam %) SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontak batuan dasit dan ultramafik membentuk tekstur fractures, pararel dan kristalisasi Si, Mg. Tekstur fractures, pararel dan struktur mikroskopis merupakan rekaman aktifitas tumbukan dan erat kaitannya dengan tektonisme ofiolit. Keberadaan logam Fe, Cu merupakan gambaran peraliminous FeO vs SiO2 vs MgO pada oceanic magma. TG1-5

Analisis Geokimia Logam Cu... DAFTAR PUSTAKA Balaram V, Singh SP, Satyanarayan M, Anjalah KV, 2013, Platinum group elements geochemistry of ultramafic and associated rocks from Pindar in Madarawa Igneous Complex, Bundelkhand massif, Central India, J.Earth Syst.Sci.122, Indoan Academy of Sciences. Elburg MA, Leeuwen TV, Foden J, Muhardjo, 2002, Origin of Geochemical Variability Arc-Continent Collision in the Biru Area,Southern Sulawesi (Indonesia), J.Petrology,43.no.4.Academic Research Library. Eyuboglu Y,Santosh M,Yi K, Bektas O, Kwon S, 2012, Discovery of Miocene adakitic dacite from the eastern Pontides Belt (NE Turkey) and a revised geodynamic model for the late Cenozoic evolution of the Eastern Mediterranean region, Lithos 146-147,Elsevier. Sukamto R, 1982, Peta Regional Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat Sulawesi, Pusat Penelitian Bandung TG1-6