BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh sejumlah negara miskin dan negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2011). pemerataan, akan terjadi Ketimpangan wilayah (regional disparity), terlihat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh negara-negara sedang

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dikemukakan mengenai latar belakang, pokok

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BAB VI PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketimpangan

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Pembangunan dalam perspektif luas dapat dipandang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan taraf hidup atau mensejahterakan seluruh rakyat melalui pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi merupakan upaya dari suatu negara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya melalui pemanfaatan sumberdaya yang ada. Peningkatan kesejahteraan antara lain dapat diukur dari kenaikan tingkat pendapatan nasional atau laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi setiap tahunnya (Sukirno, 1985). Konsep dasar pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan hasil kegitatan ekonomi seluruh unit ekonomi dalam suatu wilayah, atau bisa juga dikatakan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah peningkatan Produk Domestik Regionsl Bruto (PDRB) atau Produk Domestik Regional Neto (PDRN), dimana produk atau hasil kegiatan ekonomi dari seluruh unit ekonomi ekonomi domestik adalah dalam wilayah kekuasaan atau administratif seperti negara, provinsi, atau kabupaten. Keberhasilan pembangunan ekonomi yang sering diukur dengan pertumbuhan ekonomi, membuat pemerintah berusaha untuk menciptakan 1

laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Salah satu strategi yang digunakan pemerintah untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah memacu sektor-sektor ekonomi yang dapat memberikan nilai tambah yang besar dalam waktu singkat. Pada masa orde baru, pemerintah mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi dengan melakukan industrialisasi. Industri yang padat modal dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar daripada sektor pertanian yang selama ini menjadi tumpuan hidup masyarakat. Kebijakan-kebijakan pemerintah untuk memacu pertumbuhan sektor industri, berdampak pada cepatnya pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempercepat proses perubahan struktur ekonomi. Perubahan struktur ekonomi ditandai oleh semakin menurunnya kontribusi sektor pertanian, semakin meningkatnya kontribusi sektor industri, dan jasa yang kurang lebih konstan, namun kontribusinya akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi (BPS, 2010). Seiring dengan gerak pembangunan yang dilakukan, ketimpangan dan distribusi pendapatan dan kemiskinan menjadi lingkaran masalah yang sulit untuk diatasi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) penduduk yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimum dikategorikan sebagai penduduk miskin. Nilai garis kemiskinan mengacu pada kebutuhan minimum 2.100 kkal perkapita perhari ditambah dengan kebutuhan minimum non makanan yang merupakan kebutuhan dasar seseorang yang meliputi kebutuhan dasar untuk papan, sandang, sekolah, transportasi serta 2

kebutuhan rumahtangga dan individu yang mendasar lainnya. Walaupun pertumbuhan ekonomi cukup tinggi namun angka kemiskinan masih tetap tinggi. Sulitnya mengurangi angka kemiskinan disebakan adanya ketimpangan distribusi pendapatan. Ketimpangan distribusi pendapatan adalah suatu kondisi dimana distribusi pendapatan yang diterima masyarakat tidak merata. Ketimpangan dalam distribusi pendapatan menggambarkan bahwa hanya sebagian kecil masyarakat yang menikmati sebagian besar pendapatan negara. Sebaliknya sebagian besar masyarakat yang terdiri dari karyawan dan buruh hanya menikmati sedikit dari pendapatan nasional (Djojohadikusumo, 1954). Adanya ketimpangan distribusi pendapatan tersebut menyebabkan adanya kesenjangan antara masyarakat kaya dengan masyarakat miskin sehingga yang miskin sulit keluar dari kemiskinan. Menurut Djojohadikusumo (2005), distribusi pendapatan yang timpang ini disebabkan adanya perbedaan faktor-faktor yang berhubungan dengan kekuatan modal dan skill pada masing-masing golongan. Golongan masyarakat kaya yang yang merupakan sebagian kecil dari masyarakat keseluruhan menguasai hampir seluruh jumlah peralatan modal yang ada. Hal ini menjadikan kelompok golongan ini dengan mudah masuk dalam aktivitas ekonomi serta mempunyai pendidikan, keterampilan dan keahlian khusus dalam perdagangan. Dilain pihak 3

golongan karyawan dan buruh yang tidak memiliki modal dan skill yang cukup, sulit masuk dalam aktivitas ekonomi dan memiliki posisi yang lemah dalam menghadapi golongan lain Pembangunan bukan merupakan tujuan melainkan hanya alat sebagai proses untuk menurunkan kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan jadi, berkurangnya ketimpangan distribusi pendapatan merupakan inti dari pembangunan. Selama pertumbuhan ekonomi dan hasil-hasil dari pembangunan dapat d nikmati secara adil dan merata oleh masyarakat. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman bentuk muka bumi, baik di daratan maupun di dasar laut. Kondisi yang demikian mempunyai hubungan erat dengan aktivitas manusianya. Aktivitas penduduk disuatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis terutama kondisi fisik yang meliputi kondisi iklim,topografi jenis dan kualitas tanah serta kondisi perairan. Aktivitas penduduk yang terkait pada kondisi alam dapat diketahui dari corak kehidupan penduduknya, yakni : 1. Corak kehidupan daerah pantai. Penduduk umumnya bekerja sebagai nelayan, penjual jasa wisata, sektor perikanan dan perkebunan kelapa 2. Corak kehidupan di daerah dataran rendah. Penduduk biasanya bekerja pada sektor pertanian, ladang dan bentuk pertanian 4

lain. Selain itu sektor-sektor lain biasanya lebih cepat berkembang seperti transportasi, industri dan perdagangan. 3. Corak kehidupan daerah dataran tinggi. Penduduk di daerah ini umumnya bekerja dalam sektor pertanian terutama perdagangan. Ketimpangan di daerah-daerah dapat disebabkan oleh pertumbuhan dan keterbatasan yang dimiliki masing-masing daerah yang berbeda-beda serta pembangunan yang cenderung terpusat pada daerah yang sudah maju. Hal ini menyebabkan pola ketimpangan distribusi pendapatan daerah dan merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan semakin melebar. Dari Tabel 1.1 dibawah ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2013 Gorontalo merupakan daerah yang memiliki ketimpangan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya yaitu sebesar 0,437 sementara Kepualauan Bangka belitung memiliki ketimpangan lebih rendah yakni sebesar 0,313. Sedangkan ibu kota negara yakni DKI Jakarta sebesar 0,433 lebih besar dari rasio gini nasional sebesar 0,413. Rasio gini nasional mengalami peningkatan pada tahun 2004 sebesar 0,35 dan pada tahun 2011 menjadi 0,41. 5

Tabel 1.1 gini ratio menurut provinsi tahun 2008-2013 Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Aceh 0,27 0,29 0,30 0,33 0,32 0,341 Sumatera Utara 0,31 0,32 0,35 0,35 0,33 0,354 Sumatera Barat 0,29 0,30 0,33 0,35 0,36 0,363 Riau 0,31 0,33 0,33 0,36 0,40 0,374 Jambi 0,28 0,27 0,30 0,34 0,34 0,348 Sumatera Selatan 0,30 0,31 0,34 0,34 0,40 0,383 Bengkulu 0,33 0,30 0,37 0,36 0,35 0,386 Lampung 0,35 0,35 0,36 0,37 0,36 0,356 Kepulauan Bangka Belitung 0,26 0,29 0,30 0,30 0,29 0,313 Kepulauan Riau 0,30 0,29 0,29 0,32 0,35 0,362 DKI Jakarta 0,33 0,36 0,36 0,44 0,42 0,433 Jawa Barat 0,35 0,36 0,36 0,41 0,41 0,411 Jawa Tengah 0,31 0,32 0,34 0,38 0,38 0,387 DI Yogyakarta 0,36 0,38 0,41 0,40 0,43 0,439 Jawa Timur 0,33 0,33 0,34 0,37 0,36 0,364 Banten 0,34 0,37 0,42 0,40 0,39 0,399 Bali 0,30 0,31 0,37 0,41 0,43 0,403 Nusa Tenggara Barat 0,33 0,35 0,40 0,36 0,35 0,364 Nusa Tenggara Timur 0,34 0,36 0,38 0,36 0,36 0,352 Kalimantan Barat 0,31 0,32 0,37 0,40 0,38 0,396 Kalimantan Tengah 0,29 0,29 0,30 0,34 0,33 0,350 Kalimantan Selatan 0,33 0,35 0,37 0,37 0,38 0,359 Kalimantan Timur 0,34 0,38 0,37 0,38 0,36 0,371 Sulawesi Utara 0,28 0,31 0,37 0,39 0,43 0,422 Sulawesi Tengah 0,33 0,34 0,37 0,38 0,40 0,407 Sulawesi Selatan 0,36 0,39 0,40 0,41 0,41 0,429 Sulawesi Tenggara 0,33 0,36 0,42 0,41 0,40 0,426 Gorontalo 0,34 0,35 0,43 0,46 0,44 0,437 Sulawesi Barat 0,31 0,30 0,36 0,34 0,31 0,349 Maluku 0,31 0,31 0,33 0,41 0,38 0,370 Maluku Utara 0,33 0,33 0,34 0,33 0,34 0,318 Papua Barat 0,31 0,35 0,38 0,40 0,43 0,431 Papua 0,40 0,38 0,41 0,42 0,44 0,442 INDONESIA 0,35 0,37 0,38 0,41 0,41 0,413 Sumber : bps.go.id 6

Ketimpangan distribusi pendapatan tersebut merupakan suatu masalah yang harus segera diatasi karena ketimpangan pendapatan berdampak bukan hanya dalam hal ekonomi tetapi juga dalam hal sosial. Dua alasan mengapa ketimpangan harus diperhatikan yaitu, ketimpangan yang ekstrem dapat menyebabkan inefisiensi ekonomi serta melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas (Todaro, 2006). Mengingat cukup besarnya dampak yang ditimbulkan akibat ketimpangan distribusi pendapatan, maka diperlukan strategi khusus untuk mengatasi permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan yang semakin memburuk di Indonesia. Menurut Todaro (2006), pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak harus selalu diikuti oleh distribusi pendapatan yang semakin timpang, hal ini bergantung pada karakter pertumbuhan ekonomi, yaitu bagaimana cara mencapainya, siapa yang berperan serta, sektor-sektor mana saja yang mendapat prioritas, dan sebagainya. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk mengetahui sektor ekonomi apakah yang bila ditumbuhkan akan bermanfaat bagi pemerataan distribusi pendapatan di Indonesia. 7

1.2 Rumusan Masalah Keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu wilayah dapat dilihat dari pendapatan perkapita masyarakat dan disertai perubahan dalam struktur ekonomi. Dengan demikian, pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi terdapat perubahanperubahan dalam struktur produksi dan adanya alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, atau pendidikan, dan teknologi. Sektor-sektor ekonomi memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini karena peningkatan pertumbuhan dan pendapatan tenaga kerja dalam satu sektor akan meningkatkankonsumsi barang dan jasa dari sektor lainnya. Peningkatan konsumsi barang dan jasa sektor lainnya dan akan memacu pertumbuhan dan pendapatan tenaga kerja sektor-sektor tersebut, jika hal ini terus berlangsung maka tercipta pertumbuhan ekonomi yang seimbang dan stabil yang sangat penting bagi perekonomian. Meningkatnya produktivitas tenaga kerja akan meningkatkan upah sehingga meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, karena upah merupakan imbalan dari produktivitas. Jumlah tenaga kerja di Indonesia yang bekerja sebagai buruh dan karyawan sebesar 40.19 persen pada tahun 2013 (BPS). Hal ini berarti jika produktivitas tenaga kerja atau pertumbuhan per kapita meningkat maka kesejahteraan tenaga kerja akan meningkat dan akan memperbaiki distribusi pedapatan di Indonesia. 8

Dari uraian diatas, maka rumusan permasalahan yang menarik untuk di teliti adalah : 1. Apakah angka partisipasi sekolah dan presentase penduduk miskin mempengaruhi tingkat ketimpangan pendapatan di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh masing-masing sektor ekonomi terhadap distribusi pendapatan di Indonesia? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan : 1. Menganalisis sektor apa saja yang dapat menurunkan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan. 2. Menganalisis pengaruh struktur ekonomi terhadap distribusi pendapatan di Indonesia. 1.3.2 Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap banyak pihak antara lain : 1. Bagi penulis,penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Selain itu penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek lapangan. 9

2. Bagi permerintah daerah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empiris mengenai penerapan system perimbangan daerah yang tengah berjalan dan dapat dijadikan acuan dalam menetapkan kebijakan selanjutnya. 3. Bagi dunia ilmu pengetahuan, dapat dijadikan sumbangan pemikiran atau studi banding bagi mahasiswa atau pihak yang melakukan penelitian sejenis. 1.4 Sistematika penulisan agar penulisan lebih terarah dan sistematis, maka penelitian dibagi menjadi lima bab sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah,rumusan masalah, manfaat dan tujuan penulisan skripsi, dan sistematika penulisan skripsi yang terdiri dari masalah ketimpangan, tujuan dan manfaat penelitian,serta sistematika penulisan. BAB II Kajian Pustaka Pada bab ini menyajikan landasan teori tentang kemiskinan,ketimpangan, pertumbuhan ekonomi, dengan kemiskinan dan ketimpangan. Disamping itu, pada bab ini juga terdapat penelitian terdahulu, kerangka penelitian dan hipotesis yang dapat diambil. 10

BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang deskripsi objek penelitian, yaitu kondisi ketimpangan, PDRB persektor pada 32 provinsi, analisis data dan pembahasan. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini menjelaskan tentang deskripsi objek penelitian, yaitu gini ratio dan PDRB persektor pada 32 provinsi di Indonesia, analisis data dan pembahasan. BAB V KESIMPULAN Pada bab ini disampaikan kesimpulan dan saran yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan. 11