BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

REISHANI MARHA SHAFWATI, 2015 PENGARUH TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) TERHADAP GAYA HIDUP HEDONISME DIKALANGAN PELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rinci masa remaja dibagi ke dalam 3 tahap yaitu: usia tahun adalah masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang ditinjau dari segi ekonomi, gambaran itu seperti tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neng Kokom Komariah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

BAB I PENDAHULUAN. penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

I. PENDAHULUAN. transisi, dimana terjadi perubahan-perubahan yang sangat menonjol dialami. fisik dan psikis. Sofyan S.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan di negara kita karena

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Kelompok Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Perilaku Bullying Siswa Di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi minum minuman keras (miras) di tengah kehidupan masyarakat Bali sudah

2015 PERBAND INGAN PERILAKU SOSIAL ANTARA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER CABANG OLAHRAGA IND IVIDU D AN BEREGU D I SMA PASUND AN 2 BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bangsa yang memiliki karakter tangguh lazimnya tumbuh berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Pendahuluan. Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. remaja yang mempunyai tujuan ideologi yang sama. Hal ini biasanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin berkembangnya kemajuan zaman, banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil uji hipotesis, hasil wawancara, hasil dokumentasi, dan

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber

BAB V PENUTUP. dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

I. PENDAHULUAN. diantara manusia pada dasarnya terdapat saling ketergantungan, saling

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak sekali kita ditemukan kasus dimana remaja laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

INTERVIEW SCHEDULE TAK BERSTRUKTUR STRATEGI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA SISWA SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lina Nurlaelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

KATA PENGANTAR. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. kasus kekerasan di kalangan remaja. Kekerasan antar teman sebaya atau yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. menurutnya akan menyalahi aturan yang dibuat oelh orang tuanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tentu akan bersosialisasi dengan manusia lainnya agar bisa bertahan hidup. Dari sejak lahir, manusia selalu belajar dari apa yang ada di lingkungannya. Pada saat bayi, manusia belajar dari apa yang ada di lingkungan keluarganya, seperti belajar berbicara, belajar berjalan dari orang tuanya. Pada saat remaja, manusia mulai belajar dari luar lingkungan keluarganya. Seperti lingkungan bermain, dan lingkungan sekolah. Apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan terkadang menjadi acuan dalam berperilaku. Ketika remaja, perilaku manusia cenderung terpengaruhi oleh lingkungan bermainnya/teman-temannya karena waktu yang mereka habiskan dengan temanteman mereka relatif lebih lama dibanding dengan keluarganya. Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa Peer Group sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja, baik perilaku positif ataupun perilaku yang negatif. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri bagi manusia, sehingga pada masa ini kepribadian individu cenderung berubah-berubah tergantung dari apa yang dilihatnya, didengarnya, dan dirasakannya. Banyak hal yang dapat mempengaruhi perilaku individu pada saat remaja, diantaranya keluarga, media massa, dan teman sebaya. Pada saat remaja, setiap individu tidak bisa dilepaskan dari kehidupan berkelompok. Kelompok yang dimaksud yaitu keluarga, masyarakat, ataupun teman sebaya atau Peer Group. Peer Group merupakan suatu wadah bagi individu untuk menunjukan eksistensi dirinya pada saat remaja, wadah untuk menunjukan eksistensi diri sangat dibutuhkan agar mereka bisa diakui dan dianggap oleh individu-individu lainnya. Tidak jarang para remaja menuruti dan mengikuti apa yang dilakukan oleh temantemannya, meskipun hal yang dilakukannya adalah perilaku negatif. Sebagai contoh, banyak para remaja yang kecanduan merokok akibat terpengaruh oleh teman-teman

sepermainannya, seorang siswa membolos karena mengikuti teman-temannya yang membolos pula, bahkan ada seorang remaja yang ikut membunuh musuh temannya karena alasan solidaritas antar teman. Selain untuk menunjukan eksistensi diri, alasan mengapa seorang remaja mengikuti apa yang dilakukan oleh teman sebayanya adalah karena adanya hasrat keinginan untuk dipuji yang sangat besar. Pada masa remaja adalah hal yang wajar apabila kebutuhan akan pujian sangat besar terutama kebutuhan akan pujian dari teman sebayanya, namun yang menjadi masalah adalah ketika teman-teman sebayanya justru hanya memberikan pujian terhadap hal-hal negatif dan dipandang menyimpang oleh masyarakat pada umumnya. Contohnya, seorang remaja yang tidak merokok akan dijuluki si banci oleh teman-temanya yang sering mengkonsumsi rokok, karena tidak mau dijuluki si banci pada akhirnya remaja tersebut mengkonsumsi rokok. Penulis mempunyai pengalaman tersendiri ketika masih duduk di bangku SMA, ada seorang siswa yang tidak pernah membolos, namun pada suatu waktu siswa tersebut membolos karena ingin dianggap sebagai teman yang kompak dan solid oleh teman-temannya. Perilaku menyimpang di kalangan remaja pada saat ini memang sudah dalam tahap memprihatinkan, sudah tidak bisa dianggap sebelah mata. Setiap harinya selalu saja ada berita mengenai perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja di media massa, khususnya penyimpangan sekunder seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang, tawuran, geng motor, dan perilaku menyimpang sekunder lainnya. Sungguh dilematis memang dengan kondisi remaja di Indonesia pada saat ini mengingat remaja merupakan generasi penerus bangsa, namun yang muncul ke permukaan justru kebanyakan adalah remaja yang bermasalah. Tidak jauh berbeda dengan penyimpangan sekunder, penyimpangan primer yang dilakukan oleh para remaja pun sangat memprihatinkan. Meskipun penyimpangan primer merupakan penyimpangan yang masih bisa ditoleransi, namun apabila dilakukan secara terus menerus tentu akan meresahkan masyarakat. Toleransi yang diberikan oleh masyarakat sering dianggap sebagai angin lalu oleh kebanyakan

para remaja, masuk ke telinga kanan dan langsung keluar di telinga kiri. Para remaja menganggap nilai dan norma yang ada di masyarakat adalah sebagai penghambat dalam menunjukan eksistensi mereka. meumpeung ngora keneh, bebas we arek nanaonan oge, nu penting mah senang istilah itulah yang sering muncul dibenak para remaja, cara pandang hidup yang salah kaprah tersebut secara tidak langsung akan membawa pengaruh negatif bagi remaja itu sendiri, baik disadari atau tidak oleh si remaja tersebut. Contohnya, tidak sedikit siswa yang sering membolos merupakan siswa yang pernah diberi sanksi oleh pihak sekolah. Ajakan untuk nongkrong dari teman-temannya lebih menarik dibanding ketakutan siswa akan sanksi dari pihak sekolah apabila dia ketahuan membolos lagi. Sebagai individu yang masih dalam fase labil, para remaja memang cenderung sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang ada di lingkungan sekitarnya. Selain itu, ketidakmampuan menyerap dan memilah-milah informasi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan para remaja melakukan penyimpangan. Penyimpangan yang terjadi di kalangan remaja juga disebabkan oleh sebuah proses belajar yang menyimpang, menurut Setiadi & Kolip (2011, hlm.223) yang dimaksud dengan proses belajar yang menyimpang adalah proses di mana anak-anak mengidentifikasi perilaku di lingkungannya yang menyimpang, terutama dari kelompok seusia dan sepermainan mereka. Seorang remaja bisa saja menjadi seorang pemabuk meskipun dari sejak kecil tidak diajarkan untuk menjadi seorang pemabuk oleh keluarganya. Remaja tersebut menjadi pemabuk hanya karena sering bergaul dengan remaja-remaja yang sering mengkonsumsi minuman beralkohol. Menurut Saptono (2006, hlm.147), perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja terjadi karena adanya proses sosialisasi yang tidak sempurna. Artinya: Apa yang diajarkan dalam keluarga dan sekolah berbeda dengan apa yang dilihat dan dialami seseorang dalam kehidupan nyata di masyarakat. Misalnya, dalam keluarga anak diajarkan berbuat jujur, namun dalam masyarakat ternyata begitu banyak orang berbuat tidak jujur.

Menurut Soekanto (2009, hlm.72-73), ada beberapa alasan mengapa para remaja lebih condong mengikuti apa yang dilakukan oleh teman sebayanya dibanding menuruti nasihat orang tuanya, yaitu: 1. Orang tua terlalu kolot atau terlalu bebas. 2. Orang tua hanya memberikan nasehat, tanpa memberikan teladan yang mendukung advis tersebut. 3. Orang tua terlalu mementikan pekerjaan kantor, organisasi dan lain sebagainya. 4. Orang tua mengutamakan pemenuhan kebutuhan material (kebendaan) belaka. 5. Orang tua lazimnya mau menang. Artinya, tidak mau menyesuaikan diri dengan kebutuhna dasar remaja yang mungkin berbeda. 6. Orang tua kurang mencurahkan kasih sayang. Sebagai masyarakat yang berbudaya, tentu segala aspek kehidupan kita diatur oleh nilai dan norma yang telah disepakati bersama oleh masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma, yang menjadi tujuan masyarakat diharapkan akan tercapai. Penyimpangan merupakan salah satu faktor yang dapat mengancam eksistensi nilai dan norma yang ada di masyarakat, tanpa terkecuali penyimpangan di kalangan remaja karena semakin banyak penyimpangan yang terjadi di masyarakat maka akan semakin membuat nilai dan norma yang ada di masyarakat tersebut menjadi abuabu atau tidak jelas, bahkan bisa merubah kondisi sosial budaya masyarakat tersebut. Kondisi remaja di suatu masyarakat dapat dijadikan gambaran bagaimana kondisi masyarakat tersebut di masa yang akan datang. Apabila kondisi remaja di masyarakat tersebut pada masa sekarang sering berperilaku menyimpang, maka bisa diprediksi bagaimana kondisi masyarakat tersebut di masa depan. Menurut penulis, masalah ini perlu dikaji lebih dalam lagi agar penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja tersebut tidak meluas ke penyimpangan yang tingkatannya lebih berat. Penulis berharap setelah dilakukannya penelitian ini, akan muncul solusi-solusi untuk meminimalisir terjadinya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para remaja.

Berdasarkan pada pertimbangan di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian yang berkenaan dengan Pengaruh Teman Sebaya (Peer Group) Terhadap Timbulnya Perilaku Menyimpang Remaja (Penelitian eksplanasi di SMA Negeri Kota Bandung). B. Identifikasi Masalah Kelompok teman sebaya atau Peer Group merupakan keluarga kedua bagi kebanyakan para remaja. Pada masa remaja individu lebih tertarik untuk melakukan aktivitas di luar rumah bersama dengan teman sebayanya, bahkan aktivitas yang dilakukan oleh para remaja dengan teman sebayanya sering kali jauh lebih lama dibandingkan dengan keluarganya. Banyaknya waktu yang para remaja habiskan dengan teman sebayanya dan banyaknya aktivitas yang dilakukan bersama, maka akan terjalin keterikatan yang sangat erat antara remaja dengan kelompok teman sebayanya. Keterikatan yang dimaksud adalah rasa solidaritas, rasa persaudaraan, senasib dan sepenanggungan. Adanya keterikatan yang sangat erat diantara para remaja dengan teman sebayanya memang sangat berpengaruh positif bagi perkembangan kepribadian para remaja. Selain untuk memupuk rasa solidaritas dari sejak dini, juga untuk melatih keterampilan para remaja dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, namun perlu diketahui bahwa selain memberikan pengaruh yang positif, terdapat pengaruhpengaruh negatif yang diakibatkan oleh kelompok teman sebaya, salah satunya yaitu perilaku menyimpang. Di dalam kelompok teman sebaya terdapat aturan-aturan atau nilai dan norma yang mengatur setiap anggotanya dan setiap kelompok teman sebaya memiliki aturan-aturan yang khas dan berbeda dengan kelompok teman sebaya lainnya, sehingga setiap kelompok teman sebaya memiliki ciri khasnya masing-masing, namun tidak sedikit kelompok teman sebaya yang nilai dan normanya melenceng atau tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat, sehingga anggotanya berperilaku menyimpang dari kebiasaan masyarakat pada umunya.

Dengan adanya pengaruh yang diakibatkan oleh kelompok teman sebaya (Peer Group) terhadap remaja, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh teman sebaya (Peer Group) terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka perlu dilakukan perumusan masalah untuk memperoleh sasaran sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar keterikatan remaja dengan teman sebayanya (Peer Group)? 2. Adakah pengaruh teman sebaya (Peer Group) terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja? 3. Berapa besar kadar kebermaknaan antara pengaruh teman sebaya (Peer Group) terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja? D. Tujuan Penelitian berikut: Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal 1. Untuk mengetahui seberapa besar keterikatan remaja dengan teman sebayanya (Peer Group). 2. Untuk mengetahui adakah pengaruh teman sebaya (Peer Group) terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja. 3. Untuk mengetahui besar kadar kebermaknaan antara pengaruh teman sebaya (Peer Group) terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis ataupun praktis. 1. Manfaat teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baru dalam bidang keilmuan Sosiologi yang diharapkan mampu memperbaharui informasi

dalam kajian tentang penyimpangan sosial, khususnya penyimpangan sosial di kalangan remaja. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi khususnya bagi sosiolog atau guru sosiologi dalam memecahkan masalah mengenai perilaku menyimpang dikalangan remaja atau siswa. 2. Manfaat praktis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengkaji lebih jauh masalah timbulnya perilaku menyimpang di kalangan remaja. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya kepada para orang tua dan guru akan dampak dari teman sebaya (Peer Group) terhadap timbulnya perilaku menyimpang remaja. c. Sebagai bahan masukan bagi orang tua dan guru agar lebih memperhatikan pola perilaku anak/siswanya yang menjurus ke arah yang menyimpang. d. Sebagai bahan masukan bagi para remaja, bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. F. Struktur Organisasi Skripsi 1. BAB I PENDAHULUAN Dalam BAB I berisi uraian tentang Pendahuluan yang berisikan : a. Latar Belakang Masalah : Di dalam latar belakang masalah dijelaskan alasan mengapa masalah tersebut harus diteliti. b. Identifikasi Masalah : Identifikasi masalah berisikan tentang pengenalan masalah atau inventarisasi masalah yang akan diteliti. c. Rumusan Masalah : Rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya yang di dalamnya membahas tentang masalah penelitian, variabel yang di teliti, dan kaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya. d. Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilaksanakan. Oleh karena itu, rumusan tujuan

penelitian harus konsisten dengan rumusan masalah dan mencerminkan proses penelitian. e. Manfaat penelitian : Di dalam manfaat penelitian dijelaskan mengenai manfaat-manfaat yang akan diperoleh peneliti dan masyarakat luas. f. Struktur Organisasi Skripsi : Menjelaskan mengenai urutan penulisan dari setiap bab dalam skripsi. 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Di dalam Tinjauan Pustaka membahas tentang konsep-konsep/teoriteori/dalil-dalil dan turunannya yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. 3. BAB III METODE PENELITIAN Metode Penelitian berisikan tentang penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian. 4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam BAB IV terdiri dari dua hal utama, yaitu: a. Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, dan tujuan penelitian. b. Pembahasan dan analisis temuan. 5. BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.