TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Nutrien Ikan Lele

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH KADAR TEPUNG BUNGKIL KELAPA SAWIT DALAM PAKAN IKAN LELE (Clarias sp) ZAENAL ABIDIN

TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan Protein Pakan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Ikan Lele Kebutuhan Nutrien Ikan Lele

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Kelangsungan Hidup

RETENSI ENERGI PADA IKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGETAHUAN BAHAN PAKAN. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

TINJAUAN PUSTAKA. nabati seperti bungkil kedelai, tepung jagung, tepung biji kapuk, tepung eceng

SUBSTITUSI TEPUNG BUNGKIL KEDELAI DENGAN TEPUNG BUNGKIL KOPRA DALAM PAKAN IKAN BERONANG, Siganus guttatus

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah lele dumbo ( Clarias gariepinus). Lele dumbo merupakan hasil

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila merah merupakan hasil hibridisasi antara ikan nila betina

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

I. PENDAHULUAN. Maggot merupakan larva lalat black soldier atau serangga bunga, memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. (Geneticaly Improvement of Farmed Tilapia). Klasifikasi ikan nila GIFT menurut. Khoiruman dan Amri (2005) adalah sebagai berikut :

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

II. BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Biologi, Habitat dan Kebiasaan Makan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN PROTEIN NABATI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN ENZIM FITASE SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN LELE DUMBO (Clarias sp) ASLINDA NUR MAZIDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

PEMANFAATAN TEPUNG AZOLLA SEBAGAI PENYUSUN PAKAN IKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA CERNA IKAN NILA GIFT (OREOCHIOMIS SP)

PEMANFAATAN FERMENTASI AMPAS TAHU DALAM PAKAN IKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN GURAMI OSPHRONEMUS GOURAMY LAC

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG DAGING DAN TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN PATIN (Pangasius sp.) ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Super dan Produktivitasnya. Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014), populasi ayam kampung di

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1 Kebutuhan makro nutrisi ikan mas (Cyprinus carpio)

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ikan patin siam (Pangasionodon hypopthalmus) merupakan ikan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB II TINJUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai varietas unggul dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan. Nomor 26/MEN/2004 tanggal 21 Juli 2004 (Sunarma, 2004).

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai

OPTIMALISASI SUBSTITUSI TEPUNG Azolla TERFERMENTASI PADA PAKAN IKAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS IKAN NILA GIFT

1. PENDAHULUAN. digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG KEPALA UDANG DAL AM PAKAN IKAN BERONANG, Siganus guttatus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Tahapan Penelitian Prosedur Penelitian a. Tahap I 1. Kultur bakteri Serratia marcescens

I. PENDAHULUAN. lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila

II. TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Lobster Air Tawar Capit Merah (Cherax quadricarinatus von Martens)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003;

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL. THE EFFECT OF GIVEN SKIN SEED IN GREEN BEANS ON GROWTH RATE OF CATFISH (Clarias sp)

Transkripsi:

5 TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Nutrien Ikan Lele Protein adalah merupakan komponen utama jaringan dan organ dari tubuh hewan dan juga senyawa nitrogen lainnya seperti asam nukleat, enzim, hormon dan vitamin, sehingga keberadaannya harus secara terus menerus disuplai dari makanan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh (Furuichi 1988). Jumlah protein yang diperlukan dalam pakan secara langsung dipengaruhi oleh komposisi asam amino pakan. Ikan membutuhkan 10 jenis asam amino esensial untuk menghasilkan pertumbuhan yang maksimal yaitu arginin, histidin, metionin, lisin, fenilalanin, isoleusin, treonin, triptofan dan valin. Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh sehingga harus tersedia dalam pakan (NRC 1983). Kualitas suatu protein sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas dari asam amino khususnya bioavailabilitas dari asam amino tersebut. Asam amino yang terserap dalam usus akan digunakan untuk: 1) Mengganti dan memelihara jaringan protein dan senyawa nitrogen; 2) pertumbuhan (peningkatan protein tubuh); dan 3) sebagai sumber energi. Peranan paling penting adalah untuk memelihara jaringan tubuh dan untuk pertumbuhan sedangkan sebagai sumber energi dapat diganti oleh karbohidrat dan lemak (Furuichi 1988). Jumlah asam amino yang digunakan untuk pertumbuhan akan semakin menurun seiring dengan penurunan tingkat pertumbuhan. Jumlah asam amino yang dapat digunakan untuk pertumbuhan dan maintenance sangat tergantung dari kualitas protein, tingkat asupan protein dan kandungan energi yang dapat dicerna dari pakan serta keadaan fisiologi ikan itu sendiri. Asam amino yang digunakan sebagai sumber energi akan dideaminasi dan dilepaskan sebagai amonia yang akan dikeluarkan melalui insang. Pakan yang mempunyai kualitas protein yang baik akan menghasilkan eskresi nitrogen yang lebih sedikit dari pada pakan yang mempunyai kualitas protein yang buruk (Furuichi 1988). Protein atau asam amino dibutuhkan secara terus menerus oleh ikan untuk membentuk jaringan baru (pertumbuhan dan reproduksi) atau untuk mengganti protein yang hilang (pemeliharaan). Ketidakcukupan protein dalam makanan akan

6 menurunkan pertumbuhan atau hilangnya bobot badan karena diambilnya protein dari jaringan yang kurang penting untuk memelihara jaringan yang lebih penting. Disisi lain jika protein terlalu banyak disuplai dari makanan, maka hanya sebagian kecil yang akan digunakan untuk membuat protein baru dan sisanya akan dikonversi menjadi energi (Halver dan Hardy 2002). Hal ini berarti bahwa pemanfaatan protein untuk pertumbuhan menjadi tidak efisien. Respon biologi yang penting dari organisme akuatik yang diberi pakan yang mengandung bahan pengganti tepung ikan antara lain adalah feed intake, perolehan bobot tubuh, rasio konversi pakan, komposisi tubuh, karakteristik sensory, tingkat kelulusan hidup dan respon imun (Yu 2005). Ikan, seperti juga dengan hewan lainnya, tidak mempunyai kebutuhan protein yang pasti, tapi membutuhkan komposisi asam amino esensial dan non esensial yang seimbang. Tingkat protein yang optimal dalam pakan untuk ikan dipengaruhi oleh keseimbangan protein dengan energi total pakan, komposisi asam amino dan kecernaan protein. Kebutuhan akan protein dipengaruhi oleh spesies, ukuran dan umur serta suhu air. Kebutuhan akan protein akan menurun seiring dengan peningkatan ukuran dan pertambahan umur dan meningkat seiring dengan peningkatan suhu (Halver dan Hardy 2002). Kebutuhan protein ikan salah satunya dipengaruhi oleh ukuran dan umur ikan. Kebutuhan protein kasar Clarias batrachus adalah 30% sedangkan untuk Clarias gariepinus adalah 40%, dengan energi total 18,6 kj/g dan rasio energi protein 21,5 (mg/kj) (Hasan 2000). Nursyam (1991) yang melakukan penelitian dengan menggunakan Clarias batrachus yang berukuran 1 g mengatakan bahwa bahwa secara umum kadar protein yang paling baik untuk Clarias batrachus adalah 40% dengan menggunakan kasein dan gelatin sebagai sumber protein dengan kandungan energi pakan adalah 3000 kkal/kg pakan. Penelitian yang dilakukan oleh Suhenda (1988) mendapatkan bahwa pakan dengan kadar protein 40% dan energi 3000 kkal/kg dapat digunakan untuk budidaya Clarias batrachus dengan bobot 1,5 g. Kebutuhan asam amino esensial ikan dapat diperkirakan berdasarkan komposisi asam amino otot ikan (Cho 1983). Pada beberapa penelitian diperoleh bahwa komposisi asam amino ikan tidak jauh berbeda dengan ikan lainnya, seperti pada ikan flat fish (atlantic halibut, yellowtail flounder dan japanese

7 flounder) (Kim dan Santosh 2000). Lemak berfungsi sebagai sumber energi dan sumber asam lemak esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan. Lemak juga dapat membantu penyerapan vitamin yang larut dalam lemak. Ikan lele (Clarias batrachus Linn) memerlukan asam linoleat dan asam linolenat sebesar 1,53 1,56 % dan 0,60 0,73 % dalam pakannya (bobot kering) (Mokoginta 1986). Bahan Pakan Sumber Nutrien/Protein Tepung Bungkil Kedelai (Soybean Meal/SBM) Komposisi proksimat SBM dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi proksimat SBM Komposisi proksimat Kandungan (%) Air 10,57 Abu 6,95 Protein 35,21 Lemak 3,12 Serat kasar 10,57 BETN 33,58 Hasil analisa (2006). SBM mempunyai profil asam amino yang terbaik dibanding semua sumber protein nabati. Asam amino pembatas pada SBM adalah metionin dan lisin sedangkan arginin dan phenilalanin mempunyai jumlah yang cukup (Tabel 2). SBM memiliki makromineral dan mikromineral yang rendah termasuk fosfor jika dibandingkan dengan tepung ikan (NRC 1983). SBM adalah merupakan sumber vitamin B (Hertrampf dan Felicitas 2000; Bureau 2005: Cheng et al. 2003). Tabel 2. Komposisi asam amino esensial SBM (% protein) Asam Amino Esensial SBM Arginin 7,15 Histidin 1,93 Isoleusin 4,66 Leusin 8,22 Lisin 6,28 Metionin 1,29 Phenilalanin 5,33 Threonin 4,09 Tryptophan 0,49 Valin 4,42 Sumber : SBM (Yamamoto et al. 1994).

8 Selain itu SBM memiliki kandungan anti nutrien yaitu protease inhibitors, lektin, phytic acid, saponin, phytoestrogen, antivitamin dan allergens. Anti nutrien ini dapat mempengaruhi penggunaan dan pencernaan protein, penggunaan mineral, antivitamin dan bersifat racun (Francis 2001). Tingkat kecernaan energi SBM oleh ikan pada umumnya berkisar antara 2,572 sampai 3,340 kkal/kg (10,8 sampai 14,0 MJ/kg). Pada ikan channel catfish tingkat kecernaan protein kasar SBM adalah sebesar 81,8%, dan tingkat kecernaan energinya adalah 51,4%. Namun demikian kecernaan protein tidak selalu menunjukkan kecernaan asam amino esensial. Berdasarkan data yang tersedia, kecernaan asam amino dari SBM oleh ikan channel catfish lebih baik dari pada kecernaan proteinnya (Hertrampf dan Felicitas 2000). Tingkat kecernaan nutrien SBM pada ikan-ikan salmon air tawar lebih tinggi dibandingkan ikan salmon yang ada di air laut (Usher et al. 1990). Penggantian tepung ikan sebanyak 50% dengan menggunakan SBM pada pakan rainbow trout menghasilkan pertumbuhan yang tidak berbeda nyata dengan pakan kontrol (fish meal/fm 32,8%). Penggantian tepung ikan sampai 75% akan menghambat pertumbuhan namun tingkat FCR tidak berbeda secara signifikan dengan pakan yang mengandung FM 32,8%. Penggantian total FM akan menurunkan pertumbuhan dan mempertinggi nilai FCR sedangkan penambahan asam amino metionin hidroxy analog pada pakan ikan rainbow trout yang menggunakan SBM sebagai pengganti FM tidak mempengaruhi pertumbuhan dan FCR (Cheng et al. 2003). Pada ikan red snapper (Lutjanus argentimaculatus) penggunaan SBM untuk mengganti FM juga dapat mencapai 50% (Catacutan dan Pagador 2004). Suprayudi et al. (1999) menyatakan bahwa penggantian tepung ikan dengan defatted soybean meal pada ikan gurami (Osphronemus gouramy) sebesar 50% memberikan palatabilitas yang baik. Peningkatan SBM sebesar 75% akan mereduksi palatabilitas dan acceptabilitas.

9 Tepung Bungkil Sawit (Palm Kernel Meal/PKM) Tepung bungkil sawit adalah merupakan produk sampingan dari minyak sawit. PKM lebih tepat disebut sebagai sumber karbohidrat dibanding sebagai sumber protein karena kandungan proteinnya yang rendah sedangkan kandungan karbohidratnya tinggi. Komposisi proksimat PKM dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi proksimat PKM Komposisi proksimat Kandungan (%) Air 4,92 Abu 4,95 Protein 14,27 Lemak 9,51 Serat kasar 25,19 BETN 41,17 Hasil analisa (2006). PKM mempunyai kandungan protein yang berkisar antara 15 sampai 18% dan mengalami kekurangan lisine dan metionin (Tabel 4). Kandungan serat kasar dari PKM sangat tinggi dan rasio Ca:P adalah 1:2,4. PKM merupakan sumber mangan yang baik (Hertrampf dan Felicitas 2000). Tabel 4. Komposisi asam amino esensial PKM (% protein) Asam Amino Esensial PKM Arginin 2,32 Histidin 0,32 Isoleusin 0,64 Leusin 1,19 Lisin 0,54 Metionin 0,33 Phenilalanin 0,79 Threonin 0,61 Tryptophan 0,20 Valin 0,82 Sumber : PKM (Hertrampf dan Felicitas 2000). PKM mengandung sedikitnya 60% NSP (non-starch polysaccharides) yang merupakan faktor pembatas utama dalam penggunaannya pada pakan hewan monogastric karena tidak dapat dicerna (Choct 2001; Choi et al. 2004 ). Pada juvenil turbot (Psetta maxima) keberadaan NSP dan faktor anti nutrien lainnya dalam pakan yang menggunakan tepung Lubinus albus sebagai pengganti tepung ikan diduga memperlambat retensi pakan dalam lambung sehingga mempengaruhi

10 tingkat pengambilan pakan (Fournier 2004). NSP dapat mengganggu pertumbuhan karena NSP akan terikat dalam air dan membentuk semacam gum di dalam intestine, meningkatkan viskositas bahan-bahan yang ada dalam usus dan menghalangi aktifitas enzim pencernaan sehingga berpotensi menjadi antinutrisi jika berada dalam pakan ikan (Francis et al. 2001) Penggunaan PKM 20% (bobot kering) dalam pakan ikan nila tilapia (Oreocromis sp) tidak menunjukkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan bila dibandingkan dengan pakan kontrol yang menggunakan FM 21,19 dan SBM 30,73% sebagai sumber protein, namun jika PKM diberi perlakuan dengan menggunakan enzim maka penggunaan PKM 40 % akan memberikan pertumbuhan yang lebih baik dari penggunaan PKM tanpa ada perlakuan. Semakin tinggi penggunaan PKM dalam pakan ikan nila tilapia (Oreochromis sp) akan semakin menurunkan tingkat kecernaan protein, lemak dan energi (Ng 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Lim (2001) pada ikan tilapia (Oreocromis mossambicus) menunjukkan bahwa penggunaan PKM 30% dalam pakan memberikan pertumbuhan yang tidak berbeda nyata dengan ikan yang diberi pakan kontrol yang menggunakan tepung ikan 43% dan SBM 20,75% sebagai sumber protein walaupun tingkat kecernaan proteinnya lebih rendah dari pakan kontrol. Semakin tinggi penggunaan PKM dalam pakan akan menurunkan kecernaan bahan kering pakan dan kecernaan proteinnya. Pada juvenil Labeo senegalensis pemberian pakan yang mengandung PKM 10% dalam pakan menunjukkan pertumbuhan dan tingkat konversi pakan yang sama dengan pakan kontrol yang hanya menggunakan tepung ikan sebagai sumber protein meskipun tingkat kecernaan pakannya lebih rendah. Penggunaan PKM lebih dari 10% akan menekan pertumbuhan juvenil Labeo senegalensis (Omoregie 2001). Juvenil patin jambal siam (Pangasius djambal) dapat menggunakan PKM sebanyak 27% dalam pakan dengan sumbangan protein dari PKM dapat mencapai 11% (Afifah 2006). Hertrampf dan Felicitas (2000) menyarankan penggunaan PKM dalam pakan sebanyak 5 sampai 10 % untuk ikan herbivora dan 3 sampai 8 % untuk ikan karnivora.

11 Tepung Tulang dan Daging (Meat and Bone Meal/MBM) MBM adalah merupakan suatu sumber protein hewani yang mempunyai komposisi kimia yang sangat bervariasi yang bergantung pada kualitas dari bahan bakunya. Tingginya bagian tulang dan/atau lemak dalam bahan dasar MBM akan menyebabkan tingginya kadar abu dan/atau kandungan lemak yang dapat mereduksi kandungan protein yang dihasilkan (Hertrampf dan Felicitas 2000). Komposisi proksimat MBM dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi proksimat MBM Komposisi Proksimat Kandungan (%) Air 9,36 Abu 2,21 Protein 58,06 Lemak 5,36 Serat kasar 2,02 BETN 22,98 Hasil analisa (2006). Kisaran komposisi nutrien MBM sangat tinggi, sehingga dalam penggunaannya sebaiknya MBM terlebih dahulu dianalisa pada setiap kali akan menggunakan tepung tersebut. Hal ini disebabkan karena terjadinya perbedaan bahan baku (daging) dan pengolahan yang dilakukan terhadap bahan baku (Hertrampf dan Felicitas 2000; Yu 2005). Pakan dengan sumber protein hewani yang berasal dari produk sampingan hewan seperti, tepung darah, tepung bulu, dan MBM kemungkinan kekurangan beberapa asam amino karena bahan-bahan ini cenderung mempunyai profile asam amino (Tabel 6) yang tidak sempurna dan pola kecernaan asam amino yang bervariasi (Bureau 2005). Tabel 6. Komposisi asam amino esensial MBM (% protein) Asam Amino Esensial MBM Arginin 7,93 Histidin 1,63 Isoleusin 2,64 Leusin 5,49 Lisin 5,08 Metionin 1,42 Phenilalanin 3,05 Threonin 3,25 Tryptophan 2,24 Valin 4,07 Sumber : Diolah dari data Allan et al. (2000).

12 Isoleusin dan metionin+sistein adalah merupakan asam amino pembatas jika dibandingkan dengan komposisi asam amino pada protein telur. Semakin tinggi kandungan abu maka kandungan makromineral juga akan meningkat sedangkan kandungan mikromineral (trace) lebih sedikit karena umumnya mikromineral disimpan dalam daging. Kandungan vitamin MBM sangat rendah (Hertrampf dan Felicitas 2000). Tingkat kecernaan energi MBM secara umum pada ikan lebih rendah 8 sampai 10% dari pada tepung ikan sedangkan kecernaan fosfornya adalah 63 sampai 70%. Kecernaan semu protein MBM pada ikan trout, salmon, Japanese seabass dan striped bass adalah sebesar 83% sedangkan kecernaan energinya sebesar 73% (Yu 2005). Pada ikan silver perch (Bidyanus bidyanus) tingkat kecernaan semu proteinnya adalah 71,5%, energi 75,2% dan bahan kering 50,1% (Allan et al. 2000). Kecernaan protein MBM pada berbagai penelitian relatif tinggi namun demikian kecernaan bahan kering MBM relatif rendah (40 sampai 50%) yang disebabkan karena tingginya kadar abu (25 sampai 30% dan fosfor 4 sampai 5 %) (Bureau 2005). Pada pakan benih ikan nila (Oreochromis niloticus), MBM dapat menggantikan 25% tepung ikan tanpa menimbulkan efek negatif terhadap pertumbuhannya (Tacon et al. 1984). Pada benih tilapia (Oreochromis mossambicus) penggantian sebagian tepung ikan dengan menggunakan MBM memperlihatkan pertumbuhan yang sama dengan ikan yang diberi pakan dengan menggunakan 100% tepung ikan, akan tetapi apabila dilakukan penggantian total tepung ikan dengan menggunakan MBM akan memberikan pertumbuhan yang buruk. Pertumbuhan yang tidak baik akan ditunjukkan oleh juvenil ikan common carp jika dalam pakannya digunakan MBM dengan tingkat substitusi FM lebih dari 70% (Hertrampf dan Felicitas 2000). Tepung ikan pada pakan catfish dapat diganti dengan MBM sebanyak 80%, tilapia 70%, eel 30%, juvenil common carp 20%; dan yearling common carp 70% (Yu 2005). Beberapa literatur menunjukkan bahwa penggunanan MBM dibawah 50% sebagai substitusi protein FM tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi pakan, survival rate, komposisi tubuh dan sensor ikan namun efisiensi konversi pakan pada umumnya akan menurun sebanyak 5% yang

13 kemungkinan disebabkan oleh menurunnya kecernaan pakan, profile asam amino, kandungan energi dan kandungan lemak (Yu 2005). Kandungan asam amino ensensial pada MBM lebih rendah daripada FM, namun demikian perbedaan kandungan tersebut dapat diperbaiki dengan penggunaan asam amino kristallin atau dengan mencampurnya dengan bahan protein lainnya. MBM tidak mengandung faktor anti nutrien, phytate fosforus, karbohidrat kompleks, non-palatabel dan tidak berbahaya (Yu 2005). Penggunaan MBM di dalam pakan dibatasi oleh kandungan abunya yang tinggi. Jumlah MBM yang direkomendasikan untuk digunakan dalam pakan budidaya ikan adalah 10,0 sampai 15,0% (Hertrampf dan Felicitas 2000).