BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

Efisiensi Instalasi Pengolahan Air Limbah Terhadap Kualitas Limbah Cair Rumah Sakit Haji Makassar Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor KEP-58/MENLH/12/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. kota besar di Indonesia, setelah menunjukkan gajala yang cukup serius,

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

ESTIMASI NILAI KERUGIAN AKIBAT PENCEMARAN. 6.1 Dampak Adanya Industri Terhadap Kualitas Lingkungan di Kelurahan Nanggewer

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa adanya (langsung tanpa pengolahan tertentu), dengan begitu

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, air juga dibutuhkan. keberlangsungan kehidupan makhluk hidup.

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Ada tiga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ke arah yang lebih baik. Kegiatan pembangunan biasanya selalu

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

SPO INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DENGAN SISTEM TANGKI SEPTIK MODIFIKASI

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dan fasilitas pelayanan kesehatan yang membuang air limbahnya tanpa

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

commit to user BAB I PENDAHULUAN

mendirikan pabrik bertujuan untuk membantu kemudahan manusia. Namun, hal

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

BAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Keterp aparan 1. La BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat perawatan penderita, pendidikan dan penelitian. Rumah sakit sebagai tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat yang menghasilkan limbah baik bentuk padat, cair ataupun gas yang cukup potensial untuk mencemari lingkungan. Sebagaimana diketahui limbah rumah sakit dapat digolongkan menjadi dua yaitu limbah infeksius dan limbah non infeksius. Limbah Infeksius yaitu limbah yang termasuk dalam kategori limbah bahan beracun berbahaya (B3) dan limbah non infeksius yaitu limbah yang termasuk ke dalam kategori limbah rumah tangga atau limbah domestik. Dengan adanya limbah tersebut dapat menimbulkan dampak negatif pada kehidupan manusia dan lingkungan. Salah satunya yaitu dapat mencemari badan air bila limbah yang dibuang telah melebihi kapasitas yang tidak dapat diterima lingkungan (Wipe, 2008). Efek negatif yang mungkin timbul sebagai akibat dari kondisi lingkungan yang tidak sehat karena pengelolaan air limbah rumah sakit yang kurang sempurna, diantaranya : adanya bakteri patogen penyebab penyakit seperti penyakit kulit, penyakit saluran pencernaan dan penyakit lainnya. Air limbah rumah sakit memiliki potensi yang berbahaya bagi kesehatan maka perlu penanganan air limbah yang baik 1

dan benar, yaitu dengan adanya instalasi pengelolaan air limbah. Oleh karena itu pembangunan rumah sakit harus disertai dengan pengawasan, pemantauan, dan perhatian terhadap limbah rumah sakit yang dihasilkan. Kondisi ini mengharuskan setiap pengelola industri khsusnya industri jasa rumah sakit harus memperhatikan cara-cara pengolahan dan pembuangannya agar tidak menimbulkan permasalahan bagi lingkungan maupun bagi kesehatan masyarakat disekitarnya (LIPI, 2007). Permasalahan akibat pencemaran limbah sebenarnya dapat dihindari melalui pengelolaan yang baik dengan cara pengukuran dan pengontrolan limbah yang di buang. Dalam banyak kasus, upaya pencegahan kerusakan lingkungan akibat limbah saat ini telah dibuat beberapa keputusan berupa penggunaan landfill tempat pembakar sampah yang terbuka dan sampah yang keras yang kurang pembuangan sampah (landfill) yang sehat dikembangkan sebagai alternatif dan IPAL untuk pembuangan limbah cair (Darmanto, 2005). Pengaruh limbah kimia industri khususnya limbah rumah sakit terdiri dari senyawa organik dan anorganik, antara lain dapat mengganggu kesehatan manusia maupun keseimbangan sistem lingkungan seperti logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Se, Ti, In, Sb, Bi, Te) dan senyawa non-logam tertentu (fosfat, amonia, sianida, fluorida, sulfida), dapat mengganggu kadar oksigen dalam badan- badan air seperti zat organik seperti pestisida dan fenol dapat berakibat lebih fatal karena sifat toksiknya, (Darmanto, 2005). Limbah rumah sakit yang belum dikelola dengan baik saat ini sering ditemukan, khususnya pengelolaan limbah medis yang infeksius. Dalam pengelolaan

limbah infeksius rumah sakit sering menyamakannya dengan limbah medis non infeksius. Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis apalagi limbah ini sering dibuang di tempat yang tidak jauh dari pemukiman terutama pada saluran air sungai yang dipergunakan warga disekitarnya untuk keperluan sehari-hari (LIPI, 2007). Imam (2005) mengutarakan bahwa rata-rata pengelolaan limbah medis di rumah sakit belum dilakukan dengan benar. Limbah medis yang dibuang oleh rumah sakit kebanyakan limbah infeksius, limbah radiologi, limbah sitotoksis, dan limbah laboratorium. Limbah infeksius misalnya jaringan tubuh yang terinfeksi kuman. Limbah jenis itu seharusnya dibakar, bukan dikubur, apalagi dibuang ke aliran sungai. Kondisi ini sangat berpengaruh kepada kesehatan masyarakat yang mempergunakan air sungai tersebut. Perlindungan terhadap bahaya pencemaran dari manapun juga perlu diberi perhatian khusus. Sehubungan dengan hal tersebut, pengelolaan limbah rumah sakit yang merupakan bagian dari penyehatan lingkungan di rumah sakit juga mempunyai tujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit serta mencegah infeksi nosoknomial di lingkungan rumah sakit (LIPI, 2007). Pengaruh limbah terhadap kesehatan yang paling banyak terjadi adalah iritasi kulit bahkan keracunan akibat kontak langsung dengan air sungai. Rumah sakit yang selama ini dianggap sebagai tempat penyembuhan penyakit bagi lapisan masyarakat, justru menjadi sumber bibit penyakit baru. Kondisi ini terjadi karena manajemen

rumah sakit lalai atau sengaja lalai menyediakan instalasi pengolahan air limbah (Depkes, 1997). Menurut Bambang (2007) di Kabupaten Bandung, khususnya di Kecamatan Soreang menyebutkan bahwa ditemukan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soreang belum memiliki IPAL bahkan disebutkan juga hampir seluruh rumah sakit di Kabupaten Bandung belum memiliki IPAL dan ditemukan ada 3 (tiga) rumah sakit yang membuang limbahnya ke aliran sungai dan akibatnya, tidak sedikit masyarakat yang terkena iritasi kulit bahkan keracunan dari air sungai yang tercemar limbah tersebut. Sjahrial (2008), menyebutkan kendala ketiadaan IPAL di sejumlah rumah sakit adalah karena faktor biaya. Disebutkan bahwa untuk membangun sebuah IPAL butuh biaya yang besar. Harganya tergantung dari kualitas dan banyaknya proses yang dilakukan pada IPAL tersebut. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat suatu IPAL, maka sangat wajar bila kemudian pengelola rumah sakit itu menolak untuk membuat IPAL akibat biaya untuk membangunnya sangat mahal. Zaenab (2008) mengungkapkan berdasarkan Profil Depkes 2000, seluruh RS di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 RS di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 Kg per tempat tidur per hari. Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per hari. Analisa lebih jauh menunjukkan, produksi sampah (limbah padat) berupa limbah domestik sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infektius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara nasional produksi sampah (limbah padat)

RS sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi RS untuk mencemari lingkungan dan kemungkinannya menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh LKPK Tahun 2006 pengolahan limbah rumah sakit di Indonesia menunjukan hanya 53,4% rumah sakit yang melaksanakan pengelolaan limbah cair dan dari rumah sakit yang mengelola limbah tersebut 51,1% melakukan dengan instalasi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan septic tanc tank (tangki septik). Pemeriksaan kualitas limbah hanya dilakukan oleh 57,5% rumah sakit dan dari rumah sakit yang melakukan pemeriksaan tersebut sebagian besar telah melakukan pemeriksaan tersebut sebagian besar telah memenuhi syarat baku mutu 63%. Hasil survai pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan November 2008 disepanjang aliran sungai pada Kelurahan Silalas, lingkungan XI dan XII melewati dua rumah sakit yang termasuk dalam golongan B. Dari wawancara yang dilakukan kepada 10 (sepuluh) orang penduduk yang memanfaatkan air sungai di aliran sungai tersebut menyebutkan mereka tidak pernah mengetahui bahwa ada perubahan atas air sungai yang mereka pergunakan. Menurut mereka seandainya ada perubahan dalam hal rasa, bau dan warna pada air sungai semata-mata disebabkan oleh adanya banjir di daerah gunung yang berdampak pada kualitas air sungai di sekitar mereka. Masyarakat yang diwawancarai tersebut juga menyebutkan bahwa mereka tidak terlalu menghawatirkan terjadinya penyakit pada mereka karena dalam kesehariannya

mereka sudah bertahun-tahun menggunakan air sungai tersebut untuk keperluan sehari-hari kecuali untuk air minum dan memasak. Namun demikian dari beberapa responden yang diwawancarai berpendapat bahwa limbah dari kedua rumah sakit tersebut dibuang langsung ke badan air, karena masyarakat sering mengalami keluhan sehabis memanfaatkan air sungai untuk MCK, masyarakat mengalami panas di kulit dan mengalami gatal-gatal serta timbul bintikbintik seperti bisul kecil di permukaan kulit. Keluhan itu biasanya membaik setelah beberapa hari. Ketakutan ini disebutkan jika kondisi ini berlarut secara terus menerus, karena mereka sudah tahu dampak yang terjadi dari kotornya air yang dicemari oleh limbah yang dibuang ke badan air. Ketakutan masyarakat akan air kotor tersebut juga didukung oleh data laboratorium pada kualitas air yang dilakukan pada saat pre survai sebagai berikut : BOD 5,9840 mg/l, TSS 88 mg/l, NH3 Bebas 0.5841 mg/l, fosfat 0,2462 mg/l. Hasil tersebut diambil dari badan air sungai Deli setelah menerima buangan limbah cair rumah sakit, yang berarti telah melewati batas baku mutu dengan mengambil standar Baku Mutu PPRI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas II dan Kep-58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit, batas maksimum yang diperbolehkan untuk BOD 3 mg/l, TSS 50 mg/l, NH3 Bebas 0,1 mg/l, dan fosfat 0,24 mg/l. Data yang diperoleh dari Puskesmas Glugur Kota pada tahun 2006 jumlah penyakit kulit di Kecamatan ini cukup tinggi yaitu sebanyak 2207 kasus, tahun 2007 sebanyak 1727 dan pada tahun 2008 1032 kasus. Ketika dikonfirmasikan pada dinas

kesehatan tentang peningkatan kasus penyakit kulit ini salah seorang staf menyebutkan bahwa kemungkinan peningkatan penyakit kulit karena banyak warga yang dalam kehidupan sehari-harinya mempergunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Berdasarkan kondisi ini maka peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisis lebih dalam hubungan keterpaparan masyarakat pengguna air sungai Deli yang dicemari limbah rumah sakit dengan penyakit kulit di Kelurahan Silalas, Lingkungan XI dan XII, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat di rumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana hubungan keterpaparan masyarakat pada air sungai yang dialiri limbah rumah sakit dengan dengan penyakit kulit di kelurahan Silalas. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: untuk menganalisis hubungan keterpaparan masyarakat pada air sungai yang dialiri limbah rumah sakit dengan dengan penyakit kulit di kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat Tahun 2009.

1.4. Hipotesis Ada ada hubungan keterpaparan masyarakat pada air sungai yang dialiri limbah rumah sakit dengan dengan penyakit kulit di kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat 2009. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit : Sebagai bahan informasi bagi rumah sakit tentang pengolahan, pembuangan air limbah sehingga dapat dibuat suatu kebijakan untuk dapat mengurangi dampak bagi kesehatan masyarakat sekitarnya. 2. Bagi Masyarakat, terutama yang bermukim di bantaran sungai : sebagai sarana informasi tentang pentingnya pengelolaan dan pengolahan air buangan sehingga tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. 3. Bagi Pemerintah : Sebagai informasi bagi unit kerjanya agar lebih memperhatikan ketersediaan IPAL dari suatu Rumah Sakit dan mengawasi pemanfaatan dan pengoperasian IPAL apakah sudah berjalan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. 4. Bagi Peneliti : Sebagai aplikasi keilmuan yang telah diperoleh selama menjalani pendidikan, sehingga menambah wawasan pengetahuan peneliti.