PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PEMBAGIAN KEKENDURAN PADA TRAMMEL NET: PENGARUHNYA TERHADAP KOMPOSISI DAN KERAGAMAN HASIL TANGKAPAN SUGENG HARTONO USULAN PENELITIAN sebagai salah salah satu syarat untuk melakukan penelitian pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Penelitian Nama Mahasiswa NIM Program Studi : Pembagian Kekenduran pada Trammel Net: Pengaruhnya terhadap Komposisi dan Keragaman Hasil Tangkapan : Sugeng Hartono : C44130001 : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui oleh Dr Ir Gondo Puspito, MSc Pembimbing I Dr Ir Ronny Irawan Wahju, MPhil Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Budy Wiryawan, MSc Ketua Departemen Tanggal :
PRAKATA Proposal ini merupakan panduan dalam melaksanakan penelitian yang berjudul Pembagian Kekenduran pada Trammel Net: Pengaruhnya terhadap Komposisi dan Keragaman Hasil Tangkapan. Kajian pustaka dan pembuatan model alat tangkap telah dilakukan sebelumnya untuk memastikan bahwa penelitian dapat dilakukan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Gondo Puspito, MSc. dan Dr. Ir. Ronny Irawan Wahju, MPhil. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan saran. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Sdri. Ratu Sari Mardiah S.Pi yang telah bersedia untuk membantu penelitian. Proposal telah diusahakan untuk ditulis sesempurna mungkin, namun kekurangannya pasti masih banyak ditemukan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari Pembaca sangat diharapkan untuk menyempurnakan isi proposal. Semoga proposal ini dapat menjadi panduan bagi penulis dalam melaksanakan penelitian. Bogor, Desember 2015 Sugeng Hartono
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan... 3 1.3 Manfaat... 3 2 METODOLOGI... 4 2.1 Waktu dan Tempat... 4 2.2 Alat dan Bahan... 4 2.3 Metode Penelitian... 5 2.4 Metode Pengambilan Data... 5 2.5 Analisis Data... 7 3 ANGGARAN BIAYA DAN RENCANA KEGIATAN... 8 3.1 Anggaran Biaya... 8 3.2 Jadwal Kegiatan... 9 4 RENCANA OUTLINE SKRIPSI... 10 DAFTAR PUSTAKA... 11
DAFTAR TABEL 2.1 Deskripsi model trammel net... 4 3.1 Rencana anggaran penelitian... 9 3.2 Jadwal kegiatan penelitian... 10
DAFTAR GAMBAR 1.1 Jaring dalam keadaan tegang... 2 1.2 Ikan terkantongi pada jaring... 2 1.3 Ikan terjerat pada jaring... 2 2.1 Penampang sisi trammel net kontrol (a) dan perlakuan (b)... 5 2.2 Susunan trammel net yang berselang-seling... 5 2.3 Posisi trammel net terhadap arus... 7
PENDAHULUAN Latar Belakang Trammel net merupakan salah satu jenis alat penangkapan ikan yang telah lama digunakan oleh nelayan di Indonesia untuk menangkap organisme dasar. Bentuknya persegi panjang yang terdiri atas 3 lapis jaring, yaitu 2 lapis jaring lapis luar dan selapis jaring lapis dalam. Panjang ketiga lapis jaring dibuat sama. Perbedaannya terletak pada ketinggian jaring lapis dalam sebesar 1,5 kali tinggi jaring lapis luar. Ketiga lapis jaring secara bersamaan disatukan pada bagian atasnya dengan tali ris atas dan tali ris bawah untuk bagian bawahnya. Nelayan menamakan trammel net sebagai jaring kantong. Menurut argumen mereka, pengoperasian trammel net yang ditarik menyapu permukaan dasar perairan akan menghasilkan deretan kantong. Ikan, udang atau kepiting yang tersapu jaring akan masuk ke dalam kantong dan selanjutnya terpuntal. Ini mengakibatkan peluang organisme dasar untuk meloloskan diri dari trammel net sangat kecil. Pertanyaannya adalah apakah argumen tersebut benar? Tiga lapis jaring yang membentuk trammel net terbuat dari benang multifilament polyamide (PA). Jenis material ini memiliki berat jenis yang lebih besar dari air, yaitu 1.140 kgf/m 3 (Klust 1982). Sementara berat jenis air laut hanya sebesar 1.027 kgf/m 3. Dengan demikian, ketiga jaring cenderung tenggelam ketika dimasukkan ke dalam air. Gaya tenggelam jaring dan pemberat yang lebih besar dibandingkan dengan gaya apung cukup membuat badan jaring terentang. Pada saat proses pengoperasian trammel net, perahu bergerak searah arus dan jaring ditebarkan dengan posisi sejajar arus. Perahu berhenti sejenak sebelum ujung jaring ditarik membentuk suatu kelengkungan. Kedua jaring lapis luar akan terentang sempurna, karena adanya pengaruh gaya apung dari pelampung dan gaya berat dari pemberat. Jaring lapis dalam juga akan terentang secara vertikal, namun ada penumpukan sebagian jaring di bagian bawah. Kondisi ini menyebabkan kekenduran jaring tertinggi terdapat pada bagian bawah jaring. Kantong akan lebih mudah terbentuk pada bagian ini. Penarikan jaring selanjutnya akan memberikan pengaruh terhadap ketegangan jaring yang berbeda pada setiap ketinggian. Jaring lapisan dalam pada bagian atas akan mendapatkan tegangan maksimum akibat tarikan dari jaring bagian bawah yang memuntal ikan dan gesekan jaring dengan permukaan dasar perairan (Gambar 1.1). Dengan demikian, cara organisme tertangkap akan berbeda pada setiap ketinggian jaring (Gambar 1.2). Ikan yang tertangkap pada bagian bawah jaring cenderung terkantongi dan akhirnya terpuntal (Gambar 1.3).
Gambar 1.1 Jaring dalam keadaan tegang Gambar 1.2 Ikan terkantongi pada jaring Gambar 1.3 Ikan terjerat pada jaring Upaya untuk meningkatkan efektivitas penangkapan dengan trammel net dapat dilakukan dengan cara membagi kekenduran jaring pada beberapa bagian badan jaring. Ini dimaksudkan agar setiap bagian jaring memiliki kemampuan yang sama dalam mengantongi dan selanjutnya memuntal organisme air. Organisme dasar akan tertangkap pada bagian bawah jaring, sedangkan organisme dasar yang melompat dan ikan yang berenang pada kolom air akan tertangkap pada bagian atas jaring. Publikasi yang terkait trammel net lebih banyak membahas selektivitas. Contohnya adalah selektivitas mata jaring trammel net terhadap striped red mullet (Mullus surmuletus) (Kalaycı dan Yeşilçiçek 2012), selektivitas mata jaring trammel net terhadap Japanese whiting (Sillago japonica) (Purbayanto 2000), dan selektivitas dan efisiensi trammel net untuk menangkap tiger prawn (Penaeus japonicus) (Fujimori 1996). Adapun publikasi yang berhubungan dengan materi penelitian hanya ditemukan sebanyak 3 artikel. Masing-masing adalah pengaruh kekenduran jaring lapis dalam terhadap jumlah tangkapan (Koike dan Matuda 1988), konfigurasi dan tegangan tali ris atas trammel net ketika dilakukan penarikan (Puspito et al. 1997), dan pengaruh arus terhadap tegangan dan bentuk kelengkungan model trammel net (Puspito 2008). Ketiga penelitian ini akan
dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian dan membahas hasil penelitian. Tujuan Penelitian bertujuan untuk: 1. Membuktikan bahwa pembagian kekenduran jaring akan meningkatkan jumlah dan keragaman hasil tangkapan; dan 2. Menentukan jumlah dan keragaman organisme air berdasarkan ketinggian jaring. Manfaat Manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Informasi dan masukan bagi nelayan untuk meningkatkan jumlah dan keragaman hasil tangkapan dalam pengoperasian trammel net; dan 2. Sumbangan bagi IPTEK terkait perbaikan konstruksi trammel net dan peningkatan efektivitas alat tangkap.
METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian terdiri atas dua tahap, yaitu penelitian skala laboratorium dan lapang. Penelitian skala laboratorium berupa observasi tampilan model trammel net di dalam akuarium yang akan berlangsung antara 1-21 Desember 2015. Adapun penelitian lapang direncanakan di Perairan Lontar, Kabupaten Serang, Banten, pada Januari 2016. Observasi tampilan model trammel net Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada observasi model trammel net terdiri atas model trammel net, akuarium, dan kamera. Bahan-bahan yang digunakan terdiri atas jaring polyethylene (PE) untuk jaring lapis luar, jaring polyamide (PA) untuk jaring lapis dalam, pemberat timah, dan pelampung plastik. Beberapa alat tambahan yang digunakan adalah peralatan menjurai, gunting, alat tulis, dan penggaris. Detail konstruksi model trammel net disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Deskripsi model trammel net Uraian Material Jaring lapis dalam Jaring lapis luar Ukuran mata jaring (cm) 2 6,5 Jumlah mata jaring 1.425 96 Panjang terentang (cm) 57 38 Panjang tali pelampung (cm) 50 50 Panjang tali pemberat (cm) 50 50 Hanging ratio (buoy part) 0,5 0,5 Hanging ratio (sinker part) 0,5 0,5 Rata-rata hanging ratio 0,5 0,5 Tinggi jaring (cm) 49,36 33,7 Perbandingan antara tinggi jaring lapis dalam dan luar 1,5 Penelitian Lapang Penelitian lapang menggunakan 1 unit perahu dan 6 unit trammel net yang terdiri atas 3 lembar jaring milik nelayan sebagai kontrol dan 3 lembar jaring perlakuan. Konstruksi jaring kontrol terdiri atas satu kekenduran, sedangkan konstruksi perlakuan tiga kekenduran (Gambar 2.1). Alat-alat lainnya yang
digunakan adalah kamera, alat tulis, penggaris, jangka sorong, GPS, timbangan digital, dan lembar data penelitian. Gambar 2.1 Penampang sisi trammel net kontrol (a) dan perlakuan (b) Metodologi Penelitian Penelitian menggunakan metode eksperimen. Observasi tampilan model trammel net di akuarium bertujuan untuk melihat kekenduran dan penumpukan jaring lapis dalam di atas tali ris bawah. Sementara uji lapang dimaksudkan untuk membuktikan keefektifan trammel net perlakuan dibandingkan dengan trammel net kontrol dalam menangkap organisme target. Metode Pengambilan Data Penelitian di lapang meliputi uji coba penangkapan dengan menggunakan trammel net kontrol yang dibandingkan dengan trammel net perlakuan pada waktu bersamaan. Susunan trammel net kontrol dan perlakuan dibuat berselang-seling. Gambar 2.2 menunjukkan posisi kedua trammel net yang disusun berselang-seling. Gambar 2.2 Susunan trammel net yang berselang-seling
Proses penelitian mengikuti operasi penangkapan trammel net yang biasa dilakukan oleh nelayan. Tahapannya meliputi: 1. Persiapan menuju daerah penangkapan yang meliputi pengecekan kelayakan perahu, perbekalan perahu dan ABK, dan kesediaan alat tangkap trammel net; 2. Perahu berangkat menuju lokasi daerah penangkapan ikan; 3. Pengoperasian alat tangkap dilakukan pada pukul 04.00-12.00 WIB dengan 4-5 kali setting; 4. Penurunan jaring dilakukan setelah sampai di daerah penangkapan. Proses penenggelaman diawali dengan menjatuhkan pemberat tambahan, pelampung tanda, seluruh badan jaring, dan pemberat tambahan. Ujung tali ris atas pada lembar jaring terakhir dihubungkan dengan perahu memakai tali selambar. Pada proses ini, mesin perahu tidak dimatikan dan posisi perahu tetap berjalan searah arus dengan kecepatan rendah. Posisi alat terhadap arus saat proses pengoperasian dapat dilihat pada Gambar 2.3; 5. Penarikan jaring membentuk ½ lingkaran melawan arus selama sekitar ±45 menit; 6. Proses hauling dari trammel net dimulai dengan mengangkat pemberat tambahan, jaring dan diakhiri dengan pelampung tanda. Satu orang nelayan bertugas menarik tali ris atas dan satu orang lainnya bertugas menarik tali ris bawah dari perairan dan mengambil hasil tangkapan pada jaring, kemudian disimpan pada wadah penyimpanan. Setelah proses hauling selesai, nelayan melakukan penangkapan lagi dengan mekanisme yang sama di daerah pengoperasian yang berbeda. Penurunan dan pengangkatan jaring dilakukan pada bagian kanan perahu. Jumlah operasi penangkapan dalam sehari sebanyak 4 ulangan; 7. Cara pengoperasian yang sama dilakukan sebanyak 6 hari atau sekitar 24 ulangan; dan 8. Pengukuran hasil tangkapan dilakukan di darat. Hasil tangkapan dikelompokkan atas hasil tangkapan utama (HTU) dan hasil tangkapan sampingan (HTS). HTU pada alat tangkap ini meliputi udang, kepiting, dan ikan-ikan demersal, sedangkan HTS merupakan hasil tangkapan selain ikan demersal. Hasil tangkapan setiap jenis organisme pada masing-masing trammel net ditentukan cara tertangkapnya, jenisnya diidentifikasi, panjangnya diukur, dan bobotnya ditimbang. Hal yang sama juga dilakukan terhadap trammel net perlakuan pada setiap kekenduran. Selain itu, hasil tangkapan trammel net perlakuan dibandingkan dengan hasil tangkapan trammel net nelayan berdasarkan jumlah hasil tangkapan, jenis hasil tangkapan, dan posisi ikan tertangkap pada tiap bagian trammel net.
Gambar 2.3 Posisi trammel net terhadap arus Analisis Data Analisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Rumusnya adalah: Keterangan : Yij μ τij εij i j Hipotesis Yij = μ + τij + εij Hasil tangkapan trammel net ke-i dengan ulangan ke-j; Rata-rata umum: Pengaruh perlakuan ke-i dan ulangan ke-j; Pengaruh galat percobaan karena perlakuan ke-i dan ulangan ke-j; 1, 2 adalah perlakuan pada trammel net; dan 1, 2, 3,..., 24 adalah ulangan. : H0 : τ1 = τ2 = 0 : Perlakuan tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan H1 : τi 0 : Ada satu perlakuan yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan
ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN Anggaran Biaya Biaya yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperkirakan sebesar Rp. 14.970.000,00 (empat belas juta sembilan ratus tujuh puluh ribu rupiah). Rinciannya disajikan pada Tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Rencana anggaran penelitian No. Kebutuhan Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Total (Rp) 1. Sewa perahu (6 hari) 1 Unit 500.000,00 3.000.000,00 2. Bekal melaut - - 200.000,00 2.800.000,00 3. Pembuatan trammel 3 Lembar 600.000,00 1.800.000,00 net 4. Sewa rumah 1 Unit 2.000.000,00 2.000.000,00 5. Transportasi Bogor- - - 500.000,00 500.000,00 Lontar 6. Bahan bakar minyak 1 Unit 100.000,00 1.400.000,00 perahu 7. Sewa GPS 1 Unit 30.000,00 420.000,00 7. Neraca digital 3 Unit 200.000,00 600.000,00 8. Jangka sorong 3 Unit 50.000,00 150.000,00 9. Penyusunan skripsi - - 2.000.000,00 2.000.000,00 10. Pembuatan model 1 Unit 300.000,00 300.000,00 trammel net Total 14.970.000,00
Jadwal Kegiatan Jadwal kegiatan penelitian terbagi atas 12 bagian. Tabel 3.2 menjelaskan jadwal setiap kegiatan tersebut. Tabel 3.2 Jadwal kegiatan penelitian No. Jenis kegiatan 1. Kajian pustaka 2. Penyusunan proposal 3. Konsultasi dengan pembimbing 4. Pembuatan model trammel net 5. Fiksasi Proposal 6. Persiapan penelitian 7. Penelitian Lapang 8. Tabulasi dan pengolahan data 9. Konsultasi ke pembimbing 10. Penyusunan skripsi 11. Seminar hasil penelitian 12. Sidang ujian skripsi Nov 15 Des 15 Jan 16 Feb 16 Mar 16 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK DAN ABSTRACT HALAMAN JUDUL SKRIPSI HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Manfaat 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Trammel Net 2.2 Pengoperasian Trammel Net 2.3 Kekenduran Trammel Net 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Analisis Data 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1 Pembahasan 5 SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP RENCANA OUTLINE SKRIPSI
DAFTAR PUSTAKA Fujimori Y et al.. 1996. Selectivity and Gear Efficiency of Trammel Nets for Kuruma Prawn (Penaeus japonicus). Fisheries Research. 26: 113-124. Klust G. 1982. Netting Materials for Fishing Gear. 2nd ed. Inggris (UK): Fishing News Books Ltd. Kalaycı F dan Yeşilçiçek T. 2012. Investigation of the Selectivity of Trammel Nets Used in Red Mullet (Mullus barbatus) Fishery in the Eastern Black Sea, Turkey. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences. 12: 937-945. Koike A dan Matuda K. 1988. Catching Efficiency of Trammel Net with Different Slacknesses and Mesh Sizes of Inner Net. Nippon Suisan Gakkaishi. 54(2): 221-227. Purbayanto A et al. 2000. Mesh Selectivity of a Sweeping Trammel Net for Japanese Whiting (Sillago japonica). Fisheries Science. 66: 97-103. Puspito G. 2009. Pengaruh Arus terhadap Tegangan dan Bentuk Kelengkungan Model Trammel Net. Jurnal Mangrove dan Pesisir. 9(1): 38-47. Puspito G et al.. 1997. Lower Line Shape and Tension of Shrimp Trammel Net Towed along the Hypotenuse of Right Triangle. Fisheries Science. 63(1): 1-5.