9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Dramaga-Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2011. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai Varietas Wilis (biji kecil) dan Varietas Grobogan (biji besar), air bebas ion, kertas tisu, kemasan plastik polypropylene (PP) dengan ketebalan 0.8 mm, kertas stensil, dan kain pel dengan ukuran (59 x 38) cm dan berat per lembar 131,4 gram. Peralatan yang digunakan adalah mesin simulasi transportasi (Gambar Lampiran 1 dan 2), telethermometer, Electric conductivity meter, Alat Pengecambah Benih (APB) tipe IPB 72 1, alat pengepres kertas IPB 75-1, desikator, dan oven. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak yang terdiri dari dua faktor. Faktor yang pertama adalah lama guncangan (G) yang terdiri dari empat taraf, G 1 : 0 jam, G 2 : 3 jam, G 3 : 6 jam, G4 : 9 jam. Faktor yang kedua adalah kombinasi suhu dan RH (S) yang terdiri dari tiga taraf, S 1 : (25-29) 0 C/RH (80-90) %, S 2 : (30 35) 0 C/RH (65-75) %, dan S 3 : (36-40) 0 C/RH (50-60) %. Penelitian ini menggunakan 12 kombinasi perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga setiap Varietas didapat 36 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan menggunakan contoh benih sebanyak 250 butir. Model linier dari rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut : Y ijk = µ + B i + G j + R k + GS jk + ijkl dimana : Y ijk = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum
10 B i = pengaruh blok ke -i G j S k GS jk ijkl = pengaruh lama guncangan pada taraf ke-j = pengaruh suhu/rh pada taraf ke-k = pengaruh interaksi antara lama guncangan pada taraf ke-j dan suhu/rh pada taraf ke-k = pengaruh acak Penelitian simulasi transportasi, dilakukan juga penelitian pada transportasi sesungguhnya. Penelitian ini dilaksanakan untuk melakukan perbandingan terhadap hasil dari penelitian utama. Metode penelitian ini adalah dengan mengemas benih menggunakan plastik kedap udara masing-masing 1 kg untuk setiap varietas kemudian ditransportasikan dengan mobil box sejauh 1500 km selama 7 hari. Pengujian terhadap hasil pengamatan dilakukan dengan uji-f. Jika hasilnya berbeda nyata, dilakukan uji lanjut DMRT pada taraf 5%. Uji t-student dilakukan untuk membandingkan penelitian simulasi transportasi dengan transportasi sesungguhnya. Penelitian simulasi transportasi dan transportasi sesungguhnya masingmasing menggunakan dua Varietas benih kedelai yang berbeda, yakni Varietas Wilis dan Varietas Grobogan. Pengamatan terhadap kedua Varietas benih kedelai ini dilakukan secara terpisah. Pelaksanaan Penelitian Kain kering seberat ± 131 gram direndam dalam 150 ml air hingga jenuh. Kain basah tersebut kemudian diletakkan di bawah setiap bak untuk menciptakan kelembaban nisbi udara. Lalu, benih sebanyak 250 butir dikemas dalam kantong plastik PP dan dimasukkan pada setiap bak. Lampu yang terdapat di atas bak dinyalakan sesuai dengan perlakuan. Kondisi suhu/rh selama percobaan diperoleh dari kombinasi kain lembab pada bawah bak dan nyala lampu yang terletak di atas bak. Kondisi suhu (25-29) 0 C dan RH (80-90) % didapat dari kombinasi 13 lembar kain lembab tanpa nyala lampu. Kondisi suhu (30 35) 0 C dan RH (65-75) % didapat dari kombinasi
11 8 lembar kain lembab dan 3 nyala lampu. Kondisi suhu (36-40) 0 C dan RH (50-60) % didapat dari kombinasi 5 lembar kain lembab dan 4 nyala lampu. Setelah itu, mesin dinyalakan dengan menyesuaikan lama guncangan. Pengamatan terhadap perubahan suhu dan RH dilakukan satu jam sekali dengan alat tele- thermometer. Rancangan simulasi ini diharapkan mampu melakukan pendugaan terhadap viabilitas benih selama transportasi. Penelitian Sudjindro (1994) menyatakan bahwa transportasi aktual pada benih kenaf menyebabkan penurunan viabilitas benih. Hal ini disebabkan oleh keadaan benih kenaf yang berlemak sehingga peka terhadap guncangan saat transportasi. Faktor lingkungan juga mempengaruhi viabilitas benih kenaf selama transportasi. Kondisi udara yang semakin panas dan kering menyebabkan penurunan Viabilitas Potensial (Vp) dan Vigor Daya Simpan (V DS ). Hasil penelitian Pramono (1997) menunjukkan bahwa benih kedelai yang ditransportasikan dengan kadar air awal lebih rendah, yakni 10-13% memiliki V KT yang relatif lebih baik dibandingkan benih dengan kadar air awal 17-20%. Daya berkecambah benih kedelai juga lebih baik jika ditransportasikan menggunakan rak, sehingga antar kemasan benih tidak bergesekan. Pengamatan 1. Kadar Air Benih Penetapan kadar air dilakukan dengan metode oven suhu rendah konstan dengan suhu 103 ± 2 C, selama 17 ± 1 jam. Cawan porselin beserta tutup ditimbang (M1). Benih diambil sebanyak 2 ulangan untuk setiap percobaan. Benih diambil sebanyak ±5 gram kemudian ditimbang (M2). Setelah itu, dimasukkan ke dalam oven. Setelah 17 ± 1 jam benih diangkat dan langsung dimasukkan ke dalam desikator selama ± 30 menit untuk menyerap panas, kemudian dilakukan penimbangan kembali (M3). Rumus untuk menghitung kadar air benih adalah sebagai berikut :
12 Keterangan : M1= bobot cawan kosong M2= bobot cawan+benih sebelum dioven M3= bobot cawan+benih setelah dioven 2. Daya Berkecambah (DB) Benih sebanyak 25 butir per ulangan ditanam pada substrat kertas stensil dengan metode pengujian UKDdp, kemudian dimasukkan ke dalam APB IPB 72-1. Pengamatan terhadap kecambah normal dan benih tidak tumbuh dilakukan pada hitungan pertama (3 HST) dan pengamatan kedua pada 5 HST. Kecambah yang diamati adalah kecambah normal, kecambah abnormal, benih segar tidak tumbuh, dan benih mati. Persen daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 3. IV (Indeks Vigor) Penghitungan Indeks Vigor (IV) dilakukan berdasarkan persentase kecambah normal pada pengamatan pertama ( KN hitungan I) yaitu pada hari ke- 3. Rumus menghitung nilai Indeks Vigor adalah : 4. Berat Kering Kecambah Normal (BKKN) Pengukuran Berat Kering Kecambah Normal (BKKN) dilakukan di akhir pengamatan. Caranya dengan membuang bagian kotiledon dari kecambah dan dioven selama (3 x 24) jam pada suhu 60ºC. Setelah itu, benih dimasukkan ke dalam desikator selama ±15 menit dan setelah dingin ditimbang berat keringnya. BKKN dihitung berdasarkan nilai rata-rata berat kering kecambah normal.
13 5. Keserempakan Tumbuh Benih (K ST ) Metode pengujian sama dengan daya berkecambah. Pengamatan dilakukan pada 4 HST dengan menghitung persentase jumlah kecambah normal kuat terhadap jumlah benih yang ditanam. Kriteria kecambah normal kuat yang diamati adalah kecambah dengan panjang minimal empat kali ukuran benih. Persen K ST dapat dihitung dengan rumus : 6. Kecepatan Tumbuh Benih (K CT ) Metode pengujian sama dengan daya berkecambah. Pengamatan dilakukan setiap hari, mulai awal pengujian sampai 5HST. Nilai kecepatan tumbuh dihitung berdasarkan persen kecambah normal dalam satuan waktu etmal dengan rumus sebagai berikut : K CT = Keterangan : i = kurun waktu perkecambahan (5 hari) d = tambahan persentase kecambah normal per etmal 7. Daya Hantar Listrik (DHL) Benih kedelai sebanyak 50 butir diambil secara acak, kemudian ditimbang, lalu direndam dengaan air bebas ion sebanyak 25 ml di dalam botol gelas selama 24 jam. Setelah itu, air rendaman diukur daya hantar listriknya dengan alat Electric conductivity meter. Nilai DHL diukur dengan menggunakan rumus :