III. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional,

BAB III METODE PENELITIAN. B. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan

III. METODELOGI PENELITIAN. Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. PAD dari masing-masing kabupaten/kota di D.I Yogyakarta tahun

BAB III METODE PENELITIAN. kabupaten induknya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi ke

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan potensi daerah. Otonomi daerah memberikan peluang luas bagi

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menganalisis ketimpangan wilayah menggunakan Indeks Williamson, diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan

H 2 : Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. tertinggi, standar deviasi, varian, modus, dan sebagainya.

Kata kunci : jumlah alumni KKD, opini audit BPK, kinerja pembangunan daerah.

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan :

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikann sistem kelembagaan (Arsyad, 2010:11)

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Ketimpangan pendapatan adalah sebuah realita yang ada di tengah-tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang

BAB I PENDAHULUAN. periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen.

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel dalam penelitian ini adalah 35 kabupaten/kota dijawa tengah tahun 2011-

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

Analisa Keterkaitan Ketimpangan Pembangunan Antar Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Sumatera

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Statistik). Data yang diambil pada periode , yang dimana di dalamnya

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB III. Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. METODE. Kerangka Pemikiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data kuantitatif, yaitu Data Laporan Realisasi Anggaran APBD pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dokumen RPJP Provinsi Riau tahun , Mewujudkan keseimbangan

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

Transkripsi:

29 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Cakupan wilayah penelitian adalah seluruh Kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan. Meliputi 20 wilayah Kabupaten dan 3 kotamadya. Penelitian berlangsung dari bulan Maret 2010 hingga bulan Mei 2010. Gambar 6. Peta Administratif Sulawesi Selatan 3.2 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder, yakni melakukan studi kepustakaan dari publikasi data-data statistik Badan Pusat Statistik (BPS) baik Provinsi maupun Pusat, data-data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDDA) Provinsi,data-data Departemen Nasional dan dokumen perencanaan dan sumber-sumber pustaka lain yang relevan dengan topik

30 penelitian. Hubungan antara tujuan penelitian, metode, jenis dan sumber data serta output yang harapkan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. 3.3 Metode Analisis Untuk memecahkan permasalahan dan menjawab tujuan penelitian sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini memerlukan berbagai metode analisis. Tabel 1 berikut menyajikan informasi mengenai tujuan penelitian, metode, data dan variabel yang digunakan dalam penelitian. Tabel 1. Tujuan Penelitian, Metode Analisis, Jenis dan Sumber Data serta Output Penelitian No Tujuan Metode Analisis Jenis dan Sumber Data Output yang diharapkan 1. Mengidentifikasi ketimpangan/ ketimpangan antar Kabupaten/kota dan faktor penyebabnya Indeks Williamson PDRB Kabupaten/kota Tahun 2004-2009, Jumlah Penduduk tahun 2004-2009 Mengetahui ketimpangan di Prov. Sulawesi Selatan Indeks Theil PDRB Per Sektor dan jumlah Tenaga Kerja per Sektor Kabupaten/Kota tahun 2004-2009 Mengetahui proporsi sumbangan ketimpangan antar sektor dan antar Kabupaten/kota Mengidentifikasi perkembangan wilayah dan keseimbangan penyebaran aktivitas ekonomi Analisis Regresi Linier Berganda Indeks Entropi Indeks Williamson, Pertumbuhan PDRB, Anggaram Sektor Pendidikan, Anggaran Sektor Kesehatan, Anggaran Sektor Sosial, Anggaran Sektor Ekonomi, Anggaran Infrastruktur Umum PDRB per Sektor Kabupaten/Kota tahun 2004-2009 Mengetahui faktorfaktor penyebab penyebab ketimpangan Mengetahui perkembangan wilayah dan keseimbangan penyebaran aktivitas ekonomi 2 3 Mengidentifikasi ketersediaan infrastruktur Kabupaten/kota Mengidentifikasi pola interaksi Kabupaten/kota Skalogram Analisis interaksi spasial (Model Entropi Kendala Ganda Data potensi desa Kabupaten/kota 2003,2006,2008 Data survey Asal Tujuan Transportasi Nasional Provinsi Sulawesi Selatan 2006 Mengetahui ketersediaan infrastruktur setiap Kabupaten/kota Mengetahui pola interaksi Kabupaten/kota

31 a. Indeks Williamson Indeks Williamson merupakan salah satu indeks yang paling sering digunakan untuk melihat disparitas antar wilayah. Williamson (1975) mengembangkan indeks ketimpangan wilayah yang diformulasikan sebagai berikut : Keterangan : Vw = Indeks ketimpangan Williamson Provinsi Sulawesi Selatan Yi = PDRB per kapita Tahun 2004-2009 Kabupaten/kota ke-i Ỹ = Rata-rata PDRB perkapita Tahun 2004-2009 Provinsi Sulawesi Selatan Pi = fi/n, dimana fi jumlah penduduk Kabupaten/kota ke-i dan n adalah total penduduk nasional, provinsi, pulau atau kawasan. Indeks ketimpangan williamson akan menghasilkan indeks yang lebih besar atau sama dengan nol. Jika semua Yi= Y maka akan dihasilkan indeks = 0, yang berarti tidak adanya ketimpangan ekonomi antar daerah. Indeks lebih besar dari 0 (nol) menunjukkan adanya ketimpangan ekonomi antar wilayah. Semakin besar indeks yang dihasilkan semakin besar tingkat ketimpangan antar provinsi di suatu negara. Adapun data yang digunakan dalam analisis ini adalah data PDRB atas dasar harga konstan serta data jumlah penduduk masing-masing Kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan yang meliputi 20 Kabupaten dan 3 kota tahun 2004-2009, melalui data tersebut didapatkan PDRB per kapita Kabupaten/kota tahun 2004-2009 2. Indeks Theil Analisis dengan menggunakan Indeks Theil dapat membantu untuk mengetahui ketimpangan Kabupaten/kota dan yang dominan penyebab terjadinya ketimpangan. Karakteristik utama dari indeks Theil entropy ini adalah kemampuannya untuk membedakan ketimpangan antar wilayah

32 (between-region inequality) dan ketimpangan dalam suatu wilayah (withinregion inequality) (Kuncoro, 2002). Ketimpangan dalam wilayah ini lebih ditunjukan oleh proporsi masing-masing sektor yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Masing-masing sektor ini terdiri dari Sektor Pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdaganagan besar, eceran, rumah makan, dan hotel, retail trade dan restoran, Sektor Jasa Kemasyarakatan, sosial dan personal serta Sektor Lainnya yang diproporsi dengan tenaga kerja yang berada pada sektor masing-masing. Indeks Theil dinyatakan dalam formula sebagai berikut : Dimana Keterangan : T T w T Y Y Y n i n b i ij ij = Indeks Theil = Theil Within, ketimpangan sektoral intern Kabupaten/kota = Theil Between, ketimpangan antar Kabupaten/kota = PDRB Kabupaten/kota i = PDRB sektor ke-j Kabupaten/kota i = Total PDRB Sulawesi Selatan = Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten/kota i = Jumlah Tenaga Kerja sektor ke-j di Kabupaten/kota i Data yang digunakan adalah data PDRB sektor Kabupaten/kota dan data jumlah tenaga kerja sektoral per Kabupaten/kota tahun 2004-2009. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat diketahui penyebab ketimpangan yang terjadi di Sulawesi Selatan, apakah terjadinya ketimpangan antarwilayah atau ketimpangan internal wilayah.

33 3. Indeks Entropi Indeks Entropi juga digunakan untuk melihat hirarki wilayah yaitu, mengukur tingkat perkembangan suatu wilayah dan melihat sektor-sektor yang dominan (yang berkembang) pada wilayah tersebut. Data yang dianalisa adalah data PDRB Kabupaten/kota per sektor enam tahun terakhir tahun 2004 hingga tahun 2009. Analisis Entropi Model merupakan salah satu konsep analisis yang dapat menghitung tingkat keragaman (diversifikasi) komponen aktivitas. Keunggulan dari konsep ini karena dapat digunakan untuk: (1) memahami perkembangan suatu wilayah, (2) memahami perkembangan atau kepunahan keragaman hayati, (3) memahami perkembangan aktivitas perusahaan, (4) memahami perkembangan aktivitas suatu sistem produksi pertanian dan lain-lain (Pravitasari, 2008). Prinsip pengertian indeks entropi ini adalah semakin beragam aktifitas atau semakin luas jangkauan spasial, maka semakin tinggi entropi wilayah. Artinya wilayah tersebut semakin berkembang (s = Tingkat perkembangan ). Persamaan umum entropi ini adalah sebagai berikut : Dimana : S : nilai entropy diversitas struktur ekonomi wilayah Pi : rasio PDRB sektor ekonomi I terhadap PDRB wilayah i : sektor ekonomi ke-i n : jumlah sektor Analisis ini digunakan untuk mengetahui perkembangan sektor-sektor perekonomian antar Kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan, sehingga dapat dilihat perkembangan perekonomian antar Kabupaten/kota tersebut. Jika S semakin tinggi maka tingkat perkembangan semakin meningkat, dimana nilai S akan selalu 0.

34 4. Regresi Linier Berganda Model regresi adalah persamaan matematik yang menggambarkan hubungan antara peubah bebas (X1, X2, X3, X4,..) dengan satu peubah tidak bebas (terikat) (Y dependent variabel), dimana hubungan keduanya dapat digambarkan oleh satu garis lurus. Seringkali peubah bebas disebut sebagai peubah penjelas dan peubah tak bebas disebut juga peubah respon. Jika model regresi tersebut digunakan untuk menggambarkan hubungan sebab akibat (causal relationship), maka peubah bebas disebut sebagai peubah penyebab dan peubah tak bebas disebut sebagai peubah akibat (Juanda, 2009). Adapun metode penggunaan yang digunakan dalam penelitian adalah metode OLS (Ordinary Least Square). Metode ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya disparitas pembangunan wilayah khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan. Model regresi secara umum dapat dituliskan sebagai berikut : Dimana : = Indeks Williamson Prov. Sulawesi Selatan tahun ke-t = Intersep = Koefisien Kemiringan = Pertumbuhan PDRB tahun ke-t = Rasio Belanja Infrastruktur tahun ke-t = Rasio Belanja Pendidikan tahun ke-t = Rasio Belanja Kesehatan tahun ke-t = Rasio Belanja Sosial tahun ke-t = Rasio Belanja Ekonomi tahun ke-t = Unsur gangguan (galat) Dalam menggunakan metode OLS, terdapat asumsi atau persyaratan yang melandasi estimasi regresi, yakni : 1. E(e) = 0 atau E(eI Xi)= 0 atau E(Y) = β 0 + β i X i

35 Artinya, e menyatakan variabel-variabel lain yang mempengaruhi Yi akan tetapi tidak terwakili dalam model. Sehingga pada saat Xi terobservasi, pengaruh e terhadap Y diabaikan atau e tidak mempengaruhi E (Yi) secara sistmatik 2. Tidak Adakorelasi antara ei dengan ej {cov(ei,ej) = 0} ; i j, 3. Homoskedastisitas; yaitu besarnya varian ei sama, atau var (ei) = σ 2 untuk setiap i 4. Kovarian antara e1 dan X i nol {cov(e i, X i ) = 0} Artinya, tidak ada korelasi antara ei dan X i, sehingga jika ada hubungan dimana X i meningkat dan mengakibatkan e i juga meningat atau ketika X i menurun, maka e i juga mengalami penurunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa hal tersebut menunjukkan adanya korelasi antara e i dan X 5. Tidak ada multikolinieritas Artinya, tidak ada hubungan yang nyata antar variabel independen X dalam model regresi Jika asumsi di atas dapat dipenuh, maka metode OLS dapat memberikan penduga koefisien regresi yang bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Dekripsi komponen error di sini, paling sedikit terdiri dari empat komponen (Juanda, 2009): 1. Kesalahan pengukuran dan proxy dari peubah respon Y maupun peubah penjelas X i, X 2, X 3,, X 2. Asumsi bentuk fungsi f yang salah. Mungkin ada benuk fungsi lainnya yang lebih cocok, linier maupun non linier. 3. Omitted variabels. Peubah (variabel) yang seharusnya dimasukkan ke dalam model, dikeluarkan dengan alasan-alasan tetentu, misalnya penyederhanaan atau data sulit diperoleh 4. Pengaruh faktor lainnya yang belum terpikirkan atau tidak dapat diramalkan (unpredictible effects). 5. Skalogram Metode skalogram digunakan untuk mengidentifikasi jenis dan jumlah fasilitas yang diperlukan sebagai SOC yang mendukung perkembangan p i

36 perekonomian di tingkat kota/kabupaten Seluruh fasilitas umum yang dimiliki oleh setiap unit wilayah di data dan disusun dalam satu tabel. Fasilitas ini mencakup empat kelompok, yaitu: (1). Prasarana Pendidikan, meliputi fasilitas sekolah, tempat pelatihan dan lembaga-lembaga pelatihan, kursus dan lainnya, (2) Prasarana Kesehatan, meliputi fasilitas rumah sakit, puskesmas, balai-balai pengobatan, jumlah dokter, bidan dan tenaga kesehatan lainnya (3) Prasarana Sosial, meliputi fasilitas ibadah, kelembagaan masyarakat, tempat hiburan dan lainnya. (4) Prasarana Ekonomi, meliput i fasilitas pasar, fasilitas lembaga perkreditan, fasilitas koperasi, dan lainnya. Menurut Saefulhakim dalam Adifa (2007) tahapan penyusunan skalogram adalah sebagai berikut: (1) Menyusun fasilitas sesuai dengan penyebaran dan jumlah prasarana di dalam unit-unit desa. Fasilitas yang tersebar merata di seluruh desa diletakkan dalam urutan paling kiri dan seterusnya sampai prasarana yang terdapat paling jarang penyebarannya di dalam seluruh unit desa yang ada diletakkan di kolom tabel paling kanan, (2) Menyusun desa-desa sedemikian rupa dimana unit desa yang mempunyai ketersediaan fasilitas paling lengkap terletak di susunan paling atas, sedangkan unit desa dengan ketersediaan fasilitas paling tidak lengkap terletak di susunan paling bawah, (3) Menjumlahkan seluruh fasilitas secara horizontal baik jumlah jenis fasilitas maupun jumlah unit fasilitas di setiap unit desa, (4) Menjumlahkan masing-masing unit fasilitas secara vertikal sehingga diperoleh jumlah unit fasilitas yang tersebar di seluruh unit desa, (5) Dari hasil penjumlahan ini dihareapkan diperoleh urutan, posisi teratas, merupakan desa yang mempunyai fasilitas terlengkap. Sedangkan posisi terbawah merupakan desa dengan ketersediaan fasilitas paling tidak lengkap, (6) Jika dari hasil penjumlahan dan pengurutan ini diperoleh dua desa dengan jumlah jenis dan jumlah unit fasilitas yang persis, maka pertimbangan ketiga adalah jumlah penduduk. Desa dengan jumlah penduduk lebih tinggi diletakkan pada posisi diatas. Dengan menggunakan data potensi desa 2003 jumlah variabel yang dipilih ada sebanyak 131 variabel, data potensi desa 2006 sebanyak 118

37 variabel, dan data potensi desa 2008 terformulasi dalam rumus sebagai berikut : sebanyak 40 variabel. Yang Dimana, Keterangan : IPKj = Indeks Perkembangan Kabupaten/Kota ke-j = Indeks Standarisasi sarana ke- i Kabupaten/kota ke-j = Indeks Minimum sarana ke-i = Standar Deviasi sarana ke-i 6. Model Entropi Interaksi Spasial dengan Kendala Ganda (Doubly Constrained Entropy Model) Sifat-sifat daya dorong dan daya tarik yang bersifat individual dapat diukur dengan mengembangkan model gravitasi dengan kendala ganda (double-constrained gravity model) sebagaimana diperkenalkan oleh Wilson (1970) dan Kitamura (1990) dalam Rustiadi, et al (2007) : Untuk mencari solusi secara statistic, selanjutnya model umum tersebut, dimana : T ij = Intensitas interaksi antara tempat asal i dengan tempat tujuan j = Kendala yang berkaitan dengan tempat asal i (keberimbangan IPK Pendidikan, Keberimbangan IPK Kesehatan, Keberimbangan IPK Sosial dan Keberimbangan IPK Ekonomi) = Kendala yang berkaitan dengan tempat tujuan j (Keberimbangan IPK Pendidikan, Keberimbangan IPK Kesehatan, Keberimbangan IPK Sosial dan Keberimbangan IPK Ekonomi)

38 = Total Interaksi yang berasal dari daerah asal i (banyaknya arus aliran orang daerah asal i) = Total Interaksi yang berasal dari daerah tujuan j (banyaknya arus aliran orang daerah tujuan j) = Fungsi jarak antara tempat asal i ke tempat tujuan j (dalam km) Dimana untuk masing-masing i dan j, i = 23 j = 23 Struktur data sebanyak 23 x 22 = 506 Dapat terlihat pada struktur data berikut : No Wilayah Asal Kode Kab. Asal Wilayah Tujuan Kode Kab. Tujua n Keberimban gan IPK Pendidikan Ai.Bj Oi.Dj r(i,j) Aliran orang Keberimba Keberimba Keberimba Moda Jarak ngan IPK ngan IPK ngan IPK Jalan (km) Kesehatan Sosial Ekonomi (satuan org/thn) 1 Selayar 1 Bulukumba 2.... Oi.Dj r(i,j) : : : : :.... Oi.Dj r(i,j) : : : : :.... Oi.Dj r(i,j) : : : : :.... Oi.Dj r(i,j) : : : : :.... Oi.Dj r(i,j) 23x22 23 22 23 22.... Oi.Dj r(i,j)

39 3.4 Definisi Operasional Merujuk pada latar belakang, permasalahan, tujuan dan hipotesisis yang ada dan didukung dengan tinjauan pustakan dari berbagai hal, maka ada beberapa variable yang relevan digunakan dalam penelitian. Definisi Operasional dari masing-masing variable yang digunakan adalah : 1. Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN sebesar 26persen dari pendapatan domestic neto yang dialokasikan ke daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 2. Total Penerimaan Daerah adalah seluruh penerimaan suatu daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah, baik itu yang berasal PAD, dana perimbangan dan pendapatan lain yang sah. 3. Total Pengeluaran Daerah (TKD) adalah semua pengeluaran daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang menjadi beban daerah, baik untuk belanja rutin maupun untuk belanja pembangunan. 4. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan 2000 (PDRB) per kapita adalah jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas ekonomi yang terjadi di masyarakat yang diukur berdasarkan suatu periode tertentu sebagai tahun dasar sehingga nilainya benar-benar mencerminkan jumlah produksi yang terbebas dari pengaruh harga dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. 5. Belanja Infrastruktur adalah besaran dana pengeluaran pemerintah daerah dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah di bidang penataan ruang, bidang permukiman, bidang pekerjaan umum, bidang perhubungan dan bidang lingkungan hidup. 6. Belanja Pendidikan adalah pengeluaran Kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah bidang/fungsi pendidikan.

40 7. Belanja Kesehatan adalah pengeluaran Kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah bidang/fungsi kesehatan. 8. Belanja Sosial adalah pengeluaran Kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah bidang/fungsi sosial. 9. Belanja Ekonomi adalah pengeluaran Kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah bidang/fungsi ekonomi.