11 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Sejarah Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang Kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan tak lepas dari aspek kesejarahan yang mewarnai berbagai lokasi di dalamnya. Salah satu lokasi di Jakarta yang memiliki nilai sejarah itu adalah Menteng di Jakarta Pusat. Wilayah Menteng sekarang ini merupakan kota taman yang dirancang oleh arsitek Belanda PAJ Mooejen dan FJ Kubatz pada tahun 1913. Gambar 5 Kawasan Menteng pada tahun 1930 Taman Menteng dahulunya merupakan sebuah lapangan terbuka yang bersatu dengan Taman Suropati sekarang. Sebelum berdiri Taman Menteng, lokasi ini merupakan Lapangan Sepak Bola Persija dan dikenal dengan nama Voetbalbond Indiesche Omstreken atau Viosveld. Pada tahun 1961 lapangan tersebut berubah nama menjadi Stadion Persija atau Stadion Menteng. Selain untuk lapangan sepak bola, lapangan ini juga menjadi area ruang terbuka publik khususnya bagi warga Jakarta. Perubahan Stadion Menteng menjadi Taman Menteng menuai kontroversi dari berbagai pihak. Stadion Menteng yang berusia lebih dari lima puluh tahun itu akhirnya dibongkar dan disayembarakan untuk dijadikan sebagai taman kota. Pada
12 2007 dimulai pengerjaan Taman Menteng hingga akhirnya diresmikan pada tahun yang sama. Taman Menteng merupakan taman yang relatif baru dibandingkan dengan Taman Suropati maupun Taman Situ Lembang. Taman Menteng berlokasi dekat dengan jalan arteri yaitu Jalan HOS Cokroaminoto yang memiliki akses dekat dengan kawasan perniagaan serta pusat kota (Gambar 6). Fasilitas yang terdapat di dalam taman antara lain sarana olahraga (lapangan futsal, basket, voli), jogging track, bangku taman, lampu taman, fasilitas bermain untuk anak-anak, kolam air mancur, areal parkir, kantor pengelola dan koramil, rumah kaca, serta monumen kenangan Persija. Pembuatan taman hasil sayembara ini memiliki konsep Dual Memory. Beberapa zona yang didesain dalam taman ini antara lain zona dengan intensitas tinggi di sisi Jalan HOS Cokroaminoto serta area olahraga, zona dengan intensitas sedang di bagian tengah taman (rumah kaca, hamparan rumput), dan zona dengan intensitas rendah di bagian timur taman yang berbatasan dengan Jalan Kediri. Lanskap di sekitar Taman Menteng yaitu di sebelah utara, timur, dan selatan berupa hunian sementara di sisi barat merupakan area servis/perdagangan berupa pertokoan. Taman Suropati merupakan salah satu pecahan dari Taman Menteng dan Taman Sunda Kelapa yang bernama Burgeermester Bischop Plein. Di Taman Suropati ini keseluruhan pohon yang ditanam merupakan pohon peninggalan zaman penjajahan Belanda. Konsep taman publik diterapkan pada taman ini sejak tahun 1984. Sebelumnya, Taman Suropati ini memiliki konsep sebatas penghijauan kota saja. Taman Suropati memiliki kondisi pohon yang umurnya relatif tua dengan ciri kanopi yang relatif rimbun. Beberapa jenis pohon yang terdapat di taman ini antara lain mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.), kelapa (Cocos nucifera Linn.), sawo kecik (Manilkara kauki Dubard), dan ketapang (Terminalia catappa Linn.). Taman Situ Lembang awalnya merupakan suatu subsistem Kali Cideng yang dibangun oleh Belanda sekitar tahun 1926 sebagai penampungan dari beberapa mata air yang ada di sekitarnya. Nama Situ Lembang diambil karena terdapat waduk (situ) dan berada di Jalan Lembang. Taman ini cukup unik karena sejak dahulu dikenal sebagai lokasi pemancingan dan disediakan tempat untuk memancing.
13 4.2 Letak, Luas, dan Batas Lokasi Taman Menteng (Gambar 6) berada di Jalan HOS Cokroaminoto 87. Taman Menteng memiliki luas 24.546 m 2 dibatasi Jalan Prof. Moh. Yamin di sebelah utara, Jalan Situbondo di sebelah selatan, Jalan Kediri di sebelah timur, dan Jalan HOS Cokroaminoto di sebelah barat. Aksesibilitas ke Taman Menteng dapat ditempuh dari berbagai arah seperti dari arah Monumen Selamat Datang melalui Jalan Sutan Syahrir, dan dari arah Salemba melalui Jalan Prof. Moh. Yamin. Taman Suropati (Gambar 7) yang berada di Jalan Taman Suropati ini memiliki luas 16.328 m 2. Areal taman seluruhnya langsung berbatasan dengan Jalan Taman Suropati kecuali di sebelah selatan dengan Taman Diponegoro. Aksesibilitas ke Taman Suropati dapat ditempuh melalui Jalan Teuku Umar dari arah Monas, Jalan Imam Bonjol dari arah Bundaran HI, serta Jalan Diponegoro dari arah Salemba. Taman Situ Lembang (Gambar 8) berada dalam kompleks perumahan tepatnya di Jalan Lembang. Taman ini memiliki luas 14.700 m 2 dengan batas langsung Jalan Lembang. Aksesibilitas menuju taman ini sama halnya dengan aksesibilitas yang menuju Taman Menteng maupun Suropati. Jam buka taman ini terbatas karena pada malam hari (pukul 22.00) akses ditutup untuk pengguna kendaraan. Tabel 1 Nama, luas, dan lokasi taman Taman Lokasi Luas Batas Lokasi Taman Menteng Jalan HOS Cokroaminoto 24.546 m 2 Utara: Jalan Prof. Moh. Yamin Selatan: Jalan Situbondo Timur: Jalan Kediri Barat: Jalan HOS Cokroaminoto Taman Suropati Jalan Taman Suropati 16.328 m 2 Utara: Jalan Teuku Umar Selatan: Taman Diponegoro Timur dan Barat: Jalan Taman Suropati Taman Situ Lembang Jalan Lembang 14.700 m 2 Seluruh taman dikelilingi oleh Jalan Lembang
14. Jl HOS Cokroaminoto a. b. Jl Prof. Moh. Yamin U 0 20 40 m Gambar 6 Denah Taman Menteng
15 U 0 20 40 m Gambar 7 Denah Taman Suropati Ketiga taman memiliki seorang penanggung jawab taman yang bertugas mengawasi taman serta hal-hal lain yang berkaitan langsung dengan pemakaian maupun perizinan taman. Terdapat pos polisi di Taman Suropati yang bertugas menjaga keamanan serta mengatur lalu lintas kawasan Taman Suropati dan sekitarnya.
16 U 0 20 30 m Gambar 8 Denah Taman Situ Lembang 4.3 Keadaan Fisik Kawasan Kawasan Menteng merupakan kota taman pertama di Indonesia yang dirancang pada masa kolonial Belanda. Saat itu telah disadari pentingnya perencanaan kota taman dengan gaya tropis didasarkan pada kebutuhan permukiman yang nyaman dengan penataan jalan dan jalur hijau jalan, jalur biru bantaran kali, saluran drainase, ruang terbuka (RT) maupun ruang terbuka hijau (RTH) berupa taman kota, taman lingkungan, fasilitas olahraga, serta daerah tangkapan air yang tak
17 terpisahkan satu sama lain. Permukiman yang dibangun dengan konsep kota taman tropis bertujuan untuk menjaga nilai ekologis dan sosial kawasan. Setiap hunian maupun gedung yang ada memiliki area hijau yang ditanami berbagai jenis pohon, semak, maupun groundcover. Komposisi dari kawasan kota taman Menteng adalah hunian, gedung perkantoran, jalur hijau jalan, pedestrian serta taman baik skala taman kota maupun taman lingkungan. Luasan ruang terbuka hijau (RTH) yang ada saat ini lebih dari 30 persen untuk satu kawasan Menteng (Dinas Pertamanan DKI Jakarta, 2002). Hal ini merupakan konsep utama dari sebuah kota taman yang mampu mengakomodasi kebutuhan fisik bangunan serta kebutuhan akan ruang terbuka yang mampu menjaga nilai ekologis serta memenuhi fungsi sosial kawasan. Kawasan Menteng saat ini relatif terjaga dari perubahan tata guna lahan. Pembangunan areal komersil tidak begitu tampak dalam kawasan karena telah ada regulasi yang membatasi perubahan tata guna lahan maupun bangunan yang ada. Tata hijau yang digunakan dalam lanskap jalan kawasan Menteng menggunakan pohonpohon bertajuk cukup lebar seperti tanjung (Mimusoph elengi L.), mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.), dan akasia (Acacia auriculiformis). Semak yang digunakan relatif seragam yaitu teh-tehan (Acalypha macrophylla), serta krimbosa (Tabernaemontana corymbosa Roxb.), perkecualian di median Jalan Diponegoro ditanami juga groundcover seperti ubi hias (Ipomoea batatas Poir.), ruellia (Ruellia malacosperma), dan bayam merah (Aerva sanguinolenta Bl.).