BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya berkurangnya massa otot, bertambahnya massa lemak, penurunan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertahankan kesehatan dan daya tahan jantung, paru-paru, otot dan sendi.

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

HERNAWAN TRI SAPUTRO J

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. bertahap dengan bertambahnya umur. Proses penuaan ditandai dengan. kehilangan massa otot tubuh sekitar 2 3% perdekade.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. kualitas makanan sehari-hari. Namun, akhir-akhir ini muncul berbagai. garam yang mampu memicu penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi

Disusun Oleh : MIA JIANDITA

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO


BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Penyakit ini diperkirakan mengenai lebih dari 16 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok usia lanjut (usila/lansia) (Badriah, 2011). Secara alamiah lansia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, dkk, 2011). Memasuki usia tua, seseorang mengalami perubahan fisik, mental dan sosial secara bertahap. Perubahan fisik lansia yang semakin menurun akan berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh lansia terhadap penyakit. Lansia rentan mengalami penyakit yang berhubungan dengan proses menua salah satunya hipertensi yang merupakan masalah kesehatan yang sering ditemukan pada lansia (Azizah, 2011). Salah satu faktor yang memicu timbulnya penyakit hipertensi pada lansia ialah masalah gizi berlebih didalam tubuh (Riyadi dkk, 2007). Status gizi adalah suatu perubahan dalam tubuh akibat mengkonsumsi makanan atau zat gizi dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Hasdianah dkk, 2014). Adanya gangguan dan penyakit hipertensi yang diderita oleh lansia, menyebabkan lansia menjadi tidak mandiri dan membutuhkan orang lain dalam mempertahankan gizi seimbang dan melakukan aktivitas sehari-hari (Notoatmodjo, 2007). Da lam hal ini, keluarga merupakan dukungan utama ( support system) bagi lansia dalam menjaga serta mempertahankan kesehatan dan status gizinya (Maryam dkk, 2011). Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmhg (Muttaqin, 2014). Risiko hipertensi 17 kali lebih tinggi pada usia >40 tahun dibanding dengan yang berusia <40 tahun, yang berarti bahwa meningkatnya usia seseorang akan diikuti dengan meningkatnya kejadian hipertensi (I rza, 2009). Penyakit hipertensi yang terjadi pada lansia 1

2 disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya ialah obesitas dan kolesterol tinggi (Muttaqin, 2014). Obesitas dan kolesterol tinggi merupakan suatu keadaan akibat kelebihan gizi didalam tubuh (Riyadi dkk, 2007). Obesitas dan kolesterol tinggi mengakibatkan lemak tertimbun di dalam pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi tidak lancar dan membuat pembuluh darah semakin sempit yang menyebabkan peningkatan tekanan darah (Muttaqin, 2014). Lansia seperti juga tahapan-tahapan usia yang lain dapat mengalami masalah status gizi lebih maupun status gizi kurang (Azizah, 2011). Maryam (2011), menjelaskan bahwa hasil penelitian yang dilakukan beberapa pakar menunjukkan masalah gizi pada lansia sebagian besar merupakan masalah gizi berlebih yang memicu timbulnya penyakit degeneratif atau hipertensi. Hal yang sama pun dinyatakan menurut Depkes RI (1996) dalam Simanjuntak (2010), berbagai penelitian menunjukkan bahwa masalah gizi pada lansia sebagian besar merupakan masalah gizi lebih dan kegemukan/obesitas. Hal tersebut dilihat berdasarkan hasil survei Indeks Masa Tubuh (IMT) orang dewasa di Indonesia menunjukkan bahwa status gizi lebih pada umur 55 tahun keatas mencapai 20,6%, dengan distribusi status gizi lebih pada pria dan wanita sebesar 8,8% dan 10,8%, sedangkan untuk status gizi lebih tingkat berat atau kegemukan pada pria dan wanita sebesar 6,1% dan 13,7%. Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat pada 11.400 wanita usia pertengahan dan usia lanjut menunjukkan bahwa hubungan antara angka kejadian hipertensi dan obesitas meningkat tajam sesuai peningkatan berat badan. Risiko menjadi 2,5-3,2 kali untuk obesitas kelas I serta menjadi 3,9 5,5 kali untuk obesitas kelas II dan III (Witjaksono, 2008 dala m Manampiring, 2008). Penelitian ini selaras dengan hasil penelitian

3 Sihombing (2010), menunjukkan bahwa lansia di Indonesia memiliki risiko 8,37 kali peningkatan tekanan darah. Menurut Depkes RI (2014), lansia penderita hipertensi di Indonesia tahun 2014 mengalami peningkatan sekitar 50%. Angka kejadian hipertensi di Jawa Timur pada tahun 2013 sebesar 26,2% (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Menurut Dinkes Kota Surabaya (2015), didapatkan total penderita hipertensi pada pria dan wanita sebesar 137,337 (16,78% ). Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya, jumlah lansia dengan hipertensi pada bulan November 2016 adalah sebanyak 413 orang dimana jumlah tersebut merupakan jumlah penyakit tertinggi pada lansia di Puskesmas Pucang Sewu Surabaya. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Posyandu Lansia Sekar Arum RW VII Kelurahan Kertajaya Kecamatan Gubeng Surabaya, lansia penderita hipertensi pada bulan November 2016 sebanyak 25 orang, dengan distribusi lansia penderita hipertensi dengan status gizi lebih (IMT 25,0) berjumlah 21 orang, sedangkan penderita hipertensi dengan status gizi normal (IMT 24,9) berjumlah 4 orang dari total lansia penderita hipertensi. Faktor penyebab terjadinya tekanan darah tinggi pada lansia yaitu kelebihan berat badan yang diikuti dengan kurangnya berolahraga, serta mengkonsumsi makanan berlemak dan kadar garam yang tinggi (Palmer & Williams, 2007). Perubahan status gizi yang ditandai dengan kelebihan berat badan secara langsung mempengaruhi perubahan pada tekanan darah (Riyadi dkk, 2007). Perubahan status gizi pada lansia merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi karena gizi merupakan unsur penting bagi kesehatan tubuh yang diperlukan untuk mempertahankan kualitas hidup (Darmojo, 2011). Kelebihan gizi pada lansia biasanya berhubungan dengan gaya hidup pada usia sekitar 50 tahun dengan kondisi ekonomi yang membaik dan

4 tersedianya makanan siap saji dan kaya energi. Utamanya dari sumber lemak, terjadi asupan makanan dan zat-zat gizi melebihi kebutuhan tubuh. Berkurangnya daya kecap lidah ( loss of taste) dan berkurangnya daya membau (hyposmia) terjadi pula pada lansia sebagai bagian dari perubahan fungsi organ tubuh akibat proses menua (Azizah, 2011). Dampak dari loss of taste dan hyposmia adalah lansia merasa kurang asin dan secara tidak sengaja mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak bumbu, misalnya terlalu banyak garam yang ia tambahkan kedalam makanannya. Asupan nutrisi yang berlebihan mengakibatkan metabolisme dalam tubuh lansia terganggu dan tentunya mempengaruhi status gizi serta memicu peningkatan tekanan darah atau hipertensi. Asupan gizi seimbang sangat penting bagi lansia untuk mempertahankan kualitas hidup serta diperlukan dalam proses penyembuhan dan mencegah agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut dari penyakit hipertensi yang diderita (Siti dkk, 2009). Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hipertensi antara lain gagal jantung, kerusakan pembuluh darah otak, dan gagal ginjal (Corwin, 2009). Permasalahan yang dihadapi lansia dapat diatasi dengan memenuhi kebutuhan akan zat gizi yang diperlukan tubuh melalui konsumsi pangan yang bergizi dengan menu seimbang misalnya, makanan yang rendah lemak atau garam dan disertai dengan aktivitas fisik yang sesuai seperti berjalan kaki, olahraga atau senam. Disamping gizi, perlu diperhatikan hal-hal seperti adanya aktivitas sosial, kontrol rutin kesehatan, dan menghindari alkohol, kafein yang berlebihan (Kusharisupeni, 2007). L ansia yang memiliki penyakit degeneratif atau hipertensi, maka asupan gizinya sangat penting untuk diperhatikan, serta disesuaikan dengan ketersediaan dan kebutuhan zat gizi dalam tubuh lansia (Fatmah, 2010). Keluarga merupakan dukungan utama ( support system) bagi lansia dalam menjaga dan merawat

5 lansia, mempertahankan kesehatan serta meningkatkan status gizi dan mental lansia (Siti dkk, 2009). Keluarga sangat berperan penting dalam mempertahankan status gizi lansia karena keluarga merupakan pihak terdekat bagi lansia. Dukungan keluarga dalam pemenuhan gizi seimbang pada lansia sangat diperlukan agar tercapainya status kesehatan lansia yang optimal sehingga kualitas hidup lansia dapat meningkat (Siti dkk, 2009). Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010). Menurut Friedman (2010), dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang membutuhkan. Friedman (2010), menjabarkan jenis -jenis dukungan keluarga yang meliputi dukungan emosional & penghargaan, dukungan fasilitas, dan dukungan informasional. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meirina (2011) berjudul Hubungan Dukungan Keluarga, Karakteristik Keluarga Dan Lansia Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor Selatan, penelitian dilakukan terhadap 219 responden. Hasil penelitian disimpulkan ada hubungan dukungan emosional (ρ 0,000), instrumental (ρ 0,000), dan penghargaan (ρ 0,002) dengan pemenuhan nutrisi pada lansia. Dari karakteristik keluarga dan lansia ada hubungan fungsi kesehatan keluarga dengan pemenuhan nutrisi pada lansia (ρ 0,000). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Lestari (2011) tentang Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet Pasien Hipertensi di Wilayah Puskesmas Galur 1 Kulon Progo, penelitian dilakukan terhadap 50 responden. Hasil penelitian didapatkan besarnya koefisien rank spearman adalah nilai ρ hitung (0,429) tingkat hubungannya

6 adalah sedang, dan hasil uji statistik ρ hitung (0,002) lebih kecil dari 0,05. Kesimpulan hasil penelitian ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien hipertensi. Keluarga memainkan suatu peran bersifat mendukung dalam masa penyembuhan dan pemulihan pada anggota keluarga yang sakit. Apabila dukungan semacam ini tidak ada, maka keberhasilan dalam meningkatkan kualitas hidup serta mencapai status kesehatan lansia yang optimal akan sangat kecil terjadi. Dukungan yang diberikan pada lansia dalam mengupayakan agar kebutuhan gizinya tercukupi sehingga lansia mampu menyesuaikan diri dengan kondisi fisiologinya, adalah kewajiban keluarga (Supartondo, 2003). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Dukungan Keluarga dengan Status Gizi Lansia Hipertensi. 1.2 Rumusan Masalah Adakah hubungan antara dukungan keluarga dengan status gizi lansia hipertensi di Posyandu Lansia Sekar Arum RW VII Kelurahan Kertajaya Kecamatan Gubeng Surabaya? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan status gizi lansia hipertensi. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada lansia hipertensi. 2. Mengidentifikasi status gizi lansia hipertensi. 3. Menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan status gizi lansia hipertensi.

7 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan khususnya dalam bidang keperawatan gerontik. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti Sebagai sarana pembelajaran dan memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan kepada masyarakat khususnya dalam mengidentifikasi dukungan keluarga dengan status gizi lansia hipertensi yang tinggal didalam keluarga. 2. Bagi Institusi Menjadi bahan bacaan dan sumber informasi teoritis mengenai pentingnya dukungan keluarga dalam menyiapkan sumber gizi yang dibutuhkan serta memperhatikan status gizi pada lansia hipertensi. 3. Bagi Masyarakat Sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi masyarakat secara keseluruhan agar dapat meningkatkan dukungan keluarga dalam merawat salah satu anggota keluarga yang sakit dalam upaya memperbaiki status gizi khususnya pada lansia hipertensi melalui dukungan yang diberikan oleh keluarga.