Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

NASKAH SEMINAR INTISARI

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

PENGARUH SIFAT FISIK AGREGAT TERHADAP RONGGA DALAM CAMPURAN BERASPAL PANAS

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

BAB III LANDASAN TEORI

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

PENGARUH POROSITAS AGREGAT TERHADAP BERAT JENIS MAKSIMUM CAMPURAN

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS-WC SEMI SENJANG

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS -WC

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

PENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER

PENGARUH VARIASI KADAR AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

BATU BARA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK PADA CAMPURAN ASPAL PANAS

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

PENGGUNAAN LIMBAH PELEBURAN TIMAH (TIN SLAG) SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET- WEARING COURSE UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

PENGARUH VISKOSITAS ASPAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

PENGGUNAAN PASIR KUARSA GUNUNG BATU KECAMATAN BAULA KABUPATEN KOLAKA SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS-WC)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH AGREGAT GABUNGAN TERHADAP HASIL MARSHALL UNTUK HRS-WC DAN HRS-BASE

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

ANALISIS KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE- BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN ASPAL RETONA BLEND 55 TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

PENGARUH TERENDAMNYA PERKERASAN ASPAL OLEH AIR LAUT YANG DITINJAU TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

PENGGUNAAN ASPAL BUTON TIPE RETONA BLEND 55 SEBAGAI BAHAN SUSUN CAMPURAN HRS-B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

PEMANFAATAN TANAH DOMATO SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS-WC

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

Transkripsi:

PENGARUH PERUBAHAN GRADASI DAN RATIO ANTARA PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO. #200 DENGAN BITUMEN EFEKTIF, TERHADAP BESARAN MARSHALL QUOTIENT PADA CAMPURAN ASPAL LATASTON Maria Rainy Lengkong Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado Email : maria.lengkong@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara besaran Marshall Quotient yang disyaratkan pada campuran Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) atau Hot Rolled Sheet (HRS) dalam Spesifikasi Teknik Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3 dengan besaran Ratio Filler terhadap Bitumen Content Efektif yang tidak disyaratkan; juga sekaligus terhadap perubahan gradasi, karena perubahan gradasi juga akan selalu disertai dengan perubahan Ratio FF/Bitumen Efektif. Material agregat pecah berasal dari lokasi sumber yang banyak digunakan di daerah Minahasa dan Manado; dan karena untuk campuran LATASTON pasir alam yang halus, maka digunakan pasir alam dari lokasi sumber Lolan di kabupaten Bolaang Mongondow. Aspal yang digunakan adalah aspal penetrasi 60/70 ex Pertamina yang tersedia di tempat penelitian. Bahan filler tambahan digunakan Portland Cement merk Tonasa. Setelah pemeriksaan bahan dan perancangan komposisi agregat sesuai persyaratan gradasi, dibuat benda uji dan dilakukan pengujian dan analisis besaran Marshall sehingga diperoleh kadar aspal terbaik yang sesuai untuk komposisi agregat yang dirancang. Selanjutnya berdasarkan besarnya kadar aspal terbaik yang tetap dibuat benda uji Marshall dengan variasi gradasi dan kandungan filler diatur sedemikan rupa sehingga didapat 5 (lima) variasi; dimana variasi ke-1 berimpit dengan batas bawah persyaratan grafik gradasi LATASTON, dan variasi ke-5 grafik gradasinya berimpit dengan batas atas, dan variasi-variasi antara (ke-2, 3 dan 4) sedemikan rupa secara proporsional berada di antara variasi ke-1 dan ke-5. Hasil yang untuk grafik variasi gradasi ke-1, Ratio FF/Bitumen Efektif = 0,869 dengan MQ 379 kg/mm, variasi ke-2 diperoleh Ratio FF/Bitumen Efektif =1,015 dengan MQ 375 kg/mm, variasi ke-3 di tengah diperoleh Ratio FF/Bitumen Efektif =1,160 dengan MQ 358 kg/mm, variasi ke-4 diperoleh Ratio FF/Bitumen Efektif =1,306 dengan MQ 332 kg/mm dan variasi ke-5 paling atas diperoleh Ratio FF/Bitumen Efektif =1,454 dengan MQ 295 kg/mm; hubungan antara Marshall Quotient (MQ) dengan gradasi dan Ratio FF/Bitumen Efektif adalah sebagai berikut : jika gradasi mendekati batas bawah dengan Ratio FF/Bitumen Efektif yang relatif lebih kecil nilai MQ tinggi, sebaliknya jika gradasi mendekati batas atas dengan Ratio FF/Bitumen Efektif lebih besar, nilai MQ rendah. Berdasarkan kesimpulan diatas disarankan dalam pembuatan campuran beraspal panas jenis LATASTON sebaiknya menggunakan variasi gradasi dan kandungan filler yang tidak mendekati batas atas dan tidak mendekati batas bawah yaitu pada bagian tengah (antara variasi 2 dan variasi 4),untuk menghindari sifat perkerasan yang terlalu kaku dan terlalu fleksibel. Kata Kunci :, Ratio Filler Efektif Bitumen Content, Marshall Quotient, LATASTON PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 revisi 3 divisi 6, Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS, terdiri dari dua jenis campuran yaitu HRS Pondasi (HRS-Base) dan HRS Lapis Aus (HRS Wearing- Course, HRS-WC) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm. HRS terdiri atas HRS bergradasi senjang dan HRS bergradasi semi senjang. Penelitian akan difokuskan terhadap besaran Marshall Quotient dan Ratio Filler terhadap jenis campuran HRS (Hot Rolled Sheet) khususnya pada campuran HRS Wearing Course. 771

Marshall Quotient merupakan hasil bagi dari nilai stabilitas dan flow sedangkan Ratio antara partikel adalah perbandingan prosentase filler terhadap total berat campuran dengan prosentase aspal efektif pada campuran. Besaran Marshall Quotient (MQ) merupakan kriteria yang menggambarkan tingkat kekakuan (stiffness) dari lapisan perkerasan beton aspal yang dibuat dari campuran aspal panas; semakin besar nilai MQ semakin kaku, sebaliknya semakin rendah nilai MQ perkerasan semakin flexible. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara besaran Marshall Quotient yang disyaratkan dengan besaran Ratio Filler terhadap Bitumen Content Efektif yang tidak disyaratkan pada campuran LATASTON; juga sekaligus terhadap perubahan gradasi. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui batasan pengaruh perubahan gradasi dalam perencanaan perkerasan jalan dan dapat dijadikan acuan dalam pemilihan gradasi dengan memperhatikan besaran Marshall Quotient. Batasan Masalah Penulis membatasi permasalahan penelitian agar penelitian dapat sesuai dengan yang diharapkan, maka penelitian dibatasi pada : Penelitian dilakukan di dalam laboratorium, tidak ada uji lapangan Penelitian menggunakan material batu pecah dari Kakaskasen dan pasir dari Lolan Tidak meneliti komposisi kimia material TINJAUAN PUSTAKA Agregat agregat mempengaruhi stabilitas/ kekuatan, sifat kekedapan air dan berat volume. mempengaruhi stabilitas/kekuatan karena stabilitas dan kekuatan lapis permukaan dan lapis pondasi terutama dihasilkan oleh kontak antar batuan, gesekan (friction) dan kuncian (interlocking) antar butiran agregat. Jumlah bidang kontak dipengaruhi oleh sebaran butiran menurut gradasinya. Semakin merata sebaran ukuran butirannya maka semakin banyak bidang kontak antar butirannya sehingga makin besar tahanan gesekan dan saling kuncian agregatnya. Campuran Lataston atau Hot Rolled Sheet (HRS) Campuran Lataston atau Hot Rolled Sheet (HRS) merupakan lapis yang bersifat nonstruktural dan berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air. Keutamaan dari campuran Lataston adalah mempunyai gradasi senjang, aspal keras serta resiko yang lebih rendah terhadap pelelehan dibandingkan dengan campuran bergradasi menerus. Lataston atau HRS terdiri dari dua macam campuran, HRS Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course) dan HRS Lapis Pondasi (HRS-Base), yang susunan agregatnya bergradasi senjang dan semi senjang. Hot Rolled Sheet-Wearing Course (HRS-WC) Hot Rolled Sheet-Wearing Course (HRS- WC) merupakan salah satu jenis lapisan permukaan yang bersifat nonstruktural yaitu lapisan permukaan yang tidak menahan beban melainkan sebagai lapisan aus dan kedap air untuk mencegah masuknya air dari permukaan ke dalam konstruksi perkerasan di bawahnya. Kemampuan HRS-WC ditentukan oleh bahan pembentuk campuran yang terdiri dari agregat kasar, agregat sedang, agregat halus, dan aspal sebagai bahan pengikatnya. Penggunaan agregat halus merupakan bagian yang dominan dalam campuran ini. HRS-WC dirancang untuk mengakomodasi sejumlah aspal yang lebih tinggi sehingga menghasilkan kelenturan dan keawetan yang baik. Hot Rolled Sheet-Base (HRS-Base) Hot Rolled Sheet-Base (HRS-Base) mempunyai fraksi agregat kasar yang lebih besar daripada HRS-WC. HRS-Base adalah campuran aspal panas lapis pondasi yang bergradasi senjang yang berarti memiliki fraksi yang hilang. Tebal minimum campuran HRS-Base adalah 3,5 cm dengan toleransi tebal 3,00 mm. Campuran ini lebih sering digunakan pada jalan yang dilalui oleh kendaraan yang ringan. HRS-Base merupakan campuran yang sangat flexible. Filler (Bahan Pengisi) Filler didefinisikan sebagai fraksi debu mineral yang lolos saringan No. 200 (0,075 mm) bisa berupa debu kapur, debu dolomit atau semen portland. Partikel filler menempati rongga diantara partikel-parikel yang lebih besar, sehingga ruang diantara partikel-partikel besar menjadi berkurang. 772

Kenaikan pemakaian filler cenderung akan meningkatkan stabilitas, selain itu juga akan mengurangi rongga udara dalam campuran serta kenaikan kadar filler dalam pemakaian harus ada batasnya. Pemakaian kadar filler yang terlalu banyak akan menyebabkan campuran cenderung menjadi getas dan mudah untuk retak akibat beban lalu lintas, tetapi disisi lain rendahnya kadar filler akan menyebabkan campuran terlalu lunak. Aspal (Bitumen) Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Sebagai salah satu material konstruksi perkerasan lentur, aspal merupakan salah satu komponen kecil, umumnya hanya 4-10% berdasarkan berat atau 10-15% berdasarkan volume, tetapi merupakan komponen yang relatif mahal. Hydrocarbon adalah bahan dasar utama dari aspal yang umum disebut bitumen sehingga aspal sering juga disebut bitumen. Aspal yang dipergunakan pada konstruksi perkerasan jalan berfungsi sebagai : Bahan pengikat,memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara aspal itu sendiri Bahan pengisi, mengisi ronggaantara butirbutir agregat dan pori-pori yang ada dari agregat itu sendiri. Ratio Filler-Bitumen Ratio Filler-Bitumen adalah perbandingan prosentase jumlah bahan pengisi (filler) yang diperlukan terhadap total berat campuran dengan prosentase aspal (bitumen) efektif pada campuran. Pengaruh Ratio Filler-Bitumen antara lain adalah: 1. Untuk memodifikasi agregat halus (filler), sehingga berat jenis campuran meningkat dan jumlah aspal yang diperlukan untuk mengisi rongga akan berkurang. 2. Secara bersamaan akan membentuk suatu campuran pada nilai terbaik yang akan membalut dan mengikat agregat secara optimal. 3. Mengisi ruang antar agregat halus dan kasar, serta meningkatkan kepadatan dan kestabilan. Kriteria Marshall Kriteria pengujian Marshall adalah kriteria yang paling umum digunakan dalam mendesain maupun mengevaluasi sifat-sifat campuran. Konsep kriteria pengujian Marshall yang kemudian dikembangkan oleh U.S Corps of Engineer dan prosedur pengujiannya mengikuti AASHTO T 245-74 Tahun 1974. Kriteria pengujian Marshall terdiri atas : Stabilitas Menurut The Asphalt Institute, Mudianto (2004), stabilitas adalah kemampuan campuran aspal untuk menahan deformasi akibat beban yang bekerja tanpa mengalami deformasi permanen seperti gelombang, alur ataupun bleeding yang dinyatakan dalam satuan kg atau lb. Menurut The Asphalt Institute, Mudianto (2004), stabilitas adalah kemampuan campuran aspal untuk menahan deformasi akibat beban yang bekerja tanpa mengalami deformasi permanen seperti gelombang, alur ataupun bleeding yang dinyatakan dalam satuan kg atau lb. Rongga Udara dalam Campuran/Void In Mix (VIM) Void in Mix atau disebut juga rongga dalam campuran digunakan untuk mengetahui besarnya rongga campuran, sedemikian sehingga rongga tidak terlalu kecil yang akan menimbulkan bleeding atau terlalu besar yang dapat menimbulkan oksidasi /penuaan aspal dengan masuknya udara dan sinar ultra violet. VIM = 100 Gmm Gmb Gmm Keterangan : VIM : Rongga udara dalam campuran padat, persen dari total volume. G mm : Berat jenis maksimum campuran. : Berat jenis curah campuran padat. G mb Rongga Terisi Aspal/Void Filled Bitumen (VFB) Voids Filled with Bitumen (VFB), adalah volume pori di antara partikel-partikel agregat yang terisi aspal dalam campuran padat, yang dinyatakan dalam (%) terhadap volume total campuran. Parameter VFB diperlukan untuk mengetahui apakah perkerasan memiliki keawetan (durability) dan tahan air (impermeability) yang cukup memadai. VFB = 100 VMA VIM VMA Keterangan : VFB : Rongga udara yang terisi aspal, prosentase dari VMA, (%) VMA : Rongga udara pada mineral agregat, 773

prosentase dari volume total, (%) VIM : Rongga udara pada campuran setelah pemadatan, (%) Rongga pada Campuran Agregat/Void Mineral Aggregate (VMA) Void mineral agregat atau rongga pada campuran agregat adalah rongga antar butiran agregat, terdiri dari rongga udara serta aspal effektif yang dinyatakan dalam prosentase volume total campuran. VMA = 100 Gmb PS Gsb Keterangan : VMA : Rongga dalam agregat mineral (persen volume curah) G sb : Beratjenis curah agregat. P S : Agregat, persen berat total campuran. : Berat jenis curah campuran padat. G mb Atau, jika komposisi campuran ditentukan sebagai persen berat agregat, maka VMA dihitung dengan persamaan sebagai berikut : VMA = 100 Gmb Gsb 100 100+Pb 1 Keterangan : P b : Aspal, persen berat agregat. G mb : Berat jenis curah campuran padat. : Berat jenis curah agregat. G sb Kelelehan / Flow Parameter flow diperlukan untuk mengetahui deformasi vertikal campuran saat dibebani hingga hancur (pada stabilitas maksimum). Flow akan meningkat seiring dengan meningkatnya kadar aspal. Marshall Quotient Tinggi rendahnya nilai Marshall Quotient dipengaruhi oleh nilai stabilitas dan flow karena Marshall Quotient merupakan perbandingan dari stabilitas dan flow (kelelehan plastis). Nilai Marshall Quotient yang tinggi menunjukkan kekakuan campuran yang tinggi sedangkan jika nilai rendah menunjukkan kekakuan yang rendah atau terlalu fleksibel sehingga akan mengakibatkan perkerasan mudah mengalami perubahan bentuk bila mengalami beban lalu lintas. Marshall Quotient = Stabilitas Flow METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah research di laboratorium. Penelitian dilakukan di Laboratorium Perkerasan Jalan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Manado. Material agregat pecah yang digunakan untuk pembuatan benda uji berasal dari lokasi sumber Kakaskasen, karena material ini banyak digunakan di daerah Minahasa dan Manado; dan karena untuk campuran LATASTON membutuhkan pasir alam yang halus, maka digunakan pasir alam dari lokasi sumber Lolan di kabupaten Bolaang Mongondow. Aspal yang digunakan adalah aspal penetrasi 60/70 ex Pertamina yang tersedia di Laboratorium Teknik Perkerasan Jalan Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi. Bahan filler tambahan digunakan Portland Cement merk Tonasa yang dijual di pasaran umum Manado. Proses penelitian dimulai dengan pemeriksaan persyaratan bahan dan kemudian perancangan komposisi agregat sesuai peryaratan gradasi untuk LATASTON menurut Spesifikasi Teknik Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3, dibuat benda uji dan di lakukan pengujian dan analisis besaran Marshall sehingga diperoleh komposisi terbaik (dalam hal ini kadar aspal terbaik yang sesuai untuk komposisi agregat yang dirancang). Selanjutnya berdasarkan besarnya kadar aspal terbaik yang tidak berubah (tetap) dibuat benda uji Marshall dengan variasi gradasi dan kandungan filler diatur sedemikan rupa sehingga didapat 5 (lima) variasi; dimana variasi ke-1 berimpit dengan batas bawah persyaratan grafik gradasi LATASTON, dan variasi ke-5 grafik gradasinya berimpit dengan batas atas, dan variasi-variasi antara (ke-2, 3 dan 4) sedemikan rupa secara proporsional berada di antara variasi ke-1 dan ke-5. Dilanjutkan dengan menganalisis komposisi campuran dengan pengujian Marshall untuk memperoleh nilai Marshall Quotient dan Ratio Filler lalu diambil kesimpulan dan saran dari data yang didapat. HASIL PENELITIAN Evaluasi pengujian agregat untuk campuran beraspal panas jenis HRS-WC yang diambil dari Kakaskasen dan Lolan sebagai pembentuk campuran hotmix dapat dilihat melalui data hasil penelitian yang diolah sesuai rumus dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. 774

Stabilitas ( kg ) VIM ( % ) Marshall Quotient Flow ( mm ) Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 (771-778) ISSN: 2337-6732 Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Agregat Sifat-sifat material/bahan Hasil Pemeriksaan Persyaratan * Agregat Kasar Keausan (Abrasi) 35% Maks. 40 % Berat jenis bulk Berat jenis SSD Berat jenis apparent Penyerapan 2,40 2,43 2,47 1,33 Maks. 3,0 * Agregat Sedang Berat jenis bulk Berat jenis SSD Berat jenis apparent Penyerapan * Agregat Halus a. Abu Batu Berat jenis bulk Berat jenis SSD Berat jenis apparent Penyerapan b. Pasir Berat jenis bulk Berat jenis SSD Berat jenis apparent 2,39 2,43 2,48 1,39 2,34 2,38 2,44 1,81 2,71 2,79 2,94 Maks. 3,0 Maks. 3,0 Penyerapan 2,97 Maks. 3,0 Hasil Pemeriksaan Parameter Marshall Campuran Beraspal Panas HRS-WC Setelah dilakukan penelitian di laboratorium dengan menggunakan variasi kadar aspal maka didapat data test Marshall yang dapat dilihat dalam tabel dan grafik di bawah ini. Data ini adalah nilai rata-rata yang didapat dari tiap variasi yang dicoba. 4.4 4.2 4.21 4.0 3.8 3.83 3.6 3.4 3.26 3.2 3.0 2.96 2.8 2.70 2.6 2.4 2.2 500 Grafik 2. Hubungan Kadar Aspal dan Flow 400 376.23 337.15 341.73 300 250.07 248.34 200 Grafik 3. Hubungan Kadar Aspal dan MQ 1400 1300 1200 1224.19 1309.94 11.9 9.9 10.05 1100 1000 900 800 700 668.37 997.11 1044.29 800 600 Grafik 1. Hubungan Kadar Aspal dan Stabilitas 7.9 7.46 5.9 5.24 3.9 2.88 1.9 0.59-0.1 Grafik 4. Hubungan Kadar Aspal dan VIM 775

DENSITY VFB ( % ) VMA ( % ) Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 (771-778) ISSN: 2337-6732 20 19 18 17 16 15 14 13 18.78 18.40 18.39 18.32 18.34 Tabel 2. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Marshall (HRS-WC) Kadar Marshall Aspal Stabilitas Flow Quotient VIM VMA VFB Density (%) (kg) (mm) (kg/mm) (%) (%) (%) 5 668,37 2,7 250,07 10,05 18,78 46,5 2,09 6 997,11 2,96 337,15 7,46 18,4 59,46 2,13 7 1224,19 3,26 376,23 5,24 18,39 71,53 2,15 8 1309,94 3,83 341,73 2,88 18,32 84,29 2,17 9 1044,29 4,21 248,34 0,59 18,34 96,78 2,2 Spesifikasi Min. 800 Min. 3 Min. 250 4.0-6.0 Min.18 Min.68 12 11 10 Grafik 5. Hubungan Kadar Aspal dan VMA 100 96.78 95 90 85 84.29 80 75 70 71.53 65 60 59.46 55 50 45 46.50 40 Grafik 6. Hubungan Kadar Aspal dan VFB Pengaruh Perubahan dan Ratio Terhadap Besaran Marshall Quotient pada Campuran Aspal Panas HRS-WC Melalui hasil evaluasi pengujian Marshall, diperoleh dari perhitungan untuk kadar aspal terbaik yaitu 7,1%. Untuk menganalisa pengaruh perubahan gradasi dan ratio filler pada campuran aspal, maka perlu dibuat benda uji dengan variasi gradasi dan ratio menggunakan kadar aspal terbaik yang sudah diperoleh sebelumnya. Dalam pembuatan gradasi gabungan untuk menganalisa pengaruh gradasi dan ratio filler, maka digunakan variasi gradasi yang berbedabeda begitu juga kadar ratio filler. Variasi gradasi diambil dari patokan batas bawah dan batas atas dari spesifikasi yang kemudian dibagi menjadi 5 variasi gradasi, sementara untuk filler ikut berubah bersamaan dengan variasi gradasi yang diubah-ubah. No Saringan Tabel. 3. Variasi dan Filler 1 2 3 4 5 Spesifikasi (Berdasarkan Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 revisi 3) Batas Bawah Batas Atas 3/4' 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100 100 2.220 2.200 2.202 1/2' 90,00 92,50 95,00 97,50 100,00 90 100 3/8 75,00 77,50 80,00 82,50 85,00 75 85 #8 50,00 56,00 61,00 65,00 72,00 50 72,0 2.180 2.178 2.160 2.153 2.140 2.130 2.120 2.100 2.098 2.080 Grafik 7. Hubungan Kadar Aspal dan Density #30 35,00 41,25 47,50 53,75 60,00 35 60,0 #200 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 6 10 Tabel 4. Prosentase Agregat pada 5 Variasi dan Ratio Filler AGREGAT AGREGAT AGREGAT Variasi PASIR PC KASAR SEDANG HALUS G. 1 7,30% 20,08% 45,63% 25,00% 2,00% G.2 5,48% 18,98% 48,55% 25,00% 2,00% G.3 3,65% 17,89% 51,47% 25,00% 2,00% G.4 1,83% 16,79% 54,39% 25,00% 2,00% G.5 0% 15,70% 57,31% 25,00% 2,00% 776

Hasil Marshall terhadap Variasi dan Ratio Filler-Bitumen Efektif Setelah dilakukan pengujian Marshall pada benda uji dengan variasi gradasi dan filler menggunakan kadar aspal yang tetap, maka diperoleh nilai rata-rata dari sampel sebagai berikut : Tabel 5. Hasil Marshall terhadap Variasi dan Ratio Filler-Bitumen Efektif Variasi Kadar Stabilitas Flow Marshall FF/BT eff Quotient Filler (kg) (mm) (kg/mm) G.1 6 1107,25 2,93 378,92 0,869 G.2 7 1224,63 3,27 375,26 1,015 G.3 8 1166,33 3,25 358,4 1,16 G.4 9 1072,1 3,23 332,12 1,306 G.5 10 946,97 3,21 295,33 1,454 Spesifikasi Min. 800 Min. 3 Min. 250 1-1,4 Grafik 8. Variasi dan Ratio Filler Grafik 9. Hubungan Variasi dan Ratio Filler terhadap MQ PENUTUP Kesimpulan Hasil penelitian rancangan campuran HRS- WC menggunakan komposisi yang sesuai dengan spesifikasi campuran namun gradasi dan kadar filler yang diubah-ubah dan menggunakan kadar aspal optimum, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Untuk grafik variasi gradasi ke-1 yang berimpit dengan batas bawah, Ratio FF/Bitumen Efektif = 0,869 dengan besaran MQ 379 kg/mm, variasi ke-2 di atasnya diperoleh Ratio FF/Bitumen Efektif = 1,015 dengan MQ 375 kg/mm, variasi ke-3 ditengah diperoleh Ratio FF/Bitumen Efektif = 1,160 dengan MQ 358 kg/mm, variasi ke-4 diperoleh Ratio FF/Bitumen Efektif = 1,306 dengan MQ 332 kg/mm dan variasi ke-5 paling atas diperoleh Ratio FF/Bitumen Efektif = 1,454 dengan MQ 295 kg/mm. Hubungan antara Marshall Quotient (MQ) dengan gradasi dan Ratio FF/Bitumen Efektif adalah jika gradasi mendekati batas bawah dengan Ratio FF/Bitumen Efektif yang relatif lebih kecil menghasilkan nilai MQ yang tinggi, sebaliknya jika gradasi mendekati batas atas dengan Ratio FF/Bitumen Efektif lebih besar, menghasilkan nilai MQ yang rendah. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas disarankan dalam pembuatan campuran beraspal panas jenis LATASTON sebaiknya menggunakan variasi gradasi dan kandungan filler yang tidak mendekati batas atas dan tidak mendekati batas bawah yaitu pada bagian tengah (antara variasi 2 dan variasi 4), untuk menghindari sifat perkerasan yang terlalu kaku dan terlalu fleksibel. DAFTAR PUSTAKA Antarikso Utomo, R. 2008. Studi Komparasi Pengaruh Gabungan dilaboratorium dan Hot Bin Asphalt Mixing Plant Campuran Laston Terhadap Karakteristik Uji Marshall, Semarang Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga. 2010. Spesifikasi Umum Divisi 6 Perkerasan Jalan (revisi 3) Putra, H. A., Dewi Ratna., dan Paratas Mirka. Kinerja Campuran Aspal LATASTON HRS Base dengan Variasi Bahan Filler dengan Menggunakan Metode Marshall 777

SNI 06-2489-1991. Metode Pengujian Campuran Aspal dengan Alat Marshall Sukirman Silvia., 1992. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova. Bandung Syaifuilah Ali, Wisafri. 2002. Kinerja Laboratorium Dari Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) Dengan Kandungan Kapur Padam Tenriajeng, Tenrisukki Andi. Rekayasa Jalan Raya - 2.Gunadarma. Jakarta 778