BAB I PENDAHULUAN. tidak selalu diidentikkan semata-mata untuk menghasilkan keturunan (prokreasi),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dan dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan 30%

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. namun demikian ternyata tidak semua pasangan dapat mengalami. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan, penyakit degeneratif dan menurunnya kualitas hidup.

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Penyekat beta merupakan salah satu terapi medikamentosa pada pasien

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

ARTIKEL PENELITIAN. Grace Turalaki. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Abstrak. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

Tentang Penyakit SIPILIS dan IMPOTEN...!!! Posted by AaZ - 12 Aug :26

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini di seluruh dunia jumlah lansia di perkirakan lebih dari 629 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. daya regang atau distensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. individu yang sering dimulai saat remaja dan berlanjut hingga dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh negara-negara industri stroke merupakan. problem kesehatan besar. Penyakit ini masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang (Verawati, 2010). yang menurut penelitian banyak terjadi oleh karena asap rokok. Asap

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia (lansia) diperkirakan mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. Structural Equation Modeling (SEM) merupakan teknik analisis multivariat

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi seksual merupakan bagian dari fungsi yang mempengaruhi kualitas hidup manusia. Fungsi seksual dalam hubungan seksual suami istri, pada dasarnya tidak selalu diidentikkan semata-mata untuk menghasilkan keturunan (prokreasi), namun juga sangat bermakna untuk kesenangan (rekreasi) bagi pasangan tersebut. Tidak bisa dipungkiri suasana dan hasil yang menyenangkan dari hubungan seksual suami istri, akan menambah kasih sayang diantara keduanya, dan secara keseluruhan berdampak positif dalam kehidupan keluarga. Manusia senantiasa mengembangkan daya khayalnya untuk menciptakan variasi aktivitas demi mendapatkan kenikmatan seksual. Dari sinilah timbul istilah kelainan seksual, meskipun ini bersifat subyektif, karena apa yang disebut kelainan bagi seseorang, biasanya merupakan kegiatan normal bagi yang lain. Gangguan seksual dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi III (PPDGJ III) terbagi dalam kelompok kecil, yaitu: Disfungsi Seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik (F52) menjadi bagian dari Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik (F50-59). Gangguan identitas jenis kelamin (F64), Gangguan Perferensi Seksual (F65) dan Gangguan Psikologis dan Perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan orientasi seksual (F66) yang termasuk gangguan terkait dengan hetero-, homo-, dan biseksual dalam berbagai variasi, masuk

kedalam kelompok besar Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa Dewasa (F60-69). Gangguan seksual tidak hanya berdampak pada penderita, tetapi juga pada pasangannya. Salah satu gangguan fungsi seksual yang banyak ditemui di masyarakat adalah gangguan disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan yang menetap atau terus-menerus (setidaknya 3 bulan) untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang berkualitas sehingga dapat mencapai hubungan seksual yang memuaskan (Glen, 2014, Balon, 2014). Pada umumnya penyebab disfungsi ereksi dikelompokkan menjadi 2 faktor, yaitu faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor psikologis disebabkan oleh depresi, kecemasan, stres. Faktor fisik meliputi gangguan atau penyakit yang berkaitan dengan: gangguan hormon, pembuluh darah dan saraf, gaya hidup tidak sehat yaitu dengan mengkonsumsi minuman beralkohol berlebihan, dan merokok (Familia, 2010; Pangkahila, 2011; Irianto, 2014). Salah satu penyebab disfungsi ereksi adalah rokok yang mengandung banyak bahan kimia. Kandungan rokok sangat berbahaya bagi perokok aktif maupun yang bukan perokok namun berada di sekitarnya (perokok pasif) (Fitriani, 2010). Pada hasil survey Massachusetts Male Aging Study (MMAS) menemukan bahwa merokok memiliki resiko 24% terjadinya disfungsi ereksi sedang dan berat, sementara pada bukan perokok hanya memiliki resiko sebesar 14%, dan pada penelitian lain menemukan bahwa kebiasaan merokok pada laki-laki yang berumur 30-40 tahun dapat meningkatkan prevalensi disfungsi ereksi sebanyak 40% (Kumar, 2010).

Kebiasaan merokok dapat merusak pembuluh darah, karena kandungan nikotin pada rokok dapat menyempitkan arteri yang menuju penis sehingga mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir bebas ke penis. Efek ini meningkat seiring dengan peningkatan lamanya paparan asap nikotin (Gondodiputro, 2007; Horasanli dkk, 2008; Familia, 2010). Selain itu nikotin juga dapat berpengaruh langsung pada fungsi endotel dan otot polos ruang-ruang korpus kavernosum penis, akibatnya fungsi relaksasi ruang pembuluh darah di dalam penis terganggu sehingga aliran darah terhambat dan ereksi terganggu atau tidak terjadi. Nikotin pada perokok yang beredar melalui darah akan dibawa ke seluruh tubuh termasuk organ reproduksi. Nikotin juga akan mengganggu proses spermatogenesis sehingga menganggu kualitas sperma menjadi buruk (Kumar, 2010). Sebuah penelitian di Hong Kong, terhadap 819 laki-laki perokok berusia 31-60 tahun, didapatkan prevalensi disfungsi ereksi adalah 44,7% dikalangan laki-laki perokok (Lam dkk, 2006). Studi ini menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor risiko independen untuk disfungsi ereksi vaskulogenik dan menggaris bawahi kemungkinan merokok dapat bertindak secara sinergis dengan faktor risiko lainnya. Kebiasaan merokok satu setengah kali lebih mungkin untuk terkena disfungsi ereksi dibandingkan yang tidak merokok (Pangkahila, 2011; Irianto, 2014). Disfungsi ereksi hanya didasarkan pada 2 penilaian, yaitu kepuasan seksual responden dan kesulitan responden selama berhubungan seksual. Dalam studi lain

menjelaskan bahwa laki-laki perokok memiliki risiko 1,42 kali menderita disfungsi ereksi dibandingkan bukan perokok (Gades dkk, 2007). Angka kejadian disfungsi ereksi di beberapa daerah di Indonesia, menyebutkan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, bahwa dari 41 responden yang mempunyai kebiasaan merokok, 58,3% mengalami disfungsi ereksi sedangkan yang tidak mengalami disfungsi ereksi sebanyak 10,0% (Grace, 2014). Demikian pula penelitian lain melaporkan, bahwa secara keseluruhan penelitian pada laki-laki dengan kebiasaan merokok yang berpengaruh terhadap fungsi ereksi, didapatkan seluruh responden mengalami disfungsi ereksi dan dengan tingkatan yang berbedabeda (Nurbaiti dkk., 2015). Sepanjang penelusuran penulis melalui media internet, di Bali khususnya di Kabupaten Klungkung, belum ada penelitian tentang hubungan derajat ketergantungan merokok dengan kejadian disfungsi ereksi. Menurut data di Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung tahun 2014 diperoleh penyakit tertinggi pada sistem pernapasan yang dapat disebabkan oleh paparan nikotin, kasus banyak dijumpai pada tiga Kecamatan di Kabupaten Klungkung daratan. Kabupaten Klungkung mempunyai luas wilayah 315 km2 dengan jumlah penduduk 174.800 jiwa, jumlah penduduk laki-laki berumur sekitar 30-40 tahun adalah 12.100 jiwa, terdiri dari 4 Kecamatan yaitu 3 Kecamatan di Klungkung daratan yaitu: Kecamatan Banjarangkan, Kecamatan Klungkung, Kecamatan Dawan dan Kecamatan Nusa Penida

Gambar 1.1 Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung Berdasarkan data tersebut dan juga melihat banyaknya kebiasaan merokok pada laki-laki di Kabupaten Klungkung, yang kurang memahami dampak buruk dari rokok, maka peneliti mencoba melakukan penelitian di Kabupaten Klungkung terkait Hubungan Derajat Ketergantungan Merokok terhadap kejadian Disfungsi Ereksi pada laki-laki di Kabupaten Klungkung.

1.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah ada hubungan derajat ketergantungan merokok terhadap kejadian disfungsi ereksi pada laki-laki perokok di Kabupaten Klungkung? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara derajat ketergantungan merokok dengan terjadinya disfungsi ereksi pada laki-laki perokok di Kabupaten Klungkung. 2. Tujuan khusus penelitian adalah untuk menentukan hubungan antara derajat merokok dengan derajat keparahan disfungsi ereksi. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Secara akademis, penelitian ini dapat menjadi literatur tambahan bagi studi terkait ketergantungan merokok dalam kaitannya dengan kejadian disfungsi ereksi Bagi Instansi Dinas kesehatan dan Puskesmas setempat, dapat memberikan rekomendasi kebijakan tindakan preventif secara dini sehingga dapat meminimalisir tingkat kejadian disfungsi ereksi akibat ketergantungan merokok pada laki-laki perokok di Kabupaten Klungkung