BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Abdul Aziz dalam (Muzakki, 2006:32) sastra dalam bahasa Arab. adalah:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

الا دب كل شعر ا و نثر يو ثر في النفس و يهذب الخلق و يدعو الى الفضيلة و يبعد عن الرذيلة با سلوب جميل

BAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam istilah bahasa Arab disebut dengan./ al-adabu /الادب Al-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua nilai dan norma dalam kehidupan manusia. Karya sastra tersebut harus

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. ujian-nya. Kebahagiaan dan kesedihan merupakan salah satu bentuk ujian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I. yang dilagukan. Lagu umumnya berisi tentang permasalahan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB I PENDAHULUAN. diperankan oleh tokoh cerita. Kepribadian yang dimiliki para tokoh dalam cerita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. itu, dalam UU RI No. 20, Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia (Semi, bahasa sebagai mediumnya (Sugono, 2008:129).

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Innayatunnisa, 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam karyanya Emotional Intelegence, psikolog dan pemerhati perilaku manusia Daniel Goleman memaparkan secara garis besar bahwa, kecerdasan emosional memberi pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan keberhasilan seseorang di dalam kehidupannya (Lihat: Daniel Goleman. 2006. Emotional Intelegence. Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama). Manusia dikenal sebagai makhluk dengan emosi yang beragam. Mengapa emosi perlu dikaji, dan apa manfaat dari pengetahuan itu? untuk menjawab pertanyaan ini, maka Goleman menawarkan sebuah teori yang ia sebut Emotional Quotient (EQ), yang mana menurut teori ini, keberhasilan seseorang dalam hidupnya tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intelegensi, melainkan didukung oleh kemampuan penguasaan emosi yang baik. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir. Hal senada juga diungkapkan oleh Steven Covey dalam karyanya The Seven Habit Effective People. Meskipun istilah emosi sangat dekat dengan kehidupan manusia, namun kata emosi masih menjadi istilah yang maknanya diperdebatkan oleh para ahli psikologi maupun ahli filsafat. Sementara pengertian yang terlanjur berkembang di tengah masyarakat pun tak luput pula dari kekeliruan definitif di mana emosi seringkali diidentifikasi dengan marah, padahal, marah adalah salah satu ekspresi perasaan manusia ketika menghadapi sebuah realitas tertentu yang ada di hadapannya. Menurut etimology bahasa, kata emosi berasal dari akar kata movere (Latin), berarti menggerakkan, bergerak, ditambah awalan e untuk memberi arti bergerak menjauh. Sedangkan makna harfiah tentang emosi (emotion), dalam Oxford English Dictionary ditemukan definisi emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, atau setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap.

Masih dalam kerangka pengertian emosi, lebih jauh lagi Goleman memaparkan bahwa, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendrungan untuk bertindak (Goleman, 2006: 411). Penulis cenderung menyepakati pemaparan Goleman tersebut untuk mendeskripsikan emosi secara lebih spesifik sebagai sebuah ungkapan perasaan dan pikiran khas seseorang, terlebih jika makna tersebut disejajarkan dengan pemaparan Rakhmat (1994) dalam (Sobur, 2003: 400). Dengan ungkapan dan penuturan yang cukup khas, Rakhmat menyatakan bahwa emosi memberikan bumbu kepada kehidupan, tanpa emosi, hidup ini kering dan gersang. Emosi dapat merupakan kecendrungan yang membuat seseorang menjadi frustasi, tetapi emosi juga bisa menjadi modal untuk meraih kebahagian dan keberhasilan hidup. Semua itu bergantung pada emosi mana yang dipilih dalam reaksi seseorang terhadap orang lain. Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa wilayah kajian emosi berada dalam aspek kejiwaan dan perilaku manusia. Kesimpulan ini semakin dikukuhkan oleh Darwis Hude (2006) yang membagi ekspresi emosi ke dalam dua bagian, yaitu ekspresi emosi positif dan negatif. Landasan teologis (Al-Qur an) yang dijadikan rujukan utama oleh Hude dalam membangun teori-teorinya tersebut menunjukkan ekspresi emosi positif merupakan emosi yang menyenangkan dan diinginkan oleh setiap orang seperti: (1) Cinta الحب /al-hubbu/. Pada umumnya, cinta tertuju kepada Allah, keluarga, harta (dalam berbagai bentuknya), lawan jenis, hasil karya (budaya), kesucian, idola. Sementara itu, psikologi membahas cinta dalam kaitan antarsesama manusia. sa idun/. /fariḥa wa فرح و سعد (2) Gembira dan Bahagia Emosi gembira dan bahagia umumnya dipahami sebagai segala sesuatu yang melahirkan kesenangan dalam kehidupan. Kesenangan itu pada tataran praktis bisa berwujud material atau immaterial, bergantung pada persepsi masing-masing. (3) Euforia (Euphoria). Euforia lazim diartikan sebagai perasaan senang berlebihan yang terjadi karena pengaruh emosi senang yang sangat kuat.

Sedangkan ekspresi emosi negatif merupakan emosi yang sejatinya tidak dikehendaki oleh manusia, sehingga selalu diusahakan untuk dihindari. Emosi negatif yang kerap menghantui manusia seperti: (1) Kecemasan قلق /qalaqun/. Kecemasan merupakan warna dalam kehidupan seseorang, karena memiliki banyak reaksi seperti kegelisahan, berkeringat dingin, bahkan berjalan mondar-mandir akibat khawatir akan terjadi hal-hal negatif dalam diri seseorang. Pada dasarnya, kecemasan membawa akibat yang tidak baik bagi kesehatan mental seseorang. Orang yang selalu dihinggapi kecemasan dipastikan akan terus-menerus tertekan dan jauh dari ketenangan. (2) Fobia الرهاب الفوبيا /al-ruhāb al-f ūbiyā/ Ketakutan merupakan salah satu instrumen penting yang diperlukan manusia untuk mempertahankan kehidupan. Dengan emosi takut yang muncul, manusia dapat mengambil sikap dan tindakan untuk mempertahankan diri. Namun, ketakutan itu akan menjadi fobia manakala terjadi dalam waktu yang panjang. Menurut Kartini Kartono (1989: 112) fobia adalah ketakutan atau kecemasan yang abnormal, tidak rasional, dan tidak bisa dikontrol oleh situasi atau obyek tertentu. Rasa takut itu tidak masuk akal dan disadari oleh pengidapnya, namun ia tak dapat menjelaskan atau mengatasinya. (3) Marah dan Benci غضب و ابغض /gaḍiba wa abgaḍa/. Emosi marah adalah emosi yang paling sering muncul dalam pembicaraan sehari-hari karena masyarakat umumnya mengidentikkan istilah emosi dengan marah. Dalam perspektif psikologi, memendam amarah bsa menimbulkan kegoncangan mental. Menarik untuk disimak bahwa ketika membahas emosi, para ahli tidak memulainya dengan definisi yang lazim, pembahasan tentang emosi biasanya diawali dengan contoh-contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari yang nyata dirasakan, baik dalam kesendirian maupun dalam keramaian (Hude, 2006: 18). Sesuai dengan fakta yang ada bahwa, pada hakikatnya setiap orang mempunyai kadar kecerdasan dan kecenderungan emosi yang berbeda satu sama lain. Karena mulai bangun tidur di pagi hari hingga menjelang tidur pada malam harinya, setiap orang mengalami berbagai pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi. Ungkapan-ungkapan kesedihan, kemarahan, kecemasan dan sebagainya seringkali

muncul pada diri seseorang bergaris-lurus dengan pengalaman atau realitas kehidupan yang ia hadapi. Aspek emosi ini juga dijumpai dalam karya sastra yang memerlukan daya nalar yang tinggi dari penulis atau pembaca. Emosi ini disebabkan adanya pertautan rasa (hati) dari dua sisi yakni penulis dan pembaca tersebut. Ada sebuah adagium yang mengatakan bahwa, Hati hanya dapat disentuh dengan hati ungkapan ini penulis fahami maksudnya adalah, hati manusia dapat tersentuh sisi-sisi emosionalitasnya ketika ia menangkap sebuah informasi yang datangnya bersumber dari dalam (hati) juga. Sastra, sebagaimana yang mafhum diketahui adalah suatu kegiatan kreatif atau sebuah karya seni yang terwujud dalam bentuk bahasa. Istilah sastra kemudian diadaptasi untuk menyebut sebuah gejala budaya yang dapat dijumpai di tengahtengah masyarakat meskipun secara sosial, ekonomi, dan keagamaan keberadaannya tidaklah merupakan keharusan, namun sastra dapat menjadi tolok ukur serta cerminan peradaban sebuah masyarakat. Karena pada umumnya sebuah karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, kehadiran karya sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Kehadiran sastra senantiasa dilatarbelakangi oleh sebuah keinginan untuk menaruh kepedulian terhadap masalahmasalah kemanusian. Para penggiat dan pemerhati sastra semacam Fannanie menyatakan bahwa sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu menggunakan aspek estetik, baik yang didasarkan pada aspek kebahasaan maupun makna (Fananie, 2000: 6). Sementara Abdul Azis dalam (Muzakki, 2006: 32) secara lebih spesifik menyebutkan sastra dalam bahasa Arab sebagai : الادب كل شعراو نثر يو ثر في النفس ويهذب الخلق ويدعو الى الفضيلة ويبعد عن الرذيلة باسلوب جميل /al-adabu kullu syi rin aw naṡrin yua ṡṡru fī al-nafsi wa yuhażżibu al-khuluqu wa yad ū ilā al- faḍilati wa yub idu an al-rażīlati bi uslūbin jamīlin/. sastra adalah setiap puisi atau prosa yang memberi pengaruh kepada kejiwaan, mendidik budi pekerti dan mengajak kepada akhlak yang mulia serta

menjauhkan perbuatan yang tercela dengan menggunakan gaya bahasa yang indah. Adapun syair yang diadaptasi dari bahasa Arab syi ir ( perasaan) menurut Husein dalam (Muzakki, 2006: 45) adalah: الشعر هو الكلام الذي يعتميد لفظه على الموسيقي والوزن فيتالف من اجزاء يشبه بعضها بعضا في اطول والقصر والحركة /al-syi ru huwa al-kalāmu al-lażī ya tamidu lafzuhu ala al-mūsīqī wa al-wazni fayata allafu min ajzā`a yusyibihu ba ḍuhā ba ḍan fi aṭ-ṭuli wa al-qaṣri wa alharakati/. syair adalah susunan beberapa kata-kata yang pengucapannya terkait dengan irama dan pola, karena itu syair tersusun dari beberapa bagian bunyi harkat yang satu sama lain mempunyai kesamaan bunyi, baik bunyi harkat panjang maupun pendek. Secara masyhur diketahui bahwa bangsa Arab memiliki apresiasi yang cukup tinggi terhadap syair. Mereka memiliki pandangan bahwa syair adalah puncak keindahan dalam sastra, sebab syair adalah suatu bentuk gubahan yang dihasilkan dari kehalusan perasaan dan keindahan daya khayal, sehingga tidaklah begitu mengherankan jika bangsa Arab lebih menyenangi syair dibandingkan dengan hasil sastra lainnya. Dalam disiplin ilmu sastra, syair-syair yang ditulis oleh para ulama sufi seperti Al-Ghazali, Jalaluddin Rumi, Rabi ah Al-Adawiyah dan yang lainnya, masuk dalam kategori sastra murni. Tokoh pemerhati sastra sufi seperti Abdul Hadi WM menyatakan bahwa sastra sufi adalah misal (simbolisasi) dari ide-ide, penglihatan dan pengalaman kerohanian (Hadi, 2010: 75). Dengan mengutip Braginsky, Hadi mengemukakan bahwa, sastra sufi adalah karangan-karangan mengenai perjalanan seorang ahli suluk dalam mencapai kesempurnaan rohani. Tujuannya ialah musyahadah, penyaksian bahwa Allah itu Esa. Argumentasi tersebut diperkuat Hadi dengan mengutip Nasr bahwa, sastra sufi tidak lain adalah karangan ahli-ahli tasawuf berkenaan dengan peringkat-peringkat (maqamat) dan keadaan-keadaan rohani (ahwal) yang mereka capai. Setiap pengarang sufi memberi gambaran dan tanggapan berbeda tentang kedua hal yang mereka alami. Salah satu contoh terbaik karya penyair sufi yang dapat menjelaskan apa hakikat sastra sufi itu, serta bagaimana pengarangnya mengolah bahan verbal karyanya menjadi penuturan simbolik sastra, ialah Mantiq al-tayr (Musyawarah Burung) karya Fariduddin al-`attar (Hadi, 2010: 76). Dari pemaparan Hadi di atas dapat dipahami bahwa, karya-karya sastra yang ditulis oleh ulama sufi memiliki keterkaitan erat dengan aspek-aspek emosi yang

mereka rasakan. Dimana aspek-aspek tersebut berada di dalam wilayah kejiwaan/psikologi manusia. Senada dengan hal ini, Rene Wellek dan Austin Warren (1962: 92-93) dalam (Ratna, 2004: 350) menyatakan bahwa dalam sebuah karya sastra yang berhasil, psikologi sudah menyatu menjadi karya seni. Oleh karena itu, tugas peneliti adalah menguraikannya kembali sehingga menjadi jelas dan nyata apa yang dilakukan oleh karya tersebut. Karena di dalam menelaah karya sastra, perlu dibantu melalui pendekatan dari luar karya tersebut, salah satunya adalah pendekatan psikologi yang berguna untuk melengkapi penelaahan terhadap suatu karya. Wellek dan Warren adalah orang yang pertama kali mengaitkan sastra pada psikologi. Dengan mengusung teori psikoanalisa Sigmund Freud (1939-1956) dalam pengaruhnya kepada ilmu sastra. Mereka berusaha memahami sastra melalui pendekatan secara psikologi pada setiap karya sastra, baik secara pendekatan pengarang sastra, karya-karya sastra yang dihasilkannya, maupun para pembaca karya sastra itu sendiri. Pada tataran ini, psikologi sastra merupakan gabungan dari dua disiplin ilmu terapan yang berbeda, yakni ilmu psikologi dan ilmu sastra. Sehubungan dengan adanya pendekatan psikologi sastra dalam memahami karya sastra, baik melalui pendekatan pengarang sastra, karya-karya sastra yang dihasilkan maupun para pembaca karya sastra itu sendiri, maka kata kunci yang melandasi penelitian ini adalah emosi Al-Ghazali yang ada di dalam syairnya yang terdapat dalam kitab إحياء علوم الدين /`Iḥyā`u Ulūmi al-dīni/. Penulis menjadikan syair-syair Imam Ghazali dalam karya monumentalnya khususnya bab amar ma ruf dan nahi munkar sebagai pusat orientasi kajian dan penulisan. Adapun teoritis yang dijadikan landasan dalam penulisan ini merujuk pada teori yang dipaparkan oleh M. Darwis Hude dengan bukunya Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur an sebagai rujukan primer. Sedangkan teori selain itu, seperti Atar Semi dan Siswantoro penulis ambil sebagai rujukan skunder.

1.2 Batasan Masalah Berangkat dari latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis memberikan batasan agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari pokok bahasan yang diinginkan. Adapun yang menjadi batasan masalah yakni : 1. Bagaimanakah emosi yang terdapat pada syair Imam Ghazali dalam kitab 385) 333 /`I ḥyā`u Ulūmi al-dīni/ (buku asli jilid 2 hal إحياء علوم الدين khususnya tentang syair amar ma ruf dan nahi munkar? 1.3 Tujuan Penelitian yaitu : Secara teoritis, tujuan utama yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini, 1. Mengungkapkan emosi yang terdapat pada syair Imam Ghazali dalam kitab /`Iḥyā`u Ulūmi al-dīni/ khususnya tentang syair amar إحياء علوم الدين ma ruf dan nahi munkar. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam memperkaya penelitian kesusasteraan antara lain : 1. Untuk memperluas wawasan dan pemahaman penulis tentang emosi yang didapati pada syair Imam Ghazali dalam kitab إحياء علوم الدين /`Iḥyā`u Ulūmi al-dīni/ khususnya tentang syair amar ma ruf dan nahi munkar. 2. Untuk memaparkan relasi antara sebuah karya sastra dengan emosi pengarangnya, yakni syair amar ma ruf dan nahi munkar karya Imam Ghazali dalam kitab إحياء علوم الدين /`Iḥyā`u Ulūmi al-dīni/. 3. Untuk memahami makna terdalam yang terkandung dalam syair Imam Al- Ghazali melalui pendekatan ilmu psikologi terapan. 4. Untuk penambahan khasanah perpustakaan Bahasa Arab Fakultas Sastra.

1.5 Metode Penelitian Adapun penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research). Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode Analisis Deskriptif, yaitu suatu metode dengan jalan mengumpulkan data, menyususun atau mengklasifikasi, menganalisis data dan menginterpretasikannya. Sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah berupa ragam bahasa إحياء علوم الدين kitab tulis yang berbentuk syair Imam Ghazali dalam /`I ḥyā`u Ulūmi al-dīni/ khususnya tentang syair amar ma ruf dan nahi munkar. Adapun data berupa data representatif, yakni data sebagaimana adanya. Selain itu, penulis juga menggunakan metode Telaah Wacana dengan upaya mencermati tulisan Imam Al-Ghazali yang berbentuk syair kemudian menguraikannya secara narasi. Dalam memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan latin, penulis memakai sistem transliterasi Arab-Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/u/1987 tanggal 22 Januari 1988. Adapun tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti dalam hal ini adalah : 1. Mengumpulkan referensi yang berhubungan dengan bahasan penelitian. Kemudian mempelajari dengan cermat dan menganalisis data yang telah diperoleh dari referensi yang ada. 2. Mengklasifikasi data. 3. Data-data yang telah dipelajari, dianalisis dengan mengacu kepada teori M. Darwis Hude (2006) sebagai rujukan primer, serta Atar Semi (1988) dan Siswantoro (2005) sebagai rujukan skunder. 4. Kemudian disusun menjadi suatu laporan penelitian berupa skripsi..