Teknologi Arang Aktif untuk Pengendali Residu Pestisida di Lingkungan Pertanian

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 3. Lahan Hutan di Kawasan Hulu DAS Padang

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun memerlukan bahan pangan yang semakin meningkat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) di Lahan Sawah Tadah Hujan untuk Antisipasi Perubahan Iklim

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERSPEKTIF DAN URGENSI PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERTANIAN YANG TEPAT 1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAUR ULANG LIMBAH HASIL INDUSTRI GULA (AMPAS TEBU / BAGASSE) DENGAN PROSES KARBONISASI SEBAGAI ARANG AKTIF

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

Lampiran 1 Prosedur Analisis ph H2O dengan ph Meter Lampiran 2. Prosedur Penetapan NH + 4 dengan Metode Destilasi-Titrasi (ppm)=

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fitriani Suherman, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan industri skala kecil dan menengah berkembang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan pestisida selama aktifitas pertanian umumnya digunakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR LAMPIRAN. 3. Hasil analisis kimia tanah dengan perlakuan pemberian biochar pada. inkubasi 1 bulan inkubasi 2 bulan...

TEKNOLOGI BIOREMEDIASI LIMBAH MINYAK BUMI

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN AKHIR TEKNOLOGI PEMBUATAN ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA SEBAGAI PESTISIDA ORGANIK DAN PENGAWET PANGAN ALAMI YANG MURAH DAN APLIKATIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Oleh: ANA KUSUMAWATI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

V1 (II) V3 (II) V5(III) V0(IV) V4(III) V2 (I)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia terdiri dari non protein nitrogen dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

mesh, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml selanjutnya diamkan selama 30 menit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada. Beberapa kendala

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun memerlukan bahan pangan yang semakin meningkat pula.

BAB I PENDAHULUAN. disadari. Bahkan telah lama pula disinyalir, bahwa peran lingkungan dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara

PEMBUATAN CUKA KAYU DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN. Oleh : Sri Komarayati

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia (Wudianto, 1999).

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

I. PENDAHULUAN. lain terjadinya pencemaran di lingkungan perairan yang dapat mengakibatkan kerusakan

I. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pergeseran dari sistem beternak ektensif menjadi intensif

Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kubis adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g), kalsium (22,0

BAB I. PENDAHULUAN. Air hujan yang turun ke permukaan bumi merupakan hasil proses. dari laut, danau, maupun sungai, lalu mengalami kondensasi di

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal Hutan Tanaman Indusrti (HTI) telah banyak digunakan sebagai bahan baku kayu

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Edisi Juni 2013 No.3511 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

Teknologi Arang Aktif untuk Pengendali Residu Pestisida di Lingkungan Pertanian Oleh Asep Nugraha Ardiwinata Pestisida telah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pertanian di Indonesia. Penggunaan pestisida telah dilakukan sejak tahun 1965. Pada saat itu, jenis pestisida yang banyak digunakan adalah jenis organoklorin, contohnya antara lain DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane) dan lindan. Pada tahun 1970an penggunaan jenis organoklorin dilarang digunakan, karena tingkat toksisitas dan persistensinya yang tinggi (tahan lama hingga berpuluh-puluh tahun bahkan bisa mencapai seratus tahun). Sejak saat itu, barulah dimulai era jenis pestisida organofosfat dan karbamat. Pada tahun 2002 tercatat sebanyak 813 formulasi dan 341 bahan aktif. Penggunaan pestisida tertinggi adalah di lahan hortikultura dan diikuti pada lahan tanaman pangan. Frekuensi aplikasi pestisida bisa mencapai 3-5 kali dalam seminggu. Dan jenis pestisida yang digunakan bisa lebih dari 2 jenis pestisida, bahkan bisa mencapai 7 jenis pestisida yang digunakan sekaligus/dioplos. Salah satu dampak dari penggunaan pestisida adalah tertinggalnya residu pestisida di dalam produk pertanian dan di dalam tanah. Walaupun telah lama jenis organoklorin dilarang/tidak digunakan, namun residunya masih ditemukan hingga kini baik di dalam tanah maupun pada produk pertanian. Hasil survey di sentra produksi padi di Jawa Barat dan Jawa Timur menunjukkan adanya residu insektisida ditemukan di dalam tanah sawah dengan kisaran konsentrasi 0,0008-0,0563 ppm (Ardiwinata et al., 1999; Harsanti et al., 1999). Ardiwinata et al. http://www.balingtan.litbang.deptan.go.id 1

(1997) melaporkan adanya residu insektisida di dalam beras yang berasal dari beberapa pasar di DKI Jakarta dengan kisaran konsentrasi residu insektisida antara 0,06 0,16 ppm. Dampak Negatif Residu Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia. Pengaruh residu pestisida terhadap kesehatan manusia adalah dapat mengganggu metabolisme steroid, merusak fungsi tiroid, berpengaruh terhadap spermatogenesis; terganggunya sistem hormon endokrin (hormon reproduksi) atau yang lebih dikenal dengan istilah EDs (Endocrine Disrupting Pesticides), disamping dapat merangsang timbulnya kanker. Gejala keracunan akut pada manusia adalah paraestesia, tremor, sakit kepala, keletihan dan muntah. Efek keracunan kronis pada manusia adalah kerusakan sel-sel hati, ginjal, sistem saraf, system imunitas dan sistem reproduksi. Arang aktif sebagai pengendali residu pestisida Gambar 1. Berbagai bentuk arang aktif Dari aplikasi pestisida pada suatu tanaman di lahan pertanian, maka kurang lebih 60% pestisida akan jatuh ke tanah. Pestisida yang jatuh ke tanah tsb kemudian menjadi permasalahan besar bagi kualitas lingkungan, karena akan http://www.balingtan.litbang.deptan.go.id 2

terbawa aliran air dan akhirnya akan masuk ke sungai sehingga akan berpotensi membahayakan hewan ternak bahkan manusia. Agar residu pestisida di dalam tanah tersebut tidak terbawa aliran air maka residu tersebut perlu ditahan dengan suatu bahan yang dapat menyerap (imobilisasi). Bahan tersebut adalah arang aktif (Gambar 1) yang memiliki kemampuan menyerap polutan. Arang aktif dapat dibuat dari limbah pertanian yang melimpah yaitu sekam padi atau tempurung kelapa atau limbah pertanian lainnya melalui proses pemanasan 500 C selama 5 jam dan aktivasi pada tungku listrik dengan suhu 900 C selama 60 menit. Gambar 2. Limbah sekam padi (kiri) dan tempurung kelapa (kanan) Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa arang aktif yang berasal dari sekam padi dan tempurung kelapa memiliki daya serap yang tinggi (yang diekspresikan dengan angka Iod) terhadap residu pestisida masing-masing sebesar. 460,4 dan 1191,8 mg/g (Tabel 1). http://www.balingtan.litbang.deptan.go.id 3

Tabel 1. Karakteristik arang aktif tempurung kelapa dan sekam padi Parameter Arang Aktif Tempurung Kelapa Sekam Padi ph H 2 O 10,1 9,6 HCl 8,0 7,8 Bahan organik C (%) 6,5 2,3 N (%) 0,1 0,3 C/N 47 7 Nilai Tukar Kation Ca (me/100g) 0,7 1,7 Mg (me/100g) 0,6 0,5 K (me/100g) 3,5 0,8 Na (me/100 g) 1,2 0,3 KTK (me/100g) 1,3 3,1 Kerapatan (g/ml) 0,3 0,2 Porositas (%) 82,4 70,5 Kandungan air (%) 5,0 1,5 Kadar abu (%) 1,5 52,2 Luas permukaan (m 2 /g) 350,5 248,5 Angka Iod (mg/g) 1191,8 460,4 Karbon terikat (%) 89,1 41,6 Zat mudah terbang (%) 9,4 12,5 Ukuran partikel (? ) 500-1000 50-100 Mekanisme degradasi residu pestisida Rongga arang aktif sangat disukai oleh mikroba (bakteri tanah pendegradasi dan bakteri pengikat nitrogen) sebagai tempat tinggalnya (rumah), sehingga populasi mikroba tersebut menjadi meningkat dikarenakan di dalam rongga arang aktif terdapat nutrien C dan N yang berasal dari residu pestisida (Gambar 3). Kemudian, apabila residu pestisida masuk atau terperangkap di dalam rongga arang aktif, maka residu pestisida tersebut akan di degradasi oleh mikroba pendegradasi sehingga residu pestisida akan terurai/terdegradasi (Gambar 4). http://www.balingtan.litbang.deptan.go.id 4

40 Bakteri tanah Bakteri pengikat nitrogen Jumlah koloni bakteri 30 20 10 0 Karbon aktif Kontrol Gambar 3. Efek karbon aktif di tanah terhadap bakteri tanah dan bakteri fiksasi nitrogen. Residu pestisida Bakteri tanah Gambar 4. Mekanisme terperangkapnya residu pestisida di dalam arang aktif Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi arang aktif di tanah dapat menurunkan residu pestisida organoklorin (lindan, aldrin, dieldrin, DDT, endosulfan dan heptaklor), organofosfat (klorpirifos, diazinon) dan karbamat (karbofuran) dengan kisaran 70-90%. Apabila konsentrasi residu pestisida di http://www.balingtan.litbang.deptan.go.id 5

tanah dapat ditekan, maka konsentrasi residu pada produk pertanian akan dapat diminimalisir. Hasil samping dalam proses pembuatan arang aktif Pada proses pembakaran limbah pertanian (sebelum menjadi arang aktif-proses karbonisasi), asap yang keluar dapat dimanfaatkan menjadi bahan kimia yang mempunyai nilai tambah/jual tinggi melalui proses destilasi dan kondensasi (Gambar 5). Dari pembakaran sekam padi/tempurung kelapa sebanyak 12 kg dapat dihasilkan 2-4 liter destilat yang mengandung campuran bahan kimia antara lain asam asetat, metanol, fenol, aseton, kresol, dan furfural. Gambar 5. Alat destilasi dan kondesasi asap pembakaran limbah pertanian (skala petani) Keuntungan penggunaan arang aktif dari limbah pertanian 1. efektif mengendalikan residu pestisida, namun tidak menimbulkan masalah baru bagi lingkungan pertanian karena mudah terdegradasi. 2. mengatasi pencemaran residu pestisida dan sekaligus mengurangi limbah pertanian 3. arang aktif disenangi oleh mikroba pendegradasi sebagai rumah tinggalnya 4. dari proses pembakaran limbah pertanian dapat dihasilkan bahan kimia berguna http://www.balingtan.litbang.deptan.go.id 6

Identitas Penulis: Nama Lengkap : Dr. Asep Nugraha Ardiwinata, MSi. NIP : 080 085 308 Tempat/Tgl Lahir: Bogor, 2 Maret 1961 Pekerjaan: Peneliti Muda pada Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan), Jakenan-Pati, Jateng. Alamat Kantor: Jl. Raya Jakenan-Jaken Km 05, Jakenan, Pati 59182. Telp/Fax. (0295) 381592 Pendidikan Terakhir: S3 MIPA-Kimia UI Depok. Bidang Kepakaran: Toksikologi, Kimia Residu Pestisida. No. HP : 081380659961 E-mail: asena@indo.net.id http://www.balingtan.litbang.deptan.go.id 7