BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

dokumen-dokumen yang mirip
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikhis. Melalui pendidikan jasmani, siswa diperkenalkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu tahapan yang harus dilalui seorang individu untuk bergerak ke

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB II KARAKTERISTIK PERILAKU SOSIAL REMAJA. Sebagai mahluk sosial, individu akan menampilkan perilaku tertentu antara lain interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Ketrampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk bergaul dan

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi manusia terjadi semenjak manusia itu berada. dalam kandungan hingga akhir masa hidupnya. Hal ini sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian siswa, yakni saat remaja menguasai pola-pola perilaku yang khas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak dan semakin menguat pada masa remaja.hurlock (1980:235) kesatuan membentuk apa yang disebut sebagai konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa.

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan dan hubungan dengan orang lain. Kebutuhan akan pergaulan dan berhubungan sosial sudah dirasakan sejak anak memasuki usia 3 bulan, tatkala anak dapat membedakan antara manusia dan benda di lingkungannya. Anak sudah mulai mengekpresikan kegembiraan terhadap kehadiran orang lain dengan senyuman, sebaliknya anak menangis tatkala di tinggal sendirian. Pada usia 3 bulan anak sudah mampu membedakan perilaku sosial yang lainnya seperti marah, takut (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sejalan dengan perkembangan dan kematangan fisik pada usia ini anak sudah siap untuk belajar berinteraksi dengan orang lain. Seiring dengan bertambah usia semakin luas kebutuhan pergaulan dan hubungan sosial anak. Dimulai dari lingkungan pergaulan dan hubungan sosial keluarga yang merupakan pembentukan dasar perilaku sosial, lingkungan teman seusianya, anak tidak saja bermain tapi saling mengungkapkan perasaan, emosi dan cita-citanya, selanjutnya anak memasuki lingkungan sekolah, kebutuhan akan pergaulan dan hubungan sosial semakin luas. Keterikatan dengan teman-teman sebaya semakin kuat, minat pada kegiatan keluargapun semakin berkurang, waktunya lebih banyak digunakan dengan teman sebaya. Dalam menjalin pergaulan dan hubungan sosial, anak dituntut untuk mematuhi aturanaturan umum serta tidak melanggar norma-norma yang berlaku baik norma agama, norma kesopanan, budaya dan norma hukum. Begitupun dalam berperilaku sosial sebaiknya didasarkan

pada nilai-nilai, norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. Sebagaimana dikemukakan oleh Husain Jusuf (Maryana 2006: 2) bahwa: Setiap pergaulan dan interaksi sosial menuntut individu untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan sosial yang bersangkutan. Perilaku yang baik merupakan syarat bagi keberhasilan dalam hidup di tengah-tengah masyarakat. Masa remaja merupakan masa belajar sosial karena sepanjang masa remaja hubungan sosial semakin tampak jelas dan sangat dominan. Kesadaran akan kesunyian menyebabkan remaja berusaha mencari kompensasi dengan mencari hubungan dengan orang lain atau mendorong untuk melakukan aktivitas pergaulan. Penghayatan kesadaran akan kesunyian yang mendalam dari remaja merupakan dorongan pergaulan untuk menemukan pernyataan diri akan kemampuan kemandiriannya (Ali dan Asrori 2004: 91). Dalam bergaul dan berhubungan sosial remaja menginginkan teman yang mempunyai minat, nilai yang sama, dapat mempercayakan masalah-masalah, dan membicarakan hal-hal yang tidak bisa dibicarakan dengan orang tua. Dengan begitu remaja bersikeras untuk memilih sendiri teman-temannya. Sering kali hal ini menimbulkan ketidaktepatan dalam memilih teman karena remaja belum berpengalaman. Remaja memilih teman tidak sesuai seperti apa yang diharapkannya, sehingga adakalanya menimbulkan pertengkaran dan menjadi berakhirnya persahabatan. Yusuf (2001: 198) juga mengatakan bahwa pada masa ini juga berkembang sikap comformity yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman sebaya). Perkembangan sikap komformitas pada remaja dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi dirinya. Dalam suatu penelitian lebih dari 40 % remaja berinteraksi dengan teman sebaya (Barker & Waight, 1951). Penelitian lain mengatakan selama satu minggu remaja muda laki-laki dan perempuan menghabiskan waktu 2 kali lebih banyak dengan teman sebaya daripada waktu

dengan orang tua (Condy,Simon & Bronffenbrenner, 1968). Berdasarkan hasil penelitian tersebut jelaslah kelompok teman sebaya bagi remaja mempunyai peranan yang sangat penting. Bersama kelompok teman sebaya remaja belajar berperilaku sosial, bekerja sama, saling memberi dan menerima dalam kehidupan sosial. Hal ini dapat membantu remaja dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan, diantaranya : (1) mencapai hubungan baru yang matang dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita, dan (2) mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita (Yusuf, 200: 96). Hubungan teman sebaya yang baik mungkin perlu bagi perkembangan sosial yang normal pada masa remaja. Berdasarkan penelitian Roff, Sells & Golden, 1972 (Santrock, 2003: 220) mengatakan bahwa hubungan teman sebaya yang buruk pada masa anak-anak berkaitan dengan berhentinya dari sekolah dan kenakalan yang terjadi pada masa remaja akhir. Sedangkan hasil penelitian (Hightower,1990) lain mengatakan bahwa hubungan teman sebaya yang harmonis pada masa remaja berhubungan dengan kesehatan mental yang positif pada usia pertengahan (Santrock, 2003: 220). Fenomena yang ada di lapangan banyak remaja yang gagal berhubungan sosial dengan teman sebaya, sehingga mereka diabaikan atau ditolak dalam kelompok teman sebaya, seperti perilaku tertutup atau pasif, remaja yang menarik diri dari hubungan positif dengan orang lain akan memilih menyendiri, tidak ikut dalam kegiatan sekolah (ekstrakurikuler) atau acuh tak acuh terhadap lingkungan. Hal ini sangat merugikan, mereka akan kehilangan kesempatan mempelajari pengalaman yang hanya di dapat dalam keanggotaan kelompok. Selain perilaku pasif, banyak juga di temukan remaja yang berperilaku agresif, seperti berbuat keonaran, menghina orang lain, membual, berpakaian yang tidak sesuai dengan aturan dan bersikap kasar. Perilaku yang ditampakkan oleh mereka cenderung tidak disenangi oleh

kelompok teman sebaya. Sehingga mereka tersisihkan atau ditolak oleh kelompok teman sebaya. Baik perilaku tertutup atau perilaku agresif sama membahayakan bagi perkembangan psikologisnya. Kalau hal ini dibiarkan akan mendorong mereka kepada perilaku salah suai atau membentuk remaja yang nakal tidak menutup kemungkian mereka keluar dari sekolah. Oleh karena itu mereka perlu dukungan keluarga maupun sekolah untuk membantu ke arah perilaku sosial yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Sekolah merupakan sarana efektif untuk membina perkembangan sikap dan perilaku sosial remaja secara tepat. Di sekolah remaja berinteraksi secara sosial dengan guru dan teman sebaya yang berasal dari beragam latar belakang sosial dan budaya. Para siswa menjadi lebih sering menghadapi pergantian guru di dalam kelas. Perilaku sosial dititikberatkan pada teman sebaya, aktivitas ekstrakurikuler, kegiatan organisasi yang ada di sekolah. Sekolah juga memiliki pengaruh yang besar terhadap remaja, dikarenakan remaja lebih banyak menghabiskan waktu bertahun- tahun di bangku sekolah. Di sekolah remaja belajar untuk mengenal diri mereka, serta peraturan yang jelas dan membatasi perilaku, sikap dan perasaan. Pengalaman yang diperoleh di bangku sekolah kemungkinan memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan identitas dirinya, keyakinan terhadap kompetensi diri sendiri, gambaran hidup dan kesempatan berkarir, hubungan-hubungan sosial, batasan mengenai hal yang benar dan salah, serta pemahaman bagaimana sistem sosial di lingkup keluarga berfungsi (Santrock, 2003: 255). Oleh karena itu, keluarga dan sekolah seharusnya memperhatikan perkembangan anak dan membantu ke arah perilaku sosial yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Perkembangan remaja tidak lepas dari pengaruh bawaan, pengaruh lingkungan yang berkaitan dengan keluarga, sekolah, teman sebaya, atau lingkungan masyarakat umumnya.

Memahami tentang perilaku sosial remaja sangat diperlukan bagi orang tua, guru dan pembimbing. Usia remaja adalah usia yang ideal untuk proses belajar serta mengekplorasi dan mengembangkan diri, namun hal ini akan sia-sia jika terjadi penyimpangan-penyimpangan perilaku sosial. Untuk dapat membantu perkembangan remaja ke arah perilaku sosial yang sesuai dengan tuntutan lingkungan, seorang pembimbing harus memahami perbedaan-perbedaan secara individual. Hal ini sudah nampak dengan jelas pada siswa Sekolah Menengah Pertama, dengan begitu perlu usaha-usaha yang intensif dan integratif dalam memahami perilaku sosial remaja, tidak saja yang ditampilkan tetapi juga makna-makna yang tersembunyi di balik penampilannya, sehingga remaja merasakan adanya kepedulian dari keluarga serta sekolah terhadap keberadaanya. Oleh karena itu sangatlah perlu pembimbing memahami karakteristik perilaku sosial siswa di sekolah agar bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan tepat sasaran. Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka penelitian ini mengambil judul Karakteristik Perilaku Sosial Siswa SMP. B. Rumusan Masalah Pada masa remaja kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan yang cukup penting bagi peranan kepribadiannya. Dalam berinteraksi remaja dituntut untuk berperilaku sosial yang sesuai dengan tuntutan kelompok teman sebaya. Perilaku-perilaku sosial apa saja yang dapat dikembangkan agar remaja memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan kelompok teman sebaya. Rumusan dari pokok permasalahan yang diangkat dari penelitian ini adalah bagaimana karakteristik perilaku sosial siswa SMP di Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2007-2008?.

Selanjutnya rumusan tersebut dituangkan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran karakteristik perilaku sosial siswa SMP Negeri di Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2007 2008? 2. Bagaimana perbedaaan gambaran karakteristik perilaku sosial siswa Kelas 7, 8, dan 9 SMP Negeri di Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2007 2008? C. Batasan masalah Hurlock mengemukakan bahwa perilaku sosial adalah terdapatnya tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan sosial kemampuan untuk menjadi orang yang bermasyarakat (1998: 250). Pengertian perilaku sosial dirumuskan Chaplin (Maryana, 2006: 18) sebagai tingkah laku yang dipengaruhi oleh hadirnya orang lain, tingkah laku kelompok, atau tingkah laku yang ada di bawah kontrol masyarakat. Jusuf (1984: 65) mengemukakan bahwa: perilaku sosial sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Siswa dalam lingkungan sekolahnya akan berhubungan dengan teman sebaya, guru-guru dan segala sesuatu yang menyangkut proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, sosialisasi yang dilakukan oleh siswa di sekolah akan terlihat dari partisipasi siswa dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Berdasarkan pendapat di atas, perilaku sosial diartikan sebagai segala bentuk aktifitas yang ditampakkan oleh anak pada saat berinteraksi dengan teman sebaya baik secara individual maupun kelompok di lingkungan sekolah. Karakteristik perilaku sosial adalah ciri khas yang dimiliki oleh remaja dalam berperilaku sosial. Remaja memiliki karakteristik yang tampak dalam berperilaku sosial dalam kesehariannya, seperti : (1) lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebaya, (2)

kemampuan untuk memiliki dan memilih banyak rujukan (identifikasi), (3) keinginan berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas kelompok, (4) kurang membutuhkan (menolak) pengawasan dari orang tua, (5) cenderung bebas dalam mengekpresikan dan menampilkan diri, (6) membutuhkan penerimaan sosial (masyarakat), ( 7) saling berbagi dengan teman sebaya mengenai keyakinan dan minat sosial.( Warta PPMI Assalaam, 2006 ) Penelitian ini hanya dibatasi pada karakteristik perilaku sosial yang berhubungan dengan interaksi teman sebaya di lingkungan sekolah. Jadi yang dimaksud karakteristik perilaku sosial dalam penelitian ini adalah ciri khas yang dimiliki remaja dalam bentuk aktivitas yang ditampakkan oleh anak pada saat berinteraksi dengan teman sebaya baik secara individual maupun kelompok di lingkungan sekolah. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan memperoleh gambaran karakteristik perilaku sosial siswa SMP di Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2007-2008. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Memperoleh gambaran karakteristik perilaku sosial siswa SMP Negeri di Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2007 2008. 2. Memperoleh perbedaan gambaran karakteristik perilaku sosial siswa kelas 7, 8, dan 9 SMP Negeri di Kota Sukabumi Tahun Pelajaran 2007 2008. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi sekolah, yaitu dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan dapat menciptakan suatu kondisi yang kondusif untuk mengembangkan perilaku sosial siswa yang sesuai dengan tuntutan lingkungan 2. Bagi konselor, diperolehnya data tentang gambaran umum mengenai karakteristik perilaku sosial siswa sebagai bahan masukan dalam pembuatan program layanan Bimbingan dan Konseling dan memfasilitasi anak didiknya untuk mengembangkan perilaku sosial yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. 3. Bagi jurusan Bimbingan dan Konseling, sebagai bahan informasi dan bahan kajian khusus dalam mata kuliah untuk mengkritisi perilaku sosial yang nampak pada remaja. F. Asumsi Penelitian ini dilandasi asumsi sebagai berikut. 1. Seringkali anak merasa canggung dalam pergaulan dan tidak tahu bagaimana harus bersikap dalam hubungan sosial. Untuk melatih diri berperan dalam pergaulan dan belajar cara-cara berhubungan dengan teman, anak dapat belajar dalam lingkungan tertentu melalui keterlibatan dalam organisasi atau perkumpulan tertentu lainnya. 2. Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan perilaku sosial. 3. Makin sering anak berinteraksi dengan teman sebaya di lingkungan sekolah, akan meningkatkan hubungan antar anak. Kebutuhan dan dorongan untuk diterima dalam kelompok sangat kuat. Oleh karena itu anak berusaha untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan kelompok khususnya dalam berperilaku sosial. 4. Interaksi teman sebaya memberikan pengaruh yang besar terhadap pembentukan perilaku sosial anak.

G. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan data hasil penelitian sehingga akan memudahkan peneliti dalam proses analisis hasil dari data yang diperoleh dengan menggunakan hitungan-hitungan secara statistik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik, metode ini dipilih dengan maksud untuk memperoleh gambaran empiris dengan cara menganalisis keadaan yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilaksanakan. H. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri di Kota Sukabumi. Penentuan sampel dilakukan secara teknik sistematic random dengan memperhatikan lokasi dan tipe sekolah. Untuk lebih jelasnya cara pengambilan sampel dapat dilihat dari tabel di bawah ini. Tabel. 1.1 Sekolah Negeri yang berada di Kota Sukabumi Berdasarkan Letak Geografis Berdasarkan Tipe Sekolah No Pusat Pertengahan Batas Potensial Sampel SSN RSN Kota Kota Kota SN Penelitian 1 SMPN 1 SMPN 3 SMPN 4 SMPN 1 SMPN 5 SMPN 6 SMPN 2 2 SMPN 2 SMPN 6 SMPN 7 SMPN 2 SMPN 3 SMPN 7 SMPN 3 3 SMPN 5 SMPN 10 SMPN 8 SMPN 4 SMPN 8 SMPN 8 4 SMPN 9 SMPN 11 SMPN 12 SMPN 9 SMPN 12 5 SMPN 15 SMPN 13 SMPN 10 6 SMPN 14 SMPN 11 7 SMPN 12 8 SMPN 13 9 SMPN 14 10 SMPN 15

Berdasarkan data di atas maka sampel penelitian ini adalah SMP negeri 2, SMP Negeri 3, SMP Negeri 12, dan SMP Negeri 8. (Data berdasarkan K3S SMP di Kota Sukabumi ). Anggota populasi penelitian ini adalah siswa kelas 7, 8 dan 9 SMP Negeri di Kota Sukabumi.