BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB II KAJIAN TEORI. sehari-hari. Perilaku sosial mempengaruhi penyesuaian sosial individu. Individu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI ANAK UNTUK BERSEKOLAH DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, serta pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak.

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sementara seseorang seperti kelelhahan atau disebabkan obatobatan,

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu hidup dalam lingkungan. Manusia tidak bisa dipisahkan dengan. memberikan keakraban dan kehangatan bagi anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan pada setiap umat

BABI. Kehidupan modem saat ini belum memungkinkan orangtua. sepenuhnya mencurahkan perhatian kepada anak. Kebutuhan ekonomi

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam

BAB 1 PENDAHULUAN. masa sekolah. Masa ini disebut juga masa kanak-kanak awal, terbentang usia 3-6

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhannya. Sekolah merupakan salah satu lembaga yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. dengan hukuman menurut konsep ini, disiplin digunakan hanya bila anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang terikat, terarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan Sardiman

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan


BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Dalam keluarga, manusia akan

BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01

BAB V PEMBAHASAN. A. Prestasi Belajar Siswa dengan Pola Asuh Otoriter. Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa yang mengalami

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seseorang yang terlahir ke dunia pada dasarnya dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. proses pembangunan nasional. Senada dengan isi undang-undang RI No. 20

BAB IV ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA DALAM PEMBELAJARAN AKHLAK AL-KARIMAH DI LINGKUNGAN KELUARGA TIDAK MAMPU DESA BULAKPELEM KEC. SRAGI KAB.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan suatu lembaga yang didesain khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PNDAHULUAN. mencapai pendidikan yang baik tersebut diperlukan beberapa aspek diantaranya kurikulum yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanyaan tersebut dapat dinyatakan tanpa berbelit-belit dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan tepat untuk perkembangan anak. organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan (maturation) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

mendapatkan penguasaan pengetahuan, kecakapan, kebijaksanaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seseorang dalam hidup bermasyarakat dan sebagai prasyarat kehidupan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah perkembangan (developmental) merupakan bagian dari masalah psikologi. Masalah ini menitik beratkan pada pemahaman dan proses dasar serta dinamika perilaku manusia dalam berbagai tahapan kehidupan. Cakupan dari psikologi perkembangan ini adalah masalah pertumbuhan dan kematangan individu baik segi kognitif, emosi maupun stuktur kepribadiannya. Perkembangan memiliki ranah yang luas. Salah satunya perkembangan sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntunan sosial, yaitu bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial. Karena itulah perkembangan sosial harus dibimbing dan diarahkan sejak usia 3-6 tahun. Pada usia 3-6 tahun, anak belajar menjalin kontak sosial dengan orangorang yang ada di luar rumah, terutama dengan teman sebayanya. Karena itulah pada rentang usia ini disebut dengan Pregang Age (Usia Pragang). Anak didorong untuk melakukan kontak sosial dengan anak lain dengan cara bermain dan bicara bersama (Akbar,2004:8). Hal tersebut menunjukan bahwasanya proses inilah yang menadai perkembangan yang pesat bagi anak. Karena dalam usia 3-6 tahun merupakan usia yang sangat penting bagi anak untuk belajar dan

2 berkembang secara sosial. Baik menjalani di dalam rumah maupun di luar rumah seperti melakukan hubungan kontak baik dengan keluarga dan teman sebayanya. Menurut Singgih (2003: 96) faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial anak yaitu: 1. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang yang ada di sekitarnya dengan berbagai usia dan latar belakang. 2. Adanya minat dan motivasi untuk bergaul. Semakin banyak pengalaman yang meyenangkan yang diperoleh melalui pergaulan dan aktivitas sosialnya, minat dan motivasinya untuk bergaul semakin berkembang. 3. Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya menjadi model untuk anak. Walaupun kemampuan sosialisasi ini dapat pula berkembang melalui cara coba-salah (Try and Error), yang dialami oleh anak, melalui pengalaman bergaul, tetapi akan efektif dengan meniru perilaku orang lain dalam bergaul, tetapi akan lebih efektif bila ada bimbingan dan pengajaran yang secara sengaja diberikan oleh anak yang dapat dijadikan model bergaul yang baik untuk anak. 4. Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak. Dalam berkomunikasi dengan orang lain, anak tidak hanya dituntut untuk berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dipahami, tetapi juga

3 dapat membicarakan topik yang yang dapat dimengerti dan menarik untuk orang lain yang menjadi lawan bicaranya. Keluarga menjadi faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas perkembangan sosial anak. Keluarga merupakan lembaga yang mempengaruhi perkembangan kemampuan anak untuk menaati peraturan (disiplin), mau bekerja sama dengan orang lain, bersikap toleran, menghargai pendapat gagasan orang lain, mau bertanggung jawab dan bersikap matang dalam kehidupan ( Yusuf, 2008: 40-41 ). Karena itulah pola asuh dalam keluarga juga akan sangat menentukan perkembangan sosial anak pada kategori usia 3-6 tahun. Pola asuh orang tua menurut Sugihartono, dkk (2007: 31) yaitu pola perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-anak. Pola asuh yang diterapkan oleh setiap keluarga tentunya berbeda dengan keluarga lainnya. Sedangkan, Atmosiswoyo dan Subyakto (2002: 212) menjelaskan bahwa pola asuh adalah pola pengasuhan anak yang berlaku dalam keluarga, yaitu bagaimana keluarga membentuk perilaku generasi berikut sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat. Orangtua sebagai pemimpin sekaligus pengendali sebuah keluarga, dipastikan memiliki harapan dan keinginan yang hendak dicapai di masa depan. Harapan dan keinginan tersebut ibarat sebuah cita-cita, sehingga orangtua akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya. Hal tersebut berlaku pula terhadap anak-anaknya. Para orangtua dipastikan memiliki harapan terhadap anak-anak yang dilahirkan dan dibesarkannya. Misalnya, mereka

4 menginginkan sang anak menjadi orang yang patuh, taat dan berbakti terhadap orangtua, suka menolong, cerdas, terampil, mudah bergaul, berperilaku baik, tegas, disiplin dan sebagainya. Harapan dan keinginan orangtua terhadap anaknya di masa depan inilah yang akan banyak mempengaruhi bagaimana mereka memperlakukan anaknya, dalam memberi tugas dan tanggung jawab, serta pemenuhan terhadap kebutuhan anak-anaknya, baik fisik maupun non fisik. Termasuk di dalamnya memberi perhatian, kasih sayang dan perlindungan terhadap buah hatinya. Dengan kata lain, orangtua akan menggunakan pola asuh tertentu untuk merealisasikan keinginannya itu. Pola asuh yang dimaksud dapat direfleksikan dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis terhadap anaknya. Hal ini tercermin dari tutur kata, sikap, perilaku dan tindakan mereka terhadap sang anak. Ada yang cenderung kaku (otoriter), acuh tak acuh/serba membolehkan (permisif), dan adapula yang demokratis. Memaksakan kehendak orang tua terhadap anak juga merupakan kebiasaan yang perlu dihindarkan, sebab anak masih tumbuh dan berkembang. Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tentu keadaan anak jauh berbeda dengan kedua orang tuanya. Janganlah diminta dan diharapkan sama, sebab memang berbeda dalam kenyataannya. Jika anak kurang berminat dalam bidang matematika dan tertarik kepada masalah-masalah sosial, mengapa tidak kita biarkan dan mengarahkan mereka pada perkembangan minat dan bakatnya agar lebih baik lagi. Mengapa kita inginkan dan kita paksakan agar anak kita

5 harus mempunyai minat dan bakat yang sama dengan diri kita sendiri, padahal jelas bahwa anak adalah anak kita dan bukan diri kita sendiri Kesalahan pola asuh tersebut kerap terjadi di Perumahan Griya Citra Persada khususnya pada salah satu keluarga muslim. Peneliti telah melakukan observasi di daerah Perumahan Griya Citra Persada, Cikampek, Jawa Barat. Dari pengamatan tersebut menunjukkan bahwa anak merasa takut dan ragu ragu melakukan suatu perbuatan karena ia selalu merasa diawasi dan diperhatikan oleh orangtuanya. Sehingga anak tersebut menjadi takut pulang kerumah dan lebih memilih kerabat dari keluarga tersebut (Hasil Observasi pada tanggal 20 Agustus 2016). Kemudian setelah melihat gejala tersebut, peneliti langsung menanyakan kepada orangtua yang bersangkutan tentang tanggapannya melakukan kekerasan terhadap anaknya, dan jawabannya adalah karena untuk memberikan rasa jera kepada anak dan anak dituntut untuk hormat dengan perintah orang tuanya (Hasil wawancara dengan bapak Casidin pada tanggal 20 Agustus 2016). Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh orangtua sangat bervariasi kadangkala penerapan pola asuh permisif menjadikan seorang anak menjadi tak terkontrol dan semaunya sendiri. Dan bahkan juga dampak dari pola asuh otoriter adalah anak menjadi susah bergaul dengan anak lain akibat terlalu banyaknya perintah atau tuntutan dari orang tua mereka. Anak-anak dalam usia 3-6 tahun masih senang dengan bermain serta menemukan hal-hal baru. Mereka akan mencoba bermain setiap olahraga, membaca-baca buku, dan mencari tahu tentang apapun yang mereka temukan. Namun, hal tersebut

6 banyak yang tidak bisa dirasakan oleh anak-anaknya karena orangtua yang banyak memaksa anaknya untuk melakukan setiap perintah yang ia katakan. Mereka tidak segan-segan untuk menghukum anaknya jika tidak menjalani setiap perintahnya. Jika orang tua misalnya mematahkan semangat anak dalam minatnya untuk bereksplorasi dan mengekspresikan keinginan tahunya dengan pertanyaan-pertanyaan, maka orang tua juga menghilangkan perkembangan kreativitas anak. Bisa saja hal ini terjadi karena orang tua tidak melihat hubungan antara exploring dan creativity. Orang tua berpikir, mereka telah menjadi good parent jika sudah melindungi anak-anaknya dari rasa sakit (Akbar, 2004: 30). Padahal perlakuan seperti itu sebetulnya memang kurang baik bagi perkembangan sosial anak. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi sangat menarik untuk diteliti, karena perkembangan sosial anak usia 3-6 tahun menjadi tolak ukur penting bagi anak untuk masa yang akan datang dan penerapan pola asuh yang cocok akan membantu perkembangan sosial anak usia 3-6 tahun. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pola asuh orangtua di keluarga muslim di Perumahan Griya Citra Persada? 2. Manakah pola asuh yang dominan pada Keluarga Muslim di Perumahan Griya Citra Persada?

7 3. Bagaimanakah tingkat perkembangan sosial anak usia 3-6 tahun di keluarga muslim Perumahan Griya Citra Persada? 4. Adakah pengaruh pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial anak usia 3-6 tahun di keluarga muslim Perumahan Griya Citra Persada? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan pola asuh orangtua yang terjadi pada keluarga Muslim di Perumahan Griya Citra Persada 2. Untuk mengetahui pola asuh yang dominan pada keluarga muslim di Perumahan Griya Citra Persada 3. Untuk mengetahui tingkat perkembangan sosial anak usia 3-6 tahun di Perumahan Griya Citra Persada 4. Untuk mengetahui pengaruh pola asuh orangtua terhadap perkembangan sosial anak usia 3-6 tahun di keluarga muslim Perumahan Griya Citra Persada D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak.

8 Selain itu, penelitian ini dapat juga digunakan sebagai pijakan bagi penelitian-penelitian lain mengenai pola asuh maupun perkembangan anak. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Orang tua Penelitian ini diharapkan orang tua dapat menerapkan pola asuh yang tepat untuk mendidik anak sehingga seorang anak dapat memiliki pertumbuhan perkembangan anak yang baik. b. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan bagi masyarakat untuk mendidik anak sehingga anak mampu memiliki perkembangan yang lebih baik. E. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan dalam mengkaji dan memamahami secara keseluruhan skripsi ini, peneliti akan menguraikan tentang sistematika pembahasan sebagai berikut: Bagian awal atau formalitas terdiri dari, halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman pernyataan keaslian, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar tabel, halamn daftar gambar dan grafik, halaman abstrak.

9 Bab I atau pendahuluan berisi sub bab; membahas tentang pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian serta sistematika pembahasan. Bab II membahas tentang tinjauan pustaka, kerangka teoritik, dan hipotesis. Memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori relevan dan terkait dengan tema skripsi. Bab III membahas tentang metode penelitian memuat secara rinci meode penelitian yang digunakan; jenis penelitian, desain, lokasi, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, definisi konsep dan variabel, serta analisis data yang digunakan. Bab IV membahas hasil dan pembahasan berisi; Hasil penelitian, klasifikasi bahasan disesuaikan dengan pendekatan, sifat penelitian, dan rumusan masalah atau fokus penelitiannya serta pembahasan. Bab V Penutup yang didalamnya terdapat bab terakhir berisi kesimpulan menyajikan secara ringkas seluruh penemuan penelitian yang ada hubungan dengan masalah penelitian. Kesimpulan diperoleh berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran; Instrumen pengumpulan data/ ruang lingkup penelitian, penghitungan statistik, teks/ peraturan/dokumen yang dianggap penting yang kurang praktis jika diamsukkan dalam teks skripsi, surat-surat perijinan, surat keterangan tealah

10 melaksanakan penelitian dari instansi yang diteliti, curriculum vitae, bukti bimbingan yang sudah ditanda tangani DPS.