BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Untuk itu perlu langkah strategis pemerintah

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

IMPLEMENTASI PROGRAM RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Refleksi Program Rintisan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM SBI Oleh: Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar 1

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pembelajaran. Artinya perencanaan pembelajaran berada pada kategori sangat baik.

PENCAPAIAN INDIKATOR IKKT PADA PENYELENGGARAAN SMK RSBI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya. pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar

PENCAPAIAN INDIKATOR IKKT PADA PENYELENGGARAAN SMK RSBI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Amat Jaedun (Dosen Jurdiknik Sipil dan Perencanaan FT UNY)

BAHAN-BAHAN YANG HARUS DIPERSIAPKAN SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. dan unsur penunjang lainnya termasuk sumber dana. Potensi - potensi itu dapat

1. Latar Belakang Kemunculannya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan

I. PENDAHULUAN. dimiliki. E. Mulyasa (2007:3), menyebutkan bahwa Human Development. Index (HDI) melaporkan bahwa pada tahun 1998 Indonesia menduduki

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, dan sumber daya manusia (SDM). Untuk memenuhi hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, terutama dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup yang

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING. Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

LAPORAN PELAKSANAAN PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SEKOLAH RSBI. Oleh : Drs. JOKO PURWANTO, M.Pd.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 27 Juni MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL. Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA. FINAL APPROVED

BAB I PENDAHULUAN. awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. adalah satu bidang yang tidak mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK, maka

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

Pedoman Penjaminan Mutu

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi yang melanda dunia membawa berbagai konsekuensi logis bagi

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan optimal kepada peserta didik khususnya dan kustomer pada umumnya, pada titik di mana pelayanan itu harus dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. program peningkatan mutu pendidikan, di antaranya adalah program

Oleh: Sujarwo, M.Or Yulina Pratiwi Adri Yudhantara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk spiritual, makhluk individu, dan makhluk sosial. Ketiga

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

BAB I PENDAHULUAN. dijamin dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 50 Ayat 3

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

BABI PENDAHULUAN. Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) berhubungan erat

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. analisis data yang telah dikemukakan pada Bab I, II, III, dan IV, maka beberapa

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan. globalisasi, maka pendidikan juga harus mampu menjawab kebutuhan

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendidikan dewasa ini telah mengalami kemajuan yang sangat

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek kehidupan masyarakat termasuk di bidang pendidikan.

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

KEBIJAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional

BAB II KAJIAN TEORI. pengertian belajar menurut teori metakognisi bahwa siswa yang belajar akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASlONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

KEBIJAKAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL. Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 4 MAGELANG. Disusun oleh Nama : Novian Fitri Nurani NIM : Prodi : Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. Era teknologi ditandai dengan adanya persaingan yang sangat kuat dalam

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas merupakan suatu hal yang sangat diharapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah untuk mencerdaskan kehidupan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. implementasi kebijakan RSBI di Propinsi DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

Oleh : Hesti Annisa, Hartuti Purnaweni, Dewi Rostyaningsih

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan temuan-temuan penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) 1. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

PERBEDAAN KREATIVITAS SISWA SMP PADA SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) DAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

DAFTAR PERTANYAAN UMUM (DITUJUKAN KEPADA KEPALA SEKOLAH ATAU WAKASEK, GURU BIDANG STUDI, DAN GURU KURIKULUM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembang dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO. [Type the company name]

PENGEMBANGAN PROGRAM INTERNAL UNTUK MENDUKUNG WAWASAN INTERNASIONAL. 27 Desember 2010

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Menurut Rahmayanti, (2009:1) ada tiga alasan yang melatarbelakangi

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong terjadinya kompetisi bagi lembaga pendidikan yang tidak hanya bersifat lokal atau regional saja, tetapi juga internasional. Kompetisi global tersebut berdampak di sektor pendidikan. 1 Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional dalam menghadapi persaingan global adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan Bertaraf Internsional (RSBI) bahkan sampai menjadi Sekolah Bertaraf Internsional (SBI). Upaya pengembangan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing bangsa Indonesia di forum internasional. Program RSBI yang diselenggarakan pemerintah dipicu oleh beberapa latar belakang. Beberapa latar belakang tersebut antara lain: (1) pada tahun 1990-an, banyak sekolah-sekolah yang didirikan oleh suatu yayasan dengan menggunakan identitas internasional, tetapi tidak jelas kualitas dan standarnya; (2) banyak orang tua yang mampu secara ekonomi memilih menyekolahkan anaknya ke luar negeri; (3) belum ada payung hukum yang mengatur penyelenggaraan sekolah internasional; (4) dan perlunya membangun sekolah berkualitas sebagai pusat unggulan (center of exellence) pendidikan. Atas fenomena tersebut, pemerintah mengatur dan merintis 1 Teguh Triwiyanto dan Ahmad Yusuf Sobri, Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf Internasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), cetakan ke-1,hal.31 1

2 sekolah bertaraf internasional. Selain itu, sekolah bertaraf internasional memerlukan pengakuan secara internasional terhadap kualitas proses dan hasil pendidikannya. 2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah sekolah nasional yang menyiapkan peserta didik berbasis Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia berkualitas internasional dan lulusannya berdaya saing internasional. Tolak ukur sekolah dikatakan RSBI ketika sekolah tersebut mampu memenuhi sembilan indikator kinerja kunci minimal sebagai jaminan akan mutu pendidikannya yang telah berstandar nasional. Adapun sembilan indikator tersebut yaitu akreditasi, kurikulum, proses pembelajaran, penilaian, pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Selain itu, sekolah juga harus mampu memenuhi indikator kinerja kunci tambahan sebagai keunggulannya. Indikator kinerja kunci tambahan ter sebut adalah dengan melakukan pendalaman/penguatan/perluasan dari sembilan indikator kinerja kunci minimal berstandar internasional dari salah satu anggota OECD. Akreditasi menentukan kelayakan program pendidikan dalam satuan pendidikan tersebut. Sekolah yang akan menobatkan dirinya menjadi RSBI harus memenuhi syarat akreditasi, yaitu: (a) mendapatkan predikat A dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M). Dengan memperoleh predikat A pada setiap periode akreditasi berarti sekolah tersebut selalu menunjukkan kinerja yang sangat baik dan sekaligus merupakan pengakuan terhadap kemampuan 2 Ibid hal.22

3 sekolah untuk menjamin mutu pendidikan secara optimal. 3 : dan (b) hasil akreditasi yang baik dari badan akreditasi sekolah pada salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah. Mutu setiap Sekolah Bertaraf Internasional dijamin dengan keberhasilan melaksanakan kurikulum secara tuntas. Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut: (1) sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di mana setiap saat siswa bisa mengakses transkripnya masing-masing; (2) muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan; dan (3) menerapkan standar kelulusan sekolah yang lebih tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan. Proses pembelajaran RSBI memiliki ciri utama yaitu dengan menggunakan media komunikasi pembelajaran dengan berbahasa Inggris. Disamping itu, untuk lebih memberikan bekal kompetensi siswa tentang penguasaan Information and Communication Technology (ICT), maka proses pembelajaran yang diterapkan dapat memanfaatkan sarana komputer dan internet. Hal itu akan memberikan makna yang lebih riil bagi siswa dan dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan pihak lain. 3 Depdiknas, Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional, (Jakarta: Depdiknas,2007) hal. 9

4 Sistem penilaian RSBI harus sesuai dengan muatan kurikulum KTSP dan sistem penilaian pengembangan, misalnya sistem penilaian berbahasa Inggris. Selain itu, sekolah juga harus melakukan pemenuhan standar penilaian dengan cara meningkatkan keragaman teknik penilaian, memberikan laporan hasil belajar kepada orangtua, serta secara bertanggung jawab dan akuntabel melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan penilaian. 4 Pendidik memiliki peranan yang strategis karena mempunyai tugas profesional untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melakukan bimbingan dan pelatihan. Sehingga pendidik untuk sekolah RSBI harus memiliki kualifikasi yang benar-benar mumpuni dalam bidangnya. Seperti yang telah diamanatkan dalam penjaminan mutu RSBI, seorang pendidik atau dalam hal ini adalah guru harus mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK dan untuk guru mata pelajaran sains, matematika dan inti kejuruan harus mampu mengampu pembelajaran berbahasa Inggris. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah berlabel RSBI sudah menjadi kewajiban dan diharuskan dapat menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkesinambungan. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci minimal, yaitu memenuhi Standar Sarana dan Prasarana. Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci tambahan sebagai berikut: (1) Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK; (2) Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang 4 Teguh Triwiyanto, Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf Internasional. (Jogjakarta:Ar- Ruzzmedia, 2010), hal. 92

5 memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia; dan (3) Dilengkapi dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah raga, klinik, dan lain sebagainya. Memperhatikan tolak ukur yang ditetapkan pemerintah terhadap penyelenggaraan RSBI tersebut, terlihat bahwa indikator yang harus dipenuhi cukup banyak dan sulit. Namun, hal itu sepertinya tidak menjadi penghalang bagi sekolahsekolah untuk menjadikan dirinya RSBI. Terlihat bahwa telah banyak kita jumpai sekolah-sekolah yang berlabelkan RSBI. Hal itu menjadi sangat menarik untuk dikaji lebih dalam lagi tentang seberapa jauh sekolah RSBI yang sudah ada sekarang ini memenuhi semua indikator yang diamanatkan oleh pemerintah. Salah satu sekolah yang telah menerapkan pembelajaran matematika bilingual dan menyandang predikat RSBI adalah SMP Muhammadiyah 5 Surabaya. SMP Muhammadiyah 5 Surabaya didirikan pada bulan Januari 1971 sehingga kurang lebih telah berusia 41 tahun. Selama kurun waktu 41 tahun, SMP Muhammadiyah 5 Surabaya telah mengalami 4 kali masa kepemimpinan sekolah. Dari tiga kali masa kepemimpinan ini, SMP Muhammadiyah 5 Surabaya mengalami perkembanga n signifikan dalam penciptaan inovasi pendidikan. Pada tahun 2004 berubah status menjadi Terakreditasi A. Pada tahun 2006 mengalami peningkatan status menjadi Terakreditasi A sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN). Pada tahun 2008 SMP Muhammadiyah 5 Surabaya dinobatkan menjadi RSBI mandir dani kini telah memasuki tahun ketiga sebagai sekolah RSBI. 5 5 http://smpmuhlimasby.com/html/profil.php?id=profil&kode=12&profil=sejarah%20singkat

6 Salah satu komitmen SMP Muhamadiyah 5 Surabaya adalah menyelenggarakan pembelajaran MIPA bilingual dengan mengadopsi kurikulum Cambridge yang mengarah sepenuhnya berbahasa Inggris. Hal itu ditunjukkan dengan penggunaan bahan ajar yang berbahasa Inggris pula. Komitmen SMP Muhamadiyah 5 Surabaya merupakan komitmen yang harus dijalani oleh seluruh warga sekolah, termasuk guru matematika. Oleh karena itu, guru juga ikut bertanggung jawab dalam menjalani segala konsekuensi dan tuntutan atas komitmen tersebut. Akan tetapi, sebagai upaya pengembangan pembelajaran matematika bilingual di kelas RSBI SMP Muhamadiyah 5 Surabaya maka pihak sekolah telah mengupayakan pengembangan kemampuan berbahasa Inggris bagi guru matematika yang mengajar di kelas RSBI. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mangadakan suatu penelitian yang berjudul Analisis Pembelajaran Matematika bilingual di kelas RSBI SMP Muhammadiyah 5 Surabaya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Matematika bilingual di kelas RSBI SMP Muhammadiyah 5 Surabaya? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Matematika bilingual di kelas RSBI SMP Muhammadiyah 5 Surabaya?

7 3. Bagaimana penilaian pembelajaran Matematika bilingual di kelas RSBI SMP Muhammadiyah 5 Surabaya? 4. Apa saja hambatan yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika bilingual di kelas RSBI SMP Muhammadiyah 5 Surabaya? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitiannya sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan perencanaan pembelajaran Matematika bilingual di kelas RSBI SMP Muhammadiyah 5 Surabaya 2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Matematika bilingual di kelas RSBI SMP Muhammadiyah 5 Surabaya. 3. Mendeskripsikan penilaian pembelajaran Matematika bilingual di kelas RSBI SMP Muhammadiyah 5 Surabaya 4. Mendeskripsikan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran Matematika bilingual di kelas RSBI SMP Muhammadiyah 5 Surabaya D. Manfaat Penelitian

8 Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi sekolah yang diteliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan gambaran mengenai perencanaan pembelajaran matematika bilingual di kelas RSBI, pelaksanaan pembelajaran matematika bilingual di kelas RSBI, penilaian pembelajaran matematika bilingual di kelas RSBI dan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika bilingual di kelas RSBI. Gambaran tersebut diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak sekolah dalam mengambil kebijakan menyangkut pembelajaran matematika bilingual di kelas RSBI. 2. Bagi guru-guru matematika bilingual Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi tambahan mengenai perencanaan matematika bilingual di kelas RSBI, pelaksanaan pembelajaran matematika bilingual di kelas RSBI, penilaian pembelajaran matematika bilingual di kelas RSBI dan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika bilingual di kelas RSBI. Informasi tersebut diharapkan bisa dijadikan sebagai umpan balik dalam merefleksi ketrampilan mereka dalam mengelola pembelajaran matematika bilingual di kelas RSBI. 3. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan dalam menganalisis pembelajaran matematika bilingual di kelas RSBI. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi pijakan untuk

9 mempersiapkan diri menjadi guru yang profesional. E. Batasan Masalah Batasan dalam penelitian ini meliputi: 1. Karena penelitian ini hanya menganalisis pembelajaran matematika bilingual di kelas RSBI, maka peneliti hanya mengamati dari standar proses dan standar penilaian yang dilengkapi dengan observasi pelaksanaan pembelajaran matematika bilingual di kelas RSBI SMP Muhammadiyah 5 Surabaya. 2. Siswa yang diteliti hanya kelas VII G dan kelas IX G. 3. Guru matematika yang mengajar di SMP Muhammadiyah 5 Surabaya ada 4 orang, namun yang diteliti hanya guru yang mengajar di kelas RSBI saja sebanyak 2 orang yaitu guru A (guru kelas IX G) dan guru B (guru kelas VII G). 4. Perangkat pembelajaran yang diteliti hanya terbatas pada mata pelajaran matematika semester genap di kelas RSBI saja, meliputi: Silabus dan RPP. 5. Hambatan-hambatan yang diteliti dalam penelitian ini terbatas hanya pada hambatan guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika bilingual di kelas RSBI SMP Muhammadiyah 5 Surabaya. F. Definisi Operasional Agar lebih memberikan pemahaman yang tepat terhadap istilah dan variabel penelitian ini, maka perlu ada penjelasan dan pendefinisian terkait dengan istilahistilah sebagai berikut:

10 1. Analisis pembelajaran merupakan proses penjabaran perilaku umum menuju ke perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis dengan tersusunnya gambaran perilaku khusus dari yang paling awal hingga akhir. 6 2. Pembelajaran matematika bilingual adalah proses belajar mengajar matematika dengan menggunakan dua bahasa (bahasa Indonesia dan bahasa Inggris). 3. SMP RSBI adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, yang baru sampai pada tahap atau fase pengembangan/peningkatan kapasitas/kemampuan atau tahap konsolidasi pada berbagai komponen sekolah untuk memenuhi indikator kinerja kunci minimal (IKKM) dan indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. 7 6 Sri Hartati, http://gt350irmade.blogspot.com/2012/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html. didownload tanggal 26 Mei 2012 pukul 12.20 WIB. 7 Depdiknas tahun 2007